Anda di halaman 1dari 13

Konsep Anthropologi Sosial

Dosen Pengampu:
Hanna DL Damanik, SKM, MKM

Oleh:
Kelompok 1
Tingkat 2 A
1. Alfina Damayanti (PO7120118005)
2. Alfira Damayanti (PO7120118007)
3. Atikah Qanitah Ulipia Harahap (PO7120118014)
4. Elfiranti Eka Novrida (PO7120118039)
5. Julian Hartantri (PO7120118048)

PRODI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti
ilmu. Menurut Haviland (1994;7) antropogi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan prilakunya, dan untuk memperoleh
pengertian yang lengkap mengenai keanekaragaman manusia. Dalam pengertian studi yang
mempelajari manusia, antropologi menurut Embaer (1985:2) dapat bersifat akurat atau tidak
akurat. Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari kapan, dimana, dan bagaimana manusia
pada mulanya muncul di bumi, selaian itu mereka juga mempelajari beraneka ragam ciri-ciri
fisik manusia. Para ahliantropolgi juga tertarik untuk mempelajari bagaimana dan mengapa suatu
masyarakat memilki pemikiran dan kebiasaan pada masa lampau dan masa kini.
Ketidak akuratan pengertian sebagaimana pembagian diatas juga muncul karena dengan
pengertian tersebut antropolgi dapat digabungkan denngan disiplin ilmu manusia lainnya seperti
sosiologi, psikologi, ilmu politik, ekonomi, sejarah, biologi manusia, dan bahkan dapat
digabungkan dengan disiplin humanistic seperti filsafat dan sastra.
Banyaknya disiplin lain yang juga memiliki perhatian dengan permasalahan manusia,
tentu tidak akan merasa senang bila diterima sebagai sebagian atau cabang ilmu antropolgi.
Memang kebanyakan dari ilmu-ilmu tersebut sudah terpisahkan sebagai disiplin sendiri lebih
lama dari antropologi, dan masing-masing mempertimbangkan wilayah kajian mereka untuk
menjadi berbeda dari yang lain.

Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Antropologi


Sejarah perkembangan antropologi menurut Koentjaraningrat (1996:1-3) terdiri dari
empat fase, yaitu:
1. Fase Pertama (Sebelum 1800)
Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika,
Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang lebih 4 abad.
Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum
nasrani, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah
perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka
kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri
fisik. Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai "etnografi" (dari kata etnos berarti bahasa.
2. Fase kedua (kira-kira Pertengahan Abad ke-19)
Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa
karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat
evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap
"primitiv" yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah
dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat
evolusi.
3. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)
Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi
menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.
Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa
ternyata makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks bangsa-
bangsa Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu
akan menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.
4. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)
Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik.
Penembangannya meliputi ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode ilmiahnya.
Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa
primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika)
setelahPerang Dunia II.
Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh
karena itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih dari
suku-suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah
pedesaan Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai
dengan symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup
antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.

Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama:


1.  Tujuan Akademis, untuk mencapai pemahaman tentang manusia berdasarkan bentuk fisiknya,
masyarakatnya, maupun kebudayaannya.
2. Tujuan Praktis, untuk kepentingan pembangunan
Sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli
antropologi yang mampu menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah
maka antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi masing –
masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan kemampuannya untuk
mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian tertentu dalam antropologi. Dengan
demikian, spesialisasi studi antropologi menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli – ahli
antropologi dalam mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat – sifat dan hajat hidup
manusia secara lebih banyak.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian antropologi social dan kesehatan
2. Mengetahui sejarah antro sosial dan kesehatan
3. Mengetahui perkembangan antro sosial dan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Anthropologi Sosial


A. Definisi Antropologi Sosial
Antropologi sosial adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. mempelajari
seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia. Yang  menghadirkan orang lain baik secara
nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan tertentu.

B.Sejarah Antropologi Sosial


Sejarah antropologi sosial memang tak lepas dengan sejarah antropologi itu sendiri,pada
abad ke 18 yang lahir dari zaman Enlightenment. Di Prancis sejarah antropologi sosial bermula
dengan munculnya tokoh Montesquieu (1688-1755) dengan bukunya yang berjudul De L’Esprit
des Lois (1748) mengenai politik,sosial,falsafah. Setelah itu muncul
D’Alembert,Condercet,Turgot,pengikut Encyclopaedist dan Phisiocrat hingga kepada Saint
Simon (1760-1825).Saint Simon sebagai anggota Elightment menyarankan bahwa ilmuan harus
menganalisa fakta bukan konsep dalam kajian.
Selanjutnya Auguste Comte ( 1798 -1857 ) merupakan pengikut Simon namun berbeda
pendapat dengannya.Comte ahli fikir yang lebih sistematis namun tetap menanamkan disiplin
ilmu kemasyarakatan yang dirancang sebagai “sosilogi”.Jadi aliran rasionalisme falsafah
perancis mempengaruhi bidang antropologi inggris dengan kuat,terutama melalui penulisan
Durkheim dan para pengikutnya serta Levy-Bruhl yang mempunyai pemikiran sama dengan
Simon.Dua orang penulis yang telah menarik perhatian para antropolog sosial berkenaan dengan
analiasa mengenai fungsi ialah Hubert Spencer dan Emile Durkheim.
Keduanya mencoba merangkum seluruh pengetahuan manusia dan dalam mereka
mencoba membentuk suatu ilmu kemasyarakatan yang lengkap dan disebut Super organic
(manusia merupakan suatu evolusi alami dan merupakan lanjutan evolusi organic yang tidak
dapat dihindarkan).
Penulisan Emile Durkheim menimbulkan pengaruh lebih tepat dan mendalam terhadap
antropologi sosial Karena teori-teori sosiologi umum yang dikemukakan dalam pengkajian
mengenai masyarakat primitive secara menyakinkan.(contoh karya). Pendapat Durkheim; Fakta-
fakta sosial tidak dapat diterangkan dari segi psikologi individu kalau ia berada di luar dan
terpisah dari pemikiran individu tersebut, misalnya bahasa yang merupakan sui generis.Fakta-
fakta dicirikan dengan bentuk yang umum,dapat diturunkan dan beberapa paksaan.Semua
anggota masyarakat umumnya mempunyai kebiasaan,adat istiadat,bahasa dan moral yang
sama.mereka juga takhluk pada suatu kerangka institusi politik,hukum dan ekonomi.Semua hal
tersebut membentuk suatu struktur yang dapat dikatakan stabil karena dibutuhkan dalam jangkau
yang lama dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Profesor Radcliffe-Brown telah menyatakan konsep bahwa konsep fungsi yang
digunakan bagi masyarakat manusia adalah kepada analogi antara kehidupan sosial dan
organic.Penekanan antropologi fungsional terhadap konsep system sosial dan selanjutnya
mengenai pentingnya pengkajian yang sistematis tentang kehidupan sosial masyarakat primitive
yang ada sekarang bukan saja telah mimisahkan disiplin antropologi sosial dari etnografi bahkan
menggabungkan pengkajian teorikal mengenai institusi dengan pengkajian bercorak penelitian
lapangan mengenai kehidupan sosial masyarakat primitive.Pada masa sekarang antropolog sosial
mengkaji masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang bersejarah.apa yang dilakukan seorang
antropologi sosial dapat dibagi tiga tingkat:
1. Tingkat pertama: Sebagai seorang ahli etnografi dia  tinggal bersama dalam suatu masyarakat
primitive dan mempelajari cara hidup mereka.Dia mempelajari tutur kata masyarakat
itu,berfikir dari segi konsep mereka,dan merasakan apa yang mereka rasakan.Kemudian dia
akan menghidupkan kembali pengalaman secara kritis dan menguraikan dari segi kategori
konsep dan nilai budaya dan menurut pengertian umum disiplin ilmiahnya.Dengan kata lain
dai mengartikannya dari kebudayaan kepada kebudayaan yang lain.
2. Tingkat Kedua: Dia akan mencoba untuk melampaui garis literary dan impressionistic untuk
mengetahi struktur masyarakat untuk menyelidiki system fonologi dan tat bahasa tersebut.Jadi
seorang sntropolog sosial tidak ajkan merasa puas hanya dengan memperhatikan dan
menerangkan kehidupan sosial suatu masyarakat primitive itu saja tetapi akn mencoba
mengungkapkan struktur dasar masyarakat itu.
3. Tingkat Ketiga: Membandingkan pola-pola tadi dengan pola-pola masyarakat lainnya.Dengan
ini antropolg sosial akan dapat  memperluas pengetahuannya tentang dasar struktur tipologi
mengenai bentuk masyrakat,menentukan cirri-ciri utamanya dan sebab-sebab mengapa
terjadinya perbedaan di antara masyarakat itu.
Ketiga tingkatan tersebut berpedoman pada antropologi sosial mengkaji masyarakat
sebagai system moral atau simbolik bukan sebagai sistem alami.
C. Tokoh-Tokoh  Perkembangan Antropologi Sosial
1. Edward B Tylor
Edward B Tylor(1832-1917) adalah orang inggris yang mendapatkan pendidikan dalam
kesusaatraan dan peradaban Yunani dan Rum Klasik,dan baru kemudian tertarik akan ilmu
arkeologi.
2. Lewis Henry Morgan
Lewis Henry Morgan (1818-1881) adalah seorang ahli hukum yang lama tinggal di antar
suku-suku  bangsa Indian Iroquois di daerah hulu sungai St. Lawrence dan di sebelah selatan
danau-danau besar Ontario dan erie ( negara bagian New York) sebagai pengacara bagi orang-
orang Indian dalam soal-soal tanah.Karangan etnografi yang pertama terbit tahun 1851 berjudul
League of the Ho-de-no-Sau-nie or Iroquois.Morgan percaya kepada konsep evolusi
masyarakat,melalui karya pokok yang berjudul Ancient Society (1877) mencoba melukiskan
evolusi masyarakat dan kebudayaan melalui delapan tingkat.evolusi yang universal (zaman liar
tua,zaman liar madya,zaman liar muda,zaman barbar tua,zaman barbar madya,zaman barbar
muda,zaman peradaban purba,zaman peradaban masakini).
3. Franz Boas
Franz Boas (1858-1942) adalah seorang ahli geografi yang berasal dari jerman.Boas
melakukan ekspedisi tunggal ke darah suku-suku bangsa Eskimo di pantai Pulau Baffinland
dalam tahun 1883 hingga 1884.Bahan etnografi yang dikumpulkannya dipakai untuk mengisi
buku The Central Eskimo (1888).Fanz Boas menjadi dosen ilmu antropologi di Universitas
Columbia di New York dan dikenal sebagai Bapak Antropologi.
4. Emile Durkheim
Emile Durkheim (1858-1917) adalah seorang perancis yang belajar mengenai teologi
untuk menjadi pendeta Yahudi,kemudian pindah belajar kesusastraan perancis di suatu Lycee di
Paris.Tahun 1887 ia menjadi dosen ilmu sosiologi di Universitas Bordeaux,dan menulis buku
tentang pembagian kerja dalam masyarakat yang berjudul De la Divisison du Travall Social
(1893).

D. Definisi Antropologi Kesehatan


Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit
pada manusia.
Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat
yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya:
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun
supernatural atau penyihir
3. Kelompok 'healers' ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan 'sakit' atau 'penyakit' tidak secara individual,
terutama "illness dansickness" pada keluarga ataupun masyarakat.

Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi


kesehatan diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi
terhadap "ill" dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui
mengenai budaya dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya.
Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi dalam
memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain. Misalnya dalam bidang biologi,
antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan
variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan
epidemiologi.
Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan
dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat
tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur
ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu
kesehatan lain sebagai berikut:
1. Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk
individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang
tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar
kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme
yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial
budaya bidang kesehatan.
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu
pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi
yang ada di masyarakat.
Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan, antara
lain:
1. Antropologi fisik/biologi/ragawi, contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh,
variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya,
migrasi dan urbanisasi.
2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau yang
masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus
dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah.
3. Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan
dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan yang
tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.
4. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan antropologi
untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.

E. Sejarah Perkembangan antropologi Kesehatan


Tahun 1849 RudolfVirchow, menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia
yang sehatmaupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukumsebagai
dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inherendalam manusia itu sendiri
sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosialyang mempengaruhi kesehatan dan penyakit,
maka kedokteran dapatditetapkan sebagai antropologi.
Tahun 1953, Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan
terdapat pada tulisan yang ditulis berjudul “Appied Anthopology”. Tulisan ini merupakan tour
the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah
menciptakan suatu subdisiplin baru.
Tahun 1963, Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan”
dan membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan
kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai
implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.
Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan
munculnya tulisan yang dibuat Pearsal (1963) yang berjudul Medical Behaviour Sciene yang
berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi
tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi.

Perhatian Ekologis Dari Para Ahli Antropologi:


Ahli antropologi kesehatan berorientasi ekologi, menaruh perhatian pada hubungan
timbal balik antara manusia dengan lingkungan alamnya, tingkah laku, penyakit dan cara-cara
dimana tingkah laku dan penyakit mempengaruhi evolusi dan kebudayaan melalui proses umpan
balik.
Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosbud, semua kelompok harus berdaptasi
dengan lingkungan geografi dan iklim, belajar mengeksploitasi sumber yang tersedia untuk
kehidupan dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan sendiri dan dimana
manusia menderita penyakit selain karena patologinya juga karena sosial psikologi dan faktor
budayanya.

Paleopatologi
Merupakan studi mengenai penyakit manusia purba, yang menjelaskan bagaimana
manusia dulu dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka hidup dan mengenai cara
hidup.Misalnya: Kerangka pada kuburan Anglo-Saxonditemuka fraktur pada tulang betis oleh
karena sering jatuh (tanah keras dan bukit terjal), sedangkan pada suku Nubia di zaman Mesir
kuno ditemukan patah yang sering pada lengan diperkirakan karena menahan pukulan
(karakteristik suku yang gampang marah dan suka memukul.

Penyakit dan Evolusi


Penyakit infeksi merupakan faktor penting dalam evolusi manusia melalui proses evolusi
dari proteksi genetik, makanya nenek moyang kita dapat mengatasi ancaman penyakit dalam
kehidupan individu dan kelompok.
Misalnya : adanya gen anti malaria (sel darah merah berbentuk sabit pada penduduk
Afrika Barat). Pada penduduk kulit hitam di Amerika sel sabit menimbulkan Penyakit Anemia
sel sabit (Sickle-cell Anemia).

F.Hubungan Antropologi Dengan Manusia


1.Hubungan Manusia  dan  Kebudayaan
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya
naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat
kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat
beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari
kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan
terhadap kebudayaan yaitu, sebagai:
1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan,
4) pencipta kebudayaan.
2.   Hubungan Manusia  dan  Sosial
Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah Zoon
Politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh
karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya. Makhluk sosial artinya
bahwa kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan manusia lain. sebagai makhluk budaya
menandakan bahwa manusia memiliki akal budi yang membedakan dengan makhluk hidup lain
dibumi ini.
Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi
bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju ke arah kemunduran.
Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga
membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat. Perubahan itu dapat
terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian,
sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi atau keyakinan.
Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan budaya
karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus berarti manusia , dan
logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan. Para
ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi marupakan studi tentang umat
manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanisiaan baik dalam
bentuk fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya.

Secara khusus, ilmu antropologi terbagi kedalam lima subilmu yang mempelajari:
1. Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis.
2. Masalah terjadinya aneka ragam fisik manusia.
3. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kebudayaan manusia.
4. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yangdiucapkan
seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam
suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, H., Pengantar Antropologi (Untuk Mahasiswa Psikologi), Penerbit Gunadarma,


Jakarta: 1996.
Chapin, J.P., Kamus Lengkap Psikologi (alih bahasa: Kartini Kartono), RajaGrafindo Persada,
Jakarta:1995.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta: 1986.
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi Jilid I, UI Press, Jakarta: 1990.
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Anthropologi Jilid II, UI Press, Jakarta: 1990.

Anda mungkin juga menyukai