Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Pengertian
Apendiksitis merupakan suatu peradangan pada appendik yang
berbentuk cacing yang berlokasi dekat katup ileocecal (R. Sjamsuhidajat,
1996).
Appendiksitis merupakn suatu peradangan ari appendik vermiformis
yang mengenai semua dinding organ tersebut (Sabiston David, 1994).
Appendiksitis juga disebut sebagai suatu peradangan yang diakibatkan
karena tersumbatnya lumen oleh benda asing, fekalit, tumor atau parasit
(Theodore, R. Ashrock, 1995).
Appendiksitis merupakan penyebab yang paling sering dari inflamasi
akut kuadran kanan bawah rongga abdomen dari penyebab yang paling umum
dari pembedahan abdomen darurat (Baughman, Diare. 2000; 45,46).

1.1.2 Etiologi
Appendiksitis disebabkan oleh :
1) Sumbatan pada lumen appendik oleh hiperplasia folikel limfoid.
2) Fekalit (tinja yang keras), benda asing.
3) Striktur karena fibrosis peradangan sebelumnya.
4) Neoplasma.
5) Erosi mukosa appendik karena parasit (E. Histolitika).

1.1.3 Fisiologi
Appendik menghasilkan lendir 1-2 ml / hari yang bersifat basa
mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normaldiarahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalirke caecum. Hambatan aliran lendir
dimuara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated
Lympoid Tissue) yang terdapat disepanjangsaluran cerna termasuk appendiks
ialah Ig A. imunoglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap
infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem
imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh (R. Syamsu, 1997).

1
1.1.4 Kalsifikasi
1.1.4.1 Appendiksitis Akut
Bila mukosa mengalami bendungan karena sumbatan lumen appendik, makin
lama mukus makin banyak menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen
sehingga menghambat aliran limfe, dan terjadi edema, diapedesis bakteri,
ulserasi mukosa.
1.1.4.2 Appendiksitis Supuratif
Bila sekresi mukus terus berlanjut dan tekanan terus meningkat akan terjadi
obstruksi vena, edema bertambah, abkteri, dapat menembus dinding lumen
mengakibatkan peradangan meluas dan mengenai peritoneum.
1.1.4.3 Appendiksitis Ganggrenosa
Bila aliran arteri terganggua akan terjadi infark dinding appendik disertai
ganggren.
1.1.4.4 Appendiksitis Perforasi
Bila dinding lumen yang telah rapuh itu pecah.
1.1.4.5 Appendiksitis Infiltrat
Bila semua proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke appendik sehingga timbul suatu masaa lokal.
1.1.4.6 Appendiksitis Abses
Bila massa lokal tersebut berisi nanah atau pus.

2
1.1.5 Patofisiologi

Obstruksi penyumbatan oleh karena hiperplasia dari folikel limfoid

Adanya fekalit dalam lumen appendiks

Mukus yang diproduksi mukosa terbendung

Resiko terjadi infeksi


Menekan dinding appendiks
Mukus terkumpul
Merangsang tunika serosa dan
Terinfeksi oleh bakteri peritonium viseral

Persyarafan appendiks sama dengan usus


Gangguan aliran vena

Peradangan timbul meluas dan mengenai Nyeri sekitar umbilikus


peritoneum parietal setempat

Appendiksitis supuratif Ansietas Anoreksia, Pola istirahat /


nausea tidur terganggu
Appendiksitis yang akut
Perubahan nutrisi kurang dari
Daya tahan tubuh menurun kebutuhan tubuh

Appendiksitis kronis

Aliran arteri terganggu Peningkatan peristaltik sehingga


menyebabkan diare / konstipasi
Ganggren

Appendiksitis ganggrenosa

Dinding lumen pecah

Appendiksitis perforasi

Omentum dan usus masuk ke appendiks

Berisi
Massananah
lokal Appendiksinfiltrat
Appendiks abses

Kekurangan volume dan cairan Peningkatan suhu tubuh


Keterangan :
dan elektrolit

Obstruksi appendiks menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa


terbendung, makin lama mukus makin banyak dan menekan dinding
appendiks serta merangsang tunika serosa dan peritoneum viseral, sehingga
persyarafan appendiks sama dengan usus taitu torakal dan maka rangsangan
itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umbilikus dan terjadi ansietas,
gangguan tidur, anoreksia, nausea, perubahan nutrisi.

3
Mukus yang terkumpul lalu terinfeksi bakteri kemudian terjadi
gangguan aliran vena, peradangan meluas dan mengenai peritoneum parietal
setempat sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini
disebut dengan appendiksitis supuratif.
Appendiksitis supuratif akan menjadi appendiksitis yang akut. Dimana
daya tahan tubuh menurun menyebabkan peningkatan peristaltik dan terjadi
diare / konstipasi, sehingga menjadi appendiksitis kronis. Hal ini akan terjadi
aliran arteri terganggu dan ganggren, dan disebut appendiksitis ganggrenosa.
Kemudian omentum dan usus masuk ke appendiks menimbulkan massa lokal
dan terjadi nanah dalam massa tersebut menyebabkan kurangnya volume
cairan dan elektrolit, peningkatan suhu tubuh.

1.1.6 Manifestasi Klinis


1) Nyeri didaerah umbilikus yang disertai dengan muntah
2) Nyeri tekan, nyeri lepas, spasme otot
3) Anoreksia, nausea, demam
4) Diare, konstipasi
5) Nyeri beralih kesisi / kuadran kanan bawah
6) Jika sudah ruptur maka lokasi nyeri akan menyebar

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan Laboratorium
- Darah, ditemukan leukosit 10.000-18.000 mn
- Urine, ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit
2) Pemeriksaan Radiologi
BOF, tampak distensi pada appendiks akut

1.1.8 Penatalaksanaan
1) Pembedahan di indikasikan jika terdiagnosa appendiksitis, lakukan
appendiktomi secepat mungkin untuk mengurangi komplikasi lebih lanjut.
2) Berikan antibiotik dan cairan IV sampai pembedahan dilakukan.
3) Analgesik dapat diberika setelah diagnosa ditegakkan.

1.1.9 Komplikasi Appendiktomi


1) Komplikasi mator adalah perforasi appendiks yang dapat mengarah pada
peritonitis atau pembentukn abses.
2) Perforasi biasanya terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.

4
Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.1.10 Pengkajian
1.1.10.1 Anamnesa
1) Kapan mulai mengalami gejala-gejala dari penyakit ?
2) Apa saja gejala-gejala yang dirasakan ?
3) Apa akibat dari gejala-gejala tersebut ?
1.1.10.2 Pemeriksaaan Fisik
1) Aktivitas
Gejala : malaise
2) Sirkulasi
Tanda : takikardia
3) Eliminasi
Gejala : konstipasi pada awal awitan, diare
Tanda : distensi abdomen, nyeri tekan, kekakuan, penurunan atau
tidak ada bising usus
4) Makanan / Cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah
5) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus
Tanda : perilaku berhati-hati, berbaring dengan lutut ditekuk,
meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah, nyeri lepas
pada sisi karena inflmasiperitoneal
6) Keamanan : demam
7) Pernafasan : takipnea
1.1.11 Rencana Asuhan Keperawatan
1.1.11.1 Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Dapat dihubungkan dengan :
- Distensi usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah.
Batasan karakteristik:
Mayor (80 % - 100 %)
- Komunikasi (verbal atau kode) dari pemberi gambaran nyeri
Minor (50 % - 80 %)
- Perilaku melindungi, protektif
- Memfokuskan pada diri sendiri
- Penyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari
kontak sosial, kerusakan proses pikir)

5
- Perilaku distraksi (merintih, menangis, mondar-mandir, mencari
orang lain, gelisah)
- Wajah tampak menahan nyeri (mata tak bersemangat, "tampak
terpukul" gerakan terfiksasi atau menyebar, meringis)
- Perubahan tonus otot (dapat berkisar dari malas sampai kaku)
- Respon autonomik
Tujuan :
- Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam
Kriteria hasil :
- Individu akan melaporkan nyeri hilang / terkontrol
- Tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat
Intervensi :
1) Kaji nyeri, cvatat lokasi, beratnya (skala nyeri)
R : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan.

2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler


R : Gravitasi melokalisir eksudat inflamasi dalam abdomen bawah
atau pelvis.

3) Dorong ambulasi dini


R : Meningkatkan normalitas fungsi organ.

4) Berikan teknik relaksasi dan distraksi


R : fokus perhatian kembali, meningkatkan kemampuan koping.

5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik sesuai


indikasi
R : Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama .

1.1.11.2 Resiko tinggi infeksi


Dapat dihubungkan dengan :
- Tidak adekuatnya pertahanan utama : perforasi / ruptur pada
appendiks, pembentukan abses.
- Prosedur invasif, adanya insisi bedah.
Tujuan :
- Infeksi dapat dicegah / tidak terjadi
Kriteria hasil :

6
- Individu akan meningkatnya penyembuhan luka dengan benar, bebas
dari tanda infeksi / inflamasi, eritema dan demam.
Intervensi :
1) Awasi tanda-tanda vital.
R : Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritonitis

2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.


R : Menurunkan resiko penyebaran bakteri

3) Berikan infomrasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang terdekat
R : Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan
emosi. Membantu menurunkan ansietas.

Ambil contoh drainase bila diindikasi

R : Kultur pewarnaan gram dan sensitivitas berguna untuk


mengidentifikasi organisme penyebab dan pilihan terapi.

4) Berikan antibiotik sesuai indikasi


R : Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah
organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk
menurunkan penyebaran dan pertumbuhan pada rongga abdomen

5) Bantu irigasi dan drainage bila diindikasikan


R : Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir.

1.1.11.3 Resiko tinggi kekurangan volume cairan


Berhubungan dengan :
- Muntah praoperasi
- Pembatasan pasca operasi (contoh puasa)
- Status hipermetabolik (contoh demam, proses penyembuhan)
- Inflamasi peritoneum dengan cairan asing
Tujuan :
- Kurangnya volume cairan dapat dicegah dalam waktu 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
- Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban
membran mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda viatl stabil, haluaran
urine adekuat
Intervensi :
1) Awasi TD dan nadi
R : Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intra
vaskuler

7
2) Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
R : Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

3) Awasi masukan dan haluaran, catat warna urine atau konsentrasi, berat
jenis
R : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis
diduga dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan

4) Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus


R : Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan
peroral

5) Pertahankan penghisapan gaster / usus


R : Selang NG biasanya dimasukkan pada pasca operasi dan
dipertahankan pada fase segera pasca operasi.

1.1.11.4 Ansietas
Dapat dihubungkan dengan :
- Kurang pengetahuan (belajar), mengenai kondisi dan pengobatan
Tujuan :
- Kurangnya volume cairan dapat dicegah dalam waktu 1 x 24 jam.
Batasan karakteristik :
- Mayor : dimanifestasikan oleh gejala-gejala dari tiga kategori,
fisiologis, emosional dan kognitif. Gejala-gejala
bervariasi sesuai dengan tingkat ansietas
- Fisiologis : peningkatan frekwensi jantung, penmingkatan tekanan
darah, peningkatan frekwensi pernafasan, pucat /
kemerahan, mulut kering, diare, gelisah, sering berkemih,
gemetar, kedutan
- Emosional : ketakutan, ketidakberdayaan, gugup, tidak dapat rileks,
marah, menangis, menarik diri, mencela diri
- Kognitif : tidak dapat berkonsentrasi, mudah lupa, penurunan
kemampuan belajar.
Kriteria hasil :
- Individu akan menggambarkan ansietas dan pola koping,
menghubungkan peningkatan kenyamanan psikologis, menggunakan
mekanisme koping yang efektif
Intervensi :

8
1) Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh mengangkat
berat, olahraga, seks
R : memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan
kembalirutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah

2) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik


R : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan perasaan
sehat

3) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik


R : membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien / orang
terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan
stres

4) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman


R : memindahkan pasien dari stres luar meningkatkan relaksasi,
membantu menurunkan ansietas

5) Dorong pasien / orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku


perhatian
R : tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres
berkurang

6) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru misal : teknik mengatasi


stres, keterampilan organisasi
R : belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu
dalam menurunkan stress dan ansietas, meningkatkan kontrol
penyakit

7) Berikan obat sesuai indikasi, misal : sedatif


R : dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan
istirahat

1.1.11.5 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Dapat dihubungkan dengan :
- Masukan makan tidak adekuat, anoreksia, status hipermetabolik,
gangguan absorbsi, disfungsi usus
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Penurunan berat badan, penurunan lemak sub cutan, tonus otot buruk,
bunyi usus hiperaktif, steatorea, konjungtiva dan membran mukosa
pucat, meolak makan
Batasan karakteristik:

9
Mayor
- Seseorang yang mempunyai ketidakcukupan masukan makanan,
kurang dari yang dianjurkan sehari-hari dengan atau tanpa
terjadinya penurunan berat badan dan kebutuhan metabolik aktual /
potensial pada kelebihan masukan terhadap penurunan berat
badan.
Minor
- Berat badan 10-20 % dibawah normal dan tinggi serta kerangka
tubuh dibawah ideal, lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan
lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60 % dari ukuran
standart, kelemahan dan nyeri tekan otot, mudah tersinggung dan
bingung, penurunana lbumin serum, penurunan transfein /
kapasitas pengikat zat besi
Tujuan :
- Nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
- Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut
Intervensi :
1) Awasi pemasukan makanan, berikan makanan sedikit dalam frekwensi
sering dan tawarkan makanan pagi paling banyak
R : memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan, buruknya
toleransi terhadap makan mungkin berhubungan dengan
peningkatan tekanan abdomen

2) Berikan perawatan mulut sebelum makan


R : menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu

3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak


R : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan

10
4) Auskultasi bising usus
R : meskipun bising usus sering tidak ada, inflamasi / iritasi usus
dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorbsi air

5) Berikan tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila dibutuhkan


R : mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda
kekurangan terjadi / gejala memanjang

6) Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi


R : menurunkan rangsang gaster berlebihan dan risiko iritasi

7) Berikan obat sesuai indikasi, contoh : antiemetik


R : digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan mual / muntah
dan meningkatkan masukan oral

1.1.11.6 Kerusakan mobilitas fisik


Dapat dihubungkan dengan :
- Keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, ketidakmampuan bergerak,
kerusakan koordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan
/ kontrol otot, prosedur pembedahan
Batasan karakteristik:
Mayor
- Mampu untuk bergerak dengan maksud tertentu dalam
lingkungannya seperti mobilisasi ditempat tidur, ambulasi,
keterbatasan menggerakkan sendi-sendi (rentang gerak)
Minor
- Adanya keterbatasan aktivitas, malas untuk bergerak
Tujuan :
- Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tak
adanya kontraktur, meningkatkan normalisasi fungsi usus
Kriteria hasil :
- Individu akan mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi
bagian yang terkena atau kompensasi, mendemonstrasikan teknik atau
perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi :
1) Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh : bekerja,
mengangkat benda berat, olahraga, seks, mencangkul

11
R : memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan kembali
rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah

2) Dorong untuk melakukan ambulasi dini


R : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh : merangsang
peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan

3) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik


R : mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan perasaan
sehat dan mempermudah kembali keaktivitas normal

4) Ajarkan mobilisasi bertahap


R : mencegah timbulnya rasa nyeri, menurunkan kelemahan

5) Bantu dalam ambulasi bila dibutuhkan dan pindahkan barang-barang


yang tidak diperlukan dari tempat latihan
R : mencegah terjadinya risiko kecelakaan diri / jatuh

6) Ubah posisi minimal tiap 2 jam


R : menurunkan risiko terjadinya trauma / iskemia jaringan

7) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif dan


ambulasi pasien.
R : program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti

1.1.11.7 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi


pengobatan
Dapat dihubungkan dengan :
- Kurang pemajanan, keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi
informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber
informasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Pertanyaan, meminta informasi, pernyataan kesalahan informasi,
ketidakakuratan mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah
Batasan karakteristik:
Mayor
- Menyatakan kurangnya pengetahuan atau keterampilan / meminta
informasi
- Mengekspresikan persepsi yang tidak akurat terhadap kondisi
kesehatannya

12
- Menampilkan secara tidak tepat perilaku sehat yang diinginkan
atau yang sudah ditentukan
Minor
- Kurang integrasi rencana tindakan ke dalam kegiatan sehari-hari
Tujuan :
- peningkatan pemahaman tentang kondisi / prognosis dan aturan
terapeutik secara optimal
Kriteria hasil :
- Individu akan berpartisipasi dalam proses belajar, memulai perubahan
gaya hidup yang diperlukan
Intervensi :
1) Tinjau ulang prosedur dan harapan pasca operasi
R : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi

2) Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat, kebutuhan diet


R : meningktakan penyembuhan dan mencegah dehidrasi

3) Identifikasikan gejala yang memerlukan evaluasi medik, misal : nyeri


hebat, edema
R : upaya intervensi menurunkanrisiko komplikasi serius

4) Tekankan pentingnya mengikuti prosedur tindakan keperawatan


R : periode penyembuhan luka memerlukan pengawasan ketat untuk
mencegah komplikasi

5) Jadwalkan periode istirahat adekuat


R : mencegah kepenatan dan pengumpulan energi untuk
kesembuhan

6) Diskusikan terapi obat-obatan, meliputi penggunaan resep dan


analgesik yang dijual bebas
R : meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerjasama dalam
penyembuhan tau propilaksis

7) Rujuk pada perencanaan pemulihan dirumah


R : situasi lingkungan rumah dapat meningkatkan kenyamanan dan
kesembuhan

1.1.12 Evaluasi
1) Komplikasi dapat dicegah / minimal

2) Nyeri hilang / terkontrol

13
3) Prosedur bedah / prognosis, program terapi, dan kemungkinan komplikasi

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN Tn.R

14
DENGAN Apendiksitis
DI GU III A

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas Klien
Nama : Tn.R
Umur :36 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin :Laki- laki
Status Marital :Sudah menikah
Pendidikan : tamatan SMA
Pekerjaan : Swata
Suku Bangsa :Jawa
Alamat : Kediri
Tanggal Masuk :17 mei 2012 jam 15.30
Tanggal pengkajian : 18 mei 2012 jam 09.00
No. Register : 709724
Diagnosa Medis : Apendiksitis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.K
Umur : 35 tahun
Hub. Dengan Klien : Istri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kediri
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan perut bagian kanan bawah nyeri, BAB mencret, konsistensi
cair.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 13 Mei 2012 pasien di bawa ke rumah sakit Surya Melati dengan
keluahan perut kanan bawah nyeri, BAB mencret 1x, konsistensi cair. Lalu
pada tanggal 17 Mei 2012 jam 15.30 pasien kembali di bawa ke rumah sakit
Baptis Kediri dengan keluhannya yang sama dan disarankan untuk opname di
GU kelas 3A.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu

15
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya tidak pernah mengalami
penyakit seperti ini.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami hal yang dialami
pasien sekarang ini.
GENOGRAM :

px

= perempuan

= laki-laki

= garis perkawinan
= garis keturunan

= meninggal dunia

= tinggal serumah

= pasien

e. Riwayat Sosiokultural
Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga dan lingkungan tidak ada
masalah.

16
f. Review Pola Sehat-sakit
Pasien mengatakan sehat itu bisa beraktivitas sebagai kepala rumah tangga dan
bekerja dan tidak hanya berbaring ditempat tidur saat seperti sakit ini.
g. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan pada awalnya hanya menganggap penyakit yang
dideritanya sebagai penyakit yang biasa-biasa saja. Pasien juga mengatakan
kalau dia tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi/diabetes.Pasien juga
mengatakan jika pasien sedang sakit baru pergi ke puskesmas.
2) Pola Nutrisi-Metabolik
Di Rumah Di Rumah Sakit

Pasien makan 3x sehari dengan Pasien makan 3x sehari,dengan diit


menu nasi,lauk dan sayur. lunak. Porsi makan yang dihabiskan
Pasien minum 8 gelas perhari hanya ½ dikarenakan pasien tidak
nafsu makan. Makan dibantu oleh
keluarga.
Pasien minum 2-4 gelas

3) Pola Eliminasi
Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien BAB 1 hari 1x ( normal ) Pasien BAB sejak dirawat di RS pagi
1x
Pasien BAK : 4-5x sehari Pasien BAK : 3x sehari

4) Pola Aktivitas dan Latihan


Di Rumah Di Rumah Sakit
Sehari- hari pasien bekerja. Setelah Selama di rumah sakit pasien hanya
selesai bekerja pasien selalu tiduran di tempat tidur dan semua
berkumpul dengan keluarga. aktivitas yang dilakukan dibantu oleh
perawat dan keluarga.

5) Pola Koqnitif dan Persepsi


1. Pasien mengatakan penglihatannya masih baik
2. Pasien mengatakan pendengarannya masih baik
3. Pasien mengatakan penciumannya masih baik
4. Pasien mengatakan pengecapannya masih baik
5. Pasien mengatakan masih bisa membedakan kasar dan halus

17
6) Pola Persepsi-Konsep Diri
Pasien mengatakan sangat sedih dengan keadaannya saat ini.Dia merasa
kalau dia menjadi seorang ayah dan kepala rumah tangga yang tidak bisa
bekerja akibat sakit yang dideritanya saat ini.
7) Pola Tidur dan Istirahat
Di Rumah Di Rumah Sakit
Pasien tidur malam ± 7-8 jam Pasien tidur malam ± 6 - 7 jam
Tidur siang ± 1-2 jam Tidur siang ± 1 jam

8) Pola Peran-Hubungan
Pasien sebagai seorang ayah dan mempunyai 1 orang anak
Pasien sebagai kepala rumah tangga,dan setiap hari pasien bekerja sebagai
pegawai.
Hubungan pasien dengan lingkungan dan keluarganya baik dan tidak ada
masalah.
9) Pola Seksual-Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki, Umur 36 tahun

10) Pola Toleransi Stres-Koping


Pasien merupakan tipe orang yang terbuka. Jika ada masalah pasien selalu
bercerita dengan keluarga tanpa ada yang disembunyikan
11) Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien beragama islam setiap hari pasien rajin mengerjakan sholat 5 waktu.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Pasien lemah, mukosa bibir kering, pasien melindungi bagian
prut yang dioperasi, terpasang IV D1/4 di tangan kanan.
b. Tanda Vital
Suhu : 36,5ºC Nadi : 80x/menit Napas: 20x/menit T.D:130/80mmHg
c. Kepala
Inspeksi : rambut hitam,kulit kepala bersih.
Palpasi : tidak ada benjolan dan terdapat nyeri tekan .
d. Mata
Inspeksi : simetris kanan kiri, konjungtiva pucat, reflek pupil +/+
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
e. Hidung
Inspeksi : simetris kanan kiri, bersih.

18
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
f. Telinga
Inspeksi : simetris kanan kiri,bersih.
g. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, tidak ada karies, tidak berbau, bersih

h. Leher
Inspeksi : tidak tampak pembesaran kelenjar limfe dam kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

i. Dada dan Punggung


Inspeksi : bentuk dada simetris, pegerakan dada simetris saat inspirasi/
ekspirasi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : resonan
Auskultasi : tidak ter dengar bunyi nafas tambahan
Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris,tidak ada lesi
Palpasi: tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : suara jamtung sonor
Punggung
Inspeksi : tidak ada lesi dan kelainan bentuk punggung
j. Abdomen
Inspeksi : Terdapat bekas operasi bagian bawah perut, tidak ada tanda -
tanda pendarahan seperti distansi abdomen
Palpasi : terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : bising usus 6x/menit.
k.Ekstremitas
MMT
5 5
5 5
5: normal
GCS : 4-5-6
l. Genetalia
Bersih
m. Anus
Bersih

19
4. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan Interpretasi
HGB 13,1 g/dl L : 12,0-18,0 Normal
P : 11,4-15,1
RBC 4,83 10/Ul L : 4,2-6,3 Normal
P : 4,0-5,0
HCT 39,3 % L : 37,0-51,0 Normal
P : 38,0-42,0
MCV 81,4 Fl 80,0-97,0 Normal
MCH 27,1 Pg 26,0-32,0 Normal
MCHC 333 g/dL 31,0-36,0 Normal
RDW-SD 42,8 fL 35-47 Normal
RDW-CV 14,6+ % 11,5-14,5 Meningkat
WBC 14,83+ 10³/uL L : 4,1-10,9 Normal
P : 4,7-11,3
EO% 1,1 % 1-4 Normal
BASO% 0.1 % 0-1 Normal
NEUT% 77.6 % 50-60 Meningkat
LYMPH% 12,9 % 25-40 Menurun
MONO% 7,8 % 3,5-7 Meningkat
EO# 0.16 10³/uL 0-0,2 Meningkat
BASO# 0.01 10³/uL 0-0,1 Normal
NEUT# 11,51 10³/uL 3-7 Meningkat
LYMPH# 1,91 10³/uL 1,5-4 Normal
MONO# 1,16 10³/uL 0,1-0,5 Meningkat
PLT 359 10³/uL 140-440 Normal
PDW 10,7 fL 9,0-13,0 Normal
MPV 9,0 fL 7,2-11,1 Normal
P-LCR 18,1 % 15,0-25,0 Normal
PCT 0,72 % 0,150-0,320 Menurun
IG 0.08 10³/uL
PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Elektrolit
Natrium 140 135 – 147 mEq/L -
Kalium 3,86 3,5 – 5 mEq/L -
Gula Darah
Gula Darah Sesaat 111 < 200 mg/dl -
Tes Fungsi Ginjal
BUN 17 10 – 23 mg/dl -
Creatinin 1,28 Lk.0.8 – 1,3 mg/dl -
Pr. 0,6 – 10

5. DATA TAMBAHAN (Penatalaksanaan) :


1. Kliran amp IV
2. Broadced
3. Anitid amp IV

20
4. Pronalges 1 Sup
5. Metilon
6. Trolac 60 mg

A. ANALISA DATA
1. Analisa Data
DATA Masalah kolaboratif/
ETIOLOGI
keperawatan
Data Subyektif : Obstruksi penyumbatan Nutrisi kurang dari
oleh karena hiperplasia
Pasien mengatakan kebutuhan tubuh
dari folikel limfoid
males makan dan nafsu
makan berkurang Adanya fekalit dalam
lumen appendiks

Mukus yang diproduksi


Data Obyektif : mukosa terbendung
- Pasien tampak lemah
Menekan dinding
dan pucat.
appendiks
- Makan habis ½ porsi
- terpasanf infus D1/4 Merangsang tunika
serosa dan peritonium
viseral

21
DATA Masalah kolaboratif/
ETIOLOGI
keperawatan

Nyeri sekitar umbilikus

Anoreksia

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Data Subyektif : Obstruksi penyumbatan Kerusakan mobilisasi fisik


oleh karena hiperplasia
Pasien mengatakan perut
dari folikel limfoid
kanan yang dioperasi
terasa nyeri dan panas
Data Obyektif : Adanya fekalit dalam
lumen appendiks
- Pasien tampak lemes
- Pasien takut bergerak
-Mobilisasi harus dibantu Mukus yang diproduksi
mukosa terbendung
orang lain
- melindung perutnya
Menekan dinding
appendiks

Merangsang tunika
serosa dan peritonium

22
DATA Masalah kolaboratif/
ETIOLOGI
keperawatan
viseral

Nyeri sekitar umbilikus

Pasca Operasi

Kerusakan
Kerusakan mobilisasi
mobilisasi
fisik
fisik

2. Daftar Masalah Kolaboratif/Diagnosa Keperawatan


No Tanggal / Masalah Kolaboratif / Diagnosa Keperawatan Tanggal / Jam
Jam Teratasi
Ditemukan
1 18 mei Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2012 berhubungan dengan nafsu makan berkurang
Jam 09.00 ditandai dengan pasien tampak pucat,makan habis
½ porsi S : 36,5 C P :20 x/menit,N :80 x/menit
TD :130/80 mmHg

2 19 mei Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan luka


2012 operasi (prosedur invasif) yang ditandai dengan
jam 09.00 pasien mengatakan perut kanan yang dioperasi
terasa nyeri, luka panas, KU pasien lemah, , pasien

23
takut bergerak, pasien melindungi perutnya,
mobilisasi harus dibantu orang lain

24
DIAGNOSA KEPERERAWATAN:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan berkurang
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi
PERENCANAAN
TGL TGL
No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL DIBUAT/ DIHENTIKAN
PARAF /PARAF
1 Perubahan nutrisi Kebutuhan nutrisi 1. Kaji asupan makanan / 1.Mengidentifikasi makanan
kurang dari kebutuhan dapat terpenuhi diit pasien yang dikonsumsi pasien
berhubungan dengan dalam waktu 2 x 24 2. Berikan makanan 2.Mengurangi iritasi gaster
nafsu makan jam dengan kriteria sedikit-sedikit tapi sering untuk meminimalkan rasa
berkurang yang hasil : 3. Anjurkan perawatan muntah
ditandai dengan pasien - Mukosa bibir mulut sebelum makan 3.Menghilangkan rasa tidak
mengatakan malas lembab 4. Beri lingkungan nyaman enak, meningkatkan nafsu
makan, nafsu - Makan habis 1 dan jauh dari bau yang makan
berkurang, mukosa porsi merangsang 4.Mengurangi perasaan tidak
bibir kering, makan - Pasien tampak 5. Anjurkan pasien dengan nyaman
hanya ½ porsi segar posisi duduk tegak saat 5.Mengurangi tekanan pada
BB pasien makan abdomen dan meningkatkan
bertambah pemasukan makanan,antibiotik

25
untuk mencegah infeksi

2 Kerusakan mobilitas Gangguan 1. Ajarkan pada pasien 1. Mencegah timbulnya rasa


fisik berhubungan mobilisasi dapat mobilisasi bertahap nyeri , menurunkan
dengan luka operasi teratasi dalam 2. Bantu pasien dalam kelemahan
(prosedur invasif) waktu 2 x 24 jam melakukan mobilisasi dan 2. Mencegah terjadinya
yang ditandai dengan dengan kriteria pindahkan barang-barang kecelakaan diri / jatuh
pasien mengatakan hasil : yang dapat mengganggu
perut kanan yang - Perut / luka latihan
dioperasi terasa nyeri, operasi tidak 3. Kaji ulang aktivitas pasca 3. Memberikan informasi pada
luka panas, KU pasien terasa nyeri operasi, misalnya pasien untuk merencanakan
lemah, pasien takut - Pasien tampak mengangkat benda berat, kembali aktivitasnya
bergerak, pasien segar olagraga.
melindungi perutnya, - Pasien bebas 4. dorong aktivitas sesuai 4. Meningkatkan perasaan sehat
mobilisasi harus bergerak toleransi dengan periode dan kenyamnan
dibantu orang lain istirahat

26
Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nafsu makan berkurang
Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria Hasil : Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
18 Mei 2012 O9.00 1. Mengkaji asupan
makanan / diit pasien. Pasien makan habis hanya 2
12.00 sendok
2. Menganjurkan pasien
duduk tegak saat makan → meninggikan tempat tidur
3. Menganjurkan perawatan
mulut sebelum makan, cuci mulut sebelum makan

19 Mei 2012
1. Memberikan makanan sedikit-sedikit tapi sering
2. Memberikan lingkungan nyaman dan jauhkan dari
bau yang merangsang

27
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi
Tujuan : Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang
dibuktikan oleh tak adanya kontraktur, meningkatkan
normalisasi fungsi usus
Kriteria Hasil : Individu akan mempertahankan / meningkatkan kekuatan
dan fungsi bagian yang terkena atau kompensasi,
mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang
memungkinkan melakukan aktivitas

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
18 Mei 2012 08.00 1. Mengukur skala nyeri
2. Memberikan kenyamanan kepada pasien

10.00

19 Mei 2012 08.00 1. Menganjurkan pasien untuk melaporkan bila ada


tanda-tanda seperti nyeri hebat, bengkak
2. Menekankan pentingnya mengikuti prosedur
tindakan perawatan
3. HE kepada keluarga untuk mengatasi nyeri

28
EVALUASI

TANGGAL & NO DIAGNOSA EVALUASI


18 Mei 2012 1 S : Pasien mengatakan masih malas
makan, nafsu makan berkurang
O : Mukosa bibir kering
Makan siang habis 1/2 porsi
KU pasien masih lemah
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan no.
1,2,3,

S : Pasien mengatakan perut yang


29 november 2011 2 dioperasi masih nyeri
O : KU pasien lemah
- Pasien bergerak tapi pelan-pelan
- Pasien tidak melindungi perutnya
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilajutkan no. 1,2

EVALUASI

29
TANGGAL & NO DIAGNOSA EVALUASI
18 Mei 2012 1 S : Pasien mengatakan masih malas
makan, nafsu makan berkurang
O : Mukosa bibir kering
Makan siang habis 1/2 porsi
KU pasien masih lemah
A : Tujuan belum tercapai
P :Intervensi dilanjutkan no. 1,2,3,

19 Mei 2012 2 S : Pasien mengatakan perut yang


dioperasi masih sedikit
O : KU pasien lemah
- Pasien bergerak tapi pelan-pelan
- Pasien tidak melindungi perutnya
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilajutkan no. 1

30

Anda mungkin juga menyukai