Anda di halaman 1dari 12

DIABETES MELLITUS

Untuk persyaratan tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Kimia


Dosen Pembimbing : Drs. Arif Supriyono, M.SI

Disusun Oleh :
Siti Novia Listiyorini
NIM : 201702460

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2018
Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit degeneratif dengan gangguan


metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah dan urin. Saat ini, diabetes melitus menjadi penyakit dengan angka
kejadian yang cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya jumlah kasus diabetes melitus di Indonesia yang berada di urutan ke-
4 setelah negara India, China dan Amerika dengan jumlah Diabetes sebesar 8,4 juta
orang dan diperkirakan akan terus meningkat sampai 21,3 juta orang di tahun 2030.
Populasi penderita diabetes di Indonesia diperkirakan berkisar antara 1,5
sampai 2,5% kecuali di Manado 6%. Dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta jiwa,
berarti lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia menderita diabetes. Tercatat pada
tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta jiwa. Pada tahun
2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita.

A. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi
insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-
sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).

B. Mekanisme Terjadinya Diabetes


Diabetes melitus secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis.
Ini bersamaan dengan rusaknya autoimun pada sel beta di pankreas yang
menyebabkan berkurangnya produksi insulin hingga menjadi abnormal yang
menghasilkan resistensi terhadap kerja insulin. Dasar dari ketidaknormalan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein pada penderita diabetes merupakan
akibat dari berkurangnya kerja insulin pada jaringan. Berkurangnya hasil kerja
insulin adalah dari tidak cukupnya sekresi insulin dan / atau kurangnya respon
jaringan terhadap insulin dalam jalur kompleks kerja hormon. Penurunan sekresi
insulin dan resistensi kerja insulin sering terjadi pada pasien yang sama, dan itu
menjadi tidak jelas apa kelainannya, jika hanya salah satu saja, penyebabnya
adalah hiperglikemia.
Gejala hiperglikemia meliputi poluiria, polidipsia, penurunan berat
badan, kadang dengan polipagia, dan penglihatan kabur. Melambatnya
pertumbuhan dan kerentanan terhadap infeksi tertentu juga dapat menyertai
penderita hiperglikemia kronik. Bahayanya, ancaman hidup dari akibat diabetes
adalah hiperglikemia dengan ketoasidosis atau sindrom hiperosmolar nonketotik.
Komplikasi jangka panjang dari diabetes meliputi retinopati dengan potensi
hilangnya penglihatan : nefropati yang menyebabkan gagal ginjal, neuropati
perifer dengan risiko ulkus kaki, amputasi, dan sendi Charcot, dan neuropati
otonom yang menyebabkan gejala gastrointestinal, Genitourinari, kardiovaskuler
dan disfungsi seksual. Glikasi protein jaringan dan makromolekul lainnya serta
kelebihan produksi senyawa poliol dari glukosa adalah salah satu mekanisme
berpikir untuk menghasilkan kerusakan jaringan dari hiperglikemia kronis.
Pasien dengan diabetes memiliki peningkatan komplikasi atherosklerosis,
pembuluh darah perifer, dan penyakit serebrovaskular. Hipertensi, kelainan
metabolisme lipoprotein, dan penyakit periodontal sering ditemukan pada
penderita diabetes. Dampak emosional dan sosial diabetes dan tuntutan terapi
dapat menyebabkan disfungsi psikososial yang signifikan pada pasien dan
keluarganya.

C. Golongan Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus digolongkan menjadi :
1. DM Tipe 1
DM tipe 1 disebut juga dengan Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM), yaitu DM yang muncul pada masa anak-anak sampai dewasa
muda. DM tipe 1 disebabkan karena berkurangnya sekresi insulin akibat
kerusakan sel β pankreas yang didasari oleh proses autoimun.
2. DM Tipe 2
DM tipe 2 disebut juga dengan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM), yaitu DM yang ditandai dengan defisiensi dan resistensi insulin.
DM tipe 2 disebabkan karena gaya hidup yang salah, yaitu “Diabetogenic
Lifestyle”. Yang dimaksud diabetogenik lifestyle adalah konsumsi kalori
berlebih, kurang olahraga, dan obesitas. Selain itu, dipengaruhi juga oleh
faktor genetik. DM tipe 2 ditandai dengan defisiensi dan resisten insulin.
3. DM Gestasional
Intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan. Terapi DM gestasional
bertujuan untuk menurunkan kecacatan dan kematian pada ibu dan janin
(Departemen Kesehatan RI, 2005).

D. Gejala Klinik Diabetes Mellitus


Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa
gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala
tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang
air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar).
Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak
anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal
yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa
sebab yang jelas (Turdiyanto, 2013).
a. Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),
iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
b. Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM
Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai
beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi
sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi,
sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya
menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada
pembuluh darah dan syaraf.
Diagnosis DM ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula dalam darah.
DM ditandai dengan hasil pemeriksaan gula darah menunjukkan:
a. Pemeriksaan gula darah sewaktu (acak) ≥200 mg/dL
b. Pemeriksaan gula darah puasa ≥126 mg/dL
c. Pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan ≥200 mg/dL

E. Faktor penyebab penyakit Diabetes Mellitus


Berikut ini faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus :
1. Riwayat Keluarga
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh
untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik
sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari
penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan memperbaiki
pola hidup dan pola makan.
2. Obesitas Atau Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi
terhadap hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak
untuk menyerap insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu untuk
memproduksi insulin sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan organ ini
menjadi kelelahan dan akhirnya rusak.
3. Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
Makanan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup
tinggi untuk seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Batasi
konsumsi kolestorol Anda tidak lebih dari 300mg per hari.
4. Hipertensi atau Darah Tinggi
Jagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu
banyak konsumsi makanan yang asin-asin. Garam yang berlebih memicu
untuk seseorang teridap penyakit darah tinggi yang pada akhirnya berperan
dalam meningkatkan resiko untuk Anda terserang penyakit diabetes melitus.
5. Terlalu Sering Konsumsi Obat-Obatan Kimia
Konsumsi obatan kimia dalam jangka waktu yang lama diyakini akan
memberika efek negatif yang tidak ringan. Salah satu obat kimia yang sangat
berpotentsi sebagai penyebab diabetes adalah Thiazide Diuretik dan Beta
Bloker. Kedua jenis obat tersebut sangat meningkatkan resiko terkena
diabetes melitus karena bisa merusak pankreas.

F. Pengobatan Diabetes Mellitus


Pengobatan Diabetes Mellitus bertujuan untuk menghilangkan gejala dan
tanda Diabetes Mellitus, tercapainya pengendalian kadar glukosa dalam darah
dan mencegah terjadinya progresivitas penyulit seperti mikroangiopati dan
neuropati. Pada DM tipe 1 dan DM gestasional, pengobatan menggunakan
insulin sedangkan pada DM tipe 2, pengobatan menggunakan obat hiperglikemik
oral (OHO). Sedangkan pengobatan farmakologi, pada penderita DM harus
diiringi dengan pengobatan non farmakologi, yaitu pengaturan pola makan dan
olahraga yang teratur.
Penggolongan obat hiperglikemik oral :
1. Sulfonilurea
Golongan ini bekerja dengan merangsang produksi insulin. Yang termasuk
dalam golongan ini adalah glibenklamid, glikazid, gliplizid, dan glimepirid.
2. Biguanid
Golongan ini bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah metformin.
3. Thiazolidindion
Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin di
otot, hepar, dan jaringan lemak secara tidak langsung dengan mengaktivitasi
PPAR-γ. PPAR-γ merupakan faktor penting dalam transkripsi inti pada
diferensi sel lemak dan metabolisme asam lemak. Contoh golongan ini
adalah pioglitazon dan rosiglitazon.
4. α-Glukosidase Inhibitors
Golongan ini bekerja dengan cara mencegah pemecahan sukrosa dan
karbohidrat oleh enzim α glukosidase di usus halus sehingga waktu absorpsi
karbohidrat lebih lama. Contoh golongan ini adalah akarbose.

G. Pencegahan Diabetes Mellitus


Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit diabetes mellitus
adalah :
1. Diet
Diet adalah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Mengikuti
diet rendah gula seumur hidup adalah sesuai dengan anjuran dokter atau ahli
gizi. Bila kelebihan berat badan, turunkan berat badan Anda secara bertahap
melalui cara yang benar. Kunci diet diabetes adalah memilih karbohidrat
yang aman. Semua karbohidrat halus (misalnya gula tepung halus, roti
manis, biskuit, permen, sirop dan minuman ringan) harus dihindari dan
diganti dengan makanan lengkap (yaitu buah, sayuran, kacang, biji, dan
makanan lainnya yang belum diproses) yang efektif untuk memperbaiki
resistensi insulin. Pola diet yang dapat dilakukan menurut Billous (2008)
yaitu :
a. Memilih karbohidrat yang aman
Memilih sumber karbohidrat yang aman bagi penderita diabetes
adalah memilih bahan makanan yang mengandung senyawa karbohidrat
kompleks, yang dapat melepaskan glukosa darah secara bertahap, agar
tidak terjadi lonjakan kadar gula darah dengan tiba-tiba setelah makan.
Di dalam tubuh, karbohidrat kompleks, misalnya nasi atau roti
yang berserat, harus diurai terlebih dahulu menjadi rantai tunggal
sebelum diserap ke dalam aliran darah. Sedangkan karbohidrat
sederhana, misalnya gula pasir, sirup, permen, es krim, jeli atau minuman
ringan bergula, akan langsung masuk ke dalam aliran darah, sehingga
kadar gula darah meningkat dengan cepat.
Karena lebih lambat diserap oleh tubuh, lebih dianjurkan untuk
mengkonsumsi karbohidrat berserat yang terdapat dalam sayuran,
kacang-kacangan, dan buah yang tidak terlalu manis. Buah yang
disarankan adalah pepaya, apel, semangka, salak, kedondong, dan
sebagainya. Sedangkan buah yang terlalu manis, misalnya durian,
anggur, rambutan, nanas, jeruk manis, sawo, dan nangka, sebaiknya
dihindarkan.
b. Kurangi asupan kalori kalorinya
Dengan mengurangi asupan kalori, maka akan menurunkan kadar
gula dalam darah, namun kekurangan gula pun dapat berbahaya. Maka
dari itu pola diet diabetes harus disesuaikan. Komposisi makanan untuk
diet pada orang barat adalah karbohidrat 40-50% , lemak 30-35% , dan
protein 20-25% . Sedangkan untuk orang timur (indonesia) komposisinya
adalah karbohidrat 68%, lemak 20%, dan protein l2%.
Namun dengan komposisi makanan bagi orang barat masih tinggi,
maka makanannya harus diimbangi dengan banyak serat dan rendah
kolesterol. Ini dapat membantu memperbaiki kerusakan sel beta
pankreas. Tingginya serat dalam sayuran akan memperlambat
penyerapan glukosa ke dalam pembuluh darah, dan sekaligus menekan
kadar kolesterol darah.
c. Kurangi Lemak
Makanan yang dengan kadar lemak tinggi (daging) dapat
meningkatkan kadar kolesterol, yang selain membuat kerja insulin
menjadi tidak efisien, juga mempertinggi risiko penyakit jantung. Untuk
diperlukan pengurang konsumsi lemak hingga 30 persen.
d. Makanlah karbohidrat kompleks
Selain mengurangi kalori dan lemak, dalam porsi diet juga harus
mencakup lebih banyak padi-padian, kentang dan karbohidrat kompleks
lainnya. Walaupun semua makanan itu penuh dengan glukosa, tetapi
tidak langsung diserap, sehingga tidak akan meningkatkan gula darah
secara berarti.
Karbohidrat kompleks memerlukan waktu lebih lama untuk
dipecah lebih dahulu menjadi glukosa, untuk bisa digunakan tubuh.
Karbohidrat kompleks melepaskan glukosa secara bertahap dalam waktu
yang lama ke pembuluh darah Anda, sehingga tidak peningkatan kadar
gula secara mendadak pada pembuluh darah.
e. Hilangkan semua yang manis
Gula pasir dan es krim adalah penyebab masalah besar bagi
penderita diabetes. Berbeda dengan karbohidrat kompleks, gula murni
langsung diserap ke pembuluh darah. Insulin tidak sempat lagi
menahannya atau harus bekerja lembur mengaturnya. Namun jika harus
makan makanan yang manis, pastikan bahannya tidak seluruhnya terdiri
dari gula pasir atau gula buah yang sederhana. Kombinasi protein, lemak,
dan karbohidrat kompleks dapat menolong memperlambat penyerapan
gula sederhana tersebut oleh tubuh.
2. Olahraga
Olahraga yang dipilih sebaiknya yang disenangi dan dapat
meningkatkan kesehatan dan kebugaran, serta melibatkan otot-otot besar
(kaki, tangan, dan bahu).
Ikutilah prinsif FITT (frekuensi, intensitas, tempo, dan tipe) berikut:
a. Frekuensi
Lakukan 3-5 kali seminggu dengan teratur. Lebih baik bila selang sehari
dipakai untuk istirahat memulihkan kembali ketegangan otot.
b. Intensitas
Pilih jenis olahraga yang bersifat ringan hingga sedang, yaitu yang
menghasilkan 60-70 persen detak jantung maksimum atau MHR
(Maximum Heart Rate). Perhitungannya adalah (220-umur) dikalikan
dengan faktor keamanan (60-70 Persen).
c. Tempo
Lamanya berolahraga adalah sekitar 30 sampai 60 menit.
d. Tipe
Jenis olahraga yang baik adalah aerobik yang bersifat daya tahan, karena
dapat memperkuat otot jantung dan pembuluh darah. Misalnya jalan,
joging, bersepeda dan berenang.

3. Kontrol Gula Darah


Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula darah dilakukan setiap
tahun bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun.
Tabel 1. Kontrol Gula DarahPemeriksaan
Pemeriksaan Kadar gula darah penderita Kadar gula darah normal
diabetes
Sebelum makan (puasa) 90-130 Di bawah 110
Setelah makan 90-130 Di bawah 110
Dua jam setelah makan 120-160 Di bawah 140
Sebelum tidur 110-150 Di bawah 120
Sebelum melakukan kontrol, yang harus dilakukan adalah
memperbanyak makan makanan yang mengandung karbohidrat selama 3 hari
sebelum kontrol. Konsumsi paling sedikit 150 gram setiap hari, atau kira-kira
sama dengan 2 piring nasi (58 gram) dan 2 iris roti (34 gram). Karhohidrat
akan memberi reaksi pada pankreas untuk memproduksi insulin agar bisa
dideteksi dengan akurat.
Pemeriksaan dilakukan paling baik adalah pada saat setelah melakukan
puasa selama 12 jam sebelum lemakukan pengambila darah.
Yang harus dihindari saat melakukan kontrol adalah stres atau sakit,
karena kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah
secara berlebihan. Olahraga berat juga harus dihindari sehari sebelumnya,
karena dapat menurunkan angka pengukurannya untuk sementara.
Pengerahan tenaga fisik yang berat akan membakar lebih banyak glukosa
untuk energi.

4. Menurunkan Berat Badan


Berat badan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan.
Seseorang dikatakan kelebihan berat badan cenderung akan mengalami
diabetes. Namun untuk menentukan kelebihan berat atau tidaknya seseorang
dapat diukur dengan cara menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) atau BMI
(Body mass Index).
Dengan rumus: BMI = BB : TB2
BB = berat badan (kilogram = kg)
TB = tinggi badan (meter).
Maka bila hasilnya :
BMI kurang dari 20: tipe kurang berat badan.
BMI antara 20-24: tipe berat badan normal.
BMI antara 25-29: tipe gemuk atau sedikit kelebihan berat badan.
BMI lebih dari 30: tipe sangat gemuk atau obesitas yang beresiko terkena
diabetes (Tim Redaksi Vita Health, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Billous, Rubby. 2008. Bimbingan Dokter pada Diabetes. Jakarta : Dian Rakyat.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Diabetes Mellitus.


Jakarta : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes.

Tim Redaksi Vita Health. 2005. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Turdiyanto, Totok. (Editors). 2013. Farmakologi untuk SMK Farmasi. Jakarta: EGC.

WHO. 1999. Defenition, Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus and Its
Complication.

Anda mungkin juga menyukai