Anda di halaman 1dari 4

Nama: Kharisma Nurlaela Ramadhana

NIM: 07041381722230

Mata kuliah: Kerjasama pertahanan ASEAN

Jurnal : Emmerson - Comprehensive Security and Resilience in SEA ASEAN


Approach to Terrorism

Ancaman terorisme adalah salah satu bentuk masalah penting yang perlu diatasi
dalam konteks Konteks Keamanan Asia Tenggara dan kegiatan Asosiasi Asia
Tenggara (ASEAN). Militansi dan kekerasan yang berkaitan dengan kegiatan
kelompok separatis dan agama telah lama ada di sejumlah negara di Asia Tenggara.
Sebut saja seperti kelompok Abu Sayyaf dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF)
Filiphina dan kelompok Laskar Jihad,Jemaah Islamiyah (JI),JIissaid yang bertautan ke
al-Qaeda Indonesia. Maka dari itu perlunya meningkatkan konsep keamanan
berdasarkan pertahanan nasional melawan ancaman militer eksternal.
Konsep Keamanan komprehensif ini diakui oleh beberapa negara Asia Tenggara
sejak 1970-an, terutama Indonesia, Malaysia dan Singapura, dan dimasukkan dalam
doktrin keamanan mereka. Serta sejak Prinsip ketahanan diperkenalkan secara resmi
dalam retorika ASEAN pada pertemuan tingkat pertama ASEAN Bali pada tahun
1976. Pada pembukaan KTT, Presiden Suharto menyatakan: 'Konsep keamanan kami
adalah berwawasan ke dalam, yaitu , untuk menciptakan kondisi yang tertib, damai,
dan stabil dalam setiap wilayah, bebas dari elemen subversif dan penyaringan, di
mana pun asal usulnya” hingga dihasilkannlah Deklarasi Konkordansi ASEAN dan
Perjanjian Amity and Cooperation (TAC) di SoutheastAsia (THEASEANC).
Dalam ketahanan nasional
Sistem ketahanan nasional dalam negeri pun sempat mengalami beberapa tantangan
dalam menjalankan undang-undang terhadap ancaman terorisme dan separatism ini,
diantara lain setelah pemboman 2002, undang-undang anti-terorisme dan separatism
mengalami revisi, yang mengarah ke penangkapan tersangka militan. Serta adanya
gerakan separatisme yang menimbulkan kesalahpahaman pemerintah Indonesia dan
kelompok pemberontak GAM (Gerakan Aceh Merdeka atau Gerakan Aceh Merdeka)
hingga resmi perdamaian pada Agustus 2005 di Helsinki.
Kedua permaslahan diatas membuktikan bahwa ketahanan nasional dalam negeri
sempat mengalami pergejolakan. Maka Pada bulan Maret 2007 mulailah diberlakukan
penggerebekan anti-terorisme mengarah pada penangkapan dan pembunuhan
tersangka militan JI, penyitaan bom dan senjata untuk digunakan dalam serangan di
masa depan, serta grafik pemetaan struktur kelompok ekstremis. Diawal tahun ini,
Indonesia telah memulai memperkuat keamanan nasionalnya.
Sehubungan dengan prinsip ketahanan regional, Indonesia juga secara tradisional
menginginkan tatanan regional berdasarkan pada peran manajerial eksklusif dari
negara-negara Asia Tenggara. Sementara keamanan nasional diFilipina sendiri
diguncang oleh konflik yang berkelanjutan yaitu Didirikan pada tahun 1969 oleh Nur
Misuari, hampir selama tiga dekade terakhir di MoroNationalLiberationFront
(MNLF) sebagai pasukan pembangkang dan pemberontak separatis di Filipina
selatan.
Hingga MNLF akhirnya menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah
Fidel Ramos pada tahun 1996 yang mengarah pada penciptaan daerah semi-otonom,
Daerah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM). Zona Khusus Perdamaian dan
Pembangunan (SZOPAD), yang mencakup provinsi dan kota dengan populasi Muslim
Moro. Sebagai bagian dari perjanjian damai tersebut, pada tahun 1996 pemerintah
Filipina menjanjikan US $ 16 juta untuk bidang pendidikan dan proyek pembangunan
kesehatan, setidaknya sekitar US $ 100 juta per tahun untuk memerintah SZOPAD.
Namun ketika menghadapi berbagai serangan ancaman teroris yang dianggap lebih
membahayakan daripada sebelumnya dikawasan asia tenggara speerti serangan di
Bali dan Jakarta, maka dirumuskannlah kembali Deklarasi Aksi Bersama untuk
Melawan Terorisme yang dikeluarkan pada November 2001 (ASEAN 2001) dan
Deklarasi kedua tentang Terorisme yang diadopsi pada KTT ASEAN di Phnom Penh
pada awal November 2002 (ASEAN 2002). tidak hanya mendapat dukungan dan
mauskkan dari badan dunia PBB, masalah ancaman terorism juga didukng oleh
Amerika dan China, hal tersebut terlihat dari banyaknya asosiasi dan kerjasama
multilateral mengenai tanggap terorisme antar ASEAN dan China atau Amerika,
((ASEAN-US2002), pertemuan Konsultasi AMMTC Plus China Informal pertama
pada tahun 2005, Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-UE Keempat Belas di Brussels
pada Januari 2003(ASEAN-EU 2003).
Kesimpulan
Model keamanan ASEAN telah ditentukan oleh pendekatan yang melihat ke dalam
pada keamanan dan stabilitas regional. Kumpulan dari satu ancaman ancaman militer
eksternal, para anggota ASEAN lebih menyetjui agenda keamanan yang
komprehensif. Anggota telah meningkatkan keamanan mereka melalui pengembangan
sosial ekonomi domestik dan proses interaksi regional yang informal. Ini telah
menyebabkan berkurangnya ketegangan intra-regional dan kerentanan regional. Telah
dikemukakan bahwa pendekatan keamanan dari bawah ke atas ASEAN telah
diterapkan pada ancaman terorisme sejak 9/11. Terorisme terutama tetap menjadi
sumber ketidakstabilan domestik bagi negara-negara Asia Tenggara. Dalam mengejar
ketahanan nasional, pemerintah telah mengandalkan berbagai tingkat pada campuran
keamanan, penegakan hukum, sosial-ekonomi, ideologis, dan kebijakan pendidikan.
Secara relatif, Indonesia, Filipina, dan Singapura telah menangani terorisme secara
lebih komprehensif daripada Thailand dan Malaysia. Seperti yang diharapkan, upaya
nasional dan bilateral paling penting ketika berusaha untuk melawan ancaman
terorisme. Mengingat keadaan ini, peran apa yang dimainkan ASEAN sebagai
pendukung ketahanan daerah? Asosiasi telah bertindak di Asia Tenggara dan terutama
sebagai platform untuk kolaborasi dan suara regional tentang masalah terorisme.
Berusaha untuk melengkapi dan menegakkan kembali upaya nasional, konsultasi
regional telah berfokus pada mengadopsi pendirian retorika yang sama, menetapkan
kerangka kerja sama dan aksi, dan melibatkan mitra dialog. Dalam tanggapan
kooperatif mereka, negara-negara ASEAN secara kolektif mengutuk terorisme,
menunjukkan kesediaan mereka untuk bekerja sama, dan mendefinisikan posisi
bersama berhadapan dengan kekuatan besar dalam masalah ini. Meskipun demikian,
pada tahap ini sulit untuk terlalu optimis sehubungan dengan kemampuan ASEAN
untuk mempromosikan ketahanan regional terhadap terorisme. Asosiasi telah
melayani terutama untuk melengkapi nasional dan bilateral upaya daripada
berkontribusi secara efektif sebagai organisasi regional untuk pencapaian ketahanan
daerah. Ketika menilai tanggapan ASEAN terhadap masalah ini, penting untuk
menerapkan kriteria yang tepat. Namun, Asosiasi menawarkan beberapa kewenangan
dalam kapasitas kelembagaan untuk bekerja sama. Namun, proses operasional ini
tidak berjalan dengan baik dan tidak ada mekanisme untuk implementasi dan sanksi
jika terjadi ketidakpatuhan. Selain itu, kurangnya respon terkoordinasi yang kuat
terhadap terorisme di seluruh Asia Tenggara juga berasal dari fakta bahwa anggota
individu mengalami berbagai tingkat ancaman. Beberapa negara tidak secara langsung
terkena dampak terorisme dan karena itu cenderung tidak mencurahkan sumber daya
dan menjadikannya prioritas nasional, dan karenanya regional. Karena itu, Asosiasi
tidak memiliki perlengkapan untuk memberikan tanggapan berkelanjutan terhadap
terorisme. Akibatnya, memperkuat kapasitas operasionalnya sendiri melalui
perwujudan Komunitas Keamanan ASEAN harus menghadapi tantangan
perkumpulan di tahun-tahun mendatang.

Pertanyaan :
1. Berapa kali indonesia dan negara-negara asia(ASEAN) merumskan perjanjian dan
deklarasi-deklarasi mengenai tindak tanggap aksi terorsm?
2. Kelompok separatisme apa saja yang ada di Indonesia dan filipina yang sempat
menganggu keamanan nasional?
Jawaban :
1.
a) ASEAN '(ASEAN 1976): Deklarasi Konkordansi ASEAN , Perjanjian Amity and
Cooperation (TAC) di SoutheastAsia THEASEANC
b) Desember 1997 (ASEAN 1997), Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN untuk
Kejahatan Lintas Negara (AMMTC)
c) Trilateral menlu Malaysia, Indonesia dan Filipina di Malaysia pada Mei 2002
d) (ASEAN 2001) Deklarasi Aksi bersama tanggap terorism
e) KTT ASEAN di Phnom Penh pada awal November 2002 (ASEAN 2002).
f) Kepala Kepolisian Nasional ASEAN (ASEANOPOL) Mei 2002
g) Komunitas Keamanan ASEAN (ASC) pembentukkan perencanaan komunitas
juni 2003
h) (ASEAN-US2002). Asean dan Amerika serkat, agustus 2002
i) (ASEAN – Cina 2002)
j) (ASEAN-Cina 2005).
k) ASEAN-UE Keempat Belas, Brussels pada Januari 2003 (ASEAN-EU 2003).
2.Kelompok pemberontak GAM (Gerakan Aceh Merdeka atau Gerakan Aceh
Merdeka) Indonesia serta Moro National Liberation Front (MNLF) 1969, Filiphina.

Anda mungkin juga menyukai