PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Setelah mengkaji materi pada bagian I ini mahasiswa mampu:
• Mendeskripsikan kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA di SD pada
umumnya.
• Mendeskripsikan Hakekat IPA menurut kajian para akhli dan kurikulum.
• Mengidentifikasi Hakekat Pembelajaran IPA yang dikemukakan oleh para akhli dan
kurikulum.
• Mengidentifikasi ciri-ciri pembelajaran IPA yang efektif serta persaratan
kompetensi profesional yang harus dimiliki guru.
B. KAJIAN MATERI
1. Rasional
agaimana pandangan Anda tentang belajar, mengajar, dan mendidik? Adakah
B perbedaan antara pembelajaran, pengajaran, dan pendidikan? Setujukah
jika pendidikan dimaknai sebagai proses mereproduksi serta mengelaborasi sistim
nilai dan budaya ke arah yang lebih baik, antara lain dalam hal pembentukan wawasan,
keyakinan (belieft), kepribadian, keterampilan dan kematangan intelektual peserta didik.
Bagaimana pula pandangan Anda bahwa dalam lembaga formal proses reproduksi
sistim nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar
sejumlah mata pelajaran dalam kelas. Jika Anda mendukung gagasan-gagasan
tersebut, bagaimana Anda menjelaskan bahwa salah satu mata pelajaran yang turut
berperan penting dalam mendidikkan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini
bagi anak adalah mata pelajaran IPA? Sekedar untuk mengungkap ulang hasil belajar
Anda pada beberapa mata kuliah terdahulu, jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Setelah itu, untuk mengkritisi jawaban Anda sendiri, simaklah paparan berikut.
Semestinya, melalui pembelajaran dan pengembangan potensi diri pada pembelajaran
IPA siswa akan memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di
lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu
kunci keberhasilan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia
teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi. Meskipun demikian,
pencermatan terhadap realitas di lapangan; pada mayoritas waktu dan tempat, pembelajaran
IPA di sekolah dasar masih menunjukkan sejumlah kelemahan.
Salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada kebanyakan SD adalah bahwa
pembelajaran lebih menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep, dan kurang
memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang comprehensive. Keseluruhan tujuan
dan karakteristik berkenaan dengan pembelajaran IPA SD sebagaimana tertuang dalam
kurikulum- pada kegiatan pembelajaran secara umum telah direduksi menjadi sekedar
pemindahan konsepkonsep yang kemudian menjadi bahan hapalan bagi siswa. Tidak jarang
pembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaian soal-soal
tes, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai
“ukuran utama” prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran.
Pembelajaran IPA yang demikian jelas lebih menekankan pada penguasaan sejumlah
konsep dan kurang menekankan pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau
keterampilan proses IPA. Oleh karena target seperti itu maka guru tidak terlalu terdorong
untuk menghadirkan fenomena-fenomena alam meskipun hanya melalui alat peraga sederhana
ke dalam pembelajaran IPA.
Kondisi objektif lainnya adalah bahwa materi penilaian hasil belajar untuk mata
pelajaran IPA masih didominasi dan berfokus pada penilaian hasil belajar ranah kognitif
melalui tes. Oleh karena itu, penilaian tersebut tidak pernah mengukur sejauh mana kinerja,
karya, dan sikap siswa dalam kegiatan praktikum atau proses inkuiri IPA, melainkan yang
diukur dan dievaluasi itu adalah sejauh mana siswa SD menguasai (mengetahui) sejumlah
konsep-konsep IPA yang terdapat dalam buku ajar. Dengan bersandar pada alasan ini lah
para guru di SD pada umumnya "cenderung enggan" menyelenggarakan pembelajaran IPA
yang lebih menuntut siswa terlibat dalam berbagai kegiatan praktikum dan jenis kegiatan
inkuiri lainnya sekurang-kurangnya melalui metode demonstrasi, karena hal demikian
dipandang kurang efektif untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
dalam IPA.
Penguasaan aspek kognitif atau penguasaan konsep bukanlah tidak penting dalam
pembelajaran IPA, hanya saja persoalannya menjadi tidak benar apabila demi mencapai nilai
EHB dan EBTA/EBTANAS yang tinggi belaka, kemudian pembelajaran IPA direduksi menjadi
sekedar pemindahan/penuangan pengetahuan IPA dari benak guru ke otak anak; dan dengan
sadar mengabaikan tuntutan ideal kurikulum dan hakikat pendidikan IPA sebagai proses,
produk, dan sikap (nilai).
Kondisi pembelajaran IPA di SD selama ini telah mendorong para pakar melakukan
studi reflektif dan evaluatif terhadap isi (content), pelaksanaan, dan hasil keluaran dari
kurikulum pendidikan dasar dan menengah (khususnya IPA) hingga periode Kurikulum
Tahun 1994 memberikan temuan sejumlah kelemahan yang berujung dengan kesimpulan
perlunya penyempurnaan kurikulum sesuai dengan tuntutan masyarakat yang cenderung
berubah, perkembangan ilmu dan teknologi, kebutuhan daerah dalam konteks kesatuan bangsa,
dan upaya membangun bangsa agar menjadi negara maju, mandiri, berwibawa dan kompetitif
dalam percaturan pasar bebas dan global internasional. Hal demikian mendesak untuk
dipenuhi karena bagaimana pun operasionalisasi kurikulum harus berhadapan dengan
berbagai kendala, tuntutan dan kondisi objektif di lapangan
Sehubungan dengan temuan itu upaya pengembangan kurikulum mutakhir (Kurikulum
tahun 2004 dan disempurnakan menjadi kurikulum 2006) yang beralih dari kurikulum
berbasis isi atau materi (content-based curriculum) ke kurikulum berbasis kemampuan
(competency-based curriculum) dimana terdapat keseimbangan peningkatan kemampuan
konseptual dan kemampuan prosedural merupakan langkah maju Departemen Pendidikan
Nasional dalam mengantisipasi kecenderungan pembelajaran IPA selama ini.
Ada kesan serius dalam penyusunan kurikulum 2004 atau kurikulum 2006 ini. Selain
melakukan uji coba di beberapa sekolah yang dijadikan sebagai pilot project, pemerintah
melalui Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas juga BSPN menerbitkan buku-buku pelayanan
profesional yang terkait langsung dengan penerapan kurikulum di lapangan. Misalnya cara
pengelolaan kurikulum di sekolah, cara dan contoh pengembangan silabus, pedoman
penilaian berbasis kelas, dan rambu-rambu pembelajaran efektif. Hal-hal tersebut juga harus
dikuasai oleh para guru dan mahassiswa calon guru. Dengan demikian sangat jelas pentingnya
pembelajaran termasuk IPA di SD dilaksanakan secara profesional.
2. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a) Apa itu IPA ?
Anda telah belajar IPA sejak di Sekolah Dasar hingga saat ini. Sudah barang tentu
Anda dapat menjawab pertanyaan apakah IPA itu. Ya, IPA terdiri atas Biologi, Fisika dan
Kimia. Pada tingkat yang lebih tinggi dimasukkan juga geologi, geodesi, austronomi. Apa
yang dipelajari Biologi, fisika, dan kimia? Dan, apa definisi IPA?. Anda dapat
menemukannya di banyak buku tentang IPA atau dapat menelusurinya di internet.
Secara ringkas dapat dikatakan IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam
semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan
prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga
dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha
manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya
benar), dan produk (kesimpulannya betul).
Ada tiga pertanyaan mendasar dalam IPA yang memerlukan jawaban kita, yaitu: apa
yang terjadi? Bagaimana itu terjadi?, dan mengapa itu terjadi?
• Apa yang terjadi?
Apa yang Anda cari saat pergi mengikuti ahli geologi ke daearah korban gempa?
Apa yang Anda cari pada saat membaca laporan perjalanan seorang austronout?
Semuanya itu ingin menjawab pertanyaan: “Apa yang terjadi?”
• Bagaimana itu terjadi?
Anda membandingkan jenis batuan dari pegunungan Jayawijaya dan batuan dari
pegunungan selatan Jawa, atau Anda laporan perjalanan austronout Amerika dan
austronout Rusia. Apa tujuannya? Anda ingin menjawab pertanyaan: :
“Bagaimana itu terjadi?”
• Mengapa itu terjadi?
Pertanyaan itu juga dibuat oleh para ahli IPA. Mereka bertanya tentang apa yang
terjadi disana dan bagaimana itu terjadi. Selanjutnya mereka akan membuat
rekonstruksi sejarah objek yang mereka pelajari, entah itu binatang, entah
tetumbuhan, entah batu-batuan, dsb. Semua usaha itu diarahkan untuk menjawab
pertanyaan: “Mengapa itu terjadi?”
Jawaban ketiga pertanyaan ini membangun Ilmu Pengetahuan Alam yang kita pelajari
ini. Sebagai ilmu pengetahuan, IPA meliputi proses, prosedur, dan produk. Lihat Gambar 1.1
Konsep
Produk
konsepsi
simbol
Bertujuan Menguji
hipotesis
IPA
Proses Prosedur
Rasional Kognitif
Mengamati Menyusun
Gambar 1.1 fenomena hipotesis
Latihan 1 : Buatlah tiga pertanyaan IPA yang mendasar berkaitan dengan pesawat Adam Air yang
hilang dalam penerbangan Makasar-Manado
Apa yang dilakukan para ahli IPA? Tentu Anda akan menjawab, seperti yang sering
muncul pada laporan penelitian para pemula, yaitu: ”masalah-hipotesis -prosedur-data-
kesimpulan”. Tetapi, sesungguhnya, para ahli tidak selalu sampai pada suatu kesimpulan
final. Yang mereka lakukan adalah bertanya, investigasi, mengajukan hipotesis, bertanya,
investigasi, dan membuat hipotesis secara terus-menerus dalam setiap kegiatan dan semua
tingkatan. IPA sungguh sebagai suatu proses memahami alam semesta. Inilah prosedur ilmiah
yang dikembangkan oleh para ahli IPA. IPA merupakan suatu metode ilmiah.
Apa arti metode ilmiah?
Metode ilmiah merupakan cara terbaik untuk memisahkan yang benar dari yang tidak
benar. Untuk itu, langkah apa saja yang Anda lakukan?
Melakukan Observasi
Observasi keadaan sekitar merupakan langkah paling awal dari suatu kerja ilmiah. Anda
dapat mengobservasi pengalaman Anda sendiri, sumber-sumber belajar, dan dari percobaan-
percobaan eksploratori/percobaan pendahuluan. Hasil observasi digunakan untuk memilih
suatu topik yang akan dikerjakan. Misalnya, Anda melihat bintik hitam pada sepotong roti
tawar dan bertanya-tanya bagaimana pertumubuhan bintik hitam itu. Dengan demikan, topik
Anda adalah ‘reproduksi jamur’.
Setelah memiliki suatu topik, Anda dapat melanjutkannya dengan pengamatan yang
lebih seksama atau melakukan percobaan eksploratori. Anda memilih sepotong roti tawar
yang masih segar, menempatkannya di sebuah kotak roti, dan mengamati pertumbuhan jamur
dari waktu ke waktu dalam beberapa hari. Kegiatan ini memberikan informasi yang Anda
perlukan bagi langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi masalah.
Gunakan referensi bahan cetak: buku, jurnal, majalah, surat kabar, tentu saja juga yang
elektronik (online). Gunakan juga informasi yang berasal dari para professional: guru/dosen,
pustakawan, dan ilmuwan –fisikawan dan biologiawan misalnya. Jangan lupa lakukan
percobaan eksplanatori yang lain yang berkaitan dengan topik Anda.
Masalah adalah pertanyaan ilmiah yang akan Anda jawab. Ada baiknya pertanyaan ini
berbentuk terbuka. (jawabannya bukan ‘ja’ atau ‘tidak’). Misalnya: “Bagaimana cahaya
mempengaruhi reporduksi jamur hitam pada roti tawar putih?”
Anda harus membatasi masalah. Dalam contoh ini, Anda membatasi satu penggal
kehidupan jamur yaitu reproduksi, satu jenis jamur yaitu jamur hitam, satu jenis roti yaitu roti
tawar putih, satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan yaitu cahaya.
Coba bandingkan dengan pertanyaan ini: “Bagaimana cahaya mempengaruhi jamur?”.
Anda tentu melihat berbagai bagian dari proses kehidupan dan berbagai macam jamur, serta
berbagai macam mediumnya. Terlau luas bukan?
Buatlah suatu rumusan pertanyaan pecobaan, yaitu suatu pertanyaan yang jawabannya
perlu ditemukan lewat suatu atau sejumlah percobaan. Pertanyaan: “Apakah jamur hitam
itu?” bukanlah pertanyaan percobaan. Jawabannya dapat Anda temukan dalam buku bacaan.
Sebaliknya, pertanyaan: “Bagaimana pertumbuhan jamur hitam pada roti tawar di dalam
kotak kuwe yang disimpan pada suhu kamar dan disinari lampu listrik 15 watt?” merupakan
pertayaan pecobaan. Jawabannya ditemukan dengan cara mencobanya.
Menyusun Hipotesis
Hipotesis adalah suatu gagasan solusi dari suatu masalah, berdasarkan pengetahuan dan
penelitian. Hipotesis berisi dua hal yang saling berkaitan. Misalnya: “Reproduksi jamur hitam
pada roti tawar memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi”. Hipotesis semacam ini
mengandung: informasi tentang reproduksi jamur hitam dan intensitas cahaya yang jatuh
pada jamur itu. Sebaiknya, hipotesis dibuat berdasarkan hasil percobaan eksploratif yang
telah dilakukan.
Latihan 3 : Sampai dengan tahun 2005 Pluto dikenal sebagai salah satu planet pada
tata surya kita. Namun, pada tahun 2006 para ahli menyepakati
untuk mencoret dari daftar anggota planet tata surya kita. Mana
yang benar?
C. RANGKUMAN
• Masih terdapat kesenjangan antara pelaksanaan pembelajaran IPA SD dengan tuntutan
pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum dan karakteristik pendidikan IPA.
Pembelajaran IPA miskin media dan alat peraga serta ditampilkan dalam bentuk
transfer informasi dari guru atau buku ke dalam otak siswa dengan mereduksi hakikat
pendidikan IPA sebagai proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Pelaksanaan
evaluasi pada pembelajaran IPA di SD masih berorientasi dan didominasi oleh soal-
soal tertulis untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif (penguasaan konsep).
• Tugas guru dalam pembelajaran IPA di SD antara lain menyajikan IPA sesuai dengan
karakteristik pendidikan IPA dan karakteristik anak yang berada pada masa
perkembangan kognitif operasional konkrit. Jika hal ini dilaksanakan dengan tepat maka
pembelajaran IPA di SD akan mampu mefasilitasi perkembangan potensi sikap,
berpikir, berperilaku dan keterampilan dasar scientist yang terdapat pada diri siswa.
• Seperti halnya pada gagasan-gagasan luhur lainnya, pada pembelajaran IPA selalu
ada kesenjangan. Upaya untuk mendekatkan kesenjangan antara keharusan dan
realitas pembelajaran IPA di lapangan terus dilakukan antara lain dengan membenahi
kurikulum, fasilitas yang diperlukan, serta pembinaan profesionalitas para pelaksana.
• Dalam Kurikulum 2004 (yang disempurnakan menjadi Kurikulum 2006) ruang lingkup
Mata Pelajaran IPA meliputi: (1) Kerja Ilmiah dan (2) Penguasaan Konsep dan
Penerapannya.
• Bagaimana pun, pembelajaran IPA yang efektif dan berkualitas di SD hanya dapat
terwujud apabila praktisi dan pengelola lembaga tersebut guru dan kepala SD serta
para pemegang tanggung jawab birokrasi terkait melakukan upaya proaktif untuk
menyelenggarakan pembelajaran IPA yang sesuai dengan karakteristik, tujuan dan
fungsi pendidikan IPA sebagaimana digariskan dalam kurikulum. Bagi guru upaya
ini dapat dilakukan dengan cara yang bersangkutan mengoptimalkan
kemampuannya dalam merancang dan mengoperasionalkan strategi pembelajaran
IPA yang konsisten dengan hakikat pendidikan IPA untuk anak. Untuk itu maka
para guru dan calon guru SD harus memiliki wawasan dan keterampilan yang memadai
menyangkut sekurang-kurangnya:
(1) Hakikat Pendidikan IPA;
(2) Karakteristik Pembelajaran IPA yang efektif; (3) Karakteristik psikologis
anak sebagai ‘saintis’ kecil;
(3) Strategi membelajarkan siswa dalam IPA; dan
(4) Sistim evaluasi yang tepat bagi pembelajaran IPA.
D. TAGIHAN
1. Tugas dan Latihan Soal
a. Setelah membaca wacana pada bagian I buku ini carilah informasi lebih lanjut
tentang pelaksanaan pembelajaran IPA di SD saat ini. Informasi bisa Anda
peroleh melalui media cetak, internet, wawancara dengan guru SD atau
melakukan observasi langsung ke Sekolah. Berdasarkan hal itu, buatlah artikel
singkat (kira-kira 2.500 kata / 10 halaman) yang mendeskripsikan permasalahan
pembelajaran IPA di SD serta solusi untuk mengatasinya. Artikel Anda dikirim
ke e-mail tonopjjfkipuntan@gmail.com atau ke e-mail yang telah ditentukan
oleh dosen pengampu mata kuliah.
b. Dalam kaitannya dengan karakteristik tumbuh-kembang psikologis siswa SD,
jelaskan manfaat dan pentingnya pembelajaran IPA dilaksanakan sejak dini di SD.
c. Berdasarkan pencermatan terhadap karakteristik pendidikan IPA yang dikemukakan
oleh para akhli, pendidikan IPA dapat dikategorikan ke dalam tiga dimensi. Sebutkan
dan jelaskan dengan singkat dan benar ketiga dimensi tersebut.
d. Kemukakan dengan singkat dua ruang lingkup pembelajaran IPA beserta rinciannya.