Rizky Amelia
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko dari penyakit filariasis di Kelurahan Kertoharjo
Diterima September Kota Pekalongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian adalah
2013 seluruh penderita filariasis berdasarkan rekam medik Dinas Kesehatan Kota Pekalongan berjumlah 34
Disetujui Oktober 2013 orang. Sampel penelitian yaitu 17 kasus dan 17 kontrol. Instrumen penelitian berupa kuesioner . Hasil uji
Dipublikasikan Maret chi-quare sebagai berikut: (1) praktek menutup ventilasi dengan kawat kasa (p=0,034;OR=6,667), (2)
2014 tempat perindukan nyamuk (p=0,015;OR=8,556), (3) kebiasaan keluar rumah malam hari
(p=0,006;OR=11,200), (4) kebiasaan menggunakan obat nyamuk oles (p=0,002; OR=15,167), (5)
kondisi santitasi sekitar rumah (p= 0,015;OR(8,556), (6) tingkat pengetahuan tentang filariasis
Keywords:
(p=0,012;OR=10,714), (7) jenis pekerjaan (p=0,034 ;OR=6,667), (8) kebiasaan menggunakan baju
Faktor
panjang dan celana panjang saat keluar rumah malam hari (p=0,002;OR=15,167), (9) praktek minum
risiko;Filariasis;Nyamuk; obat filariasis (p=0,005; OR= 13,750), (10) keberadaan kandang ternak di sekitar rumah (p=0,720),
Kawat kasa (11) jenis kelamin (p=0,490). Untuk masyarakat disarankan memasang kawat kasa pada ventilasi
rumah atau anti nyamuk sewaktu tidur, memakai pelindung diri (baju dan celana panjang) waktu keluar
rumah pada malam hari.
Abstract
The purposed of this study was to determine about the risk factor of elephantiasis in Kertoharjo
district, Pekalongan. This study used case-control approached. The population of this study was all
of Elephantiasis patients, based on medical recorded by Pekalongan Health Official Department,
amounted 34 people. The sample of this study was 17 cases and 17 controls of elephantiasis
sufferer. The research instrument was questionnaire. The results of chi-square test were: (1) covering
ventilation used gauze wire (p=0,034;OR=6,667), (2) mosquitoes proliferation (p=0,015;OR=8,556),
(3) outdoor activities at night (p=0,006;OR=11,200), (4) using mosquito essence lotion habited
(p=0,002;OR=15,167), (5) sanitation (p= 0,015;OR(8,556), (6) knowledged about elephantiasis
(p=0,012;OR=10,714), (7) occupation (p=0,034;OR=6,667), (8) wearing well-covered clothes
when going outdoor at night (p=0,002;OR=15,167), (9) taking elephantiasis medicine
(p=0,005;OR= 13,750), (10) livestock shed (p=0,764), (11) sex (p=0,267). People are suggested to
set gauze wire on their house’s ventilation or using mosquito essence to protect them when they
are sleeping, wearing well-covering clothes when going out in the night.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528
Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang,
50229 E-mail: rizkyamelia9067@yahoo.com
1
Rizky Amelia / Unnes Journal of Public Health 3 (1) (2014)
Tabel 3. Tabulasi Silang antara Praktek Menutup Ventilasi Menggunakan Kawat Kasa dengan
Kejadian Filariasis
Praktek Menutup Kejadian Filariasis
Ventilasi dengan Kasus Kontrol Total P OR 95%CI
Kawat Kasa dengan N % N % N %
Kejadian Filariasis
82, 21
Tidak 14 7 41,2 61,8
4
17, 13 0,034 6,667 1,377-32,278
Ya 3 10 58,8 38,2
6
Total 17 100 17 100 34 100
Dalam penularan suatu penyakit hal yang manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan
tidak bisa diabaikan adalah interaksi antara disekitar manusia yang memiliki potensi menyebabkan
penyakit. Kawat kasa yang dipasang pada
Sehingga dengan upaya pemasangan kawat
semua ventilasi rumah dapat berfungsi sebagai
kasa dapat mengurangi kontak antara nyamuk
screening untuk mencegah nyamuk masuk ke
dengan penghuni yang ada dalam rumah.
dalam rumah.
Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada
tiap warga agar memasang kawat kasa pada
semua ventilasi rumah (Ardias, dkk, 2012:
204).
Tabel 4. Tabulasi Silang Keberadaan Kandang Ternak di Sekitar Rumah dengan Kejadian Filariasis
Tabel 5. Tabulasi Silang antara Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Filariasis
Tempat Kejadian Filariasis
Perindukan Kasus Kontrol Total p OR 95%CI
Nyamuk N % N % N %
1 82, 20
Ada 6 35,3 58,8
4 4
17, 1 14
Tidak ada 3 64,7 41,2 0,015 8,556 1,736-42,169
6 1
1 1 34
Total 100 100 100
7 7
Dari hasil uji Chi-square, diperoleh p maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara Tempat
value sebesar 0,015 karena p value < 0,05 Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Filariasis di
Kelurahan Kertoharjo Kota Pekalongan.
tempat perindukan nyamuk sebanyak 3 orang
Perhitungan risk estimate didapatkan OR 8,556
(17,6%). Sedangkan responden kontrol (bukan
menunjukkan bahwa responden yang dekat
penderita filariasis) yang ada tempat
dengan tempat perindukan nyamuk
perindukan nyamuk sebanyak 6 orang (35,3%)
mempunyai risiko 8,556 kali lebih besar
dan yang tidak ada tempat perindukan nyamuk
menderita filariasis daripada responden yang
sebanyak 11 orang (64,7%).
tidak dekat dengan tempat perindukan nyamuk.
Tempat perindukan nyamuk sebaiknya
Dari hasil penelitian di lapangan
ditiadakan dengan cara selalu menjaga
didapatkan bahwa responden kasus (penderita
kebersihan lingkungan. Secara rutin
filariasis) yang ada tempat perindukan nyamuk
membersihkan selokan, tidak membiarkan
sebanyak 14 orang (82,4%) dan tidak ada
sampah menumpuk, dan minimal seminggu
sekali sebaiknya melakukan kegiatan
membersihkan lingkungan dengan gotong
royong. Hal ini juga merupakan upaya kegiatan
pengendalian vektor nyamuk (Widoyono ,2008:
141).
Tabel 6. Tabulasi Silang antara Kebiasaan Keluar Malam hari dengan Kejadian Filariasis
Kejadian
Kebiasaan Keluar Filariasis
Malam Hari Kasus Kontrol Total p OR 95%CI
N % N % N %
82, 29, 19
Ya 14 5 55,9
4 4
17, 70, 15 0,006 11,200 2,204-56,925
Tidak 3 12 44,1
6 6
Total 17 100 17 100 34 100
Tabel 8. Tabulasi Silang antara Kondisi Sanitasi Sekitar dengan Kejadian Filariasis dengan Kejadian
Filariasis
Kejadian Filariasis
Kondisi Sanitasi Kasus Kontrol Total p OR 95%CI
Sekitar N % N % N %
35, 20
Buruk 14 82,4 6 58,8
3
65, 14 0,015 8,556 1,736-42,169
Baik 3 17,6 11 41,2
7
Total 17 100 17 100 34 100
kondisi sanitasi rumahnya baik sebanyak 3 orang (17,6%). Sedangkan responden kontrol (bukan
penderita filariasis) yang kondisi sanitasi
kebersihan di lingkungan rumah dengan
lingkungannya buruk sebanyak 6 orang
membersihkan tempat-tempat yang dapat
(35,3%) dan yang kondisi sanitasi rumahnya
dijadikan sarang nyamuk, mulai dari jambangan
baik sebanyak 6 orang (65,7%).
bunga, kaleng-kaleng ataupun potongan
Keadaan lingkungan sangat berpengaruh
bamboo berisi hujan sampai pada reservoir air
terhadap keberadaan dan tranmisi penyakit
bersih yang tidak tertutup juga pengelolaan air
filariasis. Serangkaian kegiatan untuk menjaga
limbah yang baik (Juli Soemirat Slamet, 2002:
101).
Tabel 9. Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan Tentang Filariasis Dengan Kejadian Filariasis
Table 10. Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Filariasis
Kejadian Filariasis
p
Jenis Kelamin Kasus Kontrol Total
Dari hasil uji Chi-square, % p bahwa
N diperoleh N tidak % ada hubunganN antara %jenis kelamin dengan
value sebesar
Laki-laki 0,490 karena p 8value > 0,05
47,1 kejadian
11 penyakit
64,7 filariasis
19 (p=0,315).
55,9Jenis kelamin tidak
maka Ho diterima artinya tidak 9ada hubungan
Perempuan 52,9 termasuk
6 faktor
35,3risiko 15 44,1 0,490
Jenis
TotalKelamin dengan Kejadian17Filariasis
100di 17 100 34 100
Kelurahan Kertoharjo Kota Pekalongan.
Menurut hasil penelitian Arry
Kurniyanti (2008:129) yang meneliti tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian filariasis di Desa Bringin Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati, memperoleh hasil
filariasis karena jenis kelamin laki- tergantung dalam perilaku sehari-hari dalam
laki maupun perempuan dianggap upaya pencegahan penyakit filariasis
mempunyai risiko yang sama besar Pencegahan Filariasis salah satunya dengan
untuk tertular filariasis. perilaku yang sehat dalam kehidupan sehari-
Laki-laki maupun hari. Laki-laki maupun perempuan harus sama-
perempuan sama menjaga perilaku yang sehat dan sama-
mempunyai risiko yang sama besar sama melakukan tindakan pencegahan (Merge
dalam penularan filariasis. Hal ini koblinsky, dkk, 1997:96).
Tabel 13 : Tabulasi Silang antara Praktek minum obat filariasis Dengan Kejadian Filariasis
Kejadian Filariasis
Praktek minum obat
filariasis Kasus Kontrol Total p OR 95%CI
N % N % N %
15 88, 6 21
Tidak minum 35,3 61,8
2
2 11, 11 13 0,005 13.750 2.320-81.487
Minum 64,7 38,3
8
Total 17 100 17 100 34 100
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan minum obat responden kurang.
Responden tidak minum obat dikarenakan
Depkes RI, 2007, Modul pemberantasan Vektor,
takut efek samping obat filariasis. Efek samping Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
obat yang paling banyak dirasakan adalah sakit Depkes RI, 2008, Epidemiologi Filariasis , Jakarta:
kepala dan mula. Selain itu responden tidak Departemen Kesehatan RI.
minum obat filariasis karena malas dank arena Depkes RI, 2009, Pedoman Program Eliminasi
tidak segera tidak diminum maka obat tersebut Filariasis Di Indonesia, Jakarta: Departemen
hilang. Pengobatan filariasis selain untuk Kesehatan RI.
Dinkes Kota Pekalongan, 2012 Laporan P2P Dinas
mengobati penyakit filariasis juga digunakan
Kesehatan Kota Pekalongan. Pekalongan:
untuk mencegah penyebaran penyakit filariasis
Dinas Kesehatan Kota Pekalongan.
yang lebih luas Apabila masyasrakat tidak Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2011. Profil
patuh dalam minum obat maka penularan Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun
filariasis akan lebih mudah. (Depkes RI, 2008). 2008. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi
Dati I Jateng.
SIMPULAN Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan,
Bandung, UGM.
Ada hubungan antara praktek menutup Lasbudi,P. 2006. Studi Komunitas Nyamuk di Desa
Sebubus (Daerah Endemis Filariasis)
ventilasi dengan kawat kasa, tempat
Sumatera Selatan, Jurnal Ekologi Kesehatan,
perindukan nyamuk , kondisi sanitasi
Vol. 5 No.1, April 2006, hlm. 368-375, diakses
lingkungan sekitar, keluar rumah malam hari, Juni 2013,
kebiasaan memakai obat nyamuk oles, (http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/a
kebiasaan menggunakan baju panjang dan rticle/view/4147
celana panjang saat keluar rumah malam hari, Merge Koblinsky, dkk. 1997. Kesehatan Wanita:
jenis pekerjaan, tingkat pengetahuan tentang Sebuah Perspektif Global. Terjemah Adi
filariasis, minum obat filariasis dengan kejadian Utarini. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Filariasis. Tidak ada hubungan antara
Reyke Uloli, 2008, Analisis Faktor-Faktor Risiko
keberadaan kandang ternak di sekitar rumah,
Kejadian Filariasis, Volume 24, No. 1, Maret
dan jenis kelamin responden dengan kejadian 2008, hlm. 44-50, diakses 2 Juni 2013,
Filariasis. (http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.p
hp/BPK/article/viewFile/2158/1120).
DAFTAR PUSTAKA Soeyoko, 2002, Filariasis malayi di wilayah
Puskesmas Cempaka Mulia, Sampit,
Ardias, dkk, 2012, Faktor Lingkungan dan Perilaku Kalimantan Tengah, Volume XIV,No.3, hlm.
Masyarakat yang Berhubungan dengan 143 –148, diakses Juni 2013,
Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas, (http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/a
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. rticle/view/4146
II, No 2, Oktober 2012, hlm 199-207, diakses Sudigdo Sastroasmoro, 2002, Dasar-Dasar
2 Juni 2013, (http://www.ejournal.undip Metodologi Penelitian Klinis . Jakarta: .
.ac.id/ index.php/jkli/article/view/5032. Binarupa Aksara.
Arry Kurniyanti, 2008, Faktor Risiko Kejadian Yulius Sarungu, dkk. 2012. Faktor Risiko
Filariasis di Kecamatan Juwana Kabupaten Lingkungandan Kebiasaan Penduduk
Pati, Skripsi: Universitas Negeri Semarang. Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis di
Astri Maharani, dkk, 2006, Studi Faktor Risiko Distrik Windesi Kabupaten Kepulauan Yapen
Filariasis Di Desa Sambirejo, Kecamatan Tirto Provinsi Papua. Jurnal Kesehatan
Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, Lingkungan Indonesia. Vol II, No, 1, April
Rinbinkes. BPVRP- Salatiga. 2012, hlm 76-
81, diakses Juni 2013,
(http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/a
rticle/view/4144).
Yudi Syuhada, dkk, 2012, Studi Kondisi Lingkungan
Rumah dan Perilaku Masyarakat Sebagai
Faktor Risiko Kejadian Filariasis di
Kecamatan Buaran dan Tirto Kabupaten
Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan,
Vol. II, No 1, April 2012, hlm. 96-101, diakses
2 Juli 2013,(
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/ar
ticle/view/4147).
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi
Penularan Pencegahan
dan Pemberantasannya,
Semarang. Gelora Aksara Pratama