Anda di halaman 1dari 2

Kesimpulan

Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan dengan
mengungkapkan kondisi perusahaan yang sebenarnya sehingga setiap pihak yang berkepentingan
(Stakeholders) dapat mengukur dan mengantisipasi segala sesuatu yang menyangkut perusahaan.
Tujuan transparansi yaitu untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis dengan
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan. Dengan adanya transparansi menuntut perusahan untuk
melakukan pengungkapan. Pengertian pengungkapan dalam arti luas yaitu penyampaian suatu
informasi. Tujuan pengungkapan yaitu sebagai berikut: a). memberikan informasi material yang
akan membantu investor dan kreditor menilai resiko dan potensial, b). memberikan informasi
penting yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan
dalam satu tahun dan diantara beberapa tahun, c). menumbuhkan kepercayaan investor terhadap
perusahaan mencari daya banding informasi keuangan dan non keuangan sehingga pengguna
laporan dapat membandingkan perusahaan-perusahaan dari industri dan kawasan yang berbeda,
d). memberikan informasi mengenai arus kas atau keluar dari masa depan dan membantu para
investor menilai pengembalian dari investasi mereka. Jenis pengungkapan yang digunakan
perusahaan untuk memberikan informasi kepada stakeholders berupa: a). Pengungkapan Wajib
(Mandatory Disclosure) dan b). Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure). Manfaat
pengungkapan berdasarkan tiga kategori kepentingan yaitu Kepentingan Perusahaan,
Kepentingan Investor dan Kepentingan Nasional, yang dijelaskan sebagai berikut: a). Manfaat
bagi kepentingan perusahaan, b). Bagi investor, dan c). Bagi kepentingan Nasional. Dalam
penerapan Good Corporate Governance (GCG), tidak terlepas dari budaya organisasig berlaku di
dalam organisasi itu sendiri. Setiap organisasi memiliki cara-cara yang unik dari apa yang
mereka lakukan. Dengan dasar itu pula, maka dalam penerapan Good Corporate Governance
(GCG) yang sesuai dengan budaya Indonesia harus pula mencakup 5 pilar dasar dari GCG.
Etika bisnis adalah suatu kode etik dalam berbisnis yang diakukan oleh pengusaha yang
berdasarkan pada nilai moral dan norma yang mengacu pada nilai kebenaran yang standarnya
lebih tinggi bila dibandingkan standar hukum yang dijadikan pedoman serta acuan dalam
pengambilan keputusan serta memecahkan persoalan dalam berbisnis. Etika bisnis dapat
mendorong perusahaan untuk menerpakan atau mengimplementasikan Corporate Governance.
Pelanggaran terhadap etika bisnis dapat merugikan bagi perusahaan salah satunya hilangnya
kepercayaan dari masyarakat pada perusahaan tersebut yang akan berdampak pada
keberlangsungan dari perusahaan itu sendiri. Bentuk-bentuk pelanggaran etika bisnis dan contoh
pelanggaran etika dalam kegiatan bisnis di Indonesia: a). Pelanggaran etika bisnis terhadap
hokum, b). Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi, c). Pelanggaran etika bisnis terhadap
akuntabilitas, d). Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban, d). Pelanggaran
etika bisnis terhadap prinsip kewajaran, e). pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran,
dan f). pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati.

Anda mungkin juga menyukai