MATERI GRAMATIKAL
BAHASA INDONESIA
SMK/MAK
Semua Program
Kejuruan
(KELAS X SEMESTER GENAP)
SUSUNAN GRAMATIKAL
Gramatikal merupakan tata bahasa yang sudah baku. Susunan gramatikal memiliki makna urutan tata
bahasa mulai dari bawah sampai atas. Biasanya susunan gramatikal ini dibuat piramida terbalik. Berikut
gambar susunan gramatikal.
WACANA
PARAGRAF
KALIMAT
KLAUSA
FRASA
KATA
MORFEM
SUKU KATA
FONEM
1. Fonem
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Misalnya /h/
adalah fonem karena membedakan makna kata harus dan arus, /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang
berbeda karena bara dan para beda maknanya.
2. Suku kata
Suku kata struktur yang terjadi dari satu atau urutan fonem yang merupakan konstituen (unsur
bahasa yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar) kata. Misalnya pada kata ‘kemarin’
terdapat tiga suku kata yaitu ke-ma-rin.
3. Morfem
Morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan
tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil misalnya ber (morfem terikat) baca
(morfem bebas). Morfem dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut.
a. Berdasarkan kebebasannya
Jenis morfem ini dibedakan menjadi dua:
1) Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterkaitannya dengan morfem lain dapat
langsung digunakan dalam petuturan. Misalnya morfem ‘pulang’, ‘merah’, dan ‘pergi’
yang berdiri sendiri tanpa digabung.
2) Morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem
lain untuk dapat digunakan dalam petuturan. Misalnya ‘henti’, ‘juang’, dan ‘geletak’ yang
membutuhkan lainnya agar memiliki makna.
b. Berdasarkan keutuhan bentuk
Morfem ini dibedakan menjadi:
1) Morfem utuh adalah morfem yang bagian-bagian pembentuknya bersambungan.
Misalnya ter-, per-, pohon, lihat, pun.
2) Morfem terbagi adalah morfem yang bagian-bagian pembentuknya tidak bersambungan.
Misalnya ke-an dalam sebuah kemanusiaan, bukan merupakan penjumlahan dua morfem
ke- dan –an tapi satu morfem saja.
4. Kata
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang berdiri sendiri serta memiliki makna yang bebas. Ciri-ciri
kata adalah:
1. morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang
dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas
2. satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah,
datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)
2) Berdasarkan maknanya
Transitif-intrasitif
Ditinjau dari hubungannya dalam kalimat, kata kerja dapat dibedakan atas:
a) Kata transitif, yakni kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap.
Contoh: Kucing itu menagkap burung merpati.
S P O
b) Kata kerja intransitif yakni kata kerja yang tidak memerlukan objek
ataupun pelengkap.
c) Kata kerja aktif, contoh: membaca.
d) Kata kerja pasif, contoh: diminum.
b. Kata Benda
Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda,
dan konsep atau pengertian.
Ciri-ciri:
1) Dalam kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda cenderung
menduduki fungsi subjek, objek, atau perlengkapan,
contoh : Ibu membelikan adik baju baru.
S P O Pel.
Kata benda tidak dapat didahului oleh kata ingkar tidak.kata ibu, adik, dan baju.
Adalah kata benda sebab tidak dapat didahului oleh kata tidak.bentuk ingkar kata
benda adalah kata bukan. Jadi, yang benar adalah Bukan Ibu Yang Membelikan
adik baju baru. Kalimat, “tidak ibu yang membelikan baju baru”mewrupakan
contoh kalimat yang salah.
2) Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan kata yang.
Contoh : Ibu yang baik hati
Adik yang manis
2) Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat dapat
ditangkap dengan panca indera, contoh : Kebahagiaan, pembelian,
penghijauan.
c. Kata Sifat
Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan
sifat atau keadaan orang, binatang, atau benda.
d. Kata Keterangan
Kata keterangan (adverbial) adalah kata yang memberi keterangan pada kata
lainnya.
1) Berdasarkan bentuknya
a) Kata keterangan bentuk dasar Contoh :
sangat, lebih, hanya, terlalu
b) Kata keterangan bentuk turunan Contoh :
diam-diam, agaknya, rupanya
2) Berdasarkan letaknya
a) Mendahului kata yang diterangkan
Contoh: lebih tinggi, sangat indah, terlalu bodoh, hanya menulis
b) Mengikuti kata yang diterangkan
Contoh : tampan nian, duduk saja
c) Dapat mengikuti atau mendahului kata yang diterangkan
Contoh : lekas-lekas pulang, pulang lekas-lekas
Bagaimana Cara
Berapa, ke berapa Jumlah, urutan
g. Kata Seru
Kata seru (intenjeksi) adalah kata yang mengungkapkan cetusan perasaan atau
luapan emosi.kata seru ini digunakan untuk memperkuat rasa
kagum,sedih,heran,jengkel.
Kata seru mengacu pada nada atau sikap berikut.
1) Bernada negatif, yakni cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan.
2) Bernada positif, yakni aduhai, amboi, asyik, alhamdulillah, subhanallah,
hore
3) Bernada keheranan, yakni ai, lho, astagfirullah, masyaallah
4) Bernada netral, yakni ha ,halo ,he ,wahai ,wah, nah, ah, eh, oh, ya, aduh,
hem
h. Kata Bilangan
Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya wujud (orang,binatang benda) dan konsep. Kata bilangan dapat
dibedakan atas:
1) Kata bilangan pokok, contoh : nol, lima.
2) Kata bilangan tingkat, contoh : kesatu, kedua, ketiga
3) Kata bilangan pecahan, contoh : seperdua, setengah
k. Partikel
Partikel adalah kategori atau unsure yang bertugas memulai, memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsure
ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita). Macam-
maca partikel: kah, kan, deh, lah, dong, kek, pun, toh, yah.
Kata Berimbuhan
Awalan (prefiks)
a. Imbuhan ber-
Bentuk be-:
1) kata dasar berhuruf awal R: ber- + Roda => beroda
2) kata dasar bersuku awal mengandung er: ber- + kerja => bekerja
bel-: khusus bertemu kata dasar ajar: ber- + ajar = > belajar
ber-: selain hal-hal khusus di atas: ber- + doa => berdoa
b. Imbuhan se-
Bentuk: se-
Fungsi: membentuk kata bilangan atau keterangan Makna:
1) satu :selembar
2) seluruh : sedesa
3) sama : seindah
4) setelah : sepulang
5) sebanyak : semaumu
c. Imbuhan me-
Bentuk:
me- : l.m, n, r,w, y, z
mem- : b, f, p, v
men- : c,d, j, t
meny- :s
meng- : vokal, g, h, k, q, x
menge- : satu suku kata
me- bertemu dengan kata dasar berhuruf awal k, p, t, s maka huruf- huruf
tersebut luluh atau hilang sedangkan jika bertemu dengan kata dasar yang
berupa gabungan konsonan kr, pr, tr, sy, st, sp.
d. Imbuhan di-
Bentuk: di-
Fungsi membentuk kata kerja pasif <=>makna:
pekerjaan yang telah selesai : ditangkap
e. Imbuhan ke-
Bentuk: ke-
Fungsi: membentuk kata benda atau bilangan
Makna: 1) yang di : ketua
2) bilangan tingkat : baris kedua
3) kumpulan : kelima anak itu
f. Imbuhan ter-
Bentuk: sejalan dengan imbuhan ber-
Fungsi: membentuk kata kerja pasif
Makna: 1. sudah di- : tertutup
2. tidak sengaja : terbawa
3. tiba-tiba : teringat
4. dapat di- : terlihat
5. paling : tertua
6. dalam keadaan di- : terikat
7. dalam keadaan terus-menerus : terapung
g. Imbuhan pe-
Bentuk: sejalan dengan imbuhan me-
Fungsi: membentuk kata benda <=>makna
1) Pekerjaan pengusaha
2) Alat penggaris
3) Memiliki sifat pemalas
4) Mnyebabkan pemarah
h. Imbuhan per-
Bentuk: sejalan dengan imbuhan ber- Fungsi:
membentuk kata benda
1) membuat sesuatu jadi : perlambat
2) berprofesi dengan : petapa
3) membagi : perlima
4) membuat lebih : perbesar
5) yang menghasilkan : petelur
Sisipan (Infiks)
a. Imbuhan -em-
Bentuk: -em-
Fungsi: membentuk kata benda
Makna: mengandung sifat : gemuruh
b. Imbuhan -el-
Bentuk: -el-
Fungsi: membentuk kata benda
Makna: alat untuk : telunjuk
c. Imbuhan -er-
Bentuk: -er-
Fungsi: membentuk kata benda
Makna: banyak : gerigi
Akhiran (Sufiks)
a. Imbuhan -an
Bentuk: -an
Fungsi: membentuk kata benda
1) Tempat : belokan
2) Alat : timbangan
3) Hal : didikan
4) Cara : pimpinan
5) Sifat : asinan
6) Sekitar : lima puluhan
b. Imbuhan –i
Bentuk: -i
Fungsi: membentuk kata benda
1) berkali-kali : cabuti
2) memberi : bumbui
3) menghilangkan : bului
4) membuat jadi : basahi
c. Imbuhan -kan
Bentuk: -kan
Fungsi: membentuk kata kerja
1) perbuatan untuk orang lain : belikan
2) membuat jadi : putihkan
3) memasukkan ke : penjarakan
4) melakukan tindakan dengan : ikatkan
5) intensitas (kesungguhan) : dengarkan
d. Imbuhan –nya
Bentuk: -nya
Fungsi: membentuk kata keterangan
1) kesimpulan : akhirnya
2) hal : bentuknya
3) barangkali : kiranya
c. Imbuhan per-an
Bentuk: sejalan dengan imbuhan per-
Fungsi: membentuk kata benda
1) cara : pergaulan
2) tempat : perhentian
3) daerah : perkotaan
4) hasil perbuatan : pertahanan
5) perihal : peristilahan
6) berbagai-bagai : peralatan
d. Imbuhan per-an
Bentuk: sejalan dengan imbuhan pe-
Fungsi: membentuk kata benda
1) hal yang berhubungan dengan : pendidikan
2) pembuatan/proses : pendaftaran
3) hasil : penyamaran
4) alat : penciuman
5) tempat : penampungan
e. Imbuhan se-nya
Bentuk: se-nya
Fungsi: membentuk kata keterangan
1) superlatif/paling : seputih-putihnya
2) setelah : setibanya
Imbuhan Asing
a. Imbuhan –is, -isme, -isasi
1) Imbuhan –is
Fungsi: menandai kata sifat dan kata benda
Makna: bersifat, berpaham, pelaku, atau latar
2) Imbuhan –isme
Fungsi: menandai kata benda
Makna: ajaran, aliran atau paham
3) Imbuhan –isasi
Fungsi: menandai kata benda
Makna: bersangkutan dengan (proses peng-an)
b. Imbuhan –i, -wi, -iah
Fungsi: menandai kata sifat
Makna: bersifat (memenuhi syarat)
berhubungan dengan (mengenai)
c. Imbuhan man, wan, wati
1) Imbuhan man
Pembentukan: dilekatkan pada kata yang berakhir dengan vokal –i (penunjuk
jenis laki-laki)
2) Imbuhan wan
Pembentukan: dilekatkan pada kata yang berakhir dengan vokal selain –i
(penunjuk jenis laki-laki)
3) Imbuhan wati
Pembentukan: melekat sejalan dengan akhiran wan (penunjuk jenis wanita)
4) Fungsi imbuhan –man, -wan, -wati
a) Dari kata benda : seni seniman
b) Dari kata sifat : rupa rupawan
5) Makna imbuhan –man, -wan, -wati
a) Orang yang ahli di bidang tertentu
b) Orang yang bermata pencahariaan di bidang tertentu
c) Orang yang memiliki khas
3. Frasa
Frasa adalah satuan gamatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas dan
fungsinya (sebagai SPOK ket. Pel). Gabungan kata baru ini tidak membentuk makna baru. Misalnya
siswa baru, sedang belajar.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai sifat, yaitu:
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu
selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
c. Gabungan kata yang terbentuk tidak menimbulkan makna baru.
Macam-macam frase:
Berdasarkan hubungan antar unsur-unsur pembentuknya, frase diklasifikasikan atas:
a. Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang unsur-unsur pembentuknya mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya dapat menggantikan kedudukan frase itu secara keseluruhan.
Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1) Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara,
ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:
kakek-nenek laki bini pembinaan dan pengembangan belajar atau bekerja.
2) Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Salah satu unsurnya merupakan inti dan unsur lain menjadi keterangan. Frase ini
ditandai oleh adanya unsur yang berfungsi sebagai atribut. Inti frase disebut yang
diterangkan (D) dan atribut frase disebut yang menerangkan (M).
Misalnya:
perjalanan (D) panjang (M)
sedang (M) membaca (D)
Perjalanan’ dan ‘membaca’ merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara
distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur
terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
3) Frase endosentrik yang apositif, frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan
tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak
Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat
menggantikan unsur Susi.
b. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang semua ataupun salah satu unsurnya tidak dapat
menggantikan kedudukan frase itu secara keseluruhan.
Frase eksosentrik biasanya didahului oleh kata depan.
c. Frase idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
4. Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat. Misalnya Andi membaca buku disaat Adik
sedang tidur.
Ciri-Ciri Klausa
Untuk membedakannya dari frasa dan kalimat, klausa dapat dikenali dari beberapa ciri berikut:
a. Memiliki satu predikat
b. Tidak memiliki intonasi akhir
c. Jika ditambah intonasi akhir maka akan menjadi sebuah kalimat
d. Klausa merupakan bagian dari kalimat plural
5. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
Contoh :
Mahasiswa umumnya mengharapkan hasil ujiannya memperolah nilai maksimal dengan usaha
minimal.
Kalimat di atas tidak gramatikal karena penggunaan kata ganti nya tidak tepat. Jika kalimat-kalimat
di atas disusun berdasarkan Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia, maka keempat kalimat tersebut
seharusnya:
Mahasiswa umumnya mengharapkan hasil ujian memperolah nilai maksimal dengan usaha
minimal.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Pada dasarnya, kalau dilihat
dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang dalam bahasa Indonesia bisa dikembalikan
kepada kalimat-kalimat yang sederhana.
Kalimat tunggal yang sederhana adalah kalimat yang terdiri dari satu subjek dan satu
predikat. Sehubungan dengan hal itu, kalimat-kalimat yang panjang dapat pula ditelusuri pola-
pola pembentukannya. Pola-pola inilah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar.
1 . P O L A K A L I MA T D A S A R
Kalimat dasar merupakan kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti dan
hanya mempunyai satu pola kalimat sedangkan perkembangannya tidak membentuk kalimat
baru. Dengan kata lain, kalimat dasar atau kalimat tunggal terdiri dari dua unsur inti, yaitu
subjek dan predikat. Bila kedua unsur ini tidak membentuk sebuah pola baru. Berdasarkan
penelitian, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Kelima pola dasar diatas dapat diperluas dengan berbagai penjelasan atau keterangan. Pola-pola
dasar tersebut dapat digabung-gabungkan sehingga kalimat tersebut menjadi luas dan kompleks.
B . K a l i m a t M a j e mu k
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang didalamnya terdapat dua kalimat dasar atau
lebih. Berdasarkan hubungan antara kalimat dasar tersebut, kalimat majemuk dapat
dikelompokkan menjadi kalimat majemuk setara, kalimat majemuk campuran, dan kalimat
majemuk bertingkat.
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal atau
lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokan menjadi 4 jenis, yaitu :
a. Kalimat majemuk setara penjumlahan
b. Kalimat majemuk setara pertentangan
c. Kalimat majemuk setara berurutan
d. Kalimat majemuk setara pemilihan
Contoh :
a. Kami membaca. (1) Mereka menulis. (2)
2. Kalimat Majemuk Tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu
suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas
induk kalimat dan anak kalimat. Inti gagasan dimasukan dalam induk kalimat, sementar
aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh :
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel
besar.
Anak kalimat: Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat: Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
3. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tidak setara (bertingkat) dan kalimat
majemuk setara
Contoh :
Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
(_____________________________________)
Kalimat majemuk setara
(___________________________________________________________________)
Kalimat majemuk tidak setara
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat perintah,
kalimat interogasi, dan kalimat seruan. Semua jenis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk
kalimat positif dan negatif.
Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas dapat menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah
satu jenis kalimat tersebut. Dalam bahasan tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-
macam tanda baca.
Kalimat pernyataan dapat digunakan jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap
pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan bicaranya.
Contoh :
Kalimat pertanyaan digunakan jika penutur ingin memperoleh informasi atau jawaban yang
diharapkan kepada lawan bicaranya. Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti apa,
dimana, bagaimana, mengapa, berapa, kapan.
Contoh :
Kalimat imperatif biasanya digunakan jika penutur ingin menyuruh atau melarang seseorang
dalam melakukan sesuatu.
Contoh :
4. KALIMAT SERUAN
Kalimat seruan digunakan jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang
mendadak.
Contoh :
Berikut adalah penjelasan mengenai kalimat langsung dan kalimat tidak langsung :
1 . KA L I M A T L A N G S U N G
Kalimat langsung merupakan kalimat yang menirukan sesuatu yang di ucapkan orang lain.
Bagian kutipan dalam kalimat langsung ada berupa kalimat tanya, kalimat berita, ataupun
kalimat perintah.
Contoh :
2 . KA L I M A T T I D A K L A N G S U N G
Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang memberitahukan sesuatu yang di ucapkan
oleh orang lain. Bagian kutipan dalam kalimat tidak langsung semuanya berbentuk berita.
Contoh :
6. Paragraf
Paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan
penulisannya dimulai dengan garis baru). Nama lain dari paragraf adalah alinea.
Paragraf terdiri dari beberapa jenis, mulai dari jenis paragraf berdasarkan isinya fungsinya dan juga
peletakan gagasan utama dari sebuah tulisan.
Fungsi Paragraf
Paragraf mempunyai berbagai macam fungsi, diantara beberapa fungsi paragraf diantaranya
adalah:
a. Paragraf dalam sebuah kalimat dapat menjadi pengantar sebuah ide-ide, isi kalimat dan
kalimat penutup pada tulisan yang dibuat oleh penulis.
b. Mencurahkan suatu perasan dan pemikiran penulis dalam sebuah karya atau kalimat dalam
bentuk tulisan yang dibuat secara logis dan dapat diterima oleh pembaca.
c. Paragraf dapat membantu pembaca untuk memahami segala sesuatu mengenai isi dan topik
dalam sebuah tulisan.
d. Memudahkan penulis untuk menyusun ide-ide tentang tulisan yang akan dibuatnya.
e. Dapat membantu penulis dalam mengembangkan gagasan-gagasan atau ide dari segala
sesuatu yang berhubungan dengan topik yang ingin ditulis menjadi sebuah karya tulis.
Jenis Jenis Paragraf
Paragraf digolongkan menjadi beberapa jenis. Diantaranya adalah jenis paragraf berdasarkan
fungsinya, letak gagasan utama dan isinya.
a. Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsi
1) Paragraf Pembuka
Dalam sebuah karangan (kecuali karangan ilmiah). Paragraf pembuka umumnya ditulis
untuk memancing rasa keingintahuan pembaca terhadap isi artikel secara keseluruhan.
2) Paragraf Isi
Paragraf ini berisi bagian-bagian pokok dalam suatu karangan.
3) Paragraf Penutup
Paragraf ini biasanya berisi kesimpulan, saran, harapan, ringkasan dan penekanan kembali
hal-hal penting yang terdapat dalam setiap karangan.
4) Paragraf Penghubung
Paragraf ini fungsinya adalah untuk mengubungkan antara paragraf satu ke paragraf
lainnya atau karangan satu ke karangan lainnya.
Contohnya:
Kegiatan dalam merayakan ulang tahun TNI ke 72 tanggal 5 Oktober 2017 di lapangan
blang padang banda aceh. Semua warga banda aceh turut hadir menyaksikan serangkaian
acara ulang tahun TNI ke 72 dengan berbagai ragam acara seperti : Drumband, Tari Saman
dan acara lainnya.
2) Paragraf Deskripsi
Paragraf ini adalah suatu kalimat yang memaparkan isi gambaran pada suatu keadaan
atau sebuah peristiwa yang bentuk tulisan sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat,
mendengar dan merasakan serta mengalami peristiwa tersebut.
Contohnya:
Saat brownis coklat buatan ibuku dihidangkan untukku, wangi brownis coklatnya langsung
tercium enak oleh hidungku. Saat aku mencoba memakannya, bentuk dan rasa manisnya
langsung membuat lidahku bergoyang. Sungguh, ibuku sangat pandai sekali membuat
brownis coklat ini.
3) Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang dimana isinya dapat mempengaruhi atau
membujuk pembaca untuk tertarik dengan gagasan atau ajakan yang dibuat.
Contohnya:
Membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai berbagai ilmu
pengetahuan. sebab seseorang tak memiliki niat untuk membaca pasti tidak banyak
memiliki tingkat pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan biasanya bersumber dari buku.
Misalnya anak yang pandai dalam pelajaran, biasanya dia akan menjadi kutu buku. Bagi
siapa saja yang tidak memiliki niat untuk membaca pasti pengetahuannya tidak luas dan
terbatas. Oleh karena itu membaca menjadi hal yang penting dan biasakanlah membaca
buku.
4) Paragraf Argumentasi
Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya dapat menyakinkan pembaca
sehingga memperoleh dan menerima gagasan dalam sebuah karya yang ditulis oleh
penulis.
Contohnya:
Membaca memang merupakan faktor penting dalam menguasai berbagai ilmu
pengetahuan. Seorang penasihat hukum pasti selalu membaca buku-buku yang terkait
dengan hukum, sebab jika tidak membaca buku hukum pasti ia akan merasa kesulitan dan
tidak tahu apa saja pasal-pasal yang tertera dibuku hukum.
5) Paragraf Narasi
Paragraf ini adalah suatu kalimat paragraf dimana isinya menceritakan suatu peristiwa
atau sebuah masalah, sehingga membuat pembaca menjadi tehibur atau terharu.
Contohnya:
Beberapa hari yang lalu kami pergi ke sebuah pusat wisata yang berada di Jakarta. Kami
pergi dengan 2 mobil pribadi. Mobil kami melaju cukup cepat secara beriringan dengan
mobil lainnya. Perjalanan menjadi sangat menyenangkan, semua orang tampak gembira.
Cahaya sinar matahari menyinari kami sehingga membuat pemandangan dari dalam
kacamata mobil cukup indah.
7. Wacana
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan
utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah dll. Wacana menempati hierarki teratas
dalam tingkatan kebahasaan karena merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana
juga dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau karangan yang sangat utuh dan lebih besar, seperti
artikel atau buku. Kata-kata yang sering digunakan dalam wacana berpotensi sebagai kalimat,
bukan kata yang keluar dari konteks. Wacana sangat bergantung pada keutuhan dan keaslian unsur
makna dan konteks yang melengkapinya.
Keutuhan Wacana
1. Kohesi
Kohesi merupkan hubungan antar kalimat dan paragraf, yang dapat menyebabkan kalimat dan
paragraf tersebut menjadi satu kesatuan yang padu, sehingga menjadi sebuah wacana yang
utuh. Wacana di atas menggunakan pola hubungan konjungsi, konjungsi merupakan kata
hubung.
2. Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara kalimat yang sistematis. Keterkaitan tersebut yang
mengakibatkan kamlimat menjadi terpadu.