Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ETIKA BISNIS

TENTANG ETIKA DAN PEMASARAN DAN JENIS-


JENIS PASAR

Dosen Pengampu
Hilmiatus Sahla, SE.I, ME.I

Disusun oleh Kelompok 4:


 RIZKI NOVIANTI
(18030288)
 KARINA
(18030212)
 PITER RICKWANTO S
(18030071)
 RIANSYAH
(18030002)
4 G FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ASAHAN
TA 2020
ETIKA DAN PEMASARAN
Pendahuluan
The American Marketing Association mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai
jantung dari kegiatan bisnis : fungsi organisasional dan seperangkat proses untuk
menghasilkan, mengkomunikasikan, dan mengantarkan nilai kepada pelanggan dan untuk
mengelola hubungan pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan bagi
organisasi dan para pemegang kepentingannya.
Konsep sebuah pertukaran antara seorang pembeli dan penjual sangatlah sentral
terhadap pasar dan merupakan ide inti di balik pemasaran. Pemasaran melibatkan semua
aspek dari menghasilkan sebuah produk atau jasa dan membawanya ke pasar di mana
pertukaran dilakukan. Dengan demikian etika pemasaran memeriksa tanggung jawab yang
berkaitan dengan membawa sebuah produk ke pasar, mempromosikan produk kepada
pembeli, dan mempertukarkannya dengan pembeli.

Prinsip Etika dalam Bauran Pemasaran

1.   Etika pemasaran dalam kontek produk :


a.      Produk yang berguna dan dibutuhkan
Sebelum produk dipasarkan, harus melakukan strategi pemasaran seperti produk
apa yang sedang dibutuhkan padasaat ini dan tentunya berguna bagi konsumen.
b.      Produk yang berpotensi ekonomi atau benefit
Perusahaan memproduksi barang atau jasa akan mendapat keuntungan (benefit)
jika produk tersebut layak untuk dipasarkan.
c.       Produk yang bernilai tambah yang tinggi
Produk yang ingin dipasarkan harus layak karena jika produk tersebut
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, selain itu produk harus mempunyai
nilai tambah yang tinggi baik bagi internal perusahaan maupun eksternal
perusahaan
d.       Dalam jumlah  yang berskala ekonomi dan social
Pemasaran produk yang baik adalah memproduksi sesuai standar, dan
didistribusikan kepada konsumen dengan melihat tingkat keadaan ekonomi dan
sosial wilayah yang akan menjadi target pasar.

e.       Produk yang dapat memuaskan masyarakat


Produk yang ekonomis dan mempunyai kualitas baik adalah produk yang sudah
pasti laku di pasaran.Oleh karena itu produk harus dapat membuat para konsumen
puas.
2. Etika pemasaran dalam konteks harga :
a.                   Beban cost produksi yang wajar
Sebelum diproduksi perusahaan harus merencanakan anggaran produksi agar biaya
yang dikeluarkan tidak lebih besar dari penerimaan.
b.   Sebagai alat kompetisi
Perusahaan yang satu dengan yang lain bersaing secara sehat dalam konteks harga.
c.    Diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat
Perusahaan menentukan harga suatu produk dengan melihat kondisi konsumen
dalam kemampuan daya belinya.
d.   Margin perusahaan yang layak
Yang dimaksud margin perusahaan yang layak adalah jaminan wajib jual beli
barang dalam suatu perusahaan agar risiko yang ditimbulkan tidak besar.
e.    Sebagai alat daya tarik bagi konsumen.
Harga suatu produk apabila ekonomis akan menarik konsumen untuk membeli dan
loyal terhadap produk tersebut
3.Etika pemasaran dalam kontek distribusi :
a.    Kecepatan dan ketepatan waktu;
Distribusi suatu produk harus cepat dan tepat waktu agar konsumen percaya
kepada perusahaan tersebut, serta barang yang dihasilkan juga efisien.
b.   Keamanan dan keutuhan barang;
Keamanan dan keutuhan suatu barang sangat penting untuk dijadikan alat
pertimbangan distribusi produk.
c.    Konsumen mendapat palayanan tepat dan cepat.
Apabila konsumen mendapat pelayanan tepat dan cepat maka konsumen akan puas
terhadap produk atau perusahaan tersebut.

4.Etika pemasaran dalam konteks promosi :


a.  Sarana memperkenalkan barang;
Iklan adalah salah satu sarana dalam memperkenalkan suatu produk barang atau
jasa.Iklan sangat penting dalam kegiatan promosi.

b.   Informasi kegunaan dan kualifikasi barang.


Dalam kegiatan promosi, perusahaan harus memberi informasi yang akurat
mengenai kegunaan dan kualifikasi barang atau jasa kepada konsumen agar
konsumen paham betul dengan kegunaan produk tersebut.
c.    Sarana daya tarik barang terhadap konsumen;
d.   Promosi yang menarik akan membuat konsumen tertarik untuk membelinya.
 Oleh karena itu promosi harus benar-benar dilakukan agar konsumen percaya.
e.    Informasi fakta yang ditopang kejujuran.
Informasi mengenai suatu barang atau jasa harus sesuai fakta yang adatidak boleh
hiperbola karena itu akan membuat konsumen kecewa apabila barang atau jasa
tersebut tidak sesuai dengan fakta.

Isu Etis dalam Pemasaran: Sebuah Kerangka Kerja


           Kerangka kerja ini akan menyediakan pemahaman yang mendalam untuk membantu
para pengambil keputusan untuk sampai pada sebuah keputusan yang etis tetapi tidak akan
mengarah kepada keputusan yang benar karena ini bukanlah kerangka kerja yang normatif
dengan kata lain, hal ini tidak menentukan jawaban yang benar tetapi mengidentifikasi hak-
hak, tanggung jawab, tugas dan kewajiban, sebab dan akibat. Setelah parameter ini
ditetapkan, para pengambil keputusan menggunakan kerangka kerja untuk menganalisis
skenario secara efektif dan sampai pada keputusan yang paling baik merefleksikan orang-
orang dan struktur nilai profesionalnya.
Tanggung Jawab terhadap Produk: Keamanan dan Tanggung Jawab
Kategori umum dari tanggung jawab bisnis untuk produk dan jasa yang dijualnya
meliputi topik-topik yang sangat beragam. Hanya sedikit isu yang menerima cukup banyak
pengawasan dari ilmu hukum, politik, dan etika jika dibandingkan dengan tanggung jawab
bisnis karena bahaya yang disebabkan oleh produknya. Bisnis memiliki tanggung jawab etis
untuk merancang, memproduksi, dan mempromosikan produknya dalam cara yang
menghindarkan timbulnya bahaya bagi konsumen.
            Baik hukum dan etika bergantung pada kerangka kerja yang serupa ketika
mengevaluasi kasus di mana produk atau jasa dari bisnis menyebabkan kerusakan di pasar.
Fokus dari kebanyakan diskusi mengenai tanggung jawab bisnis atas keamanan produk
adalah pada penentuan tanggung jawab(yang bersalah) atas kerusakan yang disebabkan oleh
produk yang tidak aman.

Standar Kontraktual untuk Kemanan Produk


            Etika yang tersirat dalam pendekatan kontrak berasumsi bahwa para konsumen cukup
memahami produk dengan baik sehingga mereka secara layak diharapkan dapat melindungi
diri mereka sendiri. Tetapi para konsumen tidak selalu benar-benar memahami produknya
dan mereka tidak selalu bebas memilih untuk tidak membeli beberapa barang. Akibatnya,
standar jaminan tersirat mengalihkan beban pembuktian dari konsumen kepada produsen
dengan memungkinkan pelanggan untuk berasumsi bahwa produk produsen aman untuk
penggunaan yang normal. Dengan membawa barang dan jasa ke pasar, produsen secara
tersirat menjanjikan bahwa produknya aman untuk penggunaan normal. Dasar etis untuk
keputusan ini adalah asumsi bahwa konsumen tidak akan memberikan persetujuan untuk
membeli jika mereka memiliki alasan untuk percaya bahwa mereka akan celaka ketika
menggunakan produk tersebut dengan normal.
Standar Tort untuk Keamanan Produk
Perspektif etis yang digaris bawah oleh hukum tort menyatakan bahwa kita semua
memiliki kewajiban umum tertentu kepada orang lain, bahkan ketika kita tidak
mengasumsikan secara eksplisit dan sukarela. Secara khusus, saya memiliki kewajiban
kepada orang lain untuk tidak menempatkannya pada risiko yang tidak perlu dan dapat
dihindari. Dengan demikian, meskipun saya tidak pernah berjanji secara eksplisit kepada
siapapun bahwa saya akan menyetir dengan hati-hati, saya memiliki tugas etis untuk tidak
menyetir secara ceroboh di jalan.
           Kelalaian merupakan komponen utama hukum tort. Sebagaimana dirujuk oleh kata
tort, kelalaian melibatkan suatu jenis kelalaian yang etis, khususnya kelalaian seorang dari
kewajiban untuk berhati-hati agar tidak mencelakai orang lain. Banyak isu etis dan hukum
yang mengelilingi tanggung jawab perusahaan manufaktur untuk produk yang dipahami
sebagai upaya untuk merinci kelalaian apa yang ada di dalam rancangan, produksi, dan
penjualan mereka.

Tanggug Jawab Produk yang Ketat


            Standar kelalaian dari hukum tort berfokus pada pemahaman tanggung jawab yang
melibatkan tanggung jawab atau kesalahan. Dan karenanya, standar ini mempertanyakan apa
yang telah diramalkan atau seharusnya diramalkan oleh orang atau bisnis yang terlibat. Akan
tetapi ada juga kasus di mana konsumen dapat mengalami kecelakaan yg disebabkan oleh
produk di mana kelalaian tidak terlibat. Pada kasus seperti ini di mana tidak ada pihak yang
salah, pertanyaan mengenai pertanggungjawaban tetap ada. Siapa yang seharusnya membayar
kerugian pada saat konsumen terluka oleh produk dan tidak ada pihak yang bersalah? Doktrin
hukum dari tanggung jawab produk yang ketat menyatakan bahwa perusahaan manufakturlah
yang bertanggung jawab dalam kasus-kasus tersebut.

Tanggung Jawab terhadap Produk : Periklanan dan Penjualan


Tujuan dari semua pemasaranadalah penjualan, pertukaran akhir antara penjual dan
pembeli. Sebuah unsur utama dari pemasaran adalah promosi penjualan, upaya untuk
memengaruhi pembeli untuk menyelesaikan pembelian. Pemasaran target dan riset
pemasaran adalah dua unsur penting dari penempatan produk, berusaha untuk menentukan
audiens mana yang paling mungkin untuk membeli, dan audiens mana yang paling mungkin
untuk dipengaruhi oleh promosi produk.
Ada dua cara untuk mempengaruhi orang lain, yaitu cara yang baik dan cara yang
buruk. Diantara cara yang baik untuk memengaruhi orang lain secara etis adalah
membujuk/persuasi, bertanya, memberitahu, dan menasihati. Sedangkan cara mempengaruhi
orang lain secara tidak etis adalah ancaman, pemaksaan, penipuan, manipulasi, dan
berbohong. Sering kali ditemukan praktik penjualan dan periklanan yang menggunakan cara-
cara yang menipu atau manipulasi untuk memengaruhi, contohnya adalah pada pasar
penjualan otomotif, khususnya pada pasar mobil bekas sering kali ditemukan praktik
manipulasi.
Manipulasi adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan,
penyembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah
realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem
perancangan sebuah tata sistem nilai, manipulasi adalah bagian penting dari tindakan
penanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.Memanipulasi
sesuatu sama artinya dengan membimbing atau mengarahkan perilakunya. Manipulasi tidak
membutuhkan keterlibatan kendali penuh dan bahkan tampak seperti suatu proses
mengarahkan atau mengelola secara halus. Salah satu cara dimana kita dapat memanipulasi
seseorang adalah melalui penipuan, salah satu bentuknya adalah berbohong secara terang-
terangan.
Kita dapat melihat bagaimana hal ini relevan dengan etika pemasaran. Kritik
menyalahkan bahwa banyak praktik pemasaran memanipulasi konsumennya. Jelaslah,
banyak iklan menipu dan beberapa di antaranya benar-benar berbohong. Semakin banyak
seseorang mempelajari psikologi pelanggan, semakin baik orang itu dapat memuaskan
keinginan pelanggan tetapi semakin baik juga orang itu akan dapat memanipulasi perilaku
pelanggan.

Isu-isu Etis dalam Periklanan


Tradisi deontologis dalam etika memiliki penolakan yang terbesar terhadap
manipulasi. Manipulasi merupakan contoh yang jelas dari tidak menghormati seseorang
karena melangkahi pengambilan keputusan rasional yang dimilikinya. Karena kejahatannya
terletak pada niat untuk menggunakan orang lain sebagai alat, bahkan manipulasi yang tidak
berhasil bersalah atas kesalahan etis ini.
Tradisi utilitarianisme akan menawarkan kritik manipulasi yang lebih kondisional,
bergantung pada konsekuensinya. Sudah pasti ada kasus manipulasi yang paternalistik, di
mana seseorang dimanipulasi untuk kebaikan dirinya. Akan tetapi, bahkan dalam kasus
seperti itu, bahaya yang tidak dapat diramalkan dapat terjadi. Disini, manipulasi cenderung
mengikis ikatan kepercayaan dan penghormatan diantara sesama.  Hal tersebut dapat
mengikis kepercayaan diri seseorang dan menunda pengembangan pilihan yang bertanggung
jawab di antara mereka yang dimanipulasi. Pada umumnya, karena sebagian besar manipulasi
dilakukan untuk mendorong pencapaian tujuan akhir pihak yang memanipulasi atas biaya
yang dikeluarkan pihak yang dimanipulasi, pandangan utilitarianisme cenderung berpikiran
bahwa manipulasi mengurangi kebahagiaan secara keseluruhan. Praktik manipulasi yang
umum, seperti yang dituduhkan kritik banyak terjadi pada praktik penjualan, dapat merusak
praktik sosial (yaitu penjualan) itu sendiri yang ditujukan untuk mempromosikan ketika
reputasi penjualan diturunkan. Bentuk manipulasi khusus yang sangat buruk terjadi ketika
orang-orang yang rentan menjadi target eksploitasi.
Praktik pemasaran yang berusaha menemukan konsumen mana yang mungkin telah
dipengaruhi secara bebas untuk membeli sebuah produk adalah sah secara etis. Praktik
pemasaran yang berusaha mengidentifikasi populasi yang dapatdengan mudah dipengaruhi
dan dimanipulasi, di lain pihak, tidaklah etis.  Penjualan dan pemasaran yang menampilkan
ketakutan, kekhawatiran, atau motivator yang tidak rasional adalah tidak benar secara etis.
Etika Pemasaran dan Otonomi Konsumen
Pembela periklanan berargumen bahwa meskipun terdapat kasus praktik yang
menipu, akan tetapi secara keseluruhan periklanan banyak berkontribusi pada ekonomi.
Mayoritas iklan menyediakan informasi kepada konsumen, informasi yang menyampaikan
fungsi efisiensi ekonomi pasar.para pembela berargumen bahwa seiring dengan waktu,
kekuatan pasar akan menyingkirkan iklan dan praktik yang menipu. Mereka menegaskan
bahwa tanggapan yang paling efektif untuk menghadapi iklan yang menipu adalah iklan
pesaing yang memperlihatkan penipuan itu.
Orang-orang mungkin dapat mendapatkan informasi yang penting dan bermanfaat
mengenai produk yang mereka butuhkan. Selain itu calon pelanggan juga akan mendapat
informasi yang membantu mereka untuk membuat pilihan yang bertanggung jawab, atau
bahkan mereka dapat merasa terhibur. Akan tetapi pemasaran juga dapat membentuk
kebudayaan dan individu yang berkembang dan yang bersosialisasi di dalam kebudayaan itu.
Pemasar dapat memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung pada perkembangan diri
seseorang.
Terdapat sebuah fakta yang memiliki tiga implikasi besar dan tidak disukai. Pertama,
dengan menciptakan keinginan periklanan menjunjung tinggi hukum permintaan dan
penawaran. Kedua, periklanan dan pemasaran cenderung menciptakan keinginan konsumen
yang tidak masuk akal dan sepele. Terakhir, dengan menciptakan keinginan konsumen,
periklanan dan praktik pemasaran lain melanggar otonomi konsumen. Dalam hal ini
konsumen yang menganggap dirinya bebas karena mereka dapat membeli apapun yang
mereka inginkan sebenarnya tidak bebas jika keinginan tersebut diciptakan oleh pemasaran.
Intinya dalam hal ini, konsumen dimanipulasi oleh periklanan.
Secara etis, poin yang penting adalah klaim bahwa periklanan melanggar otonomi
konsumen. Tesis, awal pada perdebatan ini mengklaim bahwa periklanan mengendalikan
perilaku konsumen. Otonomi melibatkan membuat pilihan yang sukarela dan masuk akal, dan
klaim bahwa periklanan melanggar otonomi mungkin berarti bahwa periklanan
mengendalikan pilihan konsumen. Akan tetapi otonomi konsumen dapat dilanggar dengan
cara yang lebih halus. Alih-alih mengendalikan perilaku, mungkin periklanan menciptakan
keinginan dan hasrat yang menjadi dasar dimana konsumen bertindak. Fokusnya di sini
adalah konsep hasrat yang otonom alih-alih perilaku yang otonom.
Pemasaran kepada Populasi yang Rentan
Ada dua jenis pemasaran yang menargetkan populasi yang rentan. Beberapa praktik
pemasaran mungkin menargetkan konsumen yang kemungkinan besar tidak memiliki
pengetahuan dan rentan sebagai pelanggan. Contohnya, pemasaran yang ditujukan kepada
anak-anak bertujuan untuk menjual produk kepada pelanggan yang tidak mampu untuk
mengambil keputusan dengan pengetahuan dan pertimbangan. Praktik pemasaran lain
mungkin menargetkan populasi yang rentan dalam pengertian umum, sebagai contoh
perusahaan asuransi memasarkan asuransi perlindungan banjir kepada pemilik rumah yang
tinggal di pinggir sungai.
Sebagai pertimbangan awal, pemasaran yang ditargetkan kepada individu-individu
yang rentan sebagai konsumen tidak etis. Ini merupakan kasus mengambil keuntungan atas
kelemahan seseorang dan manipulasi untuk keuntungan sendiri.
Sebuah bentuk akhir pemasaran kepada masyarakat yang rentan secara potensial
melibatkan kita semua sebagai target konsumen. Masing-masing dari kita rentan ketika kita
tidak menyadari bahwa kita menjadi subjek dari sebuah kampanye pemasaran. Jenis
kampanye ini disebut pemasaran “terselubung” atau “tersembunyi”(stealth/ undercover
marketing) dan mengacukepada situasi di mana kita menjadi subjek dari kegiatan komersial
terarah tanpa sepengahuan kita. Pemasaran tersembunyi adalah usaha dengan senjaga untuk
menutupi unsur pemasaran yang utama dari sebuah interaksi. “Pemasaran Buzz” (buzz
marketing), dimana orang-orang dibayar untuk membuat sebuah “buzz (gosip/perbincangan)”
di seputar produk dengan cara menggunakan atau mendiskusikannya dengan cara yang dapat
menarik perhatian media atau perhatian lainnya, juga menciptakan potensi konflik
kepentingan yang tidak kentara.
Ketika praktik-praktik ini hanya melibatkan penggunaan sebuah produk dan respon
yang jujur atas penggunaannya, dapat dipastikan bahwa tidak ada penipuan. Namun, ketika
praktik-praktik ini apapun sebutannya melibatkan subversi dan penipuan untuk mendorong
penggunaan produk, atau penipuan di seputar fakta bahwa praktik itu adalah bagian dari
kampanye pemasaran, hal tersebut disangka kurang etis karena pada praktiknya melibatkan
penipuan untuk mencapai keuntungan pribadi. Dari perspektif penganut universalisme, ada
pelanggaran kepercayaan dalam komunikasi, yang dapat mengarah pada rasa dikhianati
sehingga konsumen tidak lagi percaya kepada perusahaan itu sendiri. Selain itu, konsumen
tidak lagi diperlakukan sebagai tujuan melainkan hanya sebagai alat bagi tujuan dari
perusahaan. Jika pemasaran terselubung menjadi praktik yang bersifat universal, maka
hilangnya kepercayaan menjadi sangat signifikan sehingga interaksi komersial akan hancur
menurut beban pengungkapan yang semestinya menjadi suatu keharusan. Analisis
utilitarianisme juga tidak mendukung etika dari praktik jenis ini. ketika seorang konsumen
tidak dapat mempercayai komunikasi perusahaan, konsumen mungkin juga kehilangan
kepercayaan kepada perusahaan secara keseluruhan dan akan memilih membeli produk dan
jasa di tempat lain. Sebagai hasilnya, baik perusahaan maupun konsumen tidak mendapatkan
keuntungan, dan sebuah produk atau jasa yang seharusnya menjadi solusi yang paling efektif
atau efisien dapat berhenti diproduksi karena kampanye pemasaran yang tidak benar. 
JENIS PASAR, LATAR BELAKANG MONOPOLI, ETIKA DALAM PASAR
KOMPETITIF
1. Jenis-Jenis Pasar

A. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA


Pengertian pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara
permintaan dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa
banyaknya/ tidak terbatas.
Ciri-ciri pasar sempurna:
1. Jumlah penjual dan pembeli yang banyak
2. Produk yang di perdagangkan sama atau bisa di bilang homogen
3. Pemerintah tidak ikut campur tangan dalam proses pembentukan harga
Jenis-jenis pasar sempurna:
1. Jumlah penjual dan pembeli banyak
2. Barang yang di jual sama/homogen
3. Harga di tentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran
4. Posisi tawar konsumen kuat
5. Sensitif pada perubahan harga
6. Sulit mendapatkan keuntungan lebih / diatas rata-rata.

B. PASAR MONOPOLI
Pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana
hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau
konsumen.
Pasar monopoli memiliki ciri-ciri:
1. Hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran
2. Tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip
3. Produsen memiliki kekuatan menentukan harga
4. Tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada hambatan
berupa keunggulan perusahaan

C. PASAR OLIGOPOLI
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana terdapat
beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar.
Pasar oligopoli memiliki cirri-ciri:
1. Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar.
2. Barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak
3. Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk ke
dalam pasar.

D. MONOPOLI DAN DIMENSI ETIKA BISNIS


Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi
harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang
yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Ciri utama
pasar ini adalah adanya seorang penjual yang menguasai pasar dengan jumlah pembeli yang
sangat banyak. Ciri lainnya adalah tidak terdapatnya barang pengganti yang memiliki
persamaan dengan produk monopolis; dan adanya hambatan yang besar untuk dapat masuk
ke dalam pasar.
Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan
segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Pasar
monopoli harus memiliki etika dalam berbisnis yang baik kepada para pembeli untuk menjual
barang tersebut dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat yang berekonomi rendah dan
pengusaha pendatang baru diberikan kesempatan untuk masuk kedalam pasar.

E. ETIKA DI DALAM PASAR KOMPETITIF (PASAR PERSAINGAN SEMPURNA)


Pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali dengan
memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak.
Pada pasar persaingan sempurna terdapat persaingan yang ketat karena setiap penjual dalam
satu wilayah menjual barang dagangannya yang sifatnya homogen. Harga pada pasar
persaingan sempurna relatif sama dengan para pesaing usaha lainnya. Konsumen tentu akan
memilih produsen yang dinilai mampu memberikan kepuasan. Adapun hal yang menjadi
faktor kepuasan itu adalah tingkat pelayanan dan fasilitas-fasilitas penunjang.
Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :
1. Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar
2. Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata
3. Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain
4. Jumlah penjual dan pembeli banyak
5. Posisi tawar konsumen kuat
6. Penjual bersifat pengambil harga
7. Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran

Ada dua etika yang harus di pegang oleh para pelaku pasar agar pasar selalu dalam kondisi
ideal dan fairness, yaitu:

1. Adanya optimasi manfaat barang oleh pembeli dan penjual. Dapat diartikan sebagai
pertemuan antara kebutuhan pembeli dengan penawaran barang oleh penjual. Bertemunya
dua hal ini, menjadikan barang yang ditransaksikan membawa manfaat, dan menghilangkan
kemubadziran dan kesia-siaan.
2. Pasar harus dalam kondisi ekuiblirium. Teori ekonomi mengenal ekuiblirium sebagai titik
pertemuan antara demand dan supply. ekuiblirium diartikan sebagai titik pertemuan
persamaan hak antara pembeli dan penjual. Hak yang seperti apa Hak pembeli untuk
mendapatkan barang dan hak penjual untuk mendapatkan uang yang sepantasnya dari barang
yang dijualnya. Dalam konteks hak ini, kewajiban-kewajiban masing-masing pihak harus
terpenuhi terlebih dahulu, kewajiban bagi penjual untuk membuat produk yang berkualitas
dan bermanfaat dan bagi pembeli untuk membayar uang yang sepantasnya sebagai pengganti
harga barang yang dibelinya.

Etika-etika bisnis harus dipegang dan diaplikasikan secara nyata oleh pelaku pasar. Selain itu,
setiap negara telah mempersiapkan SDM yang berkualitas yang siap berkompetisi. Mereka
bisa menjalin kemitraan guna meningkatkan jumlah produksi dan memenuhi satu sama lain
sehingga konsumen akan tertarik untuk mengkonsumsi produk tersebut.

F. KOMPETISI PADA PASAR EKONOMI GLOBAL


Kompetisi global merupakan bertuk persaingan yang mengglobal, yang melibatkan beberapa
Negara. Dalam persaingan itu, maka dibutuhkan trik dan strategi serta teknologi untuk bisa
bersaing dengan Negara-negara lainnya. Disamping itu kekuatan modal dan stabilitas
nasional memberikan pengaruh yang tinggi dalam persaingan itu. Dalam persaingan ini
tentunya Negara-negara maju sangat berpotensi dalam dan berpeluang sangat besar untuk
selalu bisa eksis dalam persaingan itu. Hal ini disebabkan karena :
1. Teknologi yang dimiliki jauh lebih baik dari Negara-negara berkembang.
2. Kemampuan modal yang memadai dalam membiayai persaingan global sebagai wujud
investasi mereka.
3. Memiliki masyarakat yang berbudaya ilmiah atau IPTEK.
Alasan-alasan di atas cenderung akan melemahkan Negara-negara yang sedang berkembang
dimana dari sisi teknologi, modal dan pengetahuan jauh lebih rendah. Bali sendiri kalau kita
lihat masih berada diposisi yang sulit, dimana perekonomian Bali masih didominasi oleh
orang-orang asing, misalnya hotel-hotel besar, dan juga perusahaan-perusahaan besar lainnya.
Kompetisi global juga menyebabkan menyempitnya lapangan pekerjaan, terutama
masyarakat lokal, karena kebanyakan pekerjaan dilakukan oleh teknologi, dan Negara-negara
maju menjadi pemasok kebutuhan-kebutuhan, sehingga kita cuma bisa menikmati hasil yang
sudah disuguhkan secara cantik yang sebenarnya merupakan ancaman yang sangat besar bagi
bangsa kita. Dilain sisi, lahan pertanian juga akan semakin menyempit.

Anda mungkin juga menyukai