Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERMANGANOMETRI

Disusun Oleh:
Kelompok V

Brastian Natan Purba (1807113314)


Cici Meida Sari (1807111546)
Geby Yohana N. (1807111730)
Gunawan Alvonsus S. (1807113228)
Mirani Ramadian S. (1807111733)

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI..........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1 Pengertian Titrasi................................................................................... 3
2.2 Titrasi Permanganometri........................................................................ 5
2.3 Prinsip Metode Permanganometri.......................................................... 7
2.4 Indikator................................................................................................. 9
2.5 Reaksi Esterifikasi...................................................................................9
2.5.1 Penentuan-Penentuan dengan Permanganat......................................9
2.6 Prosedur Kerja .......................................................................................10
2.7 Standarisasi Larutan KmnO4..................................................................11
2.8 Kelebihan Dan Kekurangan Titrasi Permanganometri..........................12
2.8.1 Kelebihan Titrasi Permanganometri.................................................12
2.8.2 Kekurangan Titrasi Permanganometri..............................................12
2.9 Manfaat Titrasi Permanganometri..........................................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................14
3.1 Kesimpulan.............................................................................................14
3.2 Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN
(Mirani Ramadian S)

1.1 Latar Belakang

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi


oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi
dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi
dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe +, asam
atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang
tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri
seperti:
1. ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai
oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4berlebih
sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang
akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang
bersangkutan.
2. ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah
disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku
FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat
ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah
menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk
menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat.
Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali
digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai
pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan
suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.
Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.

1
2

Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau


sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses
pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O...........................................1.1
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan
kelebihan permanganat.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Larutan Baku Standar
2. Mengetahui Pengertian Titrasi
3. Mengetahui Definisi Titrasi Permanganometri
4. Mengetahui Prinsip Metode Permanganometri
5. Mengetahui Tentang Indikator dalam Titrasi Permanganometri
6. Mengetahui Penentuan-Penentuan dengan Permanganat
7. Mengetahui Prosedur Kerja Titrasi Permanganometri

i
2
BAB II

PEMBAHASAN
(Mirani Ramadian S)
2.1 Pengertian Titrasi

Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal
sebagai analisis volumetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi
dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam
bentuk larutan. Zat yang akan ditentukan kadarnya biasanya diletakkan didalam
erlemeyer, sedangkan zat yang tidak diketahui konsentrasinya biasanya diletakkan
di dalam buret atau sebaliknya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasinya. Titrasi dibedakan menjadi 4, yaitu: titrasi asam
basa, titrasi redoks, titrasi kompleksometri, dan titrasi pengendapan. Syarat-syarat
titrasi:
1. Harus ada reaksi yang sederhana, yang dapat
dinyatakan dengan suatu persamaan kimia
2. Reaksi antara zat yang dititrasi dan reagen
harus berlangsung dengan sangat cepat
3. Harus ada perubahan yang mencolok dalam
energi bebas, yang menimbulkan perubahan dalam beberapa sifat fisika
atau kimia larutan pada titik ekivalen
4. Harus ada indikator yang dengan tajam mendeteksi titik akhir.
Titrasi ini erat kaitannya dengan titrasi redoks. Titrasi redoks merupakan
suatu metode analisa yang didasarkan pada terjadinya reaksi oksidasi reduksi
antara analit dengan titran. Analit yang mengandung spesi redukstor dititrasi
dengan titran yang berupa larutan standart dari oksidator atau sebaliknya. Konsep
reaksi redoks tersebut merupakan konsep reaksi reduksi oksidasin berdasarkan
peruahan bilangan oksidasinya. Menurut Chang (2005), titrasi adalah mereaksikan
suatu zat dengan zat lain dengan menggunakan buret. Titrasi terdiri dari beberapa
macam, antara lain:

3
4

a. Titrasi asam basa


Titrasi asam basa adalah penentuan kadar suatu larutan basa dengan
larutan asam yang diketahui kadarnya atau sebaliknya yang berdasarkan
pada reaksi netralisasi.
b. Titrasi bebas air
Titrasi bebas air adalah titrasi yang menggunakan pelarut organic
sebagai pengganti air untuk mempertajam titik akhir titrasi asam atau
basa lemah.

c. Titrasi permanganometri
Titrasi permanganometri adalah titrasi redoks yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganate.
d. Titrasi iodometri dan iodimetri
Titrasi iodometri adalah titrasi tidak langsung dengan analisa titrimetric
untuk zat-zat reduktor dengan penambahan larutan iodin baku berlebihan
dan kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku.
Sedangkan tirasi iodimetri adalah titrasi langsung dengan analisa
titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium tiosulfat,arsenat dengan
menggunkan larutan iodin baku.
e. Titrasi bromometri
Titrasi bromometri adalah penentuan kadar senyawa dimana berdasarkan
reaksi redoks dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromin
berjalan lambat) sehingga dilakukan titrasi secara tidak langung dengan
menambahkan bromin berlebih.
f. Tirasi argentometri
Tirasi argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasari atas adanya
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan
titer perak nitrat.
g. Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri adalah titrasi dimana reaski antara bahan yang
dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa.
5

Titrasi yang digunakan kali ini adalah titrasi permanganometri.


Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks dengan titran
yang digunakan adalah kalium permanganate. Dalam reaksi ini, ion MnO4 -
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam
suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat
atau besi dalam suatu sample.

(Gunawan Alvonsus Silaen)


2.2 Titrasi Permanganometri
Menurut Underwood (1999) permanganometri adalah penetapan kadar zat
berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan
pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam
suasana asam, netral dan alkalis.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O.............................................................2.1
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi
permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan
dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir
titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam
suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat.
Reaksi dalam suasana netral yaitu:
MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O.............................................................2.2
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan
Reaksi dalam suasana alkalis:
MnO4- + 3e → MnO42-...............................................................................2.3
MnO42- + 2H2O + 2e → MnO2 + 4OH-....................................................2.4
MnO4- + 2H2O + 3e → MnO2 + 4OH-.....................................................2.5
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral.
Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan
jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya
proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang
baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap
selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak
6

mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari
kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta
bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan
lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh,
permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida
Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O  5MnO2 + 4H+.........................................2.6
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup
untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 (Svehla, 1985).
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat.
Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat
reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air,
mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-
kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan
penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan
MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap
dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa
bulan (Svehla, 1985).
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting
dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah
asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses
kelarutan. Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi
menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan
timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah
sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk . Jika larutannya mengandung
asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan
lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya
7

dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna


kuning dari ion besi (Underwood, 1999).

2.3 Prinsip Metode Permanganometri


Prinsip dari metode Permanganometri adalah reaksi reduksi oksidasi.
Reaksi-reaksi yang terjadi meliputi perubahan bilangan oksidasi atau perpindahan
elektron-elektron dari zat –zat yang bereaksi. Permanganometri adalah penetapan
kadar suatu reduktor dengan jalan dioksodasi dengan larutan standar KMnO 4
dalam lingkungan asam sulfat (H2SO4 2N). Reaksi:
2KMnO4 + 10FeSO4 + 8H2SO4  K2SO4 + 2MnSO4 + 5Fe2(SO4)2 + 8H2O.......2.7
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4‾ bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4‾ akan berubah
menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk
menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Pada permanganometri,
titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah
diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat
encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus
tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk
menunjukkan kelebihan pereaksi (Khopkhar, 1990).
Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas
pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam titrasi. Warna ini
dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat
menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi-
kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Kelebihan sedikit dari permanganat yang
hadir pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan
sejulah MnO2. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat.
Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit,
fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam
menganalisa zat-zat organic (Khopkhar, 1990).
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat
asam lemah, netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang
8

bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak-balik, sedangkan
potensial elktroda sangat bergantung pada pH. Pereaksi kalium permanganat
bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih
dahulu. Titrasi dilakukan dalam lingkungan asam, sebab untuk menjaga supaya
konsentrasi hidrogen ion (H⁺) tetap selama titrasi berlangsung karena dalam
lingkungan netral atau basa sebagian dari KMnO4 diubah menjadi MnO4
sehingga larutan berwarna coklat yang akan menyukarkan pengamatan pada titik
akhir titrasi. Sebagai asam umumnya digunakana H2SO4 encer tidak dapat
digunakan HCl, HBr, HI, atau HNO3, sebab:
1. HCl, HBr, HI akan dioksidsi sendiri oleh KMnO4.
2. HNO3 sendiri bersifat sebagai oksidator .
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan netral.
Kelebihan sedikit dari permanganate yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup
untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Bagaimanapun
juga, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak diendapkan secara normal
pada titik akhir titrasi-titrasi permanganat. Tindakan pencegahan khusus harus
dilakukan dalam pembuatan larutan permanganate. Mangan oksida mengkatalisis
dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam
permanganate, atau berbentuk akibat reaksi antara permanganate dengan jejak-
jejak dari agen-agen pereduksi di dalam air, mengarah pada dekomposisi.
Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan Kristal-kristalnya, pemanasan
untuk menghancurkan substansi-substansi yang dapat direduksi, dan penyaringan
melalui asbestos atau gelas yang disinter (filter-filter non pereduksi) untuk
menghilangkan MnO2. Biasanya sebelum disaring dipanaskan terlebih dahulu
selama 15-30 menit, jika tidak dipanaskan, sebagai alternative larutan didiamkan
dalam suhu ruang selama 2-3 hari. Larutan tersebut kemudian distandardisasi, dan
jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan banyak
berubah selama beberapa bulan. Larutan kalium permanganate harus disimpan
dalam tempat yang bersih, berbahan kaca dengan warna gelap yang sebelumnya
telah dibersihkan dengan larutan pembersih kemudian dibilas dengan deionised
water (Basset, 1994).
9

(Geby Yohana Napitupulu)


2.4 Indikator
Dalam titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator, karena larutan
standar KMnO4.sudah berfungsi sebagai indikator sendiri (auto indikator) yaitu
MnO4 bewarna merah violet setelah dereduksi menjadi Mn²⁺ yang tidak berwarna
dan didalam jumlah yang sedikit mennyebabakan jambon pucat. Aplikasi lain
KMnO4 adalah sebagai reagen untuk mensintesis senyawa organik dalam jumlah
signifikan dibutuhkan untuk sintesis asam askorbat, kloramfenikol, sakarin, asam
isonikotinat dan asam pirazionik (Basset, 1994).

2.5 Penentuan-Penentuan dengan Permanganat


1. Penentuan-penentuan dengan Permanganat
Penentuan besi dalam bijih-bijih besi adalah salah satu aplikasi terpenting
dari titrasi-titrasi permanganate. Asam terbaik untuk melerutkan bijih-bijh besi
adalah asam klorida, dan Timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu
proses pelarutan. Sebelum titrasi dengan permanganate setiap besi (III) harus
direduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones
atau timah (II) klorida. Reduktor jones lebuh disarankan jika asam yang tersedia
adalah sulfat, mengingat tidak ada klorida yang masuk. Timah (II) klorida
biasanya dipergunakan untuk mereduksi besi dalam sampel-sampel yang telah
dilarutkan dalam asam klorida. Larutan pencegah Zimmermann-Reinhardt lalu
ditambahkan jika titrasi akan dilakukan dengan permanganate (Harjadi, 1993).
2. Penentuan agen-agen pereduksi lainnya
Banyak agen pereduksi selain besi (II) dapat ditentukan melalui titrasi
langsung dengan permanganate dalam larutan asam. Diantaranya adalah: Antimon
(III), Arsenik (III), Bromin, Titanium (III), Tungsten (III), Uranium (IV),
Vanadium (IV) (Harjadi, 1993)
3. Penentuan tidak langsung dari agen-agen pereduksi
Sebuah standar KMnO4 dapat pula dipergunakan secara tidak langsung
dalam penentuan agen-agen pengoksidasi, khususnya oksida-oksida yang lebih
tinggi dari metal-metal seperti timbale dan mangan. Oksida-oksida semacam ini
sulit untuk dilarutkan dalam asam-asam atau basa-basa tanpa mereduksi metal ke
kondisi oksidasi yang lebih rendah. Adalah tidak praktis untuk mentitrasi
10

substansi-substansi ini secara langsung, karena reaksi dari zat padat dengan suatu
agen pereduksi adalah lambat. Maka sampel direaksikan dengan suatu agen
pereduksi berlebih dan dipanaskan untuk menyelesaikan reasi. Kemudian
kelebihan agen pereduksi ini dititrasi dengan permanganate standar. Beragam
agen reduksi dapat dipergunakan, seperti As2O3 dan Na2C2O4 (Harjadi, 1993).

(Cici Meida Sari)


2.6 Prosedur Kerja
1. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat
a. Diambil 10 ml larutan Na2C2O4 dengan menggunakan pipet volum 10 ml.
Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N. Dilakukan duplo.
2. Penentuan Kalsium (Ca2+) dalam CaCO3
a. Ditimbang 0,1 gram padatan CaCO3 dengan menggunakan neraca
analitik. Dimasukkan ke dalam beaker glass 400 mL.
b. Aquades ditambahkan sampai volume menjadi 100 mL. Ditambahkan
beberapa tetes indikator metil merah ke dalam larutan. Dipanaskan larutan
tersebut sampai mendidih.
c. Ditambahkan larutan dari 0,75 gram NH4oksalat dalam 12,5 mL aquades
secara perlahan-lahan. Dipanaskan pada temperatur 70-80°C selama 15
menit.
d. 3 tetes larutan amonia (1:1) ditambahkan sambil diaduk secara perlahan.
Dibiarkan larutan dalam keadaan panas selama 1 jam. Disaring endapan
dengan menggunakan kertas saring Whatman No.540.
e. Dicuci endapan dengan aquades hingga bebas dari oksalat. Dilubangi
kertas saring dengan menggunakan pengaduk.
f. Dibilas endapan dengan larutan asam sulfat (1:8) ke dalam erlenmeyer
yang lain. Dicuci kertas saring dengan aquades panas sampai volume 50 ml.
Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N setelah semua endapan larut.

2.7 Standarisasi Larutan KmnO4


Larutan KMnO4 dapat distandarisasi dengan larutan standar denhgan
larutan standar H2C2O4 atau Na2C2O4 dengan mereaksikan 10 mL H2C2O4
0,05M dengan 0 mL larutan H2SO4 1M ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya
11

dipanaskan dengan kompor listrik dalam ruang asam hingga suhu 700C warna
dari H2SO4dan H2C2O4 mula-mula tidak berwarna kemudian dititrasi dengan
KMnO4 tetes demi tetes. Pemanasan dilakukan karena reaksi dengan
permanganatt lambat pada suhu kamar. Oleh karena itu dipanaskan hingga suhu
700C. Setelah itu suhu dipertinggi rekasi memulai lambat tetapi kecepatan
meningkat setelah Mn2+ terbentuk. Mn2+ bertindak sebagai katalis dihasilkan oleh
reaksinya sendiri. Setelah dilakukan pemanasan larutan tersebut dititrasi dengan
KMnO4 hingga diperoleh warna merah muda permanen. Setelah itu menghitung
jumlah KMnO4 yang digunakan dan mengulangi percobaan 2x. Dan pada
percobaan I diperoleh volume sebesar 10 mL dan berwarna coklat kemerahan.
Disini bisa timbul warna coklat kemerahan karena sebelum dititasi dengan
KMnO4 larutan H2C2O4 + H2SO4 harus didinginkan setelah dipanaskan. Berbeda
dengan percobaan I, percobaan II diperoleh volume sebesar 8,3 mL dan warna
yang ditimbulkan adalah merah muda yang konstan (karena sudah didiamkan
terlebih dahulu). Larutan standarisasiyang digunakan asam oksalat CH2C2O4 0,05
M yang oleh KMnO4 akan dioksidasi menjadi CO2 menurut reaksi sebagai
berikut:

2MnO4-(aq) + 6H+(aq) + 5H2C2O4(aq)  2Mn2+(aq) + 8H2O(l) + 10CO2(g)............2.8


Dalam percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H 2SO4 encer dan
bukan larutan yang lain, misalnya HCl encer yang tidak boleh digunakan sebab
dapat dioksisdasi oleh KmnO4 menjadi Cl2 sebagai berikut:
MnO4-(aq) + 16H+(aq) + 10Cl-(aq)  Mn2+(aq) + 5Cl2(g) + H2O(l).........................2.9
Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir suatu
titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan tetap, artinya saat
melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul tidak hilang, hal ini
menunjukan titik kestabilan. Dalam hal ini terjadi reaksi oksidasi dan reduksi:
Oksidasi : H2C2O4  CO2 + 2H+ + 2e-
Reduksi : MnO4- + 8H+  Mn2+ + 4H2O
Dan dalam percobaan standarisasi larutan KMnO4 diperoleh molaritasnya sebesar
0,021 M.
12

(Brastian Natan Purba)

2.8 Kelebihan Dan Kekurangan Titrasi Permanganometri

2.8.1 Kelebihan Titrasi Permanganometri


Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena
reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah
berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi
menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai auto indicator (Harjadi,
1993).
2.8.2 Kekurangan Titrasi Permanganometri
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak
pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam
waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai
menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan
presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4. Pemberian
KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4
dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O  5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu
lambat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida
yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑......................................................................2.10
H2O2 ↔ H2O + O2↑..........................................................................................2.11
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang
dilaksanakan.

2.9 Manfaat Titrasi Permanganometri


Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat
dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam
13

pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat
sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan
apabila tidak diperlukan atau berbahaya (Rohman, 2007).
14
15

BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

1. Larutan adalah campuran yang homogen. Larutan merpakan bercampurnya


dua macamzat (pelarut dan terlarut). Dalam hal ini penyebaran molekul-
molekul kedua zat itu merata danserba sama (homogeny). Proses
penyebaran molekul-molekul atau bercampurnya zat terlarutdengan pelarut
disebut melarut. Keadaan larutan, dalam hal ini pelarut sudah tidak dapat
lagi melarutkan zat terlarut disebut larutan jenuh (hipertonis), sedangkan
jika larutan masih dapatmelarutkan zat terlarut, disebut larutan tidak
jenuh .Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrasi.Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah
pelarut, dinyatakan dalamsatuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam
sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkanhal ini muncul satuan-
satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm
serta ditambah dengan persen massa dan persen volume.
2. Titrasi permanganometri merupakan titasi yang menggunkan KMnO4
sebagai titan.
3. Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam lingkungan asam sehingga
terjadi rekasi sebagai berikut:
MnO4-(aq) + 6H+(aq) + 5H2C2O4(aq)  2Mn2+(aq) + 8H2O(l) + 10CO2(g)..............3.1
4. Standarisasi larutan KMnO4 : larutan KMnO4 distandarisasi dengan larutan
H2C2O4, larutan H2C2O4 dioksidasi oleh KMnO4 menjadi CO2 menurut
reaksi:
2MnO4-(aq) + 6H+(aq) + 5H2C2O4(aq)  2Mn2+(aq) + 8H2O(l) + 10CO2(g)............3.2
5. Diperoleh molaritas KMnO4 adalah 0,021M.
6. Pada titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator karena perubahan
warna KMnO4 telah menandakan titik akhir.
7. Titik akhir titrasi permanganometri ditandai dengan perubahan warna yaitu
pada percobaan 1 dan 2 dari tidak berwarna menjadi merah muda.
Sedangkan pada percobaan ke 3 dari kuning pucat menjadi orange pekat.

14
3.2 Saran
Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan mengenai
titrasi permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain itu harus teliti
dalam melihat dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret dan
selalu menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid I. Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Khopkhar, S., M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Underwood, A. L., dan Day, R. A. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai