Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian Corona
Coronavirus adalah virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi
dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat
empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus, dan
gammacoronavirus.
B. Karakterisitik Corona
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik
dengan diameter sekitar 50-200m. semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak
bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang. Struktur
coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan
virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan
merupakan struktur utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen.
Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam host (interaksi
protein S dengan reseptornya di sel inang). Coronavirus bersifat sensitive terhadap panas
dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh disinfektan mengandung klorin, pelarut lipid
dengan suhu 560 selama 30 menit, eter, alcohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik,
formalin, oxidizing agent dan klorofom. Klorheksidisin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus.
C. Pathogenesis dan Patofisiologi
Dominannya coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus
menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan
penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing, dan ayam. Coronavirus
disebut dengan virus zoonotic yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia.
Banyak hewan liar yang dapat membawa pathogen dan bertindak sebagai vector untuk
penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bamboo, unta dan musang merupakan host
yang biasa ditemukan untuk coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan
sumber utama untuk kejadian Severe Acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle
East respiratory syndrome (MERS). Namun pada kasus SARS, saat itu host intermedient
(mask palm civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka
sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa luwak
hanyalah sebagai host intermediant dan kelelawar tapal kuda sebagai host alamiahnya.
Secara umum, alur coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia
lewat kontak, transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses, dan oral. Berdasarkan
penemuan, terdapat tujuh tipe coronavirus yang dapat menginfeksi manusia saat ini yaitu
dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43,
HKU1, MERS-CoV, dan SARS-CoV. Yang ketujuh adalah coronavirus tipe baru yang
menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-
nCoV). Isolate 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1
diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut
laringotrakeitis (croup). Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih
tua, dengan gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti
SARS atau MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi
coronavirus biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut terkait
dengan factor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang cenderung banyak
perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan karakteristik coronavirus yang
lebih menyukai suhu dingin dan kelembapan tidak terlalu tinggi. Semua orang secara
umum rentan terinfeksi. Pneumonia coronavirus jenis baru dapat terjadi pada pasien
immunocomprmis dan populasi normal, bergantung paparan jumlah virus. Jika kita
terpapar virus dalam jumlah besar dalam satu waktu, dapat menimbulkan penyakit
walaupun system imun tubuh berfungsi normal. Orang-orang dengan system imun lemah
seperti orangtua, wanita hamil, dan kondisi lainnya, penyakit dapat secara progresif lebih
cepat dan lebih parah. Infeksi coronavirus menimbulkan system kekebalan tubuh yang
lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi. Pada tahun 2002-2003
terjadi kejadian luar biasa di Provinsi Guangdong, Tiongkok yaitu kejadian SARS. Total
kasus SARS sekitar 8098 tersebar di 32 negara, total kematian 774 kasus. Agen virus
coronavirus pada kasus SARS disebut SARS-CoV, grup 2b betacoronavirus. Penyebaran
kasus SARS sangat cepat total jumlah kasus tersebut ditemukan dalam waktu sekitar 6
bulan. Virus SARS diduga sangat mudah dan cepat menyebar antar manusia. Gejala yang
muncul dari SARS yaitu demam, batuk, nyeri kepala, nyeri otot, dan gejala infeksi
saluran napas lain. Kebanyakan pasien sembuh sendiri dengan tingkat kematian sekitar
10-14% terutama pasien dengan usia lebih dari 40 tahun dengan penyakit penyerta
seperti penyakit jantung, asma, penyakit paru kronik dan diabetes. Tahun 2012,
coronavirus jenis baru kembali ditemukan di Timur Tengah diberi nama MERS-CoV
(grup 2c β-coronavirus). Kasus pertama MERS pada tahun 2012 sampai dengan tahun
2015 ditemukan jumlah total 1143 kasus. Berbeda dengan SARS, MERS cenderung
tidak bersifat infeksius dibandingkan SARS. Dalam waktu 3 tahun ditemukan jumlah
kasus 1143. MERS diduga tidak mudah menyebar dari manusia ke manusia, namun
SARS dapat dengan mudah dari manusia ke manusia. Namun, disisi lain MERS lebih
tinggi tingkat kematiannya, jika SARS sekitar 10%, tingkat kematian MERS mencapai
sekitar 40%. Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel hostnya. Virus tidak
dapat hidup tanpa sel host.
Berikut siklus dari coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya :
a) Pertama terjadi penempelan dan masuknya virus ke sel host diperantarai oleh
protein S yang ada di permukaan virus. Protein S menjadi penentu utama dalam
menginfeksi spesies hostnya serta penentu tropisnya.
b) Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replika gen dari RNA genom virus.
c) Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi
dan perakitan dan rilis virus.
d) Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran pernapasan atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran pernapasan atas (melakukan siklus hidupnya). Dan
setelah itu akan menyebar ke saluran pernapasan bawah.
Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran pernapasan dan virus dapat
berlanjut meluruh pada waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa
inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.
D. Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkam gejala ringan, sedang, atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380 C), batuk, san kesulitan bernapasan.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, myalgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu
minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septic, asidosis metabolic yang sulit dikoreksi dan pendarahan system koagulasi dalam
beberapa hari. Pada beberapa pasian, gejala yang sering muncul ringan bahkan tidak
disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian
kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
E. Diagnosis
a) Anamnesis
Pneumonia Coronavirus diseases 2019 (COVID-19) adalah peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV-2). Sindrom gejala kilinis beragam, dari mulai tidak berkomplikasi
(ringan) sampai syok septic (berat). Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan
yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk kering (sebagian kecil batuk betdahak) dan
sulit bernapas atau sesak. Tapi perlu diketahui bahwa demam dapat tidak didapatkan
pada beberapa keadaan, terutama pada usia geriatric atau pada mereka dengan
imunokompromis. Gejala tambahan lainnya yaitu nyeri kepala, nyeri otot, lemas, diare,
dan batuk darah. Pada beberapa kondisi dapat terjadi tanda dan gejala infeksi saluran
napas akut berat (severe acute respiratory infection-SARI). Defenisi SARI yaitu
infeksi saluran napas akut dengan riwayat demam (suhu ≥ 38C) dan batuk dengan
onset dalam 10 hari terakhir serta perlu perawatan di rumah sakit. Tidak adanya
demam tidak mengeksklusi infeksi virus.
b) Defenisi kasus
1. Pasien Dalam Pengawasan atau Kasus Suspek/possible
(a) Seseorang yang mengalami:
a. Demam (≥380 C) atau riwayat demam
b. Batuk dan pilek atau nyeri tenggorokan
c. Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau gambaran
radiologis. Dan disertai minimal kondisi sebagai berikut: memiliki riwayat
perjalanan ke tiongkok atau wilayah/Negara yang terjangkit dalam 14 hari
sebelum gejala timbul, petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama
setelah merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut berat yang tidak
diketahui penyebab/etiologic penyakitnya, tanpa memperhatikan riwayat
bepergian atau tempat tinggal.
(b) Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan sampai berat
dan slah satu berikut dalam 14 hari sebelum onset gejala:
a. Kontak erat dengan pasien kasus terkonfimasi atau probable COVID-19,
b. Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah teridentifikasi)
c. Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan kasus
terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di Tiongkok atau
wilayah/Negara yang terjangkit
d. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam(suhu ≥ 380 C)
atau riwayat demam.
2. Orang Dalam Pemantuan
Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam tanpa
pneumonia yang memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/Negara
yang terjangkit dan tidak memiliki satu atau lebih riwayat paparan diantaranya:
a. Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19
b. Bekerja atau mengunjungi faskes yang berhubungan dengan pasien konfirmasi
COVID-19 di Tiongkok atau wilayah/Negara yang terjangkit sesuai dengan
perkembangan penyakit
c. Memiliki riwayat dengan kontak hewan penular (jika hewan penular sudah
teridentifikasi) di Tiongkok atau wilayah/Negara yang trejangkit sesuai dengan
perkembangan penyakit.
3. Kasus Probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetap inkonklusif
atau tidak dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil konfirmasi positifi pan-
coronavirus atau beta coronavirus.
4. Kasus Terkonfirmasi
Seseorang secara laboratotrium terkonfirmasi COVID-19.

F. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB


Setiap pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan, maupun probable harus
dilakukan penyelidikan epidemiologi. Kegiatan penyelidikan epidemiologi dilakukan
terutama untuk menemukan kontak erat. Hasil penyelidikan epidemiologi dapat
memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka penanggulangan atau
pemuntusan penularan secara cepat.
a) Tujuan penyelidikan Epidemiologi :
Penyelidikan epidemiologi dilakukan dengan tujuan mengetahui besar masalah
KLB dan mencegah penyebaran yang lebih luas. Secara khusus tujuan
penyelidikan epidemiologi sebagai berikut:
(1) Mengetahui karakteristik epidemiologi, gejala klinis, dan virus
(2) Mengidentifikasi factor resiko
(3) Mengidentifikasi kasus tambahan
(4) Memberikan rekomendasi upaya penanggulangan
b) Tahapan penyelidikan epidemiologi
Langkah penyelidikan epidemiologi untuk kasus COVID-19 sama dengan
penyelidikan KLB pada kasus MERS. Tahapan penyeldikan epidemiologi secara
umum meliputi:
(1) Konfirmasi awal KLB
Petugas surveilans atau penanggungjawab surveilans Puskesmas/Dinas
kesehatan melakukan konfirmasi awal untuk memastikan adanya kasus
konfirmasi COVID-19 dengan cara wawancara petugas puskesmas atau dokter
yang menangani kasus
(2) Pelaporan segera
Mengirimkan laporan W1 ke Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam waktu <24
jam, kemudian diteruskan oleh Dinkes Kab/Kota ke Provinsi dan PHEOC.
(3) Persiapan penyelidikan
(a) Persiapan formulir penyelidikan sesuai form terlampir
(b) Persiapan tim penyelidikan
(c) Persiapan logistic (termasuk APD) dan obat-obatan jika diperlukan
(4) Penyelidikan Epidemiologi
(a) Identifikasi kasus
(b) Identifikasi factor resiko
(c) Identifikasi kontak erat
(d) Pengambilan specimen di rumah sakit rujukan
(e) Penanggulangan awal
Ketika penyelidikan sedang berlangsung petugas sudah harus memulai
upaya-upaya pengendalian pendahuluan dalam rangka mencegah
terjadinya penyebaran penyakit ke wilayah yang lebih luas. Upaya ini
dilakukan berdasarkan pada hasil penyelidikan epidemiologi yang
dilakukan saat itu. Upaya – upaya tersebut dilakukan terhadap masyarakat
maupun lingkungan, antara lain dengan :
Menjaga kebersihan/hygiene tangan, saluran pernapasan, penggunaan
APD sesuai resiko pajanan, sedapat mungkin membatasi kontak dengan
kasus yang sedang diselidiki, asupan gizi yang baik, diperlukan
pencegahan penyebaran penyakit melalui isolasi dan karantina.
(5) Pengolahan dan analisis data
(6) Penyusunan laporan penyelidikan epidemiologi
G. Pelacakan Kontak Erat
Tahapan pelacakan kontak erat terdiri dari 3 komponen utama yaitu identifikasi kontak
(contact identification), pencatatan detil kontak (contact listing) dan tindak lanjut kontak
(contact follow up). Algoritma pelacakan kontak
(1) Identifikasi Kontak
Identifikasi kontak merupakan bagian dari investigasi kasus. Jika ditemukan kasus
COVID-19 yang memenuhi kriteria pasien dalam pengawasan, kasus konfirmasi,
atau kasus probable, maka perlu segera untuk dilakukan identifikasi kontak erat.
Identifikasi kontak erat ini bisa berasal dari kasus yang masih hidup ataupun yang
sudah meninggal terutama untuk mencari penyebab kematian yang mungkin ada
kaitannya dengan COVID19.
Informasi yang perlu dikumpulkan pada fase identifikasi kontak adalah orang yang
mempunyai kontak dengan kasus dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan
hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala, yaitu
(a) Semua orang yang berada di lingkungan tertutup yang sama dengan kasus (rekan
kerja, satu rumah, sekolah, pertemuan)
(b) Semua orang yang mengunjungi rumah kasus baik saat di rumah ataupun saat
berada di fasilitas layanan kesehatan
(c) Semua tempat dan orang yang dikunjungi oleh kasus seperti kerabat, spa dll.
(d) Semua fasilitas layanan kesehatan yang dikunjungi kasus termasuk seluruh
petugas kesehatan yang berkontak dengan kasus tanpa menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang standar.
(e) Semua orang yang berkontak dengan jenazah dari hari kematian sampai dengan
penguburan.
(f) Semua orang yang bepergian bersama dengan segala jenis alat angkut/kendaraan
(kereta, angkutan umum, taxi, mobil pribadi, dan sebagainya)
Informasi terkait paparan ini harus selalu dilakukan pengecekan ulang untuk
memastikan konsistensi dan keakuratan data untuk memperlambat dan memutus
penularan penyakit. Untuk membantu dalam melakukan identifikasi kontak dapat
menggunakan tabel formulir identifikasi kontak erat.
(2) Pendataan Kontak Erat

Semua kontak erat yang telah diidentifikasi selanjutnya dilakukan wawancara secara
lebih detail dan mendata hal-hal berikut ini yaitu

(a) Identitas lengkap nama lengkap, usia, alamat lengkap, alamat kerja, nomer
telepon, nomer telepon keluarga, penyakit penyerta (komorbid), dan sebagainya
sesuai dengan formulir pelacakan kontak erat

(b) Selanjutnya petugas harus juga menyampaikan kepada kontak erat

a. Maksud dari upaya pelacakan kontak ini

b. Rencana monitoring harian yang akan dilakukan

c. Informasi untuk segera menghubungi fasilitas layanan kesehatan terdekat jika


muncul gejala dan bagaimana tindakan awal untuk mencegah penularan.

(c) Berikan saran-saran berikut ini

a. Membatasi diri untuk tidak bepergian semaksimal mungkin atau kontak


dengan orang lain.

b. Laporkan sesegera mungkin jika muncul gejala seperti batuk, pilek, sesak
nafas, dan gejala lainnya melalui kontak tim monitoring. Sampaikan bahwa
semakin cepat melaporkan maka akan semakin cepat mendapatkan tindakan
untuk mencegah perburukan.

(3) Tindak Lanjut Kontak Erat


(a) Petugas surveilans yang telah melakukan kegiatan identifikasi kontak dan
pendataan kontak akan mengumpulkan tim baik dari petugas puskesmas
setempat, kader, relawan dari PMI dan pihak-pihak lain terkait. Pastikan petugas
yang memantau dalam kondisi fit dan tidak memiliki penyakit komorbid.
Alokasikan satu hari untuk menjelaskan cara melakukan monitoring, mengenali
gejala, tindakan observasi rumah, penggunaan APD dan tindakan pencegahan
penularan penyakit lain serta promosi kesehatan untuk masyarakat di
lingkungan.
(b) Komunikasi risiko harus secara pararel disampaikan kepada masyarakat untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti munculnya stigma dan
diskriminasi akibat ketidaktahuan.
(c) Petugas surveilans provinsi bertindak sebagai supervisor bagi petugas surveilans
kab/kota. Petugas surveilans kab/kota bertindak sebagai supervisor untuk petugas
puskesmas.

(d) Laporan dilaporkan setiap hari untuk menginformasikan perkembangan dan


kondisi terakhir dari kontak erat.
(e) Setiap petugas harus memiliki pedoman kesiapsiagaan menghadapi COVID-19
yang didalamnya sudah tertuang pelacakan kontak dan tindakan yang harus
dilakukan jika kontak erat muncul gejala. Petugas juga harus proaktif memantau
dirinya sendiri.
(4) Setelah melakukan orientasi, maka tim monitoring kontak sebaiknya dibekali alat-
alat berikut ini,
(a) Formulir pendataan kontak
(b) Formulir monitoring harian kontak
(c) Pulpen
(d) Termometer (menggunakan thermometer tanpa sentuh jika tersedia)
(e) Hand sanitizer (cairan untuk cuci tangan berbasis alkohol)
(f) Informasi KIE tentang Covid-19
(g) Panduan pencegahan penularan di lingkungan rumah
(h) Panduan alat pelindung diri (APD) untuk kunjungan rumah
(i) Daftar nomer-nomer penting
(j) Sarung tangan
(k) Masker medis
(l) Identitas diri maupun surat tugas
(m) Alat komunikasi (grup Whatsapp dll)

(5) Seluruh kegiatan tatalaksana kontak ini harus dilakukan dengan penuh empati kepada
kontak erat, menjelaskan dengan baik, dan tunjukkan bahwa kegiatan ini adalah
untuk kebaikan kontak erat serta mencegah penularan kepada orang-orang terdekat
(keluarga, saudara, teman dan sebagainya). Diharapkan tim promosi kesehatan juga
berperan dalam memberikan edukasi dan informasi yang benar kepada masyarakat.

(6) Petugas surveilans kab/kota dan petugas survelans provinsi diharapkan dapat
melakukan komunikasi, koordinasi dan evaluasi setiap hari untuk melihat
perkembangan dan pengambilan keputusan di lapangan.

H. Pencatatan Dan Pelaporan


Setiap penemuan kasus baik di pintu masuk negara maupun wilayah harus melakukan
pencatatan sesuai dengan formulir (terlampir) dan menyampaikan laporan. Selain
formulir untuk kasus, formulir pemantauan kontak erat juga harus dilengkapi. Laporan
hasil orang dalam pemantauan, pemantauan kontak erat, dan pemantauan orang dalam
observasi/karantina dilaporkan setiap hari oleh petugas surveilans Dinkes setempat
secara berjenjang hingga sampai kepada Dirjen P2P cq. PHEOC.
I. Penilaian Risiko Berdasarkan informasi dari penyelidikan epidemiologi maka dilakukan
penilaian risiko cepat meliputi analisis bahaya, paparan/kerentanan dan kapasitas untuk
melakukan karakteristik risiko berdasarkan kemungkinan dan dampak. Hasil dari penilaian
risiko ini diharapakan dapat digunakan untuk menentukan rekomendasi penanggulangan
kasus COVID-19. Penilaian risiko ini dilakukan secara berkala sesuai dengan
perkembangan penyakit. Penjelasan lengkap mengenai penilaian risiko cepat dapat
mengacu pada pedoman WHO Rapid Risk Assessment of Acute Public Health.
J. Penanggulangan Yang telah dilakukan :
Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet,
bukan melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka
yang berhubungan dekat dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19.
Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan
dan masyarakat.
Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi:
(1) melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat
kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor;
(2) menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut;
(3) terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas
bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah;
(4) pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan
tangan setelah membuang masker;
(5) menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan.

K. Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Berkaitan dengan Pelayanan Kesehatan


Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat layanan
kesehatan meliputi:

(1) Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua pasien Kewaspadaan


standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan mengurangi
risiko infeksi lebih lanjut. Kewaspadaan standar meliputi:

(a) Kebersihan tangan dan pernapasan; Petugas kesehatan harus menerapkan “5


momen kebersihan tangan”, yaitu: sebelum menyentuh pasien, sebelum
melakukan prosedur kebersihan atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan
tubuh, setelah bersentuhan dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan
lingkungan pasien, termasuk permukaan atau barang-barang yang tercemar.
Kebersihan tangan mencakup:1) mencuci tangan dengan sabun dan air atau
menggunakan antiseptik berbasis alkohol; 2) Cuci tangan dengan sabun dan air
ketika terlihat kotor; 3) Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan
dan terutama ketika melepas APD. Orang dengan gejala sakit saluran
pernapasan harus disarankan untuk menerapkan kebersihan/etika batuk. Selain
itu mendorong kebersihan pernapasan melalui galakkan kebiasaan cuci tangan
untuk pasien dengan gejala pernapasan, pemberian masker kepada pasien
dengan gejala pernapasan, pasien dijauhkan setidaknya 1 meter dari pasien lain,
pertimbangkan penyediaan masker dan tisu untuk pasien di semua area.
(b) Penggunaan APD sesuai risiko Penggunaan secara rasional dan konsisten APD,
kebersihan tangan akan membantu mengurangi penyebaran infeksi. Pada
perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman pada penilaian
risiko/antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan kulit yang
terluka. APD yang digunakan merujuk pada Pedoman Teknis Pengendalian
Infeksi sesuai dengan kewaspadaan kontak, droplet, dan airborne. Jenis alat
pelindung diri (APD) terkait COVID-19 berdasarkan lokasi, petugas dan jenis
aktivitas terdapat pada lampiran. Cara pemakaian dan pelepasan APD baik
gown/gaun atau coverall terdapat pada lampiran. COVID-19 merupakan
penyakit pernapasan berbeda dengan pneyakit Virus Ebola yang ditularkan
melalui cairan tubuh. Perbedaan ini bisa menjadi pertimbangan saat memilih
penggunaan gown atau coverall.

(c) Pencegahan luka akibat benda tajam dan jarum suntik

(d) Pengelolaan limbah yang aman Pengelolaan limbah medis sesuai dengan
prosedur rutin

(e) Pembersihan lingkungan, dan sterilisasi linen dan peralatan perawatan pasien.
Membersihkan permukaan-permukaan lingkungan dengan air dan deterjen serta
memakai disinfektan yang biasa digunakan (seperti hipoklorit 0,5% atau etanol
70%) merupakan prosedur yang efektif dan memadai.

(2) Memastikan identifikasi awal dan pengendalian sumber Penggunaan triase klinis di
fasilitas layanan kesehatan untuk tujuan identifikasi dini pasien yang mengalami
infeksi pernapasan akut (ARI) untuk mencegah transmisi patogen ke tenaga
kesehatan dan pasien lain. Dalam rangka memastikan identifikasi awal pasien
suspek, fasyankes perlu memperhatikan: daftar pertanyaan skrining, mendorong
petugas kesehatan untuk memiliki tingkat kecurigaan klinis yang tinggi, pasang
petunjuk-petunjuk di area umum berisi pertanyaan-pertanyaan skrining sindrom agar
pasien memberi tahu tenaga kesehatan, algoritma untuk triase, media KIE mengenai
kebersihan pernapasan. Tempatkan pasien ARI di area tunggu khusus yang memiliki
ventilasi yang cukup Selain langkah pencegahan standar, terapkan langkah
pencegahan percikan (droplet) dan langkah pencegahan kontak (jika ada kontak
jarak dekat dengan pasien atau peralatan permukaan/material terkontaminasi).
Area selama triase perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(a) Pastikan ada ruang yang cukup untuk triase (pastikan ada jarak setidaknya 1
meter antara staf skrining dan pasien/staf yang masuk

(b) Sediakan pembersih tangan alkohol dan masker (serta sarung tangan medis,
pelindung mata dan jubah untuk digunakan sesuai penilaian risiko)

(c) Kursi pasien di ruang tunggu harus terpisah jarak setidaknya 1m

(d) Pastikan agar alur gerak pasien dan staf tetap satu arah

(e) Petunjuk-petunjuk jelas tentang gejala dan arah

(f) Anggota keluarga harus menunggu di luar area triase-mencegah area triase
menjadi terlalu penuh

(3) Menerapkan pengendalian administratif

Kegiatan ini merupakan prioritas pertama dari strategi PPI, meliputi


penyediaan kebijakan infrastruktur dan prosedur dalam mencegah, mendeteksi, dan
mengendalikan infeksi selama perawatan kesehatan. Kegiatan akan efektif bila
dilakukan mulai dari antisipasi alur pasien sejak saat pertama kali datang sampai
keluar dari sarana pelayanan. Pengendalian administratif dan kebijakan-kebijakan
yang diterapkan meliputi penyediaan infrastruktur dan kegiatan PPI yang
berkesinambungan, pembekalan pengetahuan petugas kesehatan, mencegah
kepadatan pengunjung di ruang tunggu, menyediakan ruang tunggu khusus untuk
orang sakit dan penempatan pasien rawat inap, mengorganisir pelayanan kesehatan
agar persedian perbekalan digunakan dengan benar, prosedur–prosedur dan
kebijakan semua aspek kesehatan kerja dengan penekanan pada surveilans ISPA
diantara petugas kesehatan dan pentingnya segera mencari pelayanan medis, dan
pemantauan kepatuhan disertai dengan mekanisme perbaikan yang diperlukan.
Langkah penting dalam pengendalian administratif, meliputi identifikasi dini pasien
dengan ISPA/ILI baik ringan maupun berat, diikuti dengan penerapan tindakan
pencegahan yang cepat dan tepat, serta pelaksanaan pengendalian sumber infeksi.
Untuk identifikasi awal semua pasien ISPA digunakan triase klinis. Pasien ISPA
yang diidentifikasi harus ditempatkan di area terpisah dari pasien lain, dan segera
lakukan kewaspadaan tambahan. Aspek klinis dan epidemiologi pasien harus segera
dievaluasi dan penyelidikan harus dilengkapi dengan evaluasi laboratorium.

L. Penanggulangan COVID-19 yang dilakukan oleh Negara Cina adalah sebagai berikut:
1. Mengisolasi Kota Wuhan, Huanggang, dan Enzhou
2. Menyediakan gedung sekolah dan hotel untuk isolasi pasien resiko tinggi
3. Melarang masyarakat berkumpul di ruang public
4. Mendata dan melacak temuan kasus
5. Melakukan deteksi dini dari rumah ke rumah
6. Menyedikan layanan tes kesehatan gratis dan obat selama tiga bulan untuk isolasi diri
sendiri
7. Menerapkan pemeriksaan ketat kesehatan penumpang pesawat
Untuk perawatan dan pengobatannya:
a. Membangun dua Rumah Sakit khusus pasien COVID-19 di Kota Wuhan
dalam waktu kurang lebih dua minggu
b. Menyediakan sebelas rumah sakit sementara yang berlokasi di gedung
olahraga dan aula bagi pasien dengan gejala ringan
c. Menyediakan system yang diintegrasikan antara layanan chatting dengan
dokter dan layanan pengiriman obat.
M. Penanggulangan COVID-19 yang dilakukan oleh Negara Korea Selatan adalah sebagai
berikut:
1. Melaksanakan tes COVID-19 secara cepat dalam jumlah besar
2. Menyediakan klinik bergerak dimana warga bisa dating memeriksakan kesehatan
tanpa harus pergi ke rumah sakit

Hasil analisa terhadap penaggulangan yang dilakukan oleh dua Negara diatas adalah:

Menurut saya Negara Cina sudah sangat cekat dalam melakukan penaggulangan terhadap
wabah corona terlebih lagi jumlah kasus meningkat sangat cepat sehingga perlu dibangun
rumah sakit serta perawatan yang cepat dan tepat. Penanggulangan yang dilakukan oleh
Negara Korea Selatan menurutu saya sudah baik, tetapi tidak menjamin bahwa jumlah kasus
akan menurun karena menurut sumber yang saya temui bahwa masyarakat tetap melakukan
aktivitasnya tanpa mengisolasi diri di rumah, walaupun terdapat klinik bergerak yang akan
datang memeriksakan kesehatan tidak menjamin bahwa semua orang yang telah mendapat
pemeriksaan akan selamat dari wabah covid.

Anda mungkin juga menyukai