Anda di halaman 1dari 48

Analisis triad epidemiologi

A. Penyakit Diare
1. Host
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada penjamu adalah
a. Daya tahan tubuh terhadap penyakit
Apabila daya tubuh host baik maka virus tidak dapat masuk ke dalam
tubuh,apabila daya tahan tubuh jelek dan host tidak memelihara personal hygiene yang
baik maka virus dengan mudah masuk dalam tubuh host.
b. Umur
Kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada kelompok usia 21-40th
(51,2%) dan pada anak-anak (75%) jadi diare lebih sering menyerang pada anak-anak.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin laki-laki mendominasi angka kejadian diare sekitar 86,8% dan
jumlamnya lebih banyak dari pada perempuan sekitar 21% di karenakan laki-laki kurang
bias memelihara personal hygiene yang baik.
d. Adat kebiasaan
Bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka sangat mudah virus masuk
dalam tubuh.
2. Agent
a. Golongan biologi
Virus: retovirus, E.coli, Shigella dan salmonella, virus colerae
b. Golongan fisik
Diare di sebabkan karena infeksi pada usus
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering terkena diare .daerah
dengan stuktur keadaan geografis kurang baik lebih sering terkena diare di karenakan
kurang pengetahuan.
b. Lingkungan non fisik
Lingkungan dengan social ekonomi yang rendah serta adaptasi kebiasaan yang
kurag baik atau perilaku yang kurang baik dalam memelihara personal hygiene sangat
berpontensial terjadinya diare
c. Linkungan biologis
Lingkungan yang dekat dengan hewan-hewan peliharaan yang kurang terjaga
kebersihannya seperti kotoran binatang maka dapat dengan mudah virus masuk dalam
tubuh apabila host tidak menjaga kebersihan. Virus dari diare dapat dibawa oleh human
reservoir.
Interaksi faktor host, agent, dan environment pada penyakit diare merupakan
interaksi antara ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang tidak bersih dapat
menyebabkan kuman penyebab diare berkembang dengan pesat. Perilaku host juga dapat
menjadi penyebab kuman penyebab diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui
jalur fecal oral.
B. Penyakit Hipertensi

FAKTOR HOST ( PENJAMU )


Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :
a. Daya Tahan Tubuh Terhadap Penyakit
Daya tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat.
Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolagraga dan berusaha
mengatasi stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh
menjadi menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.
b. Genetis
Para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi
(genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.
c. Umur
Penyebaran hipertensi menurut golongan umur agaknya terdapat kesepakatan dari para
peneliti di Indonesia. Disimpulkan bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat dengan
bertambahnya umur. Sebagai gambaran saja, berikut ini dikutipkan salah satu hasil penelitian
tentang penyebaran menurut umur tersebut .
Prevalensi 6-15% pada orang dewasa. Prevalensi meningkat menurut usia. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menapouse ) berpeluang lebih
besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi di
kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi tidak memandang golongan
umur.
d. Jenis Kelamin
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah
tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan.
- Wanita > Pria pada usia > 50 tahun
- Pria > wanita pada usia < 50 tahun
e. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut
seperti:
- Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan
stres terjadi yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang
berolagraga , dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal
semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.
- Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi
terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi
garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung,
restoran, hotel, dan lain-lain).
- Pola makan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi.
Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat
meningkatkan tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.
f. Pekerjaan
Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Pria yang
mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang jabatan yang menuntut tanggung
jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah
yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekannya mereka yang jabatan nya
lebih “longgar” tanggung jawabnya . Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai
penyakit misalnya sakit kepala,sulit tidur, tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.
g. Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit hipertensi terjadi
secara bervariasi.
 FAKTOR AGENT ( PENYEBAB PENYAKIT )
Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau ketidakberadaannya dapat
menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Untuk penyakit hipertensi
yang menjadi agen adalah :
a. Faktor Nutrisi
- Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya
hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
- Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari,
setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-
memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam. Indra perasa kita sejak
kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin,
sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.
- Minuman berkafein dan beralkohol.Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat
meningkatkan resiko hipertensi.
- Juga terbukti adanya hubungan antara resiko hipertensi dengan makanan cepat saji yang kaya
daging. Makanan cepat saji juga merupakan salah satu penyebab obesitas (berat badan berlebih ).
Dilaporkan bahwa 60% penderita hipertensi mempunya berat badan berlebih.
b. Faktor Kimia
- Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin,
Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).
c. Faktor Biologi
- Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti telah membuktikan bahwa
tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau peningkatan kadar insulin
(hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan resistensi insulin merupakan karakteristik
dari sindroma metabolik , kelompok abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan
trigliserid, dan HDL rendah (kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang
merupakan faktor pengatur tekanan darah.
- Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya tidak
sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes
genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.
- Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa
tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko terjadi hipertensi.
d. Faktor Fisik
- Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
- Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-
orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
- Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantungnya
harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan berlebih dari tubuh
terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah satu yang meningkatkan resiko hipertensi.

 FAKTOR ENVIRONMENT ( LINGKUNGAN )


Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh
luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan ini termasuk
perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup kurang baik seperti gaya hidupnya penuh dengan
tekanan (Stres). Stres yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti
hipertensi. Dalam kondisi tertekan adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap beraksi.
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam
makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan. Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko
terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah pantai lebih
banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga Konsumsi natrium pada
penduduk pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan.
Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi yang cukup
tinggi. Dimana daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup modern lebih berisiko terjadinya
penyakit hipertensi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Berikut ini adalah factor-faktor yang dapat menyebabkan obesitas menurut teori HL Blum yaitu :
a. Faktor Genetik
Peneliti juga telah mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai kontribusi terhadap tekanan
darah tinggi. Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun hubungannya
tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada
tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara
konsisten. Riwayat penyakit yang di derita, bagi keturunan penderita hipertensi Jika ada anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi, walaupun belum adanya tes genetik secara konsisten
terhadap penyakit hipertensi tetaplah berhati-hati. Karena dalam garis keluarga pasti punya
struktur genetik yang sama.
b. Faktor Perilaku
Faktor perilaku seperti misalnya gaya hidup kurang baik seperti pengkonsumsian makanan cepat
saji yang kaya daging dan minuman bersoda, memiliki kadar kolesterol darah yang
tinggi,Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), gaya hidup
stres,stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah
berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Kebiasaan mengkonsumsi minuman
berkafein dan beralkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Serta kebiasaan merokok karena rokok dapat
meningkatkan risiko penyakit hipertensi.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa
kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya), seperti : Indra perasa kita yang sejak kanak-
kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit
untuk dapat menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama
jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
e. Faktor Pelayananan
Faktor pelayanan kesehatan adalah kurangnya pemberdayaan masyarakat dalam usaha pencegahan
penyakit hipertensi dengan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, kurangnya perencanaan
program mengenai pencegahan penyakit hipertensi dari provider (pelayanan kesehatan) di
puskesmas mengenai pencegahan penyakit hipertensi dengan pengaturan pola makan yang baik
dan aktivitas fisik yang cukup, kurangnya kerja sama dengan berbagai sektor terkait guna
pencegahan terjadinya penyakit hipertensi, serta kurangnya penilaian, pengawasan dan
pengendalian mengenai program pencegahan penyakit hipertensi di Puskesmas.

C. Penyakit DBD

Agent : virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti betina(10). Virus dengue termasuk genus flavivirus dari keluarga
flaviviridae.

Host : Dalam hal ini manusia lah yang menjadi host atau target penyakit DBD(11). Meskipun penyakit DBD
dapat menyerang segala usia beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan tertular
penyakir yang berpontensi mematikan ini. Di Indonesia penderita penyakit DBD terbanyak berusia 5-11
tahun(11). Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderita tetapi angka kematian
lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Anak-anak lebih rentan terkena penyakit ini
salah satunya disebabkan oleh imunitas yang relatif lebih rendah di bandingkan orang dewasa. Manusia
yang terkena gigitan nyamuk aedes aegypti tidak selalu dapat mengakibatkan demam berdarah dan
virus dengue yang sudah masuk kedalam tubuh pun tidak selalu dapat menimbulkan infeksi(9). Jika daya
tahan tubuh cukup maka dengan sendirinya virus tersebut dapat dilawan oleh tubuh. Sebelum
seseorang terkena DBD, didalam tubuhnya telah ada satu jenis serotipe virus dengue (serangan pertama
kali). Biasanya, serangan pertama kali ini menimbulkan demam dengue. Ia akan kebal seumur hidup
terhadap serotipe yang menyerang pertama kali itu. Namun hanya akan kebal maksimal 6 bulan – 5
tahun terhadap serotipe virus dengue lain.

3. Environment

Di Indonesia, penyakit DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat karena jumlah penderitanya
tinggi dan penyebarannya yang semakin luas, terutama di musim penghujan. Sejumlah pakar
setuju bahwa kondisi ini juga di pengaruhi oleh budaya masyarakat yang senang menampung air
untuk keperluan rumah tangga dan kebersihan dirinya. Hal ini menjadi faktor eksternal yang
memudahkan seseorang menderita DBD. Nyamuk ini sangat senang berkembang biak di tempat
penampungan air karena tempat itu tidak terkena sinar matahari langsung. Nyamuk ini tidak dapat
hidup dan berkembang biak di daerah yang berhubungan langsung dengan tanah. Berikut ini
tempat perkembangbiakan nyamuk(12), yaitu:
- Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tangki, tempayan, bak mandi
dan ember.
- Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari- hari, seperti tempat minum burung, vas
bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas yang dapat menampung air.
- Tempat penampungan air alamiah, seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung
kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.
Penelitaan juga menunjukkan di daerah dengan persediaan air tanpa PAM, perkembangan nyamuk
aedes aegypti lebih tinggi karena penampungan air lebih banyak dibandingkan di daerah yang
sudah tersedia air dengan saluran pipa(8). Di daerah ini air tidak perlu ditampung lebih dahulu
sehingga nyamuk tidak sempat berkembang biak. Lingkungan memegang peranan yang besar
dalam penyebaran penyakit demam berdarah sehingga menjaga lingkungan sekitar menjadi
prioritas utama agar kasus DBD tidak terjadi lagi.

D. Penyakit Malaria

Agent
penyakit malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak
dalam sel darah manusia yang secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. sampai sekarang dikenal 4 jenis plasmodium sebagai penyebab malaria yaitu :

a. plasmodium falciparum sebagai penyebab Malaria Tropika


penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering
menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.
Plasmodium jenis ini memiliki masa inkubasi selama 9 – 14 hari.
b. plasmodium vivaks sebagai penyebab penyakit Malaria Tertiana.
Malaria tertiana dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala
pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi). Plasmodium jenis ini
memiliki masa inkubasi selama 12 – 17 hari
c. plasmodium malariae sebagai penyebab penyakit Malaria Quartana
memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala
pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu
kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
d. plasmodium ovale
penyakit Malaria dengan gejala yang hampir serupa dengan Malaria Tertiana.
Plasmodium jenis ini memiliki masa inkubasi selama 16 – 18 har
2. Host
setiap manusia dapat terkena malaria. Selain itu plasmodium juga dapat menginfeksi
hewan seperti anjing, kuda dan sapi. Host yang sangat rentan terhadap malaria adalah
ibu hamil dan anak-anak karena dapat menyebabkan kematian. penduduk yang tinggal
di daerah endemik malaria lebih jebal terhadap malaria di daerahnya, karena
memperoleh kekebalan alami. adanya faktor genetik yang protektif terhadap malaria
adalah kelainan hemoglobin misal : thalasemia dan hemoglibinopati.

3. Environment
a. suhu
Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu optimum berkisar
antara 20-30ºC. makin tinggi suhu ( sampai batas tertentu ) makin pendek masa inkubasi
ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi
ekstrinsi
b. Kelembaban
Kelembapan akan memperpendek umur nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan
batas paling rendah untuk memungkinkan hidup nyamuk. Pada kelembaban yang lebih
tinggi nyamuk akan menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan
penularan manusia
c. Hujan
Pada umumnya hujan akan mempermudah perkembangan nyamuk dan terjadinya
epidemi malaria besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis
vector dan jenis perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar
kemungkinan berkembang biaknya nyamuk anopheles
d. Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini
berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m jarag
terjadi transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh
El-nino.
e. Angin
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut
menentukan jumlah kontak antara nyamuk dengan manusia
f. Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda tergantung
jenis spesies. Ex : An. Sundaicus suka ditempat teduh, An. Hyrcanus spp dan An.
Pinctulatus spp lebih menyukai tempat terbuka
g. Arus air
Pengaruh arus air tergantung kepada jenis spesies anopheles. An. Barbirostris menyukai
perindukan yang airnya statis / mengalir lambat sedangakan An. Minimus menyukai aliran
air yang deras dan An. Letifer menyukai air tergenang.
h. Kadar garam
An. Sudaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18% dan tidak
berkembang pada kadar garam 40% ke atas.
E. Penyakit Campak

Agen : Penyakit ini disebabkan oleh virus campak yaitu virus rubella golongan Paramyxovirus
dari pada genus Morbillivirus. Virus rubella adalah virus RNA beruntai tunggal yang hanya
menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, PH asam, eter,
dan tripsin (enzim). Ukuran virus ini yaitu 140 milimikron, berdiameter 150-100 mikrometer,
usia paruhnya sekitar 2 jam pada suhu 37 derajat celcius. Waktu kelangsungan hidup virus ini
pun singkat di udara, permukaan, dan pada benda. Virus ini menyerang anak-anak, dewasa,
bahkan ibu hamil. Virus rubella ini dapat menyerang bagian saraf dan otak yang kemudian
menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak merah. Virus campak biasanya timbul di sel-
sel yang melapisi bagian belakang tenggorokan dan paru-paru.
Host (Pejamu) : Sidang CDC / PAHO / WHO menyimpulkan bahwa host atau pejamu penyakit
ini adalah manusia. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD,
meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena
penyakit ini. Jika orang yang sudah terkena penyakit ini, makan sepanjang hidupnya tidak akan
terkena penyakit campak ini lagi. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari
sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Beberapa faktor host yang dapat meningkatkan resiko penyakit campak antara lain : · Umur
Kasus campak di Negara industry terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia sekolah dasar
dan pada anak dengan usia yang lebih muda di Negara berkembang. Cakupan imunisasi yang
intensif menghasilkan perubahan dalam distribusi umur dimana kasus lebih banyak pada anak
dengan usia yang lebih tua, remaja, dan dewasa muda. · Pendidikan Tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam
hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh
karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan juga
mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan
lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru. · Status Gizi
Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi malnutrisi, tetapi belum dapat
dibedakan antara efek malnutrisi terhadap kegawatan penyakit campak dan efek yang
ditimbulkan penyakit campak terhadap nutrisi yang dikarenakan penurunan selera makan dan
kemampuan untuk mencerna makanan.
balita yang tidak mendapat imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
campak di banding balita yang mendapat Imunisasi. Balita dengan
status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Campak dari pada balita
dengan gizi baik.

Environment (Lingkungan) : Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang
dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada
populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni < 400.000 orang.
Pada lingkungan yang jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%.

Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan


Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap
penularan penyakit Campak

2 tingkat pengetahuan orangtua tentang penyakit campak

Tingkat pengetahuan dari orang tua pun sangat penting dalam penyebaran penyakit ini oleh
karena itu kita perlu memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang penyakit ini, tentang
penyebab, serta proses perjalanan dari penyakit ini. juga tentang cara pencegahan dan
pengobatannya. Dimana kita tahu bahwa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi anak agar tidak mudah timbul komplikasi yang
berat

E. Penyakit TBC

a. Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau
antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama.

Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat
tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi
Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan
kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru.

Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk
transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang
jarang terjadi.

b. Faktor Lingkungan

Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan
prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis.

Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis
menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup
pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi.
Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas
perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya
pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan
epidemi penyakit ini.

Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan
ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.
c. Faktor Host

Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan
kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita, (2) paling luas
pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental
dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam
perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan
dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari
resiko infeksi.

Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis
dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi
daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi
sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam
TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang
pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan
dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan
secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga
berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa
resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.

F. Penyakit Polio
Agen : poliovirus (genus enterovirus) tipe 1, 2, 3. Virus ini hanya hidup di usus manusia dan
mati bila dibakar, dengan sinar ultra violet atau cairan pemutih pakaian.
Host : manusia, anak-anak dibawah 5 tahun rentan virus polio
Lingkungan : sanitasi yang kurang baik (tidak ada toilet, buang air besar sembarang, dll)

G. penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus


Agent Difteri •Corynebacterium diphtheriae •Bakteri basil aerobik gram positif. Hanya strain toksigenik
dapat menyebabkan penyakityang parah. Semua isolat Corynebacterium diphtheriae harus diuji oleh
laboratorium untuk tingkat keracunan. Pertusis •Bordetella pertussis •Berukurankecil, aerobik batang
gram-negatif. Tetanus •Clostridium tetani •Bakteri gram-positif, batangan aerob yang dapat
mengembangkan sporaterminal. Sensitif terhadap panas dan tidak dapat bertahan hidup dengan adanya
oksigen. Spora, sebaliknya, sangat tahan terhadap panas dan antiseptik biasa.

HOST DPT  Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan faktor utama untuk mencegah penularan
DPT.  Tidak meletakkan bahan yang tajam dan berkarat di lingkungan anak bermain dapat mencegah
penularan tentanus.  Lingkungan rumah dan sekolah yang terkena matahari langsung dan ventilasi
udara cukup serta bersih dapat mengurangi resiko penularan Difteri dan Pertusis. ENVIRONMENT
MANUSIA
PENYAKIT DEMAM KUNING

Agent Demam kuning disebabkan oleh virus demam kuning yang disebut Flavivirus yang
ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (2,3). Nyamuk demam kuning biasanya adalah
nyamuk Aedes aegypti.

Host Manusia dan monyet merupakan binatang utama yang terinfeksi oleh virus ini

Environment Virus demam kuning hidup di daerah yang beriklim tropis. Sehingga Demam
kuning hanya terjadi di Afrika dan Amerika Selatan di negara yang terletak dekat khatulistiwa

PENYAKIT INFLUENZA
AGENT ; virus influenza A (2 subtise A(H3N2) dan A(H1N1)
Host (Pejamu) Host : manusia, Kelompok risiko tinggi: balita, anak-anak dengan daya tahan tubuh yang
lemah, dan anak dengan sistem imunisasi yang tidak lengkap.

Environment (Lingkungan)  Asap dari kebakaran hutan  Menggunakan obat nyamuk bakar dan kayu
bakar  Kondisi ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan  Influenza menyebar sangat
cepat di antara penduduk terutama dalam keadaan ramai.  Cuaca dingin dan kering memungkinkan
virus untuk bertahan lebih lama di luar tubuh.

PENYAKIT IMS

AGEN : Infeksi menular seksual (IMS) seperti Gonore, Herpes genital, Klamidia dan Kandidiasis
disebabkan oleh lebih dari 30 bakteri, virus, dan parasit dan tersebar terutama melalui kontak seksual,
termasuk vaginal, anal dan oral seks. Umumnya, IMS bersifat asimptomatik.

HOST  Manusia  Kelompok resiko rentan: a. Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) b. WPS Tidak
Langsung (WPSTL) c. Waria/Biseksual/homoseksual. d. Pengguna napza suntik e. Remaja sekolah yang
melakukan seksual aktif.

ENVIRONMENT Sosial demografis: usia muda, ketidakseimbangan gender, dan urbanisasi dari desa ke
kota.

PENYAKIT SMALLPOX CACAR

Agent Agent penyebab penyakit cacar adalah virus Variola, anggota dari Genus Orthopoxvirus,
Subfamili Chordopoxviridae dari Famili Poxviridae. Virus variola relatif stabil dalam lingkungan
alam. Virus cacar tidak tahan oleh sinar matahari dan panas
Host Dalam penyakit cacar (variola) yang menjadi host (pejamu) adalah manusia[1]. Reservoir
hewan ataupun serangga tidak mempunyai peranan dalam transmisi penularannya[1,5].
Penularan dapat terjadi dari manusia ke manusia[5]. Pada manusia, tidak adanya kekebalan tubuh
(dari vaksinasi) membuatnya rentan terhadap infeksi virus cacar[5]. Selain itu adanya kontak
atau tatap muka dengan orang yang terinfeksi[5]. Kontak langsung dengan cairan tubuh yang
terinfeksi atau obyek seperti tempat tidur atau pakaian yang mengandung virus dari penderita,
kendati risiko infeksi dari sumber ini jauh lebih rendah
Environment Virus variola relatif stabil dalam lingkungan alam[5]. Namun jika berupa aerosol
infektivitasnya hanya beberapa jam saja bahkan kurang terutama ditempat yang terkena sinar
matahari langsung, virus ini tidak tahan terhadap panas dan sinar matahari[5]. Lingkungan yang
padat penduduk dapat memudahkan penyebaran virus ini, karena mudah menular melalui udara
atau kontak langsung. Selain itu, lingkungan dengan fasilitas yang digunakan secara bersama-
sama juga memudahkan penularan penyakit ini, karena persentase terkontaminasi virus penderita
menjadi semakin besar.

PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

AGEN : Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) seperti Faringitis dan Tonsilitis akut dapat
disebabkan oleh karena infeksi virus, bakteri ataupun jamur. Setengah dari infeksi ini disebabkan
oleh virus yakni virus influenza, parainfluenza, adeno virus, respiratory sincytial virus dan rhino
virus
HOST Umur Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA. Oleh sebab
itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang
dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih berat
dan jelek, hal ini disebabkan karena ISPA pada bayi dan anak balita umumnya merupakan
kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara
alamiah. Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih optimal
akibat pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya.Hasil survei kesehatan Rumah tangga
(SKRT) tahun 1992 menunjukkan prevalensi ISPA untuk bayi 42,4% dan anak umur 1-4 tahun
40,6% sedangkan Case Spesific Death Rate (CSDR) karena ISPA pada bayi 21% dan untuk anak
1-4 tahun 35%[3,6]. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termsuk
Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor risiko yang meningkatkan
insiden ISPA adalah anak dengan jenis kelamin laki-laki [3]. Status Gizi Salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh
anak. Anak yang mendapat makanan baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat
berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup
baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya. Gizi kurang
menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya
penyakit infeksi.Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk
terjadinya penyakit infeksi[2,6]. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup
kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka
reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri
terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan gizi sekalipun
dengan gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan
tubuh terhadap penyakit infeksi [2,3,6] Status Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif Air Susu Ibu (ASI)
merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi
dibandingkan dengan makanan yang dibuat manusia ataupun susu hewan seperti susu sapi . Air
Susu Ibu (ASI) Ekslusif berarti hanya memberikan ASI saja, tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun termasuk air (obat-obatan dan vitamin yang tidak dilarutkan dalam air mungkin
dapat diberikan kalau dibutuhkan secara medis). Anak sampai usia enam bulan pertama hanya
membutuhkan ASI Ekslusif menyediakan segala-galanya yang dibutuhkan anak usia ini , isapan
anak menentukan kebutuhannya, oleh karenanya diberikan kesempatan sepenuhnya ia untuk
dapat menghisap sepuasnya).. Bayi yang mendapat ASI Ekslusif lebih tahan terhadap ISPA
(lebih jarang terserang ISPA), karena dalam air susu ibu terdapat zat anti terhadap kuman
penyebab ISPA[2,3]. Status Imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang
berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan
secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
dan hidup anak[2,3,6]. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan
imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar
air, TBC, dan lain sebagainya. Infeksi ISPA adalah salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, penyakit yang tergolong ISPA yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
difteri, batuk rejan dan campak[2,8]. Berat Badan Lahir Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang kurang dari 2500 gram.BBLR membawa akibat bagi
bayi berupa : daya tahan terhadap penyakit infeksi rendah, pertumbuhan dan perkembangan
tubuh lebih lamban, tingkat kematian lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dengan berat badan
cukup. Bayi dengan BBLR sering mengalami penyakit gangguan pernafasan, hal ini disebabkan
oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna dan otot pernafasan yang
masih lemah[3,8]. BBLR berisiko mengalami gangguan proses adaptasi pernapasan waktu lahir
hingga dapat terjadi asfiksia, selain itu BBLR juga berisiko mengalami gangguan napas yakni
bayi baru lahir yang bernafas cepat > 60 kali/menit, lambat < 30 kali/menit dapat disertai
sianosis pada mulut, bibir, mata dengan/tanpa retraksi dinding dada/epigastrik serta merintih,
dengan demikian BBLR sangat beresiko untuk terkena ISPA dibandingkan bayi bukan
BBLR[2,3]. C.ENVIRONMENT Kepadatan Hunian Ruang Tidur Berdasarkan KepMenkes RI
No.829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal
8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali
anak dibawah umur 5 tahun. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya
akan mempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan sehingga daya tahan penghuninya
menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti ISPA. Kepadatan di
dalam kamar terutama kamar balita yang tidak sesuai dengan standar akan meningkatkan suhu
ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan kelembaban
akibat uap air dari pernapasan tersebut. Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni
ruangan tidur maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri.
Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh
peningkatan CO2 ruangan dan dampak peningkatan CO2 ruangan adalah penurunan kualitas
udara dalam ruangan.Artinya balita yang tinggal dalam rumah dengan padat penghuni
merupakan faktor resiko untuk terjadinya ISPA[2,3,6]. Penggunaan Anti Nyamuk Bakar
Penggunaan anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya
pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan. Artinya balita yang tinggal dalam
rumah yang menggunakan obat nyamuk bakar merupakan faktor resiko untuk terjadinya
ISPA[2,3,6]. Bahan Bakar Untuk Memasak ISPA merupakan penyakit yang paling banyak di
derita anak-anak. Salah satu penyebab ISPA adalah pencemaran kualitas udara di dalam ruangan
seperti pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan asap rokok. Artinya balita
yang dirumahnya menggunakan bahan bakar minyak tanah/kayu bakar berpeluang menderita
ISPA sebesar 2,24 kali lebih banyak dibanding dengan balita yang dirumahnya menggunakan
bahan bakar gas[2,3,6]. Keberadaan Perokok Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi
juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun
antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hidrocarbons (PAHs) dan lain-
lain[2,3,6]. Tingginya prevalensi perokok pasif pada balita dan umur muda disebabkan karena
mereka masih tinggal serumah dengan orangtua ataupun saudaranya yang merokok dalam
rumah.Balita yang perokok pasif inilah yang lebih rentan terkena ISPA.

PENYAKIT SIFILIS
AGEN ; Sifilis adalah infeksi dapat disembuhkan yang disebabkan oleh bakteri yang disebut
Treponema pallidum. Infeksi ini menular seksual, dan juga dapat ditularkan dari ibu ke janinnya
selama kehamilan. Sebagai penyebab penyakit ulkus kelamin, sifilis telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko penularan HIV dan akuisisi.Kebanyakan orang dengan sifilis cenderung tidak
menyadari infeksi mereka dan mereka dapat menularkan infeksi ke kontak seksual mereka atau,
dalam kasus seorang wanita hamil, untuk anaknya yang belum lahir. Jika tidak diobati, sifilis
dapat menyebabkan konsekuensi serius seperti kematian lahir mati, prematur dan neonatal.

Host Sifilis ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka sifilis. Luka
terjadi terutama pada alat kelamin eksternal, vagina, anus, atau di dubur. Luka juga dapat terjadi
pada bibir dan mulut. Transmisi organisme terjadi selama hubungan seks vaginal, anal, atau oral.
Wanita hamil dengan penyakit ini dapat menularkan ke bayi mereka membawa. Sifilis tidak
dapat menyebar melalui kontak dengan kursi toilet, pegangan pintu, kolam renang, kolam air
panas, bak mandi, pakaian bersama, atau peralatanmakan

Environmental. Perubahan dalam sistem lingkungan dan pertanian global adalah salah satu faktor
diabaikan utama dalam munculnya, ketekunan dan munculnya kembali penyakit menular. Ini
juga berinteraksi dengan tren pembangunan ekonomi, pertumbuhan penduduk, urbanisasi,
migrasi dan polusi. Perubahan iklim dan variabilitas menambahkan faktor-faktor baru ini
konglomerat mengemudi pasukan, seperti halnya tren terkait dari over-dan di bawah-gizi. Ini
adalah di antara masalah yang akan dibahas oleh Kelompok Referensi baru Tematik (TRG) dari
para ahli internasional mengenai Penyakit Lingkungan, Pertanian dan Infeksi (TRG-4), yang
mengadakan pertemuan pertama 22-23 Oktober 2008 di Beijing, Cina. Kelompok ahli adalah
salah satu dari 10 upaya referensi seperti tematik dan penyakit-spesifik kelompok yang
diluncurkan oleh TDR pada tahun 2009 dan 2010 sebagai bagian dari fungsi Stewardship untuk
penyakit menular kemiskinan. Para TRG / DRGs bertujuan untuk mengevaluasi dan mensintesis
informasi ilmiah mengenai isu spesifik kesehatan global, memberikan bimbingan pada
kesenjangan penelitian prioritas dan kebutuhan yang harus ditangani.Muncul pada pertemuan
Beijing, Ayoade MJ Oduola, pemimpin Stewardship TDR, menekankan bahwa upaya Cina baru
berbasis mencerminkan komitmen TDR yang meningkat untuk mengatasi bagaimana perubahan
lingkungan global, termasuk perubahan iklim, dampak epidemiologi dan pengendalian penyakit
menular kemiskinan. Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

PENYAKIT TOXOPLASMOSIS
Agen (3) Penyebab toxoplasmosis adalah protozoa Toxoplasma Gondii, termasuk dalam sub-
kelas Coccidia. Parasit ini pertama kali ditemukan pada rodensia liar Afrika, Ctenodactylus
gondii, tahun 1908. Sejak saat itu, T. gondii ditemukan pada berbagai jenis mamalia dan aves
(bangsa burung).

Host (3) Sumber penular utama dari hewan ke manusia adalah oocyst yang telah mengalami
sporulasi dalam tinja kucing. Kucing piara (Felis catus) dan hewan-hewan tergolong Famili
(Felidae), antara lain jaguarondi (F. yagouaroundi), ocelot (F. paradalis), singa gunung (F.
concolor), leopard (F. bengalensis), dan bobcat (Lynx rufus) merupakan induk semang definitive
T. gondii. Bentuk kista dalam berbagai jaringan otot mamalia (sapi, kambing, dll) dan burung
dapat pula berperan sebagai penular, meskipun frekuensinya jauh lebih rendah dibandingkan
dengan kucing.

Lingkungan Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi


perkembangan toxoplasmosis.

PENYAKIT RABIES
AGEN ; Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus
Lysavirus. Semua anggota genus ini mempunyai persamaan antigen, namun dengan teknik
antibodi monoklonal dan nucleotide sequencing dari virus menunjukkan adanya perbedaan
tergantung spesies binatang atau lokasi geografis darimana mereka berasal. Virus yang mirip
dengan rabies yang ditemukan di Afrika (Mokola dan Duvenhage) jarang menyebabkan
kesakitan pada manusia mirip seperti rabies dan jarang yang fatal. Lyssavirus baru telah
ditemukan pertama kali pada tahun 1996, pada beberapa spesies dari Flying fox dan kelelawar di
Australia dan telah menyebabkan dua kematian pada manusia dengan gejala penyakit seperti
rabies. Virus ini untuk sementara diberi nama ”Lyssavirus kelelawar Australia”. Virus ini mirip
dengan virus rabies namun tidak identik dengan virus rabies klasik. Sebagian penderita penyakit
yang disebabkan oleh virus yang mirip rabies inim dengan teknik pemeriksaan standard FA test
kemungkinan didiagnosa sebagai rabies.
Host Hewan-hewan yang terkena virus rabies seperti Anjing, Kucing, Monyet, Musang. Dan
juga manusia.
Environment Penyakit ini sering terjadi di lingkungan dimana anjing lebih banyak dari pada
orang yang tinggal disitu.

PENYAKIT TETANUS
AGEN Tetanus disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani.

Host penyakit tetanus adalah manusia dan hewan, khususnya hewan vertebrata, seperti kucing,
anjing, dan kambing.
Enviroment Tetanus merupakan penyakit infeksi yang prevalensi dan angka kematiannya masih
tinggi. Tetanus terjadi di seluruh dunia, terutama di daerah tropis, daerah dengan cakupan
imunisasi DPT (Diphtheria, Pertussis and Tetanus) yang rendah dan di daerah peternakan.
Tetanus merupakan infeksi berbahaya yang bisa mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini ditemukan di tanah dan feses manusia dan
binatang. Karena itulah, daerah peternakan merupakan daerah yang rentan untuk terjadinya kasus
tetanus. Pada tahun 2001, diperkirakan 282.000 orang di seluruh dunia meninggal karena tetanus,
yang terbesar terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, yang merupakan daerah tropis.

PENYAKIT PERTUSIS
Agent penyakit pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis. Bordetella pertusis
adalah suatu kuman yang kecil ukuran 0,5-1 um dengan diameter 0,2-0,3 um , ovoid kokobasil,
tidak bergerak, gram negative , tidak berspora, berkapsul dapat dimatikan pada pemanasan 50ºC
tetapi bertahan pada suhu tendah 0- 10ºC dan bisa didapatkan dengan melakukan swab pada
daerah nasofaring penderita pertusis yang kemudian ditanam pada media agar Bordet-Gengou

Penyakit ini dapat ditemukan pada semua umur,mulai dari bayi sampai dewasa. Dengan
kemajuan perkembangan antibiotika dan program imunisasi maka mortalitas dan morbilitas
penyakit ini menurun, namun demikian penyakit ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan bila mengenai bayi – bayi.

PENYAKIT Demam tifoid


AGEN adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Terdapat tiga bioserotipe yaitu Salmonella paratyphi A, B ( Salmonella schottmuelleri), dan C
(Salmonella hirschefildii). Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi. S.typhi adalah
bakteri gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidal membentuk spora. Bakteri
ini akan mati pada pemanasan 57oC selama beberapa menit.

Host Salmonella typhi banyak ditemukan di negara-negar berkenbang yang higiene pribadi dan
sanitasi lingkungannya kurang baik. Manusia adalah host hanya alami dan reservoir. Infeksi ini
ditularkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran. S.typhi jega
dapat disebarkan oleh serangga yang kemudian mengkontaminasi makanan dan minuman.
Environtment Salmonella typhi banyak ditemukanpada lingkungan yang kotor dengan sanitasi
yang kurrang baik. Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia.
Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di
daerah yang kebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.Lingkungan yang kurang
sehat dan sanitasi yang kurang baik.

PENYAKIT MUMPS (PENYAKIT GONDONG)

Agent : Paramyxovirus dan Manusia yang telah terkena penyakit gondong

Host : Manusia yang berperilaku hidup kurang bersih dan kurang sehat serta tidak menggunakan
pelindung ataupun masker ketika kontak dengan penderita gondong. Gangguan ini cenderung
menyerang anak-anak yang berumur 2-14 tahun.
Environment : Lingkungan yang kurang bersih dan sehat

PENYAKIT TRAKOMA (Konjungtivitis Trakomatosa)

Agent dari penyakit trakoma ini yaitu chlamidia trachomasis.

Host nya adalah manusia terutama pada remaja dan anak – anak yang berumur 3 – 5 tahun.

Environment nya adalah lingkungan sosial dan ekonomi. Lingkungan yang hygiene nya kurang
dan ekonomi bawah lebih rentan terjangkit penyakit mata ini. Make Google view image button
visible again: https://goo.gl/DYGbub

PENYAKIT HEPATITIS A

AGEN Hepatitis A adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV) virus
genom RNA beruntai tunggal dan linear dengan ukuran 7.8 kb. Virus hepatitis A merupakan
anggota famili pikornaviradae berukuran 27-32 nm dengan bentuk partikel yang membulat. HAV
mempunyai simetri kubik, tidak memiliki selubung, serta tahan terhadap panas dan kondisi asam.

HOST HVA menyerang manusia, baik dewasa maupun anak-anak. Siapapun yang belum pernah
terinfeksi atau divaksinasi dapat terkena hepatitis A. Di daerah di mana virus tersebar luas,
sebagian besar yang terinfeksi HAV adalah anak usia dini. Faktor risiko lain untuk virus hepatitis
A antara lain obat-obatan suntik, tinggal serumah dengan orang yang terinfeksi, atau mitra
seksual dari seseorang dengan infeksi HAV akut.
ENVIRONMENT Orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk memiliki risiko yang
lebih tinggi. Sistem sanitasi yang buruk menyebabkan penularan penyakit lebih mudah, dan
karena itu lebih banyak kasus yang muncul. Data yang terdapat pada Statistik Kesejahteraan
Rakyat 2007 menyebutkan bahwa presentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum
terlindung sebesar 81.48 %. Provinsi dengan presentase terbesar dengan rumah tangga yang
memiliki sumber air minum terlindung adalah DKI dengan presentase 98.94%. Sedangkan
provinsi dengan presentase terkecil rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung
adalah Bengkulu, 45.93%. Sementara provinsi Sumatera Selatan memiliki presentase rumah
tangga dengan sumber air minum terlindung sebesar 62.99%. Orang yang tinggal di daerah padat
penduduk memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar HAV. Berdasarkan data Biro Pusat
Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2007 tercatat sebesar 225.642.124 dengan
tingkat kepadatan penduduk 118 per km2. Tingkat kepadatan paling tinggi masih didominasi
oleh provinsi-provinsi di pulau Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan tertinggi adalah DKI
Jakarta, yaitu sebesar 13.651 jiwa per km2. Kepadatan penduduk terendah di provinsi Papua,
yaitu hanya 6 jiwa per km2. Selain sanitasi yang tidak baik dan kepadatan penduduk, penyakit
ini juga erat terkait dengan kebersihan pribadi (personal hygiene) yang buruk. Umumnya
masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk sebagai tujuan dari urbanisasi akan
membentuk perkampungan kumuh (slum area) dikarenakan keadaan ekonomi yang belum
memadai. Hal ini tentu akan memberikan dampak prilaku negatif terhadap kebersihan pribadi
masyarakat tersebut, yang akan cenderung tidak terlalu memperhatikan status kesehatan.

PENYAKIT KAKI GAJAH ( FILARIASIS ATAU ELEPHANTIASIS )

Agent Wuchereria bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan ( urban ) ditularkan oleh Culex
quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat perindukannya.
Wucheriria bancrofti yang di daerah pedesaan ( rural ) dapat ditularkan oleh bermacam spesies
nyamuk. Di Irian Jaya, Wuchereria bancrofti terutama ditularkan oleh Anopheles farauti yang
menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat perindukannya. Di daerah pantai di NTT,
Wuchereria bancrofti ditularkan oleh Anopheles subpictus. Brugia Malayi yang hidup pada
manusia dan hewan ditularkan oleh berbagai spesies Mansonia seperti Mn.uniformis,
Mn.bonneae, dan Mn.dives yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, dan
Maluku. Di daerah Sulawesi, B.malayi ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang
menggunakan sawah sebagai tempat perindukannya. Brugia timori ditularkan oleh Anopheles
barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah
pedalaman. Brugia timori hanya ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur (10).
Host Cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia. Manusia yang mengandung parasit
dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada umumnya laki-laki lebih dmudah terinfeksi,
karena memiliki lebih banyak kesempatan mendapat infeksi (exposure). Hospes reservoar adalah
hewan yang dapat menjadi hospes bagi cacing filaria, misalnya Brugia malayi yang dapat hidup
pada kucing, kera, kuda, dan sapi
Environment Kasus penderita filariasis khas ditemukan di wilayah dengan iklim sub tropis dan
tropis seperti di Indonesia (5). Daerah Endemis biasanya merupakan daerah dataran rendah yang
berawa dengan di sana-sini dikelilingi oleh daerah yang bersemak belukar dan berhutan (6).
Filariasis pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1877, setelah itu tidak muncul dan
sekarang muncul kembali. Filariasis tersebar luas hampir di seluruh Propinsi di Indonesia (5).
Sebanyak 26 provinsi di Indonesia dikatakan endemis penyakit kaki gajah, antara lain Sumatera,
sebagian wilayah Jawa dan Bali

PENYAKIT HEPATITIS B

Agen (5) Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus. Virus hepatitis B
atau partikel Dane merupakan partikel bulat berukuran 42nm dengan selubung fosfolipid
(HbsAg) (2,5). Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan HBeAg.
Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr,
ayw, dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya.Subtype adw terjadi
di Eropah, Amerika dan Australia. Subtype ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtype adw
dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtype adr terjadi di Jepang dan
China. b. Host (5) Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi: · Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering pada bayi dan anak (25 -45,9
%) resiko untuk menjadi kronis, menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90
% akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada orang dewasa 3-10%
(Markum, 1997). Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi dalam jumlah cukup untuk
menjamin terhindar dari hepatitis kronis. · Jenis Kelamin Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih
sering terinfeksi hepatitis B Dibanding pria. · Mekanisme Pertahanan Tubuh Bayi baru lahir atau
bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang
sering terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi hepatitis B. Hal
ini karena sistem imun belum berkembang sempurna. · Kebiasaan Hidup Sebagian besar
penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti
homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian akupuntur. ·
Pekerjaan Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah dokter, dokter
bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana mereka
dalam pekerjaan sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air
kemih).

Lingkungan (5) Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi
perkembangan hepatitis B. Yang termasuk faktor lingkungan adalah: § Lingkungan dengan
sanitasi yang jelek. § Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi. § Daerah unit
pembedahan: Ginekologi, gigi, mata. § Daerah unit laboratorium. § Daerah unit Bank Darah. §
Daerah tempat pembersihan. § Daerah dialisa dan transplantasi. § Daerah unit perawatan
penyakit dalam.

PENYAKIT Hepatitis C

Agent Hepatitis C di sebabkan oleh virus Hepatitis C atau sering dikatakan virus Hepatiis non-A
non-B atau juga HVC. HCV merupakan genus tersendiri dalam famili Flavi-viridae, diameternya
60 nm dan ber-envelop, bentuk capsidnya icosahedral, mempunyai sebuah RNA yang linear,
single-stranded dan positive-sense, dengan 9500 nukleotida. Virus Hepatitis C masuk ke sel hati,
menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian
menginfeksi banyak sel lainnya.

Host HCV menyerang hati manusia dan merusak hati manusia. Orang-orang yang rentan
memiliki resiko tinggitertular selain penerima transfuse darah (karena 48% Negara melaporkan
jika mereka tidak menguji 100% darah yang mereka kelola. Berarti masih ada kemungkinan
penyebaran lewat transfuse darah), adalah: - Pasien dan staff yang menangani cuci darah -
Penderita Hemofilia. - Mereka yang berhubungan dengan peralatan medis yang tidak steril - Para
pasien akupuntur - Mereka yang bertato -Pasangan Seks Penderita -Anak/Bayi dari ibu pengidap
Hepatitis C
Environment Hepatitis C biasanya terjadi dilingkungan orang orang yang suka menyuntikkan
narkoba. Dan juga pada lingkungan yang orang-oranya berprilaku seks bebas

PENYAKIT ANTHRAKS

Agen dari antraks adalah bakteri yang disebut Bacillus anthracis yang bersifat Gram-positif dan
aerobik yang berukuran panjang 1-9 mikrometer. Pada penyakit antraks agent utamanya yaitu
bakteri Bacillus anthracis. Bacillus anthracis adalah organisme berbentuk batang yang sifatnya
aerobik, gram positif, tidak bergerak, dan mampu membentuk spora . Dalam kondisi tidak
kondusif untuk tumbuh dan memperbanyak diri, maka kuman akan mulai membentuk spora.
Untuk pembentukan spora diperlukan keberadaan oksigen bebas. Dalam situasi alamiah, siklus
vegetatif terjadi dalam lingkungan rendah oksigen dari induk semang terinfeksi, dan dalam tubuh
induk semang organisme tersebut secara khas berada dalam bentuk vegetatif. Begitu berada di
luar tubuh induk semang, spora mulai terbentuk dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap
udara. Bentuk spora esensialnya adalah fase eksklusif di lingkungan.

Host Dalam hal ini yang menjadi host pada penyakit antraks yaitu manusia dan hewan ternak itu
sendiri. Manusia yang terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak langsung dengan
hewan sakit, Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di tanah/rumput
dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang
sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah., Mengkonsumsi daging hewan yang sakit/mati dan
produknya karena antraks dan Pernah dilaporkan melalui gigitan serangga Afrika yang telah
memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks, serta Penularan dari manusia ke manusia
jarang terjadi.
Lingkungan Lingkungan yang kemungkinan penyebaran penyakita ntraks lebih cepat yaitu pada
daerah peternakan dan pada iklim kering dan cuaca panas. Dalam hal ini, iklim kemungkinan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung cara bagaimana ternak kontak dengan
spora antraks. Sebagai contoh, selama periode kering ternak merumput lebih dekat dengan tanah
oleh karena kebanyakan tanaman atau vegetasi menjadi layu dan juga meranggas, sehingga
membuka lebih besar kemungkinan spora antraks tertelan oleh ternak. Begitu juga pola perilaku
musim meningkatkan kemungkinan pendedahan terhadap spora antraks. Terjadinya wabah
antraks dilaporkan seringkali didahului dengan perubahan ekologi atau iklim yang jelas, seperti
banjir atau hujan yang diikuti dengan kekeringan.

PENYAKIT GONORE (Kencing Nanah)

Agent Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae, bakteri ini hanya ditemukan
setelah kontak seksual dengan orang yang terinfeksi (atau kontak langsung, dalam kasus infeksi
pada bayi baru lahir). Dalam kosakata dari kesehatan masyarakat dan medis mikrobiologi N.
gonorrhoeae sering disebut sebagai "gonokokus". Neisseria gonorrhoeae adalah kokus Gram-
negatif yang relatif kecil, biasanya terlihat dalam pasangan dengan sisi-sisi yang berdekatan rata.
Organisme ini sering diamati dalam sel fagositik (neutrofil) yang telah menjadi bagian dari
eksudat pustular gonore. N. gonorrhoeae adalah organisme yang relatif rapuh, rentan terhadap
perubahan suhu, pengeringan, cahaya uv, dan kondisi lingkungan lainnya. Ini juga merupakan
nutrisi "cerewet" bakteri sehingga memerlukan darah atau hemoglobin dan beberapa asam amino
dan vitamin untuk tumbuh. Di laboratorium, budaya harus tumbuh di 35-36 derajat dalam
suasana 3-10% CO 2

Host dari penyakit gonore adalah manusia baik wanita maupun pria , yang melakukan hubungan
seksual dengan penderita yang telah terinfeksi sebelumnya . Pria memiliki resiko 20% terkena
infeksi dari satu tindakan hubungan seksual vagina dengan seorang wanita terinfeksi gonore.
Risiko bagi laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (MSM) yang lebih tinggi. Wanita
memiliki risiko 60-80% mendapatkan infeksi dari satu tindakan hubungan seksual vagina dengan
seorang pria terinfeksi gonore. Seorang ibu yang terinfeksi dapat mengirimkan gonore ke
bayinya selama persalinan, kondisi yang dikenal sebagai oftalmia neonatorum

Lingkungan yang sangat berpengaruh pada terjadinya penyakit gonore adalah lingkungan social
dari masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat misalnya perubahan pola
pikir, gaya hidup, prilaku dan perubahan budaya seiring dengan perkembangan zaman dan
teknologi mengakibatkan perubahan pada nilai moral dan agama pada masyarakat. Perubahan
tersebut tidak hanya mempunyai pengaruh yang baik tetapi juga menimbulkan dampak negative,
zaman sekarang banyak masyarakat yang mengikuti budaya yang salah seperti seks bebas dan
bergonta-ganti pasangan , yang mengakibatkan penularan penyakit kelamin seperti gonore
semakin meningkat . Lingkungan yang berisiko terkena penyakit menular seksual (tempat
pelacuran)

PENYAKIT CHIKUNGUNYA

Agent Virus chikungunya (CHIKV), suatu arthropoda borne virus (arbovirus) dari genus
Alphaviruses famili Togaviridae, yang pada umumnya disebarluaskan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Host Virus Chikungunya (CHIKV) diyakini memiliki siklus sylvatic dan terdapat pada monyet
vervet, babon, monyet macaque, lemur dan tikus. Pada manusia, virus ini tidak memiliki
pengaruh khusus terhadap usia atau jenis kelamin tetapi tampak bahwa anak-anak, orang tua dan
keadaan immunocompromise merupakan yang paling mudah terpengaruh.

Environment Para Ae spesies. albopictus berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air,
seperti sekam kelapa, buah kakao, tunggul bambu, lubang pohon dan kolam batu, contoh lain
seperti ban kendaraan dan piring di bawah pot-pot tanaman. Habitat Nyamuk Ae. albopictus juga
di daerah pedesaan serta pinggiran kota dan taman kota teduh. Nyamuk Ae. aegypti lebih erat
hubungannya dengan tempat tinggal manusia karena nyamuk-nyamuk tersebut berkembang biak
pada tempat-tempat disekitar ruangan , seperti vas bunga, tempat penyimpanan air dan bak
kamar mandi, demikian juga dengan nyamuk Ae. albopictus.

PENYAKIT Malaria

Faktor Host (Manusia) Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap orang dapat terkena penyakit
malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin karena berkaitan dengan
perbedaan tingkat kekebalan dan frekuensi keterpaparan gigitan nyamuk. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerentanaan seseorang adalah 1. Ras atau suku bangsa. Di Afrika, apabila
prevalensi hemoglobin S (HbS) cukup tinggi, penduduknya lebih rentan terhadap infeksi
P.falcifarum. penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa HbS menghambat P.falcifarum baik
sewaktu invasi maupun berkembang biak. 2. Kurangnya suatu enzim tertentu. Kurangnya enzim
G6PD (Glucosa 6-Phosphat Dehydrogenase) memberikan perlindungan terhadap infeksi
P.Falcifarum yang berat. Walaupun demikian, kurangnya enzim ini merugikan ditinjau dari segi
pengobatan dengan golongan Sulfonamid dan Primakuin oleh karena dapat terjadi hemolisis
darah. Defisiensi enzim G6PD ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada
perempuan. 3. Kekebalan pada manusia terjadi apabila tubuh mampu menghancurkan
Plasmodium yang masuk atau menghalangi perkembangannya
Faktor Agent (Plasmodium) Penyakit malaria adalah suatu penyakit akut atau sering kronis yang
disebabkan oleh parasit genus plasmodium (Class Sporozoa). Sifat-sifat spesifik parasit berbeda-
beda untuk setiap spesies malaria dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan
penularan.
Faktor Lingkungan Beberapa faktor lingkungan yang cukup ideal mendukung keberadaan
penyakit malaria di Indonesia, antara lain: lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara, curah
hujan, ketinggian, angin), lingkungan biologik dan lingkungan sosial-budaya.

PENYAKIT HERPES

Agent Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae

Host Herpes zoster sering dijumpai pada orang dewasa, jarang terjadi pada anak-anak. Walaupun
herpes zoster sering dijumpai pada orang dewasa, namun herpes zoster dapat juga terjadi pada
bayi yang baru lahir apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa kehamilan. Dari hasil
penelitian, ditemukan sekitar 3% herpes zoster pada anak, biasanya ditemukan pada anak-anak
yang immunokompromis dan menderita penyakit keganasan7. Sedangkan Infeksi HSV-1 lazim
pada anak-anak dan infeksi HSV-2 pada adolesen dan dewasa muda9. Herpes genital juga dapat
ditularkan dari Ibu hamil yang menderita herpes genital ke janin / bayi baru lahir
Environment Pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses
penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas
gelembung/lepuh yang pecah7. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-
kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang6. Kebiasaan, orientasi seksual dan
gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih
sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. virus akan menjalani
reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam
hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi
primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan
pencernaan,kelelahan, makanan yang merangsang, dan alcohol.

PENYAKIT RUBELLA

Agent Rubella atau campak Jerman atau Measles adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus Rubella atau virus campak. Virus ini biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan
seperti hidung dan tenggorokan. Anak- anak biasanya sembuh lebih cepat dibanding orang
dewasa. Virus ini menular lewat udara.

Host Dalam hal ini manusia lah yang menjadi host atau target penyakit rubella. Rubella juga
biasanya ditularkan oleh ibu kepada bayinya, maka disarankan untuk melakukan tes rubella
sebelum hamil. Bayi yang terkena virus rubella selama didalam kandungan beresiko cacat. Umur
terbanyak menderita campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1 – 4 dan 5 – 14 tahun.
Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, dan kelainan pada janin, yang
terjadi jika infeksi rubella ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama.
Infeksi rubella yang terjadi pada usia kehamilan >12 minggu jarang menyebebkan kelainan.
Rubella dapat menyerang siapa saja dari segala usia dan umumnya merupakan penyakit ringan,
jarang terjadi pada bayi atau mereka yang berusia di atas 40. Semakin tua seseorang adalah lebih
parah gejala yang mungkin. Sampai dengan sepertiga anak perempuan lebih tua atau wanita
mengalami nyeri sendi atau gejala jenis rematik dengan rubella. Virus ini dikontrak melalui
saluran pernafasan dan memiliki masa inkubasi 2 sampai 3 minggu. Selama periode inkubasi,
pembawa menular tetapi mungkin tidak menunjukkan gejala
Environment Pada lingkungan tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan
dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin
mereka dalam jumlah besar, sehingga menjadi sumber infeksi.

PENYAKIT KLAMIDIA

Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini dapat ditularkan dari satu
orang ke orang lain selama hubungan seks. Klamidia juga dapat ditularkan dari ibu yang
terinfeksi kepada bayinya selama kelahiran vagina. Bayi yang tertulari akan mengalami
peradangan paru (pneumonia) atau mata (konjunktivitis)

Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya termasuk burung dan arthropoda yang menjadi
tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit.Host penyakit klamidia adalah anak usia
muda(remaja) yang bisa menyerang laki-laki ataupun pada perempuan yang kebiasaan hidup
atau kehidupan sosialnya selalu berganti-ganti pasangan yang dapat menyebabkan tertularnya
penyakit kelamin tersebut.sehingga agent bertahan hidup pada host yang rentan tertular penyakit
tersebut.
ENVIRONTMENT Lingkungan social sangat berpengaruh pada terjadinya penyakit klamidia,
perubahan demografik seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi, pergerakan
masyarakat yang meningkat akibat perkerjaan ataupun pariwisata dan kemajuan sosial ekonomi.
Akibat perubahan-perubahan demografik tersebut maka terjadi pergeseran pada nilai moral dan
agama pada masyarakat.selain itu,budaya juga dapat berpengaruh pada terjadinya penularan
penyakit kelamin. Salah satu budaya bebas yang salah dianut dan salah diartikan adalah budaya
seks bebas

PENYAKIT Infeksi Nosokomial

Agent Pasien yang berada dirumah sakit memungkinkan mereka tidak terlindungi dari
bermacam-macam mikroorganisme. Hubungan antara pasien dan mikoroorganisme itu sendiri
akibat dari perkembangan penyakit klinis – factor lain yang mempengaruhi sifat dasar dan
frekuensi dari infeksi nosocomial. Kemungkinan pertama yang penting untuk mempercayai
sebagian infeksi dalam karakteristik mikroorganisme, termasuk resistensi terhadap antimicrobial
agen, virulensi dan jumlah dari bahan yang terinfeksi. Banyak bakter, virus, fungi dan parasite
lain yang memungkinkan menyebabkan infeksi nosocomial. Infeksi kemungkinan disebabkan
oleh mikroorganisme yang diperoleh dari orang lain di rumah sakit (cross-infeksi) atau dapat
disebabkan oleh dari dalam diri individu itu sendiri (endogenous-infeksi). Beberapa organisme
diperoleh dari kontaminasi yang bersumber dari manusia lain. 3 Sebelum pengenalan dasar-dasar
praktik yang hygiene dan antibiotic ke dalam praktik medic, kebanyakan rumah sakit
berhubungan dengan zat-zat pathogen (penyakit yang disebabkan oleh makanan dan udara,
tetanus, etc) ataujuga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak ada didalam diri
individu (diphtheria, tuberculosis). Kebanyakan infeksi diperoleh di rumah sakit disebabkan oleh
mikroorganisme yang mana biasanya dari populasi yang umum, yang mereka menyebabkan
tidak atau lebih sedikit penyakit daripada diantara pasien rumah sakit.

Host - pasien sendiri Pasien mungkin mendapak infeksi nosocomial akibat kondisi tubuhnya
tidak fit atau imunitas yang rendah, umur, penyakit bawaan, diagnosis dan terapi. Dapat
menyerang seluruh umur, anak-anak, muda, tua yang mana resistensi tubuhnya terhadap infeksi
menurun. Pasien yang mempunyai riwayak penyakit kronis seperti tumor ganas, leukemia,
diabetes militus, gagal ginjal, AIDS mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk terserang
bakteri pathogen. 3 - Staf Rumah Sakit Dokter dan personeil paramedic merupakan sumber
infeksi yang penting dalam terjadinya infeksi nosocomial, perlu diperhatikan kesehatan dan
kebersihannya, pengetahuan tentang septik dan aseptic, dan keterampilan teknik perawatan. 2 -
Keluarga pasien yang berkunjung Jika keluarga pasien tidak mematuhi peraturan yang ada di
rumah sakit, maka akan menyebabkan kemungkinan bagi mereka untuk terserang infeksi
nosocomial ini. Terlebih lagi mereka mempunya kemiripan factor gen. 3. Lingkungan Faktor
Lingkungan tak kalah pentingnya sebagai penunjang untuk terjadinya infeksi nosocomial bagi
pasien yang dirawat. Umumnya pasien yang dirawat diharuskan menampung sputumnya setiap
kali batuk. Kebanyakan pasien membuang sputum yang berkumpul tersebut di WC atau di kamar
mandi terkontaminasi bakteri yang ada di sputum. Hal ini perlu mendapat perhatian, arena
dilaporkan bahwa air mandi yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen dan berhasil
merenggut korban sebanyak 128 dan meninggal 29 orang. Sedangkan sirkulasi udara perlu
mendapat perhatian. Sepeti dibangsal-bangsal yang dihuni oleh banyak pasien. Di ruangan ini
sirkulasi udara kurang baik, sehingga terjadinya infeksi nosocomial pada pasien yang dirawat
mungkin sekali. Mengenani pembuangan bahan yang harus dibuang yang perlu mendapat
perhatian adalah pembuangan sputum yang dilakukan oleh pasien di kamar mandi / WC akan
berbahaya tidak saja bagi pasien, tetapi juga bagi petugas / orang lain.

PENYAKIT FLU BURUNG

Agent Virus penyebab flu burung tergolong family orthomyxoviridae2. Virus terdiri atas 3 tipe
antigenik yang berbeda, yaitu A, B, dan C. Virus influenza A bisa terdapat pada unggas,
manusia, babi, kuda, dan kadang-kadang mamalia yang lain, misalnya cerpelai, anjing laut, dan
ikan paus. Namun, sebenarnya horpes alamiahnya adalah unggas liar. Sebaliknya, virus influenza
B dan C hanya ditemukan pada manusia1. Penyakit flu burung yang disebut pula avian influenza
disebabkan oleh virus influenza A2. Virus ini merupakan virus RNA dan mempunyai aktivitas
haemaglutinin (HA) dan neurominidase (NA). Pembagian subtipe virus berdasarkan permukaan
antigen, permukaan hamagluinin, dan neurominidase yang dimilikinya

Host sendiri merupakan adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang dalam suatu keadaan
menimbulkan penyakit pada organisme tersebut. Jika membicarakan masalah penyakit flu
burung pada manusia maka host yang dimaksud adalah manusia. Faktor intristik pada flu burung
diantaranya kekebalan tubuh (imunitas) dan pola pikir seseorang1. Flu burung sebenarnya tidak
mudah menular dari hewan yang telah terinfeksi, namun jalan untuk penularan itu akan semakin
mudah apabila seseorang itu berada dalam kondisi yang lemah dan tidak memiliki system imun
yang baik, begitu pula dengan pola pikir orang yang masih tidak percaya dan terkesan
meremehkan bahaya penyakit ini.

Faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga: a) Lingkungan Biologis Faktor lingkungan biologis
pada penyakit flu burung yaitu agent. Agent merupakan sesuatu yang merupakan sumber
terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1). Sifat virus ini
adalah mampu menular melalui udara dan mudah bermutasi. Daerah yang diserang oleh virus ini
adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat penyakit ini
sangat tinggi8. b) Lingkungan Fisik · Suhu Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu
yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang
pada saat itu sehingga secara tidak langsung berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus
menjangkiti seseorang. Selain itu virus flu burung juga memerlukan suhu yang optimal agar
dapat bertahan hidup8. · Musim Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya
faktor kebiasaan burung untuk bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin.
Misalkan burung-burung yang tinggal di pesisir utara Cina akan bermigrasi ke Australia dan
Asia Tenggara pada musim dingin, burung-burung yang telah terjangkit tersebut akan berperan
menularkan flu burung pada hewan yang tinggal di daerah musim panas atau daerah tropis
tempat burung tersebut migrasi8. · Tempat tinggal Faktor tempat tinggal pada penyakit flu
burung misalnya apakah tempat tinggal seseorang dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di
tempat tinggalnya apakah ada orang yang sedang menderita flu burung atau tidak8. c)
Lingkungan sosial Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang
membuat seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat Bali yang
menggunakan daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai
makanan tradisional. Begitu pula dengan orang- orang di eropa yang terbiasa mengonsumsi
daging panggang yang setengah matang atau bahkan hanya seper-empat matang. Selain itu juga
pada tradisi sabung ayam akan membuat risiko penyakit menular pada pemilik ayam semakin
besar

PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

Host Leptospirosis merupakan penyakit infeksi pada manusia dan binatang yang disebabkan oleh
bakteri leptospira yang berbentuk spiral dan bergerak aktif. Leptospirosis merupakan zoonosis
yang paling tersebar luas di dunia.(1) Leptospirosis dapat terjadi sepanjang tahun. Leptospirosis
kadang-kadang dapat masuk tubuh manusia melalui inhalasi tetesan urin atau melalui air minum.
Setelah infeksi, leptospira muncul dalam darah dan menyerang hampir semua jaringan dan
organ. kemudian dibersihkan dari tubuh oleh respon kekebalan tubuh terhadap infeksi.Namun,
mereka dapat menetap di tubulus berbelit-belit dari ginjal dan ditumpahkan dalam urin selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan dan kadang-kadang bahkan lebih lama. Mereka
kemudian dibersihkan dari ginjal dan organ lainnya, tetapi dapat bertahan di mata jauh lebih
lama. Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor
penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru.

Agent Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39
tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah
faktor resiko tinggi tertular penyakit ini.(4). Laki-laki memiliki risiko terkena leptospirosis
sebesar 3,59 kali dibandingkan perempuan.

Environmental. Risiko infeksi tergantung pada paparan. Bahkan, beberapa manusia memiliki
risiko tinggi terpajan karena pekerjaan mereka, lingkungan tempat tinggal mereka dan gaya
hidup mereka. Kelompok-kelompok kerja utama pada risiko termasuk pekerja peternakan dan
pertanian, pekerja toko hewan peliharaan, dokter hewan, selokan, pekerja hewan potong,
penangan daging, dan militer.(5) Di beberapa negara, praktis seluruh penduduk beresiko untuk
menderita penyakit ini terkontaminasi dalam kegiatan sehari-hari, misalnya padi dan perkebunan
tebu. . Kelembaban merupakan faktor penting dari kelangsungan hidup leptospira di lingkungan.
. Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir Gerakan bakteri
memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun mendukung
proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang. Di Indonesia, penularan
paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir Keadaan banjir menyebabkan adanya
perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur,
serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang
biak .Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan
kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.. Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan
sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya
reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat
terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus .

PENYAKIT DIFTERI

Host Manusia adalah inang atau host alamiah satu-satunya bagi Corynebacterium dhiptheriae.
Terjadinya penyakit dan kematian yang tertinggi ialah pada anak –anak berusia 2 sampai 5
tahun. Pada orang dewasa, difteri terjadi dengan frekuensi rendah.
Agent Corynebacterium diphtheria

Environment Penyakit ini dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang
kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.

PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU

Agent TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram positif, berbentuk batang
halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic (4). Karakteristik alami dari agen TBC hampir
bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada
dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama (5). Pada Host, daya infeksi dan kemampuan
tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Pathogenesis hamper rendah dan
daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan
problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi modern, sehingga
menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru (5). Umumnya sumber infeksinya berasal
dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung
dan tidak langsung, serta transmisi congenital yang jarang terjadi

Host Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan
kematian ; a. Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita b. Paling luas pada
masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan
momen kehamilan pada wanita c. Puncak sedang pada usia lanjut (6). Dalam prkembangannya,
infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan dewasa, terutama pria
dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari risiko infeksi (6). Pria
lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan
kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada
populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi sosioekonomi.
Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan dalam TBC, tetapi
mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat
resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi
TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian Status gizi, kondisi kesehatan secara umum,
tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan
besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa resistensi,
namun sulit untuk dievaluasi
Environment Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang
besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa
dipengaruhi musim dan letak geografis (6). Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada
kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan
kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan
dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan
urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, pengangguran
dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan
pencetus peningkatan epidemi penyakit ini (6). Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak
langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya
PENYAKIT DISENTRI

Agent Disentri basiler disebabkan oleh Shigella spp .Shigella adalah binatang tidak bergerak,
gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian tidak meragikan
laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan
gas6. Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii
dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak
ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia6. Sebaliknya S. sonnei paling sering
ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju

Host Shigelloides terdapat di mana-rnana tapi yang terbanyak terdapat di negara dengan tingkat
kesehatan perorangan yang sangat buruk1.Manusia sendiri merupakan surnber penularan dan
hospes alami dari penyakit ini, yang cara penularannya adalah secara oro- faecal
Environment Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan
dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah
sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat6. Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis
maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari kasus, yang
sebenarnya terjadi
PENYAKIT Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome

AGENT Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit
untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus tersebut. Daya penularan pengidap HIV
tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak
virus dalam darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga semakin
parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya sebenarnya sangat lemah dan
mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati bila dipanaskan sampai temperatur 60° selama 30
menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air. Seperti kebanyakan virus lain, virus AIDS ini
dapat dihancurkan dengan detergen yang dikonsentrasikan dan dapat dinonaktifkan dengan
radiasi yang digunakan untuk mensterilkan peralatan medis atau peralatan lain.
HOST Distribusi penderita AIDS di Amerika Serikat Eropa dan Afrika tidak jauh berbeda
kelompok terbesar berada pada umur 30 -39 tahun. Hal ini membuktikan bahwa transmisi
seksual baik homoseksual mapupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat
masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi terbesar terjadi pada
kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30 tahun. Pada tahun 2000 diperkirakan
Virus AIDS menular pada 110 juta orang dewasa dan 110 juta anak-anak. Hampir 50% dari 110
juta orang itu adalah remaja dan dewasa muda usia 13 -25 tahun. Informasi yang diperoleh dari
Pusat AIDS International fakultas Kesehatan Masyarakatat Universitas Harvard, Amerika Serikat
sejumlah orang yang terinfeksi virus AIDS yang telah berkembang secara penuh akan meningkat
10 kali lipat.
ENVIRONMENT Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan
penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwata ulkus genitalis, Herpes Simpleks dan STS
(Serum Test for Sypphilis) yang positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini
menjadi tempat masuknya HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB. Pada para
WTS di Nairobi terbukti bahwa kelompok yang menggunakan obat KB mempunyai prevalensi
HIV lebih tinggi. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama secara bersama-sama atau sendiri-
sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat. Bila semua faktor ini
menimbulkan permissiveness di kalangan kelompok seksual aktif, maka mereka sudah ke dalam
keadaan promiskuitas

PENYAKIT SWINE INFLUENZA (FLU BABI)

Agent 1.1 Virus Influenza Tipe A (H1N1) Badan Kesehatan Dunia, WHO, membenarkan bahwa
setidaknya sejumlah kasus adalah versi H1N1 influenza tipe A yang tidak pernah ada
sebelumnya [24]. H1N1 adalah virus yang menyebabkan flu musiman pada manusia secara rutin
[24]. Namun versi paling baru H1N1 ini berbeda: virus ini memuat materi genetik yang khas
ditemukan dalam virus yang menulari manusia, unggas dan babi [24]. Virus flu memiliki
kemampuan bertukar komponen genetik satu sama lain, dan besar kemungkinan versi baru H1N1
merupakan hasil perpaduan dari berbagai versi virus yang berbeda yang terjadi di satu binatang
sumber
Host Host (Penjamu) dari penyakit flu babi adalah manusia, babi, ataupun hewan lainnya. Sub
tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan
manusia.

Environment Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penularan flu babi antara lain
lingkungan fisik seperti musim [1], Penyakit ini cenderung mewabah di musim semi dan musim
dingin tetapi siklusnya adalah sepanjang tahun [24]. Ada banyak jenis flu babi dan seperti flu
pada manusia penyakit ini secara konstan berubah

PENYAKIT HIPERTENSI
Host (Penjamu)
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi pada penjamu :

a. Daya Tahan Tubuh


Penyakit Hipertensi dipengaruhi oleh daya tahan tubuh anusia itu senmdiri. Daya
tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktifitas, dan istirahat.
Kesibukan yang padat juga membuat orang kurang berolagraga dan berusaha mengatasi
stresnya dengan merokok , minum alkohol, atau kopi sehingga daya tahan tubuh menjadi
menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.

b. Genetik/keturunan
Pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi
(genetik) dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.

c. Umur
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis. Tetapi di atas usia tersebut, justru wanita (setelah
mengalami menapouse ) berpeluang lebih besar.
Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya
hipertensi di kalangan wanita usia lanjut. Namun sekarang penyakit hipertensi tidak
memandang golongan umur.

d. Jenis Kelamin
Pada umumnya lebih banyak pria menderita hipertensi dibandingkan dengan
perempuan. Wanita > Pria pada usia > 50 tahun
Pria > wanita pada usia < 50 tahun.

e. Adat Kebiasaan
Kebiasaan- kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi
orang tersebut seperti:
 Gaya hidup modern, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stres terjadi yang
berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta membuat orang kurang berolagraga
, dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal
semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang meningkatkan resiko hipertensi.
 Terbiasa untuk memakan makanan yang asin, sehingga sulit untuk dapat menerima
makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa
mengonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).
 Pola makan yang salah, dan salah dalam memilih makanan. Makanan yang diawetkan
dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan
tekanan darah kerana mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih.

f. Pekerjaan
Orang yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang jabatan
yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan,
akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan
dengan rekan mereka yang pekerjaannya lebih ringan. Stres yang terlalu besar dapat
memicu terjadinya hipertensi, penyakit jantung, dan stroke.

g. Ras/Suku
Ras/Suku : Di USA, orang kulit hitam > kulit putih. Di Indonesia penyakit hipertensi
terjadi secara bervariasi.

B. Agent (Penyebab Penyakit)


Agent adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi perjalanan suatu
penyakit. Untuk penyakit hipertensi yang menjadi agen adalah :

a. Faktor Nutrisi
 Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena
budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam,
serta kebiasaan memakan makanan yang mengandung banyak garam sehingga sulit
untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.
 Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi.
 Minuman berkafein dan beralkohol. Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga
dapat meningkatkan resiko hipertensi
 Konsumsi Makanan cepat saji juga merupakan salah satu penyebab Hipertensi, karena
mengandung penyedap yang berlebihan.

b. Faktor Kimia
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, Pil KB Kortikosteroid, Siklosporin,
Eritropoietin, Penyalahgunaan Alkohol, Kayu manis (dalam jumlah sangat besar).
c. Faktor Biologi
Penyebab tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti telah
membuktikan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/
atau peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan
resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok
abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL rendah
(kolesterol baik) dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor
pengatur tekanan darah.
Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit keturunan, namun
hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang
beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko
untuk terjadi hipertensi secara konsisten.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah
menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor
resiko terjadi hipertensi.

d. Faktor Fisik
 Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
 Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan
 Berat badan yang berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas.
Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan
berlebih dari tubuh terdebut. Karena itu obesitas termasuk salah satu yang meningkatkan
resiko hipertensi.
C. Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta


pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya gaya hidup kurang
baik seperti gaya hidupnya penuh dengan tekanan (Stres). Stres yang terlalu besar dapat
memicu terjadinya berbagai penyakit seperti hipertensi. Dalam kondisi tertekan adrenalin
dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
darah agar tubuh siap beraksi. Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres,
alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
memiliki kepekaan yang diturunkan.
Terdapatnya perbedaan keadaan geografis, dimana daerah Pantai lebih berisiko
terjadinya penyakit hipertensi dibading dengan daerah pegunungan, karena daerah
pantai lebih banyak terdapat natrium bersama klorida dalam garam dapur sehingga
Konsumsi natrium pada penduduk pantai lebih besar dari pada daerah pegunungan.
Penyakit hipertensi ditemukan di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi yang
cukup tinggi.
Dimana daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup modern lebih berisiko terjadinya
penyakit hipertensi dibandingkan dengamn daerah pedesaan.

PENYAKIT JANTUNG KORONER


Host
Host atau pejamu merupakan manusia yang menjadi faktor terjadinya suatu penyakit. Faktor-
faktor yang termasuk didalamnya adalah umur, jenis kelamin, ras, genetik dan lainnya.
a. Usia
Tanda dan gejala PJK banyak dijumpai pada individu-individu dengan usia yang lebih tua,
secara patogenesis permulaan terjadinya PJK terjadi sejak usia muda namun kejadian ini sulit
untuk diestimasi. Diperkirakan sekitar 2 % – 6 % dari semua kejadian PJK terjadi pada individu
dibawah usia 45 tahun. Memasuki usia 45 tahun bagi pria. Sangat penting bagi kaum pria untuk
menyadari kerentanan mereka dan mengambil tindakan positif untuk mencegah datangnya
penyakit jantung. Bagi wanita, memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopause dini (sebagai
akibat operasi).Wanita mulai menyusul pria dalam hal risiko penyakit jantung setelah mengalami
menopause.
Sebelum berusia 40 tahun, perbedaan kejadian PJK antara pria dan wanita adalah 8 : 1, dan
setelah usia 70 tahun perbandingannya adalah 1 : 1. Pada pria insiden puncak manifestasi klinik
PJK adalah pada usia 50 – 60 tahun, sedangkan pada wanita pada usia 60 – 70 tahun. Pada wanita
PJK terjadi sekitar 10-15 tahun lebih lambat daripada pria dan risiko meningkat secara drastis
setelah menopouse.
b.Genetik
Riwayat serangan jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol
yang tidak normal. Faktor familial dan genetika mempunyai peranan bermakna dalam
patogenesis PJK, hal tersebut dipakai juga sebagai pertimbangan penting dalam diagnosis,
penatalaksanaan dan juga pencegahan PJK. Penyakit jantung koroner kadang-kadang bisa
merupakan manifestasi kelainan gen tunggal spesifik yang berhubungan dengan mekanisme
terjadinya aterosklerotik.
Riwayat keluarga PJK pada keluarga yang langsung berhubungan darah
yang berusia kurang dari 70 tahun merupakan faktor risiko independent untuk terjadinya
PJK, dengan rasio odd dua hingga empat kali lebih besar dari pada populasi control. Agregasi PJK
keluarga menandakan adanya predisposisi genetik pada keadaan ini. Terdapat beberapa bukti
bahwa riwayat keluarga yang positif dapat mempengaruhi usia onset PJK pada keluarga dekat.
The Reykjavik Cohort Study menemukan bahwa pria dengan riwayat keluarga menderita
PJK mempunyai risiko 1,75 kali lebih besar untuk menderita PJK (RR=1,75;95% CI 1,59-1,92)
dan wanita dengan riwayat keluarga menderita PJK mempunyai risiko 1,83 kali lebih besar untuk
menderita PJK (RR=1,83; 95% CI 1,60-2,11) dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat
PJK.
c. Kebiasaan merokok.
Merokok merupakan faktor risiko mayor untuk terjadinya penyakit jantung, termasuk
serangan jantung dan stroke, dan juga memiliki hubungan kuat untuk terjadinya PJK sehingga
dengan berhenti merokok akan mengurangi risiko terjadinyaserangan jantung. Merokok sigaret
menaikkan risiko serangan jantung sebanyak 2 sampai 3 kali. Sekitar 24 % kematian akibat PJK
pada laki-laki dan 11 % pada perempuan disebabkan kebiasaan merokok. Meskipun terdapat
penurunan yang progresif proporsi pada populasi yang merokok sejak tahun 1970-an, pada tahun
1996 sebesar 29 % laki-laki dan 28 % perempuan masih merokok. Salah satu hal yang menjadi
perhatian adalah prevalensi kebiasaan merokok yang meningkat pada remaja, terutama pada
remaja perempuan. Orang yang tidak merokok dan tinggal bersama perokok (perokok pasif)
memiliki peningkatan risiko sebesar 20 – 30 % dibandingkan dengan orang yang tinggal dengan
bukan perokok. Risiko terjadinya PJK akibat merokok berkaitan dengan dosis dimana orang yang
merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari memiliki resiko sebesar dua hingga tiga kali
lebih tinggi daripada populasi umum untuk mengalami kejadian PJK.
Peran rokok dalam patogenesis PJK merupakan hal yang kompleks, diantaranya :
a. Timbulnya aterosklerosis.
b. Peningkatan trombogenesis dan vasokonstriksi (termasuk spasme arteri koroner)
c. Peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
d. Provokasi aritmia jantung.
e. Peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
f. Penurunan kapasitas pengangkutan oksigen.
g. Risiko terjadinya PJK akibat merokok turun menjadi 50 % setelah satu tahun berhenti merokok
dan menjadi normal setelah 4 tahun berhenti. Rokok juga
merupakan faktor risiko utama dalam terjadinya penyakit saluran nafas,
saluran pencernaan, cirrhosis hepatis, kanker kandung kencing dan penurunan kesegaran
jasmani.
Manfaat penghentian kebiasaan merokok lebih sedikit kontroversinya
dibandingkan dengan diit dan olah raga. Tiga penelitian secara acak tentang kebiasaan
merokok telah dilakukan pada program prevensi primer dan membuktikan adanya penurunan
kejadian vaskuler sebanyak 7-47% pada golongan yang mampu
menghentikan kebiasaan merokoknya dibandingkan dengan yang tidak. Oleh karena itu saran
penghentian kebiasaan merokok merupakan komponen utama pada program rehabilitasi jantung
koroner.
d. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan
penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data penelitian Departemen Kesehatan RI menunjukkan
hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat
seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya
pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi.
Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian,
dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit
jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007
juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi
penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%).
Prevalensi hipertensi yang tinggi terdapat baik pada populasi laki-laki maupun perempuan, di
perkotaan ataupun di pedesaan, dimana semakin tinggi usia semakin tinggi pula prevalensinya atau
bertambahnya usia kemungkinan terkena hipertensi juga menjadi lebih besar.
e. Obesitas
Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko peningkatan PJK, hipertensi,
angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada kesehatan jantung dan pembuluh
darah. Data dari Framingham menunjukkan bahwa apabila setiap individu mempunyai berat
badan optimal, akan terjadi penurunan insiden PJK sebanyak 25 % dan stroke/cerebro vascular
accident (CVA) sebanyak 3,5 %.
Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki
sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan dislipidemia. Hal tersebut ditempuh
dengan cara mengurangi asupan kalori dan menambah aktifitas fisik. Disamping pemberian daftar
komposisi makanan , pasien juga diharapkan untuk berkonsultasi dengan pakar gizi secara teratur.
f. Diabetes Militus
Penderita diabetes menderita PJK yang lebih berat, lebih progresif, lebih kompleks, dan lebih
difus dibandingkan kelompok control dengan usia yang sesuai. Diabetes mellitus berhubungan
dengan perubahan fisik-pathologi pada system kardiovaskuler. Diantaranya dapat berupa disfungsi
endothelial dan gangguan pembuluh darah yang pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya
coronary artery diseases (CAD). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya mikroangiopati,
fibrosis otot jantung, dan ketidaknormalan metabolisme otot jantung.
Pada diabetes tergantung insulin (NIDDM), penyakit koroner dini dapat dideteksi pada
studi populasi sejak decade keempat, dan pada usia 55 tahun hingga sepertiga pasien meninggal
karena komplikasi PJK, adanya mikroalbuminemia atau nefropati diabetic meningkatkan risiko
PJK secara bermakna.
Risiko terjadinya PJK pada pasien dengan NIDDM adalah dua hingga empat kali lebih tinggi
daripada populasi umum dan tampaknya tidak terkait dengan derajad keparahan atau durasi
diabetes, mungkin karena adanya resistensi insulin dapat mendahului onset gejala klinis 15 – 25
tahun sebelumnya. Sumber lain mengatakan bahwa, pasien dengan diabetes mellitus berisiko lebih
besar (200%) untuk terjadinya cardiovasculair diseases dari pada individu yang tidak diabet.
g. Jenis Kelamin dan Hormon Seks
Laki-laki memiliki risiko lebih besar terkena serangan jantung dan kejadiannya lebih awal
dari pada wanita. Morbiditas penyakit PJK pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan
dengan wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki darpada
perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah
menopouse insiden PJK meningkat dengan pesat, tetapi tidak sebesar insiden PJK pada laki-laki.
Perokok pada wanita mengalami menopouse lebih dini daripada bukan perokok. Gejala PJK pada
perempuan dapat atipikal, hal ini bersama bias gender, kesulitan dalam interpretasi pemeriksaan
standart (misalnya : tes latihan treadmill) menyebabkan perempuan lebih jarang diperiksa
dibandingkan laki-laki. Selain itu manfaat prosedur revaskularisasi lebih menguntungkan
pada laki-laki dan berhubungan dengan tingkat komplikasi perioperatif yang lebih tinggi pada
perempuan.
Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko PJK sekitar tiga kali lipat
tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa risiko dengan preparat generasi ketiga terbaru
lebih rendah. Terdapat hubungan sinergis antara penggunaan kontrasepsi oral dan merokok dengan
risiko relatif infark miokard lebih dari 20 : 1.
Faktor risiko kardiovaskuler mayor serupa pada kedua jenis kelamin, tetapi pria biasanya
menderita PJK 10 sampai 15 tahun lebih awal daripada wanita. Hingga berusia 60 tahun, di
Amerika Serikat, hanya 1 dari 17 wanita yang sudah mengalami kelainan koroner, sedangkan pria
1 dari 5. Sesudah usia 60 tahun, PJK menjadi penyebab utama kematian wanita, sama dengan pria.
h. Ras
Pada kelompok masyarakat kulit putih maupun kulit berwarna, laki-laki mendominasi
kematian akibat PJK, tetapi lebih nyata pada kulit putih dan lebih sering ditemukan pada usia muda
dari pada usia lebih tua. Onset PJK pada wanita kulit putih umumnya 10 tahun lebih lambat
dibanding pria, dan pada wanita kulit berwarna hitam lebih lambat sekitar 7 (tujuh) tahun.
Insidensi kematian dini akibat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi lokal dan juga angka yang rendah pada rasAfro-Karibia.
i. Aktivitas Fisik
Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskuler, yaitu peningkatan
curah jantung dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif.
Aktivitas aerobik secara teratur menurunkan risiko PJK, meskipun hanya 11 % laki-laki dan 4 %
perempuan memenuhi target pemerintah untuk berolah raga. Disimpulkan juga bahwa olah raga
secara teratur akan menurunkan tekanan darah sistolik, menurunkan kadar katekolamin di
sirkulasi, menurunkan kadar
kolesterol dan lemak darah, meningkatkan kadar HDL lipoprotein, memperbaiki sirkulasi
koroner dan meningkatkan percaya diri.
Diperkirakan sepertiga laki-laki dan dua per tiga perempuan tidak dapat
mempertahankan irama langkah yang normal pada kemiringan gradual (3 mph pada
gradient 5 %). Olah raga yang teratur berkaitan dengan penurunan insiden PJK sebesar 20
– 40 %. Dengan berolah raga secara teratur sangat bermanfaat untuk menurunkan faktor risiko
seperti kenaikan HDL-kolesterol dan sensitivitas insulin serta menurunkan berat badan dan kadar
LDL-kolesterol.
j. Stres dan Kepribadian
Stres, baik fisik maupun mental merupakan faktor risiko untuk PJK. Pada masa sekarang,
lingkungan kerja telah menjadi penyebab utama stress dan terdapat hubungan yang saling
berkaitan antara stress dan abnormalitas metabolisme lipid. Disamping itu juga stres merangsang
sistem kardiovaskuler dengan dilepasnya catecholamine yang meningkatkan kecepatan denyut
jantung dan menimbulkan vaso konstriksi.
Penelitian yang dilakukan terhadap 1000 pasien yang mengalami serangan jantung dengan
melihat sifat dan respon individu terhadap stress, tampaknya berhubungan dengan risiko
peningkatan penyakit jantung. Beberapa ilmuwan
mempercayai bahwa stress menghasilkan suatu percepatan dari proses atherosklerosis pada
arteri koroner.
Perilaku yang rentan terhadap terjadinya penyakit koroner (kepribadian tipe
A) antara lain sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, keinginan untuk dipandang, keinginan
untuk mencapai sesuatu, gangguan tidur, kemarahan di jalan, dan lain-lain. Baik ansietas maupun
depresi merupakan predictor penting bagi PJK.
k. Kurang Tidur
Orang yang tidur kurang dari 7,5 jam per hari mungkin memiliki risiko penyakit jantung di
masa depan yang lebih tinggi. Tidur telah menjadi komoditas langka di dunia ini walaupun
kemungkinan memiliki kekuatan pencegahan terhadap penyakit seperti kegemukan dan kencing
manis. Dalam masyarakat modern, orang kurang tidur akibat perubahan gaya hidup. Mereka juga
menunjukkan bahwa tidur kurang memadai – dan kondisi seperti gangguan napas saat tidur (sleep
apnea) dan tekanan darah tinggi (hipertensi) malam hari – adalah faktor risiko untuk penyakit
kardiovaskuler.
Para peneliti juga melihat tingginya angka serangan jantung pada pasien yang tidur dengan
durasi pendek dan tekanan darah meningkat pada malam hari dibandingkan dengan pasien dengan
durasi tidur normal lama dan tidak ada peningkatkan tekanan darah malam hari. Namun demikian,
di antara peserta yang tidak mengalami peningkatan tekanan darah, terjadinya penyakit
kardiovaskuler adalah serupa bagi mereka yang durasi tidurnya terlama dan tersingkat.

2) Agent
Agent atau penyebab suatu penyakit yang berpengaruh pada terjadinya penyakit jantung
koroner adalah agent tidak hidup seperti radiasi, polusi, zat-zat kimia serta zat karsinogenik.
3) Environment
Faktor lingkungan yang terjadi diluar tubuh manusia. Dapat terbagi menjadi :
- Lingkungan fisik
- Lingkungan sosio-ekonomi
Adanya kelas-kelas sosial yang berlaku di lingkungan masyarakat seperti jenis pekerjaan
seseorang dapat berdampak pada penghasilan dan tentunya berpengaruh pada penggunaan
pelayanan kesehatan yang ada. Selain itu kepadatan penduduk, kebudayaan masyarakat setempat
dapat menimbulkan masalah kesehatan serta munculnya berbagai penyakit.

PENYAKIT Diabetes Mellitus

1. Penjamu / Host

Faktor yang terkena atau terinfeksi penyakit. Diabetes mellitus dapat menyerang manusia dan
hewan. Pada manusia, tingkat kejadian akan lebih tinggi pada individu yang mempunyai riwayat
keturunan, dan individu yang memiliki berat badan berlebih.

Sedangkan pada hewan yang dapat menderita diabetes mellitus contohnya kucing, anjing,
kelinci, dan lainnya. Perjalanan sakitnya kurang lebih sama dengan yang dialami oleh manusia.

1. Agent

Agent adalah faktor yang menyebabkan penyakit. Diabetes mellitus bukan penyakit menular
yang disebabkan oleh satu agent yang pasti. Yang dapat menyebabkan diabetes mellitus antara
lain:

 Pola atau kebiasaan buruk individu


Kebiasaan buruk yang dimaksud misalnya kesalahan terhadap konsumsi makanan atau minuman,
keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan gizi dan beresiko obesitas. Kebiasaan lainnya
karena kurangnya aktivitas fisik atau tidak berolah raga, hal ini membuat kadar gula dalam darah
tetap karena tidak diubah menjadi energi.

 Gangguan pankreas maupun resistiensi insulin

Gangguan pankreas dimana pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup untuk
mengubah glukosa menjadi energi. Kerusakan pankreas bisa saja karena adanya virus yang
mempengaruhi dan merusak sel – sel beta pada pankreas yang berfungsi untuk menghaslikan
insulin. Virus yang diduga adalah Rubella, Coxsackievirus B. Gangguan ini biasanya bersifat
bawaan dan akan diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Resistensi insulin dapat terjadi
dimana konsentrasi insulin dalam tubuh yang sangat tinggi namun tubuh tidak memberikan
respon yang semestinya terhadap kerja insulin, sehingga seakan – akan tubuh kekurangan
insulin. Resistensi insulin terjadi karena kelainan insulin, dan biasanya keadaan ini bukan sifat
bawaan dari orang tua melainkan lebih sering terjadi akibat obesitas dan bisa juga karena
pengaruh dari obat – obatan yang memicu penurunan sistem kerja insulin. Obat yang diduga
dapat memicu diabetes mellitus Pentamidin dan Vacor atau obat racun tikus.

1. Lingkungan

Kejadian diabetes mellitus lebih tinggi dialami oleh individu yang berasal dari kondisi sosial
ekonomi yang baik. Hal ini kemungkinan dikaitkan juga dengan obesitas yang terjadi karena
ketidakseimbangan gizi. Prevalensi yang tinggi juga ditunjukkan oleh penderita wanita dari pada
pria, dan komplikasi lebih sering terjadi pada penderita usia dewasa dari pada anak – anak.

Faktor kebudayaan juga dapat memicu timbulnya diabetes seperti pada budaya timur yang
cenderung banyak mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi yang dapat menaikkan kadar
gula darah seseorang.

PENYAKIT EBOLA
Agen  Virus Filoviridae meliputi 3 genera: Cuevavirus, Marburgvirus, dan Ebolavirus.  Ebolavirus
berdiameter 80 nm panjang 970 nm termasuk filoviridae. 2. Host Manusia, kelelawar buah dari family
Pteropodidae 3. Environment Sanitasi yang buruk

PENYAKIT Kanker serviks

Host
1. Usia
Saat ini telah diketahui di beberapa negara bahwa puncak insidensi lesi prakanker
serviks terjadi pada kelompok usia 30-39 tahun, sedangkan kejadian kanker serviks
terjadi pada usia diatas 60tahun. Di Indonesia, telah dilakukan penelitian pada tahun
2002 mengenai puncak insidensi kanker serviks yaitu pada kelompok usia 45-54 tahun.
Penelitian ain di RSCM (1997-1998) menunjukkan insidens kanker serviks meningkat
sejak usia 25-34 tahun dan dan puncaknya pada usia 35-44 tahun.
Menurut Bensol KL, 2% dari wanita yang berusia 40 tahun akan menderita kanker
serviks dalam hidupnya. Hal ini dimungkinkan karena perjalanan penyakit ini memerlukan
waktu 7 sampai 10 tahun untuk terjadinya kanker invasif sehingga sebagian besar
terjadinya atau diketahuinya setelah berusia lanjut.
2. Status Pernikahan
Usia kawin muda menurt Rotkin, Chistoperson dan parker serta Barron dan
Ricarht jelas berpengaruh. Rotkin menghubungkan terjadinya karsinoma serviks dengan
usia saat seorang wanita mulai aktif berhubungan seksual, dikatakan pula olehnya
karsinoma serviks cendrung timbul bila saat mulai aktif berhungan seksual pada saat usia
kurang dari 17 tahun. Lebih dijelaskan bahwa umur antara 15-20 tahun merupakan
periode yang rentan. Pada periode laten antara coitus pertama dan terjadinya kanker
serviks kurang lebih dari 30 tahun. Pada usia 20-40 tahun disebut sebagai masa dewasa
dini yang disebut juga usia produktif. Sehingga pada masa ini diharapkan orang telah
mampu untuk masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional,
perkembangan fisiknya maupun kemampuanya dalam hal kehamilan baik kelahiran
banyinya.
3. Tingkat Pendididkan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seorang atau kelompok
orang dalam dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.
Tingkat pendidikan seseoarang yang rendah menyebabkan seseorang tidak perduli
terhadap program kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang
mungkin terjadi. Walaupun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu
menggunakannya.
Perilaku hidup sehat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk. Tingkat
pendidikan yang masih rendah merupakan salah satu sebab rendahnya pemahaman
masyarakat terhadap informasi kesehatan serta pembentukan perilaku sehat. Wanita
yang berpendidikan tinggi cendrung akan memperhatikan kesehatn diri dan keluarganya.
4. Penggunaan jangka panjang alat kontrasepsi IUD (lebih dari 5 tahun)
Resiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan dengan
kontrsepsi iud. Keadaan- keadaan lain yang dapat menyebabkan kontra indikasi
untuk insersi IUD yaitu penyakit katup jantung (kemungkinan terjadi sub-akut bakterial
endokarditis),keganasan endometrium atau serviks, stenosis servik yang s e h a t ,
uterus yang kecil sekali, endometriosis, myoma
u t e r i , p o l i p endometrium, kelainan kongenital uterus, dismenore yang hebat,
darahh a i d y a n g b a n y a k , h a i d y a n g i r e g u l e r , a t a u p e r d a r a h a n b e r c a k
atau (spotting), alergi terhadap Cu atau penyakit W ilson yaitu
penyakitgangguan Cu yang turun menurun,anemia,ketidakmampuan
untuk m e n g e t a h u i tanda-tanda bahaya IUD,
k e t i d a k m a m p u a n u n t u k memeriksa sendiri ekor IUD, riwayat Gonorge,
Chlaimyda, Syphilis,atau Herpes, Actinomycosis genetalia, riwayat reaksi
vaso-vagal yang b e r a t a t a u p i n g s a n , I n k o m p a t i b i l i t a s g o l o n g a n d a r a h
m i s a l n y a R h negatif, pernah mengalami problem ekspulsi IUD, leukore atau
infeksivagina, riwayat infeksi pelvis, riwayat operasi pelvis, keinginan
untuk m e n d a p a t k a n anak dikemudian ha ri atau pertimbangan
k e s u b u r a n dimasa yang akan datang.
Sedangkan menurut (Wiknjosastro, 2002) terdapat beberapa kontra
indikasiIUD antara lain I n d i k a s i - k o n t r a mutlak pemakaian IUD ialah
kehamilan, penyakit r a d a n g panggul aktif atau rekuren, karsinoma servik,
karsinoma korporis uteriIndikasi-kontra relatif lain ialah tumor ovarium, kelainan
utrerus 9mioma,k a n a l i s servikalis, dan sebagainya), Gonorgea,
s e r v i s i t i s , k e l a i n a n h a i d , dismenore, stenosis kanalis servikalis.
5. Merokok
Wanita perokok memiliki 2kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan
dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukan, lendir serviks pada wanita
perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada didalam rokok. Zat-zat
tersebut akan menurunkan daya tahan serviks disamping merupakan ko-Karsinogen
infeksi virus.
6. Defisiensi zat gizi
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat
meningkatkan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang serta mungkin kuga
meningkatkan terjadinya kanker serviks pada wanita yag makanannya rendah beta
karoen dan retinol (vitamin A).
7. Riwayat kanker serviks pada keluarga (keturunan)
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai
kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk juga
mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal. Beberapa peneliti
menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi
HPV.

b. Agent
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi yang terus menerus dari human papillomavirus
(HPV) tipe onkogenik (yang berpotensi menyebabkan kanker). Telah terbukti bahwa HPV
merupakan sebab mutlak terjadinya kanker serviks - angka prevalensi didunia mengenai
karsinoma serviks adalah 99,7 %*. Human papillomavirus (HPV) adalah anggota dari
papillomavirus keluarga virus yang mampu menginfeksi manusia. Seperti semua
papillomaviruses, infeksi HPV membangun produktif hanya dalam keratinosit dari kulit
atau selaput lendir . Sementara sebagian dari hampir 200 tipe HPV yang diketahui tidak
menyebabkan gejala pada kebanyakan orang, beberapa jenis dapat menyebabkan kutil
(verrucae), sementara yang lain dapat - dalam kasus minoritas - menyebabkan kanker
serviks.

c. Environment
1. Berganti – ganti pasangan seksual
Perilau seksual berupa berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit
kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti
dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10
kali lipat pada wanita yang mempunyai patner seksual 6orang atau lebih. Di samping itu,
virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.
2. Pembalut yang mengandung bahan kimia
Biasanya bahan kimia yang terkandung di dalam pembalut menurut Nasrun, adalah
dioksin (bahan beracun kimia) yaitu bahan yang biasa digunakan sebagai pemutih kertas
atau sejenisnya. Pembalut yang mengandung dioksin sering menyebabkan bagian intim
organ kewanitaan selalu mengalami masalah, seperti keputihan, gatal-gatal, iritasi, juga
pemicu terjadinya kanker mulut rahim.

PENYAKIT LUPUS
Host (penjamu)
a. Faktor Genetik : Tidak diketahui gen atau gen – gen apa yang menjadi
penyebab penyakit tersebut, 10% dalam keluarga Lupus mempunyai
keluarga dekat orang tua atau kaka adik) yang juga menderita lupus, 5%
bayi yang dilahirkan dari penderita lupus terkena lupus juga, bila
kembar identik, kemungkinan yang terkena Lupus hanya salah satu dari
kembar tersebut.
Umur dan Jenis kelamin
b. Secara epidemiologi, 90% penyakit lupus menyerang perempuan serta
10% anak-anak dan laki-laki Penyakit ini terutama diderita oleh wanita
muda dengan puncak kejadian pada usia 15-50 tahun (selama masa
reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1. Penyakit ini
sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu keluarga
c. Faktor hormon, dapat menjelaskan mengapa kaum perempuan lebih
sering terkena penyakit lupus dibandingkan dengan laki-laki.
Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit Lupus sebelum periode
menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa
hormon, khususnya ekstrogen menjadi penyebab pencetus penyakit
Lupus. Akan tetapi hingga kini belum diketahui jenis hormon apa yang
menjadi penyebab besarnya prevalensi lupus pada perempuan pada
periode tertentu yang menyebabkan meningkatnya gejala Lupus masih
belum diketahui.
d. Ras
Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering
ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina.
Bangsa Asia dan Afrika lebih rentan terkena penyakit in dibandingkan
dengan kulit putih. Data di Amerika menunjukkan angka kejadian
penyakit Lupus Ras Asia lebih tinggi dibandingkan ras Kaukasia.
2. Agent
a. Terinfeksi virus Epstein-Barr Merupakan virus yang biasanya tertidur
di dalam sel dari sistem imun anda meskipun tidak jelas alasan
mengapa dan apa yang membuat virus tersebut aktif kembali.
b. Terkena zat kimia Beberapa studi menunjukkan bahwa mereka yang
bekerja dan rentan terekspos merkuri dan silica memiliki peningkatan
risiko lupus. Merokok juga dapat meningkatkan risiko mengalami
lupus.
c. Obat tertentu yang digunakan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan drug-induced lupus. Banyak obat yang secara potensial
dapat memicu lupus, sebagai contoh antara lain adalah antipsychotic
chlorpromazine; obat tekanan darah tinggi, seperti hydralazine; obat
tuberculosis isonoazid dan obat jantung procainamide. Biasanya
membutuhkan jangka waktu penggunaan dalam beberapa bulan
sebelum gejala timbul
3. Environment (lingkungan)
a. Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu Lupus, misalnya :
infeksi, stress, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan
penisilin), cahaya ultra violet (matahari) dan penggunaan obat – obat
tertentu.
b. Faktor sinar matahari adalah salah satu kondisi yang dapat
memperburuk gejala Lupus. Diduga oleh para dokter bahwa sinar
matahari memiliki banyak ekstrogen sehingga mempermudah
terjadinya reaksi autoimmun. Tetapi bukan berarti bahwa penderita
hanya bisa keluar pada malam hari. Pasien Lupus bisa saja keluar
rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00 WIB dan
disarankan agar memakai krim pelindung dari sengatan matahari.
Teriknya sinar matahari di negara tropis seperti Indonesia, merupakan
faktor pencetus kekambuhan bagi para pasien yang peka terhadap sinar
matahari dapat menimbulkan bercak-bercak kemerahan di bagian
muka.kepekaan terhadap sinar matahari (photosensitivity) sebagai
reaksi kulit yang tidak normal terhadap sinar matahari

Anda mungkin juga menyukai