Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN

HORMON TIROID (HIPERTIROID)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

DESIANA LESTARI (C1814201009)

DINI ALFRIANTY (C1814201010)

ESRA PAREREU (C1814201011)

GABRIELLA (C1814201014)

GLORIANI SENDANA (C1814201015)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS

MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. KONSEP DASAR MEDIS
a. Defenisi
Hipertiroidisme merupakan keadaan atau sindrom klinis karena adanya
kelainan-kelainan atau perubahan-perubahan fisiologis dan biokimia yang
kompleks dari jaringan, sebagai akibat kenaikan kadar hormon tiroid dalam
sirkulasi. Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dianggap sinonim, pada hal
kedua istilah tersebut agak berbeda dalam kondisi tertentu. Hipertiroidisme
menujukkan aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan dalam mengintesis hormon
tiroid, sehingga meningkatkan metabolisme di jaringan perifer. Sementara istilah
tirotoksikosis merujuk pada beberapa pengaruh dari hormon tiroid bebas,
dengan atau tanpa kelenjar tiroid sebagai sumbernya .
Dalam keadaan normal, hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme
jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan, dan sintesis protein.
Hormon tiroid ini berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui
mekanisme transpor asam amino dan eletrolit dari cairan ekstraseluler kedalam
sel, aktivasi atau sintesis protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-
proses intraseluler.

b. Anatomi dan fisiologi hipertiroid


Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trake, espfagus, pembuluh
darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trake dan fascia pretrakealis
dan melingkari trakea dua pertiga bahwan sampai tiga perempat lingkaran.
Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang
kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid,
tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis, vena jugularis
interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di latero
dorsal tiroid.
Vaskuler kelenjar tiroid berasal dari empat sumber anatar lain arteri karotis
superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan dan kiri dan kedua
arteri tiroide inferior kanan dan kiri, cabang arteri brakhialis. Kadang kala
dijumpai arteri arteri tiroide ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena
terdiri atas vena tiroide superior yang berjalann bersama arteri, vena tiroide
media di sebelah lateral dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf
yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan
cabang dari nervus laringeus superior.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium
nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon
tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehinga mempunyai afinitas
yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudia
akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian
akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisannya tetap di dalam kelenjar yang
kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh
protein yaitu globulin pengikat tiroid thyroid binding globulin (TBG) atau
prealbumin pengikat albumin thyroid binding prealbumine (TBPA)
Proses yang di kenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam
proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat
adannya sel parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk
mengatur metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap
tulang.

c. Etiologi
Penyebab hipertiroid diantaranya:
1. Adenoma hipofisis, penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan
jarang terjadi.
2. Adenoma toksik (struma nodular tunggal, 5% kasus)
Suatu nodul yang hiperfungsi secara otonom menyebabkan kelebihan
hormon tiroid dan menekan sekresi TSH.
3. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksik goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena auto imun, yaitu dengan terbentuknya anti bodi yang
disebut tiroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid.
4. Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus dan
pneumococcus pneumonia.
5. Komsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan
sintesis hormon tiroid.
6. Terapi hipotiroid, pemberian obat-obatan hipotiroid untuk menstimulasi
sekresi hormon tiroid. Penggunaan tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.
d. Patofisiologi

Pasien dengan hipertiroid menunjukkan adanya sekresi hormon tiroid yang


lebih banyak, karena berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol
melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan
peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis.
Peningkatan metabolisme rate menyebakan peningkatan reproduksi panas
tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi
terhadap panas. Peningkatan saraf simpatis dapat terjadi pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik,
sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan kardik output, stroke
volume, aliran darah perifer serta adrenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid
juga berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipotalamus, hiposis dalam
mensekresi hormon gonat, sehingga pada individu yang belum pubertas
mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia
dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.

Peningkatan hormon tiroid karena beberapa penyebab (pada etiologi di atas)


akan berdampak pada seluruh sistem tubuh. Peningkatan hormon tiroid juga
menyebabkan hiperplasia sel sehingga ukuran kelenjar tiroid akan membesar 2-
3 kali dari pada ukuran normal.

Hipertroidisme pada penyakit Gvases disertai dengan eksoftalmus (oftamopati


). Hal ini disebabkan karena otot-otot ekstraokuler mengalami edema karena
peningkatan produksi dari hidrofolok glyosaminoglycans (GAGs) pada jaringan
orbita. Terjadi juga infiltrasi dari sel-sel imunokompeten (yang didominasi oleh
limfositn T, makrofag, dan linfosit B), yakni golongan limfosit T tersering adalah
CD. Limfosit T akan mengenali anti gen yang dikeluarkan oleh tiroid dan orbita,
lalu melalukan infiltrasi pada jaringan orbita dan permisium otot-otot
ekstraokuler. Proses di fasilitasi oleh adhesion molecules dan berhubungan
dengan aktivitas dari penyakit. Setelah infiltrasi dari limfosit T, maka reseptor
limfosit T pada CD akan mengenali anti gen dan mengekresi sitokinin yang akan
memperkuat reaksi imun yang terjadi dengan mengaktifkan limfosit T CD dan
memproduksi antibodi sel B.

Sitokinin sendiri merangsang terbentuknya molekul-molekul major


histocompabilitiy compleks class II (MHC class II) dan heat shock protein 72
(HSP 72) yang berperan penting pada pengenalan antigen. Sitokonin juga
merangsang fibrolas untuk membentuk dan menyekresi GAGs yang akan
menarik cairan menuju keruang retro-orbita, sehingga terjadi pembengkakan
periorbita, prokstosis, dan pembengkakan otot-otot ekstraokuler. Fibroblas di
orbita menyebabkan reaksi imun ini berjalan terus dengan jalan melindungi sel T
yang menginfiltrasi orbita dari terjadinya apoptosis. Sel-sel preadoptosit yang
merupakan bagian dari fibroblas orbita ini dibawah pengaruh hormon akan
mengalami diferensiasi menjadi sel-sel adifosit dan menyebabkan peningkatan
volume jaringan lemak retro-orbita.

e. Manifestasi klinis
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten,
tekanan darah sistol dan diastol meningkatnya 10-15mmHg, palpitasi
disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Pernafasan cepat daridalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid
4. Sistem gastrointetinal
Gejalanya berupa peningkatan nafsu makan tetapi BB turun, diare, konstipasi,
bising usus hiperaktif, urin dalam jumlah banyak, kehausan, mual, dan
muntah.
5. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleran
panas.
6. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output lain.
7. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
8. Sistem saraf
Meningkatnnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup, gelisah, emosi
tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.
10. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata menonjol kedepan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adannya penimbuhan karbohidrat kompleks yang
menahan air di belakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata ke
depan sehinnga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada
keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna
sehingga mata menjadi kaering, iritasi atau kelainan kornea.

f. Penatalaksanaan
Gangguan kelenjar tiroid berupa hipertiroidisme dapat diobati dengan beberapa
cara berikut:
1. Terapi obat
Karbimazol menurunkan sistensis hormon tiroid. Dosis awal 40-60mg/hari,
kemudian dikurangi sampai tercapai dosis pemeliharaan. Dosisnya
dititrasikan sesuai dengan fungsi tiroid dan dilanjutkan selama 18 bulan.
Pendekatan alternatif adalah memberikan karbimazol (tecnic block
andreplace). Karbimazol menyebabkan agranulositosis. Pada 0,1% kasus
harus segera dihentikan apabila muncul sakit tenggorokan atau demam.
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasinya untuk pasien umur 35 tahun/lebih, hipertiroidisme yang kambuh
stelah diopersi, goiter multinodular toksik, dan tidak mampu/tidak mau
pengobatan dengan obat antitiroid.
3. Pembedahan
Tiroidektomi untuk struma multinodular, adenoma toksik/relaps penyakit
graves setelah terapi antitiroid. Risikonya kecil tetapi termasuk kelumpuhan
pita suara, hipotiroid dan hipoparatiroid.
4. Terapi oftalmopati akibat tiroid.
a. Suportif: posisi kepala lebih tinggi dari pada kaki, air mata buatan,
kacamata prisma untuk mengatasi diplopia.
b. Definiti: terapi dengan steroid dosis tinggi dan imunosupresan lain (untuk
dekompresi bola mata), dekompresi bola mata dengan bedah atau
radioterapi bola mata.
g. Komplikasi
1. Krisis tiroid/tirotoksikosis
Suatu kondisi keadaan ketika tiba-tiba terjadi aktivitas kelenjar tiroid yang
sangat berlebihan. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang
sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera.
2. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini di
sebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang
bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
3. Penyakit jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung,
4. Stroma tiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami dengan
demam tinggi, takhikardia berat, derilium, dehidrasi dan iritabilitas yang
ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan
harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis
adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi,
ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, over dosis obat.
Penanganan pasien dengan struma tiroid adalah dengan menghambat
produksi hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan
menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang
diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium
ioded intravena, glucocorticoid, dexiamethasone dan propylthiouracilboral.
Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatetik dan
takikardia.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Pola Nutrisi
Gejalanya berupa peningkatan nafsu makan tetapi BB turun, kehausan,
konstipasi, diare, bising usus hieraktif,mual dan muntah
2. Pola eliminasi
Terjadinya Urin dalam jumlah yang banyak, diare, keringat berlebih retemsi
cairan dan menurunya output lain
3. Pola aktivitas-latihan
Terjadinya kelelahan, kelemahan otot, dan tremor, meningkatnya refleks
tendon dalam, dan tremor halus. Pernafasan cepat dari dalam, bernafas
pendek dan penurunan kapasitas paru, meningkatnya heart rate, store
volume, kardiak output dan peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung.
4. Pola persepsi kesehatan
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid’
5. Pola seksualitas-reproduksi
Menurunya libido, mens tidak teratur, amenorahae, anovulasi, dan impoten
6. Pola persepsi diri
Gangguan citra diri akibat perubahan struktur anatomi seperti, keadaan
dimana bola mata menonjol kedepan seperti mau keluar. Keadaan ini dapat
terjadi kesulitan dalam menutup mata dengan sempurnah sehingga mata
menjadi kering, iritasi, atau kelainan korne

Riwayat penyakit
- Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala hiperpratiroid dan
tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.
- Apakah pernah mengalami operasi khususnya pengangkatan kelenjar
tiroid atau paratiroid.
- Apakah pasien pernah mengalami tindakan penyinaran pada daerah
leher.
- Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama dengan pasien.
1. Keluhan utama pasien saat ini
- Adakah kelainan bentuk tulang, fraktur, deformitas tulang dan nyeri tulang.
- Penurunan berat badan, mualdan muntah, kejang.
- Nyeri abdomen karena peptik ulcer
- Nyeri kepala, kelemahan otot dan cepat lelah.
- Diuresis, gangguan pola eleminasi urin dan konstipasi.
3. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan integument

- Kulit kering dan kasar.

- Rambut tipis dan jarang.

- Kuku mudah rapuh.

b.muskuloskeletal

- Kelemahan otot

- Kelainan bentuk tulang

- Fraktur patologik

- Nyeri pada tulang dan sendi

c.sistem persarafan

- Menurunnya keasadarn seperti apatis, retargi

- Menurunnya eksitasi potensial saraf, miopati

d.sistem perkemihan

- Kesulitan berkemih karena adanya batu ginjal

- Tanda adanya gagal ginjal

e.sistem kardiovaskuler

- Hipertensi

- Disritmia jantung

- Perubahan EKG

f..Psikologis

- Emosi tidak stabil

- Ritabilitasi

- Neurosit

- Depresi
b. Diagnosis keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

Diagnosa keperawatan Noc Nic

Nyeri akut berhubungan Setelah di lakukan tindakan Manajemen nyeri (pain


dengan agen cedera keperawatan, nyeri terkontrol management)
biologis. dengan kriteria hasil sebagai - Kaji nyeri secara
berikut. komprehensif
- Menggunakan meliputi (lokasi,
metode pencegahan karakteristik, dan
untuk mengurangi onset, durasi,
nyeri. frekuensi, kualitas,
- Menggunakan intensitas nyeri,
metode nonanalgesik serta faktor
untuk mengurangi penyebab nyeri).
nyeri. - Observasi respon
- Menggunakan non verbal klien
analgesik sesuai yang menujukkan
dengan kebutuhan. rasa ketidak
nyamanan.
- Yakinkan pasien
dengan penuh
perhatian bawah dia
akan dilakukan
perawatan untuk
mengurangi nyeri.
- Gunakan
komsunikasi
terapiutik untuk
mengkaji
pengalamaman/
nyeri dan
bagaimana respon
nyeri pasien.
- Gali pengetahuan
pasien dan
kepercayaan
tentang nyeri.

Diagnosa Keperawatan Noc Nic

Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Penanganan Demam(Fever


dengan penyakit keperawatan, termoregulasi Treatment)
adekuat dengan kriteria hasil - Pantau temperatur
sebagai berikut. dan tanda-tanda vital.
- Tidak terdapat - Pantau warna kulit
menggigil. dan suhu kulit.
- Tidak berkeringat. - pemasukan dan
- Denyut nadi dalam keluaran, hati-hati jika
batas normal. terdapat kehilangan
- Rata-rata pernapasan cairan.
dalam batas normal. - Kolaborasi dengan
- Melaporkan suhu dokter untuk
dalam batas normal. pemberian medikasi
antipiretik, agen
antibakterial, dan
cairan intravena.
- Tutupi pasien dengan
selimut.

Diagnosa Keperawatan Noc Nic

Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigenasi


berhubungan dengan keperawatan dengan kriteria Bersihkan mulut, hidung, dan
hiperventilasi. hasil sebagai berikut. sekresi pada trakea.
- Rata-rata pernapasan - Hentikan meroko
dengan batas normal. pada pasien.
- Ritme pernapasan - Jaga kepatenan jalan
dalam batas normal napas.
- Kedalam pernapasan - Atur peralatan
dalam batas normal. oksigenasi
- Auskultasi suara - Pantuan aliran
napas dalam batas oksigen secara
normal periodik sesuai
- Jalan napas paten dengan kebuthan
pasien.

Diagnosis keperawatan Noc Nic


ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan nutrisi (nutrition
kurang dari kebutuhan keperawatan, status nutrisi management )
tubuh, faktor yang adekuat dengan kriteria hasil - Kaji status nutrisi
berhubungan: faktor biologis sebagai berikut. pasien dan
( metablisme basal - Intake nutrisi kemampuan untuk
meningkat) baik. memenuhi
- Intake makanan kebutuhan nutrisi.
baik. - Indentifikasi elergi
- Asupan cairan makanan pada
cukup. pasien.
- Energi - Kaji makanan
meningkat. pilihan pasien.
- Berat badan - Instrusikan pada
normal/ pasien tentang
- Hidrasi adekuat. kebutuhan
nutrisinnya (diskusi
tentang panduan
diet yang tepat
bagi pasien
hipertiroid)
- Tentukan jumlah
kalori dan tipe zat
gizi untuk
pengaturan diet
sesuai kebutuhan
nutris

c. Discharge planing
- Atur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein 3000-4000
kalori.
- Minum obat-obatan antitiroid secara teratur dan sesuai dosis.
- Hindari hal-hal pemicu terjadinnya peningkatan hormon tiroid,
contohnnya: mengkonsumsi makanan tinggi iodium.

DAFTAR PUSTAKA
Ginting, A. W., dan Linda, Dharman. 2015. Kritis Tiroid (Thyroid Strom). http;//
ikaapda.com/resources/Endokrin/Reading/Krisis-tiroid.pdf

Misra, M., Kemp, Stephen. 2015. Thyroid Strom. Hhtp://emedicine.medscape.


com/article.

Keperawatan medial-bedah Brunner & Suddarth / pengarang, Brunner &


Suddarth ; alih bahasa, Devi Yulianti, Amelia Kimin ; editor edisi bahasa inodesia,
Eka Anisa Maredella.- Ed. 12, - jakarta : EKC, 2013

Anda mungkin juga menyukai