Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TERSTRUKTUR

PENERAPAN PELAPORAN SURVEILANS HEALTHCARE


ASSOCIATED INFECTIONS (HAIs)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Sistem informasi keperawatan

Oleh :

RATNA SUSILANINGTYAS
RANIE ROBIATUL ADAWIYAH
INDAH NUR SAFITRI
ANTONINHO CONI SANTANA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "Penerapan Pelaporan Surveilans Healthcare Associated
Infections (Hais) ". Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen Pembimbing kami, yang memberikan dorongan, masukan dan bimbingan
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Ungaran, 13 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR …………………………………………………………
DAFTAR ISI ….………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan masalah ……………………………………………………….
B. Tujuan……………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sistem informasi keperawatan………………………………
B. Alur pelaporan surveilans Healthcare Associated Infections (Hais)….
C. Tujuan penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit …
D. Alasan penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit …
E. Manfaat penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit…
F. Hambatan penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit..
G. Solusi dalam penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit ..
H. Penatalaksanaan penggunaan sistem informasi HAIs di rumah sakit ….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………….…………
B. Saran …………………………………………………………..…..………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Diera sekarang ini pelayanan kesehatan yang bermutu telah


menjadi soroton dari berbagai pihak, kualitas yang baik dari pelayanan
kesehatan telah menjadi tuntutan di detiap rumah sakit, puskesmas
maupun klinik di lingkungan masyarakat. Menyikapi hal tersebut,
beberapa negara mulai menyusun berbagai indikator mengenai hal tentang
mutu pelayanan kesehatan yang salah satunya disebut akreditasi. Di
indonesia sendiri akreditas menjadi kewajiban yang harus dilakukan setiap
3 tahun sekali, standar akreditas rumah sakit terdiri dari beberapa indikator
penilaian diaman salah satunya adalah sasaran keselamatan pasien (Komisi
akreditas rumah sakit 2012). Keselamatan pasien di rumah sakit
meruapakan sistem dimana rumah sakit membuat assesment risiko
termasuk risiko infeksi, maka dari itu perlu adanya tindakan untuk
mengurangi angka risiko infeksi di tingkat pelayanan kesehatan.
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau
mencegah terjadinya infeksi kepada pasien, pengunjung, karyawan rumah
sakit, serta masyarakat sekitar rumah sakit. Salah satu program dari
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah kegiatan surveilan,
disamping adanya kegiatan lain seperti pendidikan, kewaspadaan isolasi
serta kebijakan penggunaan antimikroba yang rasional. Kegiatan surveilan
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu kegiatan
yang penting dan luas dalam program pengendalian infeksi, dan suatu hal
yang harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan dari program PPI
(Madjij dan Adik, 2017)
Surveilans infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health-Care
Associated Infections/HAIs) adalah suatu proses yang dinamis, sistematis,
terus menerus dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi
data kesehatan yang penting difasilitas pelayanan kesehatan pada suatu
populasi spesifik dan didiseminasikan secara berkala kepada pihak pihak
yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan, serta
evaluasi suatu tindakan yangberhubungan dengan kesehatan (Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017).
Setiap rumah sakit dapat merencanakan dan menetapkan jenis
surveilan yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing rumah sakit. Dalam pelaksanaan pelaporan HAIS pada
saat ini sebagian rumah sakit sudah melakukan pengumpulan data
menggunakan basis komputer, hal ini dikarenakan pada era digital perawat
dituntut untuk mampu mengoperasikan komputer sehingga diharapkan
dapat mempermudah dalam menyampaikan laporan.

B. Rumusan masalah
1. Apakah alasan dari penggunaan sistem informasi keperawatan di
rumah sakit ?
2. Apakah tujuan dari penggunaan sistem informasi keperawatan di
rumah sakit ?
3. Apakah manfaat dari penggunaan sistem informasi keperawatan di
rumah sakit ?
4. Apakah hambatan dari penggunaan sistem informasi keperawatan di
rumah sakit ?
5. Apakah solusi yang bisa dilakukan saat adanya hambatan dari
penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu menjelaskan tentang sistem informasi keperawatan
yang diterapkan di rumah sakit umum daerah temanggung
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu menjelaskan tentang alasan penggunaan sistem
informasi keperawatan di rumah sakit
b. Penulis mampu menjelaskan tujuan penggunaan sistem informasi
keperawatan di rumah sakit
c. Penulis mampu menjelaskan manfaat penggunaan sistem informasi
keperawatan di rumah sakit
d. Penulis mampu menjelaskan hambatan penggunaan sistem
informasi keperawatan di rumah sakit
e. Penulis mampu menjelaskan solusi saat terjadi hambatan dalam
penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian sistem informasi keperawatan


Sistem informasi keperawatan merupakan gabungan dari ilmu
informasi dan kompter serta ilmu keperawatan yang di buat untuk
membantu dalam proses asuhan keperawatan, manajemen dalam
keperawatan serta memberikan informasi atau pengetahuan tentang terapi
yang diterapkan pada ilmu keperawatan.
Sekarang ini di rumah sakit umum daerah temanggung sudah
menerapkan beberapa aplikasi dari sistem informasi keperawatan untuk
membantu dalam proses pelayanan pada pasien, selain itu rumah sakit juga
menerapkan aplikasi sistem informasi keperawatan yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dengan melakukan pelaporan
Surveilans Healthcare Associated Infections (Hais).
Menyelenggarakan surveilans dengan metode hospital wide yang
dilakukan di rumah sakit temanggung ni bertujuan untuk mengetahui data
risiko infeksi yang terjadi di rumah sakit umum daerah temanggung.
Surveilans ini dilakukan di semua ruang perawatan pasien di RSUD
Kabupaten Temanggung dengan cara data diambil dari catatan medis serta
pemeriksaan penunjang.
Surveilans dilakukan secara aktif oleh IPCN dibantu oleh IPCLN
di setiap ruangan untuk pencatatan data harian dengan menggunakan alat
bantu komputer sebagai salah satu perangkat untuk pembuatan laporan.
B. Alur pelaporan surveilans Healthcare Associated Infections (Hais).
Langkah-langkah pelaporan antara lain:
1. Rencana surveilans :
a. Mengkaji populasi yang meliputi: siapa saja yang masuk dalam data
surveilans
b. Memilih Jenis atau Proses Surveilans yang meliputi:kejadian yang
paling sering terjadi, diagnosis yang paling sering dll.
2. Proses pengumpulan data
pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Pengisian formulir surveilans harian Formulir ini diisi oleh
semua perawat yang berjaga, penanggungjawab data adalah
IPCLN masing-masing ruang. File formulir surveilans harian ini
tersimpatn di masing-masing komputer ruang dan sudah tersedia
shortcut untuk membuka file tersebut.
Data yang di input atau dimasukkan ke dalam data laporan
antara lain:
1) Identitas pasien dengan menuliskan nama, nomor rekam
medis dan usia.
2) Pengisian data pemakaian alat-alat kesehatan
3) Pengisian data kejadian infeksi
4) Pengisian data hasil kultur dan antibiotik dengan menuliskan
sesuai data rekam medis.

b. Tabel dan grafik Surveilan HAIs masing-masing ruang otomatis


akan terisi sesua data yang diinput di awal. Data tersebut dapat
dibuka pada file yang sama pada sheet terakhir.
c. Pelaporan kejadian HAIs secara online menggunakan google
formulir dengan alamat http://tiny.cc/lapor-hais. dengan cara
mengisikan identitas pasien, ruang, tanda dan gejala serta kategori
HAIs

3. Analisa
a. Melakukan cek ulang apakah data sudah valid
b. Menjumlahkan lama hari pemakaian alat dari semua jenis alat
yang tercatat dalam formulir tersebut untuk menentukan
denominator
c. Menjumlahkan semua kasus infeksi sesuai jenisnya untuk
menentukan numerator
d. Merekapitulasi jenis kuman yang ada pada pasien yang dilakukan
pemeriksaan kultur sesuai jenis spesimen dan masing – masing
ruangan
e. Dilakukan penghitungan sesuai rumus untuk menentukan insiden
rate f. Mambuat tabel / grafik dari data yang didapatkan
f. Membandingkan dengan data bulan sebelumnya dan data CDC
g. Membuat dugaan faktor faktor kemungkinan kejadian infeksi
(dilihat secara intrinsic dan ekstrinsik

Data Insiden Rate di analisa, apakah ada perubahan yang signifikan


seperti penurunan maupun peningkatan yang cukup tajam atau signifikan,
kemudian dibandingkan dengan jumlah kasus dalam kurun waktu bulan
yang sama pada tahun yang lalu. Jika terjadi perubahan yang signifikan di
cari faktor-faktor penyebabnya mengapa hal tersebut terjadi. Bila
diketemukan penyebab dilanjutkan dengan alternatif pemecehannya. Dan
diantara pemecahan dipilih yang laik laksana bagi rumah sakit atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan setempat. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk
table, diagram dan grafik.
4. Pelaporan
Laporan setiap bulan dibuat dari IPCN kepada komite PPI, analisa
triwulan dan tahunan dilaporkan dari komite PPI kepada Direktur. Laporan
dilengkapi dengan rekomendasi tindaklanjut bagi pihak terkait dengan
peningkatan infeksi. Laporan sebaiknya dibuat sistematik, tepat waktu,
informatif. Datadapat disajikan dalam berbagai bentuk, mudah dianalisa dan
diinterpretasi. Penyajian data harus jelas, sederhana, dapat dijelaskan dengan
narasi singkat.
5. Diseminasi
Surveilans belumlah sempurna dilaksanakan apabila datanya belum
didiseminasikepada yang berkepentingan untuk melaksanakan pencegahan
dan pengendalian infeksi. Oleh sebab itu hasil surveilans angka infeksi harus
disampaikan ke seluruh anggota komite, direktur rumah sakit, ruangan atau
unit terkait secara berkesinambungan. Disamping itu juga perlu
didiseminasikepada kepala unit terkait dan penanggung jawab ruangan
beserta stafnya berikut rekomendasinya

C. Tujuan penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit


Tujuan dilakukan surveilands healthcare associated infections (hais) untuk
pencegahan dan mengendalikan infeksi di rumah sakit yang diharapkan
dapat menurunkan laju infeksi di rumah sakit.
Mampu melaporkan pasien dengan resiko infeksi sehingga dapat
mengurangi angka kejadian pasien yang beresiko mengalami infeksi

D. Alasan penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit


Alasan penggunaan sistem informasi keperawatan dalam melakukan
surveilans healthcare associated infections (hais) adalah:
a. Untuk mempermudah dalam pembuatan pelaporan pencegahan
pengendalian infeksi di rumah sakit
b. Untuk mempermudah dalam mendapatkan data dasar infeksi rumah
sakit

E. Manfaat penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit


Manfaat penggunaan sistem informasi keperawatan dalam melakukan
surveilans healthcare associated infections (hais) yaitu:
a. Untuk melakukan laju infeksi di rumah sakit
b. Untuk mengidentifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah
Sakit.
c. Untuk mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPIRS.
d. Untuk memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan.
e. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi rumah sakit.

F. Hambatan penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit


Hambatan penggunaan sistem informasi keperawatan dalam melakukan
surveilans healthcare associated infections (hais) melalui komputer dalam
pemenuhan sumber daya manusia yaitu:
a. Tidak semua staff atau perawat bisa melaporkan data tentang HAIS
karena hanya penganggungjawab PPI yang bisa melakukan pelaporan.
Contoh: data surveilans HAIS tidak dapat dilaporkan apabila
penanggung jawab PPI libur kerja
b. Apabila komputer eror atau terdapat virus maka data surveilands hilang
c. Kurangnya insfraktuktur seperti komputer
d. Pelaporan yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan yang diharapkan.
Seperti pelaporan pasien dengan plebitis jarang mendapatkan respon dari
tenaga kesehatan sehingga resiko infeksi yang ingin diminimalkan
menjadi tidak efektif
G. Solusi dalam penggunaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit
jika terjadi hambatan
Solusi dalam penggunaan sistem informasi keperawatan jika terjadi
hambatan dalam melakukan surveilans healthcare associated infections
(hais) yaitu:
a. Seharusnya semua perawat atau staff diberikan pelatihan tentang
pelaporan PPI sehingga semua staf mampu melakukan pelaporan.
b. Memiliki cadangan data yang disimpan di gardisk dan memiliki
pengaman komputer atau anti virus
c. Penambahan insfraktuktur berupa komputer.
d. Memberikan sebuah reward atau reinvorment bagi petugas yang telah
melaporkan data surveilands hais agar semua staff atau tenaga medis
mampu berlomba untuk belajar bagaimana proses menginput data
HAIs di Rumah Sakit

H. Penatalaksanaan Program Healthcare Associzted Infections (HAIs)


Belum Optimal di RSUD Temanggung
Dalam melakukan kebijakan pencegahan dan pengendalian HAIs
adalah seluruh tenaga kesehatan di RSUD Temanggung, namun yang terlibat
dalam pembuat kebijakan mengenai pencegahan dan pengendalian HAIs
adalah pimpinan bersama komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
yang terdiri dari IPCD (Infection Prevention Control Doctor), IPCN (Infection
Prevention Control Nurse), IPCLN (Infection Prevention Control Link Nurse).
Kebijakan dibuat berdasarkan kebutuhan dan perubahan kebijakan yang
diperlukan oleh rumah sakit.
Pada RSUD Temanggung, kebijakan dibuat berdasarkan aturan yang
ada di PMK no 27 tahun 2017, kebijakan dibuat oleh Tim PPI bersama
Komite setelah itu diajukan kepada direktur untuk diminta persetujuan.
Kebijakan dibuat satu kali setahun dan partisipan lainnya mengatakan bahwa
kebijakan tidak diperbaharui jika tidak ada perubahan dari rumah sakit. Hal ini
sejalan dengan Kepmenkes RI no 27 tahun 2017 mengenai pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi. Pada RUSD Temanggung tugas dan
wewenang kebijakan dilakukan oleh Komite dan Tim PPI Rumah Sakit.
Peningkatan Sumber Daya Manusia yang dilakukan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian HAIs di RSUD Temanggung dengan pelatihan
dan in house training. Pelatihan yang diikuti oleh IPCD dan IPCN berupa
pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan PPI. Sedangkan IPCLN hanya
mendapatkan in house training, Masih ada IPCLN yang belum mendapatkan
pelatihan PPI.
Berdasarkan Kepmenkes RI no 27 tahun 2017 tentang pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, syarat
atau kriteria sebagai panitia PPI salah satunya yaitu pernah mengikuti
pelatihan dan pendidikan dasar PPI. Tenaga dalam melakukan upaya
pengendalian HAIs di RSUD Temanggung dilakukan dengan meningkatkan
kualitas tenaga, salah satunya dengan pelatihan. Pelatihan di ikuti oleh tim PPI
yaitu IPCD dan IPCN.
Dalam penatalaksanaan HAIs di RSUD Temanggu belum optimal
dikarenakan jika terdapat pasien yang mengalami plebitis kurang
mendapatkan respon perawat untuk melaporkannya kepada HAIs dan IKP,
sehingga resiko infeksi lebih tinggi. Hal seperti ini harus ditingkatkan
terutama perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memberikan
laporan pasien yang memiliki resiko infeksi agar penanganan pasien sebagai
penerima layanan asuhan keperawatan lebih optimal.
Peningkatan untuk mengurani resiko infeksi seharusnya ada pelatihan
dari IPCD dan IPCN berupa pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan PPI. Untuk
meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan, setelah dilakukan pelatihan
harus ada pengawasan yang dilakukan IPCN terhadap kerja tenaga kesehatan
yang ada di Rumah Sakit.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem informasi keperawatan yang diterapkan di rumah sakit dalam
surveilans Healthcare Associated Infections (Hais) ini sangat penting
dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Selain dapat meningkatkan
kemampuan perawat atau staff dalam mengoperasikan komputer yang
dimana di era sekarang ini sangat dianjurkan, penerapan ini juga dapat
mempermudah dalam membuat pelaporan sehingga mampu
meningkatkan mutu rumah sakit

B. Saran
Diharapkan makalah ini mampu menambah wawasan pembaca
mengenai berbagai macam sistem informasi keperawatan yang dapat
diterapkan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Rismayanti, M., Harisman. (2019). Gambaran Pelaksanaan Program


Pencegahab Dan Pengendalian Infeksi Dirumah Sakit Umum X Kota
Y. Jurnal Kesehatan Andalas 2019:8(1). Dimuat dalam
http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diunduh pada tanggal 13 maret 2020
pukul 08.00 WIB
Sapardi, VS., Rizandi, M., Reni, PG. (2018). Analisis Pelaksanaan Manajemen
Pencegahan Dan Pengendalian Healthcare Associated Infections Di
RSI IBNUSINA. Jurnal endurance 3(2) juni 2018 (358-366). Dimuat
dalam doi:http//doi.org/10.22216/jen.v3i23029. Diunduh pada
tanggal 13 maret 2020 pukul 08.15 WIB
Madjij, T., Adik,W. (2017) Analisis Penerapan Program Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Diruang Rawat Inap RSUD Tebet Tahun 2017.
Dimuat dalam
Http://journal.fkm.ui.ac.id/arsi/article/view/3205&ved. Diunduh
pada tanggal 13 Maret 2020 Pukul 15.30 WIB
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017. (2017). Pedoman
Pencegahan Dan Pengendlaian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Dimuat dalam Http://www.indoensia-
publichealth.com/download-permenkes-nomor-27-tahun-2017-
tentang-pedoman-ppi/&ved. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2020
Pukul 15.00 WIB
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung. (2019). Panduan Surveilans
Healthcare Associated Infections (HAIs)
Simbolon, N., Hema, M., & Sri, M. Perbandingan Pengaruh Sistem Surveiland
Berbasis Elektronik Dan Paper Based Terhadap Kompetensi
Pencatatan Dan Kemampuan Deteksi Risiko Hais Oleh Perawat Di
Rumah Sakit Awal Bros Batam. Ners; Jurnal Keperawatan, Volume
15, No 2 Oktober 2019, 9hal, 74-83). Dimuat dalam
Http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/download/262/19
8&ved Diunduh pada tanggal 13 maret 2020 Pukul 16.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai