HUKUM KEPEMILIKAN HARTA MENURUT ISLAM - Do
HUKUM KEPEMILIKAN HARTA MENURUT ISLAM - Do
PENDAHULUAN
1
2
2
3
3
4
Sedangkan dalam kerangka ekonomi Pancasila, dasar Ketuhanan Yang Maha
Esa dijabarkan lebih lanjut menjadi asas kemanusiaan yang adil dan
beradab.
dimana faktor itu dijadikan alat ukur untuk keberhasilan perekonomian. Ini
menunjukkan cara perolehan hak milik terkait dengan kapital atau modal,
4
5
setiap individu bebas untuk mengelola hartanya demi terpenuhinya
kebutuhan hidup yang dikehendakinya. Jadi perolehan disini selalu diukur
menurut ukuran uang.
modal ialah upah buruh. Dengan adanya modal besar maka kaum borjouis
mampu untuk mempekerjakan kaum buruh dengan memberikan upah yang
disebut dengan upah buruh. Dengan upah ini maka kaum buruh dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
B. Paham Kepemilikan
Memiliki suatu benda, sama halnya mempunyai hak mengatur dan
memanfaatkan, selama tidak terdapat larangan syara’. Dengan kepemilikan,
pihak yang tidak memiliki tidak berhak menggunakan tanpa izin dari
pemilik resmi. Menurut syara’, kepemilikan adalah sebentuk ikatan antara
individu terkait dengan harta, yang pada tahapan proses kepemilikan, syara’
mensyaratkan berbagai hal yang disebut Asba al milk (asal-usul kepemilikan).
Ini menunjukkan bahwa setiap individu berhak untuk mengatur dan
memanfaatkan harta yang dimilikinya tanpa campur tangan orang lain,
dalam artian orang lain tidak berhak untuk melarang seseorang dalam
pemanfaatan hartanya. Sehingga hak pemilikan penuh ada pada setiap individu
yang mempunyai harta.
Sebagian para kapitalis ada yang mengidentikkan kepemilikan dengan
menguasai suatu hal. Padahal kepemilikan disini bukan terkait dengan hal
yang bersifat materi. Adapun pandangan Islam, sesuai realitas ayat al-
Qur’an, bahwa faktor kepemilikan adalah jelas; tidak remang seperti
rumusan para pembuat undang-undang kapitalis. Rumusan Islam bermula
dari Iman kepada Allah SWT dan kemakhlukan manusia.
Dalam hal kepemilikan tidak hanya sebatas menguasai sesuatu yang
bersifat materi saja, namun ketika individu mampu menguasai sesuatu maka
harus bisa di manfaatkan untuk kemaslahatan bersama, karena sebagai
wujud kepedulian terhadap sosial masyarakat. Sehingga penguasaan di sini
5
6
tidak sebatas pada segelintir orang saja, tapi bisa di rasakan oleh makhluk
sosial lainnya.
6
7
pemerintah yang mengesahkan penghapusan hak milik. Untuk itu Islam
mengakui aspek kebendaan dalam artian kepemilikan , dimana dengan
kepemilikan ini diusahakan mampu memanfaatkan sebaik- baiknya untuk
kemanfaatan bersama.
7
2. Kepemilikan Negara.
Dalam hal ini pemerintah berhak untuk campur tangan. Pemerintah
haruslah tidak segan-segan melakukan pengeluaran besar-besaran untuk
membuka usaha dan lapangan kerja baru, sehingga rakyat miskin dapat
kembali bekerja.
8
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Demikian akhir kesimpulan, sebagai penutup besar harapan penulis pada pembaca
untuk selalu memberikan saran dan kritiks kontrusktif, guna menyempurnakan, mempertegas
serta mempertajam analisis tulisan ini terkait persoalan Hukum Kepemilikan dalam Islam.
Jazakumullah ahsan al-Jaza. Wassalamu"alaikum Wr. Wb.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 33.
Mustafa Ahmad al-Zarqa’, al Madkhal al Fiqh al ‘Amm, Beirut: Jilid I, Darul Fikr,
1968, hlm.
Wahbah al Zuhaily, al Fiqh al Islamy wa Adillatuh, Juz 4, tp., tt., hlm. 57.
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Konstektual, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002, hlm. 55.
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2000,
hlm. 5.
M. Faruq an Nabahan, Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: UII Press, 2000, hlm. 39.
10
11