Anda di halaman 1dari 11

VALIDASI METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR

PARASETAMOL DALAM SEDIAAN TABLET MENGGUNAKAN


METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBEL

Kelas : 4 FA 3
Elsa Marlina (21131109)
Noneng (21131117)
Poppy Angraini (21131119)
Faridah Rahmawati (21131127)
Siti Syarofah (21131140)

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


2017
1. Selektifitas
Selektivitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja
secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks
sampel. Dilihat dari panjang gelombang serapan maksimum dengan berbagai pelarut, lalu
dibandingkan dengan literatur.

Hasil pengamatan
Konsentrasi
Pelarut Absorbansi Serapan maksimum (nm)
(bpj)
Metanol 5 0,508 248
NaOH 0,1 N 5 0,527 257

Dari data hasil pengamatan diketahui bahwa panjang gelombang serapan maksimum untuk
zat dengan pelarut metanol adalah 248 nm dan dengan pelarut NaOH 0,1 N adalah 257 nm,
hasil pengamatan ini dibandingan dengan literatur yang mana panjang gelombang serapan
maksimum untuk PCT dalam pelarut metanol adalah 247 nm sedangkan dalam pelarut NaOH
0,1 N adalah 255 nm, maka dapat disimpulkan bahwa zat tersebut adalah Parasetamol.
2. Sensitifitas

a. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung
atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi
analit dalam sampel.

Cara penetapan:
Timbang sebanyak 50 mg standar parasetamol, masukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml add
dengan NaOH 0,1 N. Pipet 1,0 ml kemudian masukkan ke labu ukur 10,0 ml add dengan
NaOH 0,1 N. Pipet sebanyak masing-masing 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7 dan 0,8 ml masukkan
masing-masing ke labu ukur 10,0 ml add dengan NaOH 0,1 N.

50 mg

LU 50ml

V=1ml

LU 10ml

@ LU 10ml

3 bpj 4 bpj 5 bpj 6 bpj 7 bpj 8 bpj


Data Pengamatan:
No Konsentrasi (bpj) Absorban
1 3 0,345 Perhitungan:
2 4 0,427 Persamaan garis : Y= 0,0997 x + 0,0349
3 5 0,501 Koefisien korelasi -1 ≤ r ≤ 1 = 0,9933
4 6 0,665
5 7 0,737
6 8 0,824

Kurva Kalibrasi Paracetamol


0.9
0.8 f(x) = 0.1 x + 0.03
0.7 R² = 0.99
0.6
Absorban

0.5
0.4 Linear ()
0.3
0.2
0.1
0
2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi (bpj)

Parameter hubungan kelinieran yang digunakan yaitu koefisien korelasi (r) dan koefisien
determinasi (R) pada analisis regresi linier y = bx + a (b adalah slope, a adalah intersep, x
adalah konsentrasi analit dan y adalah respon instrumen). Koefisien determinasi adalah rasio
dari variasi yang dijelaskan terhadap variasi keseluruhan. Nilai rasio ini selalu tidak negatif
sehingga ditandai dengan R2. Koefisien korelasi adalah suatu ukuran hubungan linier antara
dua set data (hubungan antara konsentrasi dan absorbansi) dan ditandai dengan r. Hubungan
linier yang ideal dicapai jika nilai a = 0 dan r = +1 atau -1 merupakan hubungan yang
sempurna, tanda + dan - bergantung pada arah garis. Tanda positif (+) menunjukkan korelasi
positif yang ditandai dengan arah garis yang miring ke kanan, sedangkan tanda negatif (-)
menunjukkan korelasi negatif yang ditandai dengan arah garis yang miring ke kiri.
Berdasarkan data pengamatan, diperoleh persamaan garisnya yaitu Persamaan garis : Y=
0,0997 x + 0,0349, nilai R2 sebesar 0,9868 dan nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh
sebesar 0,9933, nilai r tesebut mendekati 1, sehingga dianggap memenuhi syarat.

b. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi


Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih
memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko.
Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas
terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Rumus:
' 2
Sy = ( yi− y )  simpangan baku residual
√ n−2
3 sy
BD =
b
10 sy
BK =
b
b = slope (kemiringan kurva)
Sy
Sx0 =  standar deviasi dari fungsi
b
Sx 0
Vx0 =  Proses Relatif Standar Deviasi (< 2%)

Perhitungan:

Konsentras Absorbansi y'


(y-y’)2 Sy
i (x) (y) (bx + a)
3 0,345 0,334 0,000121
4 0,427 0,4337 4,489E-05
5 0,501 0,5334 0,00104976 0,02409953
6 0,665 0,6331 0,00101761
7 0,737 0,7328 1,764E-05
8 0,824 0,8325 7,225E-05

Ẋ = 5,5 ∑ = 0,00232315

BD BK Sx0 Vx0
0,72516148 2,4172049 0,241720493 0,0439492

Batas deteksi (BD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang
masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan
parameter uji batas. Sedangkan batas kuantitasi (BK) merupakan parameter pada analisis
renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
memenuhi kriteria cermat dan seksama. Pada metode ini digunakan cara penentuan BD dan
BK dengan kurva kalibrasi. Untuk kurva kalibrasi linear, diasumsikan bahwa respon
instrumen y berhubungan linier dengan konsentrasi x standar untuk rentang yang terbatas
konsentrasi. Hal ini dapat dinyatakan dalam model seperti y = bx + a. Model ini digunakan
untuk menghitung BD dan BK. Berdasarkan data yang diperoleh nilai BD yang didapat
sebesar 0,72516148 ppm yang artinya pada kosentrasi tersebut masih dapat dilakukan
pengukuran sampel dengan spektrofotometer uv-vis yang memberikan hasil ketelitian suatu
alat berdasarkan tingkat akurasi individual hasil analisis. Sedangkan, nilai BK yang didapat
sebesar 2,4172049 ppm artinya pada kosentrasi tersebut bila dilakukan pengukuran masih
dapat memberikan kecermatan analisis. Untuk Sx0 (standar deviasi) didapatkan nilai sebesar
0,241720493 dan Vx0 (koefisien variansi) sebesar 0,0439492. Nilai koefisien variansi  2%
yang menandakan bahwa metode ini memberikan kelinieran yang baik, artinya dengan
metode yang digunakan ini, alat spektrofotometri uv-vis dapat memberikan respon yang
sebanding terhadap konsentrasi paracetamol.

3. Akurasi

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)
analit yang ditambahkan.
Cara penentuan:
Akurasi ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau
metode penambahan baku (standard addition method).
Rumus: (metode simulasi)

konsentrasi pengukuran
% perolehan kembali = x
konsentrasi teoritis
100%
Cara Kerja:
Membuat sampel simulasi dengan konsentrasi analit (parasetamol) sebesar 80, 100, dan
120%.

a. Konsentrasi 80 %
Dibuat tablet simulasi yang mengandung 400 mg PCT/tablet sebanyak 20 tablet,
kemudian ditimbang sejumlah berat tertentu yang setara dengan satu tablet.
ZA Parasetamol = 400 mg x 20 tablet = 8 gr
Total campuran sampel simulasi = 10 gr
10
Mg yang ditimbang= x 400 mg=500 mg
8

b. Konsentrasi 100 %
Dibuat tablet simulasi yang mengandung 500 mg PCT/tablet sebanyak 20 tablet,
kemudian ditimbang sejumlah berat tertentu yang setara dengan satu tablet.
ZA Parasetamol = 500 mg x 20 tablet = 10 gr
Total campuran sampel simulasi = 12 gr
12
Mg yang ditimbang= x 500 mg=600 mg
10

c. Konsentrasi 120%
Dibuat tablet simulasi yang mengandung 600 mg PCT/tablet sebanyak 20 tablet,
kemudian ditimbang sejumlah berat tertentu yang setara dengan satu tablet.
ZA Parasetamol = 600 mg x 20 tablet = 12 gr
Total campuran sampel simulasi = 14 gr
14
Berat yang ditimbang= x 600 mg=700 m g
12
Masing-masing setelah ditimbang dilarutkan dalam 100,0 ml NaOH 0,1 N, kemudian pipet
sebanyak 1,0 ml, masukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml, add dengan NaOH 0,1 N. Pipet 1,0
ml kemudian masukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml, add dengan NaOH 0,1 N. Masing-
masing konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan. Ukur pada spektrofotometer dengan λ 256
nm. 500
mg
10 100
Fp= + = 1000 x
1 1
LU 100
ml
V=1 400 mg
ml konsentrasi teoritis= =4000 bpj
100 ml

LU 100
ml
V=1
ml

LU 10
ml

Ukur pada λ 256 nm (lakukan 3 kali


pengulangan)
Hasil Pengamatan:

Konsentrasi Penimbangan Konsentrasi Konsentrasi


Abs % recovery
(%) (mg) teoritis (bpj) pengukuran (bpj)

486 0,422 3,882647944 97,066199


80 480 0,417 4 3,832497492 95,812437
482 0,42 3,862587763 96,564694
Rata-rata 96,48111
605 0,571 5,377131394 107,54263
100 602 0,57 5 5,367101304 107,34203
603 0,571 5,377131394 107,54263
Rata-rata 107,47576
724 0,611 5,778335005 96,305583
120 723 0,608 6 5,748244734 95,804079
720 0,602 5,688064193 94,80107
Rata-rata 95,636911

Range recovery: 95,636911 % - 107,47576 %

Akurasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kedekatan hasil pengujian
menggunakan metode analisis dengan hasil yang sebenarnya dengan melihat harga persen
perolehan kembalinya (% recovery). Uji akurasi yang dilakukan adalah dengan metode
simulasi (spiked-placebo recovery). Berdasarkan hasil yang diperoleh, didapatkan range
recovery yaitu 95,636911 %- 107,47576%. Sehingga dapat dikatakan bahwa validasi akurasi
dengan spektrofotometer uv-vis untuk paracetamol memenuhi tidak memenuhi syarat (98-
102%).

4. Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur
melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang
pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen.

Rumus:
SD = √ ¿ ¿ ¿ ¿
SD
Presisi (RSD) = x 100 %  ( < 2%)

Hasil Pengamatan
(Menggunakan metode sampel simulasi)

Penimbangan Abs Kons (X) x-xi (X-Xi)2 SD RSD (%)

605 0,571 5,377131394 -0,00334336 1,11781E-05


602 0,57 5,367101304 -0,01337345 0,000178849
603 0,571 5,377131394 -0,00334336 1,11781E-05
600 0,568 5,347041123 -0,03343363 0,001117808 0,0242941 0,4515231
602 0,573 5,397191575 0,01671682 0,000279452
605 0,575 5,417251755 0,036777 0,001352548
Ẋ = 5,380474758   0,002951013

Presisi dapat ditentukan dari hasil nilai RSD yang mana kriteria dari seksama dapat diberikan
jika metode analisis tersebut memberikan nilai simpangan baku relatif atau koefisien variasi
sebesar 2% atau kurang. Pada percobaan keseksamaan dilakukan paling sedikit enam replika
sampel yang diambil dari campuran sampel yang homogen. Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan dengan menggunakan metode simulasi yaitu dengan menggunakan campuran dari
bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) yang dilakukan untuk melihat pengaruh matriks
pembawa terhadap pengukuran keseksamaan. Maka diperoleh nilai simpangan baku (SD)
sebesar 0,0242941 sehingga diperoleh nilai RSD sebesar 0,4515231 %. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode analisis tersebut telah presisi karena nilai RSD telah
memenuhi syarat yaitu kurang dari 2%.
5. Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan tablet
Ditimbang sebanyak 20 tablet, kemudian digerus, homogenkan. Ditimbang sebanyak ±610
mg, larutkan dalam 100,0 ml NaOH 0,1 N. Pipet 1,0 ml, masukkan ke labu 100 ml. Dari
larutan tersebut, pipet 1,0 ml larutkan dalam 10,0 ml NaOH. Baca pada λ256 nm
Absorban sampel = 0,510

610 mg

LU 100ml
10 100
Fp= + = 1000 x
1 1
V=1ml

LU 100ml

V=1ml

LU 10ml

Absorban sampel = 0,510


Y = bx + a
Abs = bx + a
0,510 = 0,0997 x + 0,0349
x = 0,510 - 0,0349 / 0,0997
x = 4,7652 bpj

Bobot PCT dengan pengenceran 1000 kali sebanyak 100 ml


Bobot PCT = 4,7652 μg/ml x 1000 x 100 ml
= 476.520 μg
= 476,520 mg

476,52 mg
% Kadar b/b = x 100%
610 mg
= 77,46 %
konsentrasi pengukuran
% Recovery = x 100%
konsenrasi teoritis
4,7652 bpj
= x 100%
5 bpj
= 95,304 %

Setelah dilakukan validasi metode analisis, selanjutnya dilakukan penetapan kadar dari
paracetamol dalam sediaan tablet dengan cara menimbang sebanyak ± 610 mg dari 20 tablet
yang sebelumnya telah digerus homogen dan kemudian dilarutkan dengan NaOH 0,1 N
dengan pengenceran sebanyak 1000 kali, dan kemudian di ukur pada λ serapan maksimum
256 nm sehingga didapatkan nilai absorban sampel sebesar 0,510. Dari nilai absorban sampel
tersebut dapat diperoleh konsentrasi pengukuran sebesar 4,7652 bpj sehingga bobot
paracetamol dapat diperhitungkan dan diperoleh sebesar 476,520 mg sehingga % b/b sebesar
77,46 % dengan % recovery yang diperoleh adalah sebesar 95,304 %. Dari hasil tersebut
dapat dikatakan memenuhi syarat karena berdasarkan dari Farmakope Indonesia Edisi IV,
persyaratan untuk tablet parasetamol adalah tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%
dari jumlah yang tertera dietiket.

Anda mungkin juga menyukai