Otonomi Daerah
Fakultas Program Studi E-Learning Kode MK Disusun oleh
11
90003 Wahyu Suhendar, M.Sc
Desain Produk
Abstrak Kompetensi
Membahas pengertian, latar belakang, Mahasiswa memahami sistem Otonomi
tujuan, dan prinsip otonomi daerah Daerah, penerapannya, dan signifikansinya
serta pelaksanaannya di Indonesia bagi penyelenggaraan pemerintahan di
sebagai perwujudan pemerintahan Indonesia yang demokratis, sehingga
yang demokratis dalam rangka mampu mengkritisi secara logis dan
pembangunan nasional serta menjaga rasional, serta mampu menerapkannya
keutuhan dan keragaman Indonesia. dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Otonomi Daerah
A. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH
Secara etimologi, kata otonomi berasal dari kata Yunani, yaitu autos yang berarti
sendiri, dan nomos yang berarti hukum atau undang-undang, sehingga otonomi diartikan
sebagai berdaya secara mandiri. Jadi otonomi daerah yang dimaksud di sini diartikan
secara luas sebagai keberdayaan atau kemampuan pemerintahan daerah untuk secara
mandiri mengatur pembangunan daerahnya masing-masing.
Berdasarkan pengertian itu, maka otonomi daerah adalah suatu instrumen politik dan
instrumen administrasi/manajemen yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber daya
lokal, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di
daerah, mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan kreativitas, meningkatkan
peranserta (partisipasi) masyarakat, dan mengembangkan demokrasi.
2. Pembagian kekayaan dirasakan tidak adil dan tidak merata. Daerah-daerah yang
memiliki sumber kekayaan alam melimpah berupa minyak, hasil tambang, dan hasil
hutan, seperti Aceh, Riau, Irian Jaya (Papua), Kalimantan, dan Sulawesi ternyata tidak
menerima perolehan dana yang layak dari pemerintah pusat, dibandingkan dengan
daerah yang relatif tidak memiliki banyak sumber daya alam.
3. Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan agar
perhatian lebih fokus kepada daerah.
4. Dilihat dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat di daerah dapat
turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing.
Sebagian para ahli pemerintahan juga mengemukakan pendapat lain tentang alasan
perlunya otonomi daerah (desentralisasi), yaitu:
1. Untuk terciptanya efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
Pemerintah berfungsi mengelola berbagai dimensi kehidupan; seperti ekonomi,
pertahanan dan keamanan, keuangan, politik, kesejahteraan masyarakat. Selain itu,
memberikan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat. Oleh karena itu,
penanganan hal tersebut tidak mungkin dilakukan secara tersentralisasi, karena
pemerintahan Negara menjadi tidak efisien.
Adapun titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada Daerah Tingkat II
(Kabupaten/Kota) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (Yessica Situmorang, 2012):
1. Dimensi Politik: Daerah Tingkat II dipandang kurang mempunyai fanatisme
kedaerahan sehingga resiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya
aspirasi federalis relatif minimum;
2. Dimensi Administratif: Luas wilayah Daerah Tingkat II lebih kecil dari pada Daerah
Tingkat I, sehingga diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat relatif dapat lebih efektif;
b. Pertahanan
Yang dimaksud dengan urusan pertahanan misalnya mendirikan dan membentuk.
angkatan bersenjata, menyatakan damai dan perang, menyatakan negara atau
sebagian wilayah negara dalam keadaan bahaya, membangun dan
mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan, menetapkan
kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap warga negara dan sebagainya.
c. Keamanan
Yang dimaksud dengan urusan keamanan misalnya mendirikan dan membentuk
kepolisian negara, menetapkan kebijakan keamanan nasional, menindak setiap
orang, kelompok atau organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara
dan sebagainya.
d. Yustisi
Yang dimaksud dengan urusan yustisi misalnya mendirikan lembaga peradilan,
mengangkat hakim dan jaksa, mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan
kebijakan kehakiman dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi,
membentuk undang-undang, Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang,
Peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang berskala nasional.
f. Agama
Yang dimaksud dengan urusan agama, misalnya menetapkan hari libur
keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan pengakuan terhadap
2015 Kewarganegaraan Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Wahyu Suhendar, MSc http://www.mercubuana.ac.id
keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan
kehidupan keagamaan dan sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah
lainnya yang berskala nasional, tidak diserahkan kepada daerah. Khusus di bidang
keagamaan sebagian kegiatannya dapat ditugaskan oleh Pemerintah Pusat kepada
Daerah sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah dalam
menumbuhkembangkan kehidupan beragama.
k. Pelayanan pertanahan.
Sedangkan prasyarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari kebijakan
otonomi daerah adalah:
1. Memiliki teritorial kekuasaan yang jelas (local territorial of power).
4. Memiliki kepala daerah yang dipilih sendiri melalui Pemilu (local executive leader by
election).
Pemikiran Bung Hatta di atas memiliki makna bahwa kemajuan masyarakat dan daerah
sangat ditentukan oleh masyarakat atau daerah itu sendiri, dengan alasan bahwa yang
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik
masyarakat atau daerah tersebut adalah masyarakat daerah itu sendiri. Namun posisi
pemerintah pusat tetap penting, terutama dalam memberikan landasanperaturan
perundang-undangan.. Jadi, inti pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya keleluasaan
pemerintahan daerah (discretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan
sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, dan peran serta aktif masyarakat dalam
mengembangkan dan memajukan daerahnya. Memberikan otonomi daerah tidak hanya
berarti melaksanakan demokrasi di lapisan bawah, tetapi juga mendorong masyarakat
untuk melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi lingkungannya.
Dengan berkembangnya pelaksanaan demokrasi dari bawah, maka rakyat tidak saja
dapat menentukan nasibnya sendiri melalui keputusan politik, namun yang lebih penting
adalah berupaya untuk memperbaiki nasibnya sendiri. Hal itu dapat diwujudkan dengan
memberikan kewenangan yang cukup luas kepada pemerintah daerah guna mengatur,
mengurus, serta mengembangkan daerahnya. Kewenangan yang luas artinya keleluasaan
menggunakan dana, baik yang berasal dari daerah sendiri maupun dari pusat, sesuai
2015 Kewarganegaraan Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Wahyu Suhendar, MSc http://www.mercubuana.ac.id
dengan keperluan daerahnya tanpa campur tangan pusat, keleluasaan untuk berprakarsa,
memilih alternatf, menentukan prioritas dan mengambil keputusan untuk kepentingan
daerahnya, keleluasaan untuk memperoleh dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang memadai, yang berdasarkan atas kriteria objektif dan adil. Dalam konteks
keindonesiaan, maka konsekuensi logis dari cara pandang di atas adalah:
2. Otonomi daerah harus didefinisikan sebagai otonomi bagi rakyat daerah, bukan
otonomi bagi pemerintah daerah.
2. Di bidang Pembinaan Sumber Daya Manusia, terdapat dua jenis Pegawai Negeri
Sipil (PNS), yaitu PNS Pusat dan PNS Daerah. PNS Pusat adalah PNS yang gajinya
bersumber pada APBN dan pembinaannya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Sedangkan gaji PNS Daerah bersumber pada APBD dan Pembinaannya oleh
Pemerintah Daerah.
4. Di bidang Pembinaan Kerja Sama Tim, diharapkan otonomi daerah dapat mengatasi
salah satu kelemahan birokrasi pemerintahan yang cukup menonjol, yaitu koordinasi
antar unit pemerintahan. Dengan kewenangan yang semakin luas atas unit-unit
pemerintahan di daerah, pimpinan daerah dapat mengkoordinasikan seluruh kegiatan
pemerintahan di daerahnya secara lebih efektif dan efisien. [ ]