Anda di halaman 1dari 6

Human Trafficking and Sex Workers

Transnational Crime

Disusun Oleh :

Ketua : Yulia Puspa Ramaditha

Anggota : 1. Rodilla

2. Wanda Salsabila Gisaliani

3. Kharisma Nurlaela

Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sriwijaya

Tahun 2019/2020
1. Pengertian Human Trafficking dan Sex Worker
 Human Trafficking

Menurut Artikel UNODC, berdasarkan pasal 3 ayat (a) dari Protocol to Prevent,
Suppress and Punish Trafficking in Persons mendefinisikan Human Trafficking sebagai
perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan
ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, posisi rentan, memberi atau menerima pembayaran, serta
memperoleh keuntungan agar dapat persetujuan dari seseorang yang memiliki kontrol atas orang
lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi harus mencakup setidaknya eksploitasi pelacuran orang
lain atau bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja paksa atau layanan, perbudakan atau praktik
yang mirip dengan perbudakan, atau praktek-praktek serupa perbudakan atau pengambilan organ
tubuh.

Berdasarkan buku Investigating Human Trafficking Cases Using a Victim-centred Approach: A


Trainer’s Manual on Combating Trafficking in Persons for Capacity-building of Law
Enforcement Officers in Antigua and Barbuda, Belize, Jamaica, and Trinidad and Tobago oleh
IOM UN Migration, Human Trafficking memiliki elemen sebagai berikut :

1. Activity
Pelaku harus melakukan salah satu transaksi berikut atau lebih :
a. Recruitment
b. Transfer
c. Menyembunyikan
d. Penjualan orang
2. Means
Menggunakan satu atau lebih dari cara berikut :
a. Ancaman / menggunakan kekerasan
b. Penculikan
c. Penipuan
d. Penyalahgunaan kekuasaan atau posisi kerentanan
3. Purpose
Untuk tujuan eksploitasi, harus mencakup minimal :
a. Prostitusi atau bentuk lain dari eksploitasi seks
b. Kerja atau layanan paksa
c. Perbudakan atau semacamnya
d. Penjualan organ

 Sex Worker/ Sex Trafficking

Menurut World Health Organization yang ditulis oleh Cheryl Overs mendefinisikan Sex
Workers sebagai wanita, laki-laki, ataupun transgender sebagai orang yang menerima uang
ataupun barang untuk ditukar dengan layanan sexual, dan orang yang menganggap bahwa hal
tersebut sebagai sumber pendapatan mereka walaupun mereka menganggap itu bukan pekerjaan
mereka. Selain wanita dan laki-laki, anak dibawah umur juga menjadi target dari Sex Worker ini.

Menurut e-book The Truth About Sex Trafficking, Sex Trafficking adalah perbudakan
modern di mana para pelaku kejahatan menggunakan kekuatan, penipuan, atau paksaan untuk
mengendalikan para korban agar terlibat dalam tindakan seks komersial atau layanan buruh
bertentangan dengan keinginannya.

2. Contoh kasus

Dari berita Liputan6.com, yang ditulis pada pada 17 November 2019 di Sydney - Seorang
wanita di Sydney, Australia, dijatuhi vonis 8 tahun penjara oleh Pengadilan Distrik di Negara
Bagian New South Wales (NSW). Sebelumnya, terdakwa yang bernama Rungnapha Kanbut (57
tahun) pada Mei lalu telah dinyatakan bersalah oleh juri, namun vonisnya baru diputuskan pada
Jumat, 15 November 2019. Ia terbukti bersalah karena memperbudak dua wanita Thailand untuk
menjadi pekerja seks di Sydney pada 2004 dan 2005.

Dalam melakukan perbuatannya, seperti diberitakan ABC Indonesia yang dikutip Sabtu


(16/11/2019), Kanbut mengambil dan menahan paspor kedua korban, serta mengklaim mereka
berutang sebesar 45.000 dolar Australia (sekitar Rp 450 juta). Selama persidangan, terungkap
bahwa terdakwa memberi tahu kedua korbannya agar mereka "bekerja" paling tidak 5 bulan
untuk menutupi utang tersebut.

Dalam kesaksiannya, kedua korban mengaku didatangkan ke Sydney oleh seorang pria
yang mereka kenal sebagai "Chang". Menurut para korban, Chang mengambil foto-foto mereka
dalam keadaan telanjang dan selalu diancam untuk disebarluaskan jika menolak mengikuti
kehendaknya.

Salah satu korban mengaku seringkali harus bekerja lebih dari 12 jam sehari di berbagai
tempat pelacuran di Sydney dan hanya diperbolehkan mengambil 5 sampai 10 dolar dari
pembayaran pelanggan. Dia pun menceritakan adanya pelanggan yang memperlakukannya
dengan buruk, termasuk memukuli bagian tertentu tubuhnya. Setiap kali korban menyampaikan
hal itu ke terdakwa, dia hanya diminta untuk "tahan saja sampai waktunya habis, barulah mereka
boleh mengusir pelanggan itu.". Kanbut juga selalu memperingatkan kedua wanita itu agar tidak
melarikan diri, dan mengancam akan mendeportasi mereka dari Australia.

Sementara itu, korban kedua menjelaskan, cobaan yang dialaminya menimbulkan rasa
sakit mendalam sehingga dia akan membawa luka ini sepanjang hidupnya. Hakim Nanette
Williams yang mengadili kasus ini menyatakan Kanbut memang punya belas kasihan kepada
kedua wanita korbannya serta masih bisa direhabilitasi.

Tapi terdakwa secara efektif telah menjadikan para korban hidup dalam penjara tanpa
jeruji. Menurut hakim, peran terdakwa dalam operasi kasus ini sangat dan terlibat secara
langsung.

"Mereka yang melibatkan diri dalam perbudakan mengambil pendapatan finansial


yang sangat besar dari mereka yang diperbudak," katanya.

Hakim Williams menjatuhkan vonis maksimum delapan tahun dua bulan hukuman
penjara, yang akan berakhir pada Agustus 2027. Terdakwa Kanbut juga dituntut dengan dua
dakwaan dengan sengaja memiliki budak, yang diancam hukuman 25 tahun penjara. Menurut
psikiater yang memeriksa terdakwa dan didengar keterangannya dalam persidangan, Kanbut
yakin para juri telah keliru dan hanya mendengar cerita sepihak saja. Dia baru berhak
mengajukan pembebasan bersyarat pada Agustus 2024.
3. Statistic / demographic :
Berdasarkan data demographic dari Sex Workers Health Surveillance: a Report to
the New South Wales Ministry of Health. Pada tahun 2015, 2.202 pasien perempuan
(20%) menghadiri klinik kesehatan seksual di NSW ter-identifikasi sebagai pekerja seks.

Tabel.1

FEMALE MALE
Sex Workers Others p-value Sex Workers Others p-value
Age (mean) in years 32.2 28.6 <0.001 33.6 32.9 0.03
Live in urban areas 8,552 (91%) 38,241 <0.001 1,013 (84%) 72,806 <0.001
(postcode) (68%) (79%)
Aboriginal or Torres Strait 239 (3%) 4,683 <0.001 46 (4%) 4,267 (5%) 0.2
Islander (8%)
Australia/New Zealand 3,122 (32%) 37,416 <0.001 732 (60%) 58,656 0.07
born (65%) (62%)

Tabel 1 membandingkan demografi pekerja seks dan pasien non-seks yang menghadiri klinik.
Baik pekerja seks pria maupun wanita menghadiri klinik kesehatan seksual di NSW cenderung
sedikit lebih tua daripada pekerja non-seks dan sementara usia rata-rata jenis kelamin perempuan
pekerja tetap stabil dari waktu ke waktu dan sedikit menurun di antara pekerja seks laki-laki dari
35,4% pada tahun 2007 menjadi 32,6% di tahun 2015. Pekerja seks dari kedua jenis kelamin
lebih mungkin untuk tinggal di daerah perkotaan daripada pekerja non-seks.
Di antara jumlah perempuan, yang berprofesi sebagai pekerja seks lebih kecil dibandingkan
dengan pekerja non-seks yang memiliki latar belakang Aborigin atau Penduduk Selat Torres
lahir di Australia atau Selandia Baru (Tabel 1). Sejak 2007, sebagian besar pekerja seks
perempuan menghadiri klinik kesehatan seksual di Jakarta NSW lahir di luar negeri dengan
proporsi yang lahir di negara-negara Asia meningkat dari 47% pada 2007 menjadi 60% pada
2008 (p <0,001) dan tetap stabil sekitar 55% sesudahnya (Gambar 1).

Anda mungkin juga menyukai