Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANTICIPATORY GUIDANCE, KONSEP FAMILY CENTER CARE DAN


HEALTH PROMOTION PADA INFANT DAN TODDLER

Dosen Pembimbing :

Hj. Iis Suwanti, S.T., M.Kes

Nama Kelompok :

1. Diana Nur Azizah (0118012)


2. Ela Farera (0118013)
3. Kiki Aprilia Mardiani (0118021)
4. Putri Aulia Soraya (0118031)
5. Sabilar Rizqi Putri .F (0118036)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul
“JUDUL” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Melalui makalah ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu menganalisis dengan baik
dan benar. Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan pengetahuan
yang cukup bagi pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi
acuan yang baik dan berkualitas.

Mojokerto, 15 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................................................1
Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan .................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Anticipatory Guidance...........................................................................................5
B. Pencegahan kecelakaan pada anak.......................................................................................7
C. Toilet training......................................................................................................................9
D. Konsep family center care.................................................................................................10
E. Kerangka konseptual family center care............................................................................13
F. Health promotion...............................................................................................................14
G. Ruang lingkup health promotion.......................................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................19
B. Saran..................................................................................................................................19
Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian yang tidak dalam pengawasan orang tua akan menimbulkan kecelakaan
pada anak, untuk itu dibutuhkan anticipatory guidance dan health promotion bagi
keluarga sebagai pedoman untuk menghindari kecelakaan pada anak. Kecelakaan yang
terjadi seringkali mengakibatkan ketidaknyamanan bagi si anak bahkan dapat
mengakibatkan anak masuk rumah sakit, mengalami kecacatan permanen bahkan
kematian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Anticipatory Guidance ?
2. Bagaimana pencegahan kecelakaan pada anak ?
3. Bagaimana toilet training ?
4. Bagaimana konsep family center care ?
5. Bagaimana kerangka konseptual family center care ?
6. Bagaimana health promotion ?
7. Bagaimana ruang lingkup health promotion ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Anticipatory Guidance
2. Untuk mengetahui pencegahan kecelakaan pada anak
3. Untuk mengetahui toilet training
4. Untuk mengetahui konsep family center care
5. Untuk mengetahui kerangka konseptual family center care
6. Untuk mengetahui health promotion
7. Untuk mengetahui ruang lingkup health promotion

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Anticipatory guidance


Anticipatory guidance merupakan petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui terlebih
dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana,
sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.
Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan
sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai
dengan usia anak.
Anticipatory guidance merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh perawat dalam
membimbing orang tua tentang tahapan perkembangan anak sehingga orang tua sadar
akan apa yang terjadi dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan tahapan usia anak. Bimbingan antisipasi bagi orang tua akan
berbeda untuk setiap tahap usia anak karena disesuaikan dengan karakteristiknya.
Sebagai contoh mari kita lihat uraian di bawah ini (Wong, 2004):
1. Usia Bayi
 (6 bulan pertama)
 Ajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua untuk memahami kebutuhan
dan respons bayi
 Bantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan stimulasi bayi
 Tekankan kebutuhan imunisasi
 Persiapkan untuk pengenalan makanan padat
 (6 bulan kedua)
 Siapkan orang tua akan respons stranger anxiety (takut pada orang asing)
dari anak.
 Bimbing orang tua mengenai disiplin karena peningkatan mobilitas bayi.
 Ajarkan pencegahan cedera karena peningkatan keterampilan motorik
anak dan rasa keingintahuannya.

5
2. Usia toddler (1-3 tahun):
 (Usia 12-18 bulan)
 Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah
laku dari toddler khususnya negativisme.
 Dorong orang tua untuk melakukan penyapihan secara bertahap dan
peningkatan pemberian makanan padat.
 Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
 Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi terutama di rumah,
kendaraan bermotor, keracunan, jatuh.
 Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin dengan lembut dan
cara-cara untuk mengatasi negatifistik dan temper tantrum yang sering
terjadi pada todler.
 Perlunya mainan baru untuk mengembangkan motorik, bahasa,
pengetahuan dan keterampilan sosial.
 (Usia 18-24 bulan)
 Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
 Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran bayi baru dan
kemungkinan terjadinya persaingan dengan saudara kandung (sibling
rivalry). Persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan cemburu
dan benci yang biasanya dialami oleh anak karena kehadiran/kelahiran
saudara kandungnya. Hal ini terjadi bukan karena rasa benci tetapi lebih
karena perubahan situasi. Libatkan anak dalam perawatan adik barunya
seperti mengambilkan baju, popok, susu dan sebagainya.
 Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk toilet training.
Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar. Toilet
training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah
mulai memasuki fase kemandirian. Fase ini biasanya terjadi pada anak
usia 18 – 24 bulan. Dalam melakukan toilet training ini, anak
membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun intelektualnya. Dari

6
persiapan tersebut anak dapat mengontrol buang air besar dan buang air
kecil secara mandiri (Hidayat, 2005).
 Perawat bertanggung jawab dalam membantu orang tua mengidentifikasi
kesiapan anak untuk toilet training. Latihan miksi biasanya dicapai
sebelum defekasi karena merupakan aktifitas regular yang data diduga.
Sedangkan defekasi merupakan sensasi yang lebih besar daripada miksi
yang dapat menimbulkan perhatian dari anak.
 Mendiskusikan berkembangnya rasa takut seperti pada kegelapan atau
suara keras.
 Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi pada waktu anak
mengalami stress (misalnya anak yang tadinya sudah tidak mengompol
tiba- tiba menjadi sering mengompol).
 (Usia 24-36 bulan)
 Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan dengan
cara meniru.
 Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet training dan sikap
menghadapi keadaan-keadaan seperti mengompol atau buang air besar
(BAB) dicelana.
 Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler misalnya: melalui
bahasa yang digunakan, ketidakmampuan melihat kejadian dari perspektif
yang lain.
 Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar dan nyata,
ajukan alasan yang rasional, hindari kebingungan dan salah pengertian.

B. Pencegahan Kecelakaan Pada Anak


Kecelakaan merupakan peristiwa yang sering dialami oleh anak yang dapat melukai
bahkan menyebabkan kematian. Bagaimanapun orang tua merupakan pihak yang paling
bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan keselamatan anak, sehingga mereka harus
memahami karakteristik dan perilaku anak serta menyadari potensi bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan.

7
Anak laki-laki biasanya lebih banyak mengalami kecelakaan terutama saat bermain
dibandingkan anak perempuan karena mereka lebih aktif dan banyak menggunakan
keterampilan motorik kasarnya seperti berlari, melompat, memanjat, bermain sepeda dan
sebagainya. Sedangkan anak perempuan cenderung lebih banyak menggunakan
keterampilan motorik halus seperti bermain boneka, masak-masakan, bermain peran dan
sebagainya.
Kejadian kecelakaan pada anak sebenarnya dapat dicegah dan diminimalisir dengan
melakukan berbagai upaya di antaranya adalah memodifikasi lingkungan agar aman bagi
anak. Di bawah ini adalah upaya-upaya pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan
sesuai dengan tahap usia anak (Wong, 2004):
1. Masa Bayi
Jenis kecelakaan yang biasa terjadi di antaranya adalah aspirasi benda asing
(terutama benda-benda kecil seperti kancing, kacang-kacangan, biji buah, bedak
dan sebagainya) jatuh, luka bakar (tersiram air panas atau minyak panas),
keracunan dan kekurangan oksigen.
- Pencegahan yang sebaiknya dilakukan:
 Menghindari aspirasi: Simpan pada tempat yang aman dan tidak
terjangkau atau buang benda-benda yang berpotensi menyebabkan aspirasi
seperti bedak, kancing, permen, biji-bijian dan sebagainya. Gendong bayi
saat memberi makan dan menyusui.
 Kekurangan oksigen: jauhkan dan jangan biarkan anak bermain plastik,
sarung bantal atau benda-benda yang berpotensi membuat anak
kekurangan oksigen. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian di kamar
bayi atau kamar mandi.
 Jatuh : beri pengaman tempat tidur saat bayi/anak sedang tidur, usahakan
anak duduk di kursi khusus atau tidak memakai kursi tinggi, usahakan
ujung benda seperti meja dan kursi tidak tajam. Jangan pernah
meninggalkan bayi pada tempat yang tinggi dan bila ragu tempatkan bayi
di lantai dengan pengalas.
 Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai, simpan air panas di tempat
yang aman dan tidak terjangkau oleh anak. Jangan merokok di dalam

8
rumah atau dekat dengan bayi. Tempatkan peralatan listrik jauh dari
jangkauan bayi dan gunakan pengaman.
 Keracunan : simpan bahan toxic dilemari/tempat yang aman. Buang
bahan-bahan yang mengandung zat kimia tidak terpakai seperti baterai ke
tempat yang jauh dari jangkauan bayi.
2. Masa Toddler (1-3 tahun )
- Jenis kecelakaan yang sering terjadi :
 Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
 Tenggelam.
 Keracunan atau terbakar.
 Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
 Aspirasi dan asfiksia.
- Pencegahan yang bisa dilakukan:
 Awasi anak jika bermain dekat sumber air.
 Ajarkan anak berenang.
 Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
 Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
 Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
 Cek air mandi sebelum dipakai.
 Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
 Jangan biarkan kabel listrik menggantung/menjuntai ke lantai.
 Awasi anak pada saat memanjat, lari, lompat.

C. Toilet Training
Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalm melakukan buang air kecil dan buang air besar. Tolet training ini dapat
berlangsung pada fase kehidupan anak: 18 bulan-2 tahun.
Keberhasilan toilet training tergantung pada persiapan fisik, persiapan psikologis,
persiapan intelektual. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls
atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air besar atau buang air kecil.

9
Defekasi merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan dan usaha
penundaan pemuasan. Suksesnya toilet training tergantung kesiapan yang ada pada diri
anak & keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat
dan mampu.
- Indikator anak kesiapan fisik: anak mampu duduk atau berdiri
- Indikator kesiapan psikologis: adanya rasa nyman sehingga anak mampu
mengotrol dan konsentrasi dalam merangsang BAK dan BAB
- Indiklator kesiapan intelektual: anak paham arti BAK atau BAB,
memudahkan pengontrolan, anak dapat mengetahui kapan saatnya harus BAB
& BAK, anak memiliki kemandirian dalam mengontrol BAB & BAK
 Cara toilet training pada anak:
1) Teknik lisan
Cara:pemberian instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum & setelah
BAK/BAB
2) Teknik modeling
Cara: meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh
Dampak jelek cara ini apabila contoh yang diberikan salah, kebiasaan
yang salah pada anak

D. Konsep Family Center Care


 Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan
individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
individualnya. Lingkungan yang mendukung tersebut salah satunya adalah keluarga
(Supartini, 2004).
 Sebagai suatu sistem, keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi secara
berkelanjutan. Interaksi merupakan hal penting dalam keluarga sehingga perubahan
pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
Jenis interaksi yang digunakan dalam keluarga akan dapat menyebabkan disfungsi.
Jenis interaksi yang tertutup terhadap informasi dari lingkungan luar dan tidak
mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada dapat menyebabkan gangguan dalam
sistem keluarga. Oleh karena itu, penerapan asuhan keperawatan turut berfokus pada

10
keluarga dalam hal ini perawat harus mengenal hubungan dalam keluarga untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk
membantu keluarga beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Wong 2008,
Friedman 1998).
 Menurut Wong (2008), perubahan dalam anggota keluarga yang bisa mempengaruhi
anggota keluarga yang lain adalah stres. Misalnya, anak yang mengalami sakit.
Kondisi sakit, membuat perubahan dalam keluarga. Dalam hal ini, fokus interaksi
keluarga adalah pada anak yang sakit sedangkan kebutuhan interaksi dengan anggota
atau lingkungan yang lain menjadi berkurang. Stres dalam keluarga dapat
diminimalkan dengan cara melibatkan keluarga dalam perawatan anak. Keterlibatan
keluarga dalam perawatan anak diterapkan dalam asuhan keperawatan yang dikenal
dengan konsep Family Centered Care (perawatan yang berfokus pada keluarga).
 Elemen Family Centered Care Menurut Shelton (1987:1-79), terdapat beberapa
elemen dasar Family Centered Care, yaitu : 1. Perawat menyadari bahwa keluarga
adalah bagian yang konstan dalam kehidupan anak, sementara sistem layanan dan
anggota dalam sistem tersebut berfluktuasi. Kesadaran perawat bahwa keluarga
adalah bagian yang konstan, merupakan hal yang penting. Fungsi perawat sebagai
motivator yang menghargai dan menghormati peran keluarga dalam merawat anak
serta bertanggung jawab penuh dalam mengelola kesehatan anak. Selain itu, perawat
mendukung perkembangan sosial dan emosional, serta memenuhi kebutuhan anak
dalam keluarga. Oleh karena itu, dalam menjalankan sistem perawatan kesehatan,
keluarga dilibatkan dalam membuat keputusan, mengasuh, mendidik dan melakukan
pembelaan terhadap hak anak-anak mereka selama menjalani masa perawatan.
Keputusan keluarga dalam perawatan anak merupakan suatu pertimbangan yang
utama karena keputusan ini didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang
ada dalam keluarga. Dalam pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang
sesuai namun keluarga tetap berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya.
Beberapa hal yang diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas dan
kekuatan yang dimiliki dalam suatu keluarga :
a) Kunjungan yang dibuat di rumah keluarga atau di tempat lain dengan waktu
dan lokasi yang disepakati bersama keluarga.

11
b) Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga
c) Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi fokus utama dari
perawatan yang akan diberikan. Mereka turut merencanakan perawatan dan
peran mereka dalam perawatan anak.
d) Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawat
memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada
anak, dukungan kepada orangtua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan
emosional.
 Memfasilitasi kerjasama antara keluarga dan perawat di semua tingkat pelayanan
kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan dan
evaluasi serta pembentukan kebijakan, Hal ini ditunjukan ketika :
a. Kolaborasi untuk memberikan perawatan kepada anak Peran kerjasama
antara orangtua dan tenaga profesional sangat penting dan vital. Keluarga
bukan sekedar sebagai pendamping, tetapi terlibat di dalam pemberi
pelayanan kesehatan kepada anak mereka. Tenaga profesional memberikan
pelayanan sesuai dengan keahlian dan ilmu yang mereka peroleh sedangkan
orangtua berkontribusi dengan memberikan informasi tentang anak mereka.
Dalam kerjasama orangtua dan tenaga profesional, orangtua bisa memberikan
masukan untuk perawatan anak mereka. Tapi, tidak semua tenaga profesional
dapat menerima masukan yang diberikan. Beberapa disebabkan karena
kurangnya pengalaman tenaga profesional dalam melakukan kerjasama
dengan orangtua.
b. Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit
Pada tahap ini, anak anak dengan kebutuhan khusus merasakan manfaat dari
kemampuan orangtua dan perawat dalam mengembangkan, melaksanakan dan
mengevaluasi program. Hal yang harus diutamakan pada tahap ini adalah
kolaborasi dengan bidang yang lain untuk menunjang proses perawatan.
Family Centered Care memberikan kesempatan kepada orangtua dan tenaga
profesional untuk berkontribusi melalui pengetahuan dan pengalaman yang
mereka miliki untuk mengembangkan perawatan terhadap anak di rumah
sakit. Pengalaman dalam merawat anak membuat orangtua dapat memberikan

12
perspektif yang penting, berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat
untuk menerima dan mendukung keluarga.
c. Kolaborasi dalam tahap kebijakan Family Centered Care dapat tercapai
melalui kolaborasi orangtua dan tenaga profesional dalam tahap kebijakan.
Kolaborasi ini memberikan manfaat kepada orangtua, anak dan tenaga
profesional. Orangtua bisa menghargai kemampuan yang mereka miliki
dengan memberikan pengetahuan mereka tentang sistem pelayanan kesehatan
serta kompetensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan
menambahkan kualitas pelayanan kesehatan. Orangtua dapat melakukan peran
mereka sebagai role model kepada anak anak. Peran orangtua dengan
mengambil bagian dalam hubungan kolaborasi dengan tenaga profesional,
memberikan kesempatan kepada orangtua untuk menjalankan peraturan dalam
kehidupan anak mereka.
Kolaborasi yang harus dilakukan oleh perawat dengan keluarga dalam
berbagai tingkat pelayanan baik di rumah sakit maupun masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
- Kemampuan bekerjasama
- Kesempatan berinteraksi
- Penilaian kepribadian.
- Perencanaan perawatan untuk setiap anak
- Pengembangan masyarakat dan pelayanan di rumah sakit
d. Menghormati keanekaragaman ras, etnis, budaya dan sosial ekonomi
dalam keluarga. Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan
anak mereka di rumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat
perkembangan anak dan diagnosa medis. Hal ini akan menjadii sulit apabila
program perawatan yang diterapkan bertentangan dengan nilai nilai yang
dianut dalam keluarga
E. Kerangka Konseptual Family Centered Care
1. Keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan anak
2. Memfasilitasi kerjasama perawat dan keluarga

13
3. Menghormati keanekaragaman ras, etnis, budaya dan sosial ekonomi dalam
keluarga.
4. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan
perbedaan mekanisme koping dalam keluarga
5. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada orangtua
6. Mendorong dan memfasilitasi keluarga untuk saling mendukung.
7. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan anak
dan keluarga ke dalam sistem perawatan
8. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program program yang
memberikan dukungan emosional dan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
9. Merancang sistem perawatan kesehatan yang dapat diakses secara fleksibel,
budaya yang kompeten dan responsif terhadap kebutuhan keluarga yang
teridentifikasi. Efek Hospitalisasi Pada Anak :
- Perpisahan
- Kehilangan kendali
- Cedera tubuh Faktor yang mempengaruhi: perkembangan umur,
pengalaman sakit, dukungan dari lingkungan, mekanisme koping
F. Healt Promotion
 Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan kontrol dan mengembangkan kesehatan mereka.
Promosi kesehatan (Pender, 1996) adalah pemberian motivasi untuk
meningkatkan kesehatan individu dan mewujudkan potensi kesehatan individu.
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan pada klien sebagai pusat dalam
pemberian pelayanan dan membantu mereka untuk membuat pilihan dan keputusan.
Istilah “promosi kesehatan” merupakan suatu payung dan digunakan untuk
menggambarkan suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan
pencegahan penyakit (Gillies).

14
 Sasaran Promosi Kesehatan
Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3
jenis sasaran yaitu :
1. Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga sebagai
komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup
mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah
sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga
akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta
norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemula informal maupun pemuka formal.
2. Sasaran sekunder adalah mereka para pemuka masyarakat informal maupun
pemuka formal dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien
dengan cara : berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS, turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptaan suasana yang
kondusif bagi PHBS.
3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkitan serta
mereka yang dapat memfasiliasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu
sehat dan keluarga dengan cara : memberlakukan kebijakan/peraturan
perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan
mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat, membantu
menyediakan sumber sumber daya yang dapat mempercepat terciptanya
PHBS di kalangan pasien individu sehat dan keluarga pada khususnya serta
masyarakat luas pada umumnya.

G. Ruang Lingkup Health Promotion


1. Health promotion pada infrant
Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan memiliki tanggung jawab untuk
mempromosikan kesehatan keluarga dan anak, menyediakan layanan pada klien yang

15
meliputi dukungan, pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang dapat
berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam
merawat bayinya (Mercer, 2006).
Beberapa promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada ibu dalam menangani
bayi baru lahir adalah :
a) Memberikan dukungan dan edukasi kepada ibu dalam pembeian ASI.
Beberapa cara yang dapat dilakukan perawat untuk mendukung ibu dalam
pemberian ASI :
 Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama. Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini (earli initiation)
atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa
penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung
dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan.
Selain itu, dapat membangkitkan hubungan atau ikatan antar ibu
dan bayi.
 Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul. Tujuan dari perawatan
payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
 Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Membantu
ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah
penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka
pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan
bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot
polos untuk memeras ASI.
 Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. Pemeberian ASI
sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui
sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menetukan
sendiri kebutuhannya. Menyusui yang di jadwalkan berakibat

16
kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada
rangsangan produksi berikutnya.
 Menghindari susu botol. Pemberian susu dengan botol dapat
membuat bayi bingung puting dan menolak menyusu atau hisapan
bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari
puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

b) Memberikan promosi kesehatan tentang imunisasi


Upaya mengurangi tingkat morbidibitas dan mortalitas pada anak
salah satunya dengan pemberian imunisasi. Imunisasi merupakan salah
satu strategi yang efektif dan efisien dalam meningkatkan derajat
kesehatan nasional dengan mencegah 6 penyakit mematikan yaitu :
tuberculosis, dipteri, pertusis, campak, tetanus dan polio. WHO
mencanangkan program EPI (Expanded Program On Immunization)
dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi pada anak-anak di
seluruh dunia sejak tahun 1974 (Ayubi, 2009).
c) Memberikan ibu edukasi tentang perawatan tali pusat.
Tujuan merawat tali pusat adalah mencegah terjadinya infeksi dan
tetanus pada bayi baru lahir sehingga tali pusat tidak terinfeksi dan tidak
menimbulkan penyakit pada tali pusat.
2. Health promotion pada toddler
Anak dibawah 5 tahun (balita) merupakan salah satu periode usia manusia setelah
bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima
tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24 – 60 bulan.
Beberapa promosi kesehatan terhadap anak balita yaitu :
a) Gizi/ nutrisi
Memberitahukan kepada orang tua agar bisa memenuhi kebutuhan organis
(makanan bergizi) yaitu : protein, kalsium, vitamin D, vitamin A, vitamin
K dan zat besi

17
b) Pertumbuhan dan perkembangan
Mengajarkan beberapa aspek kepada anak yaitu :
 Aspek bahasa = menyebutkan warna, menggambar, mewarnai dan
menghitung
 Aspek sosial = mengajarkan kemandirian pada anak (berpakaian
sendiri), mengajarkan anak-anak bermain se kreatif mungkin
 Aspek kognitif = mengajarkan kedisiplinan

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk meminimalisir kejadian yang tidak dalam pengawasan orang tua yang akan
menimbulkan kecelakaan pada anak, maka dibutuhkan anticipatory guidance dan family
center care. Promosi kesehatan yaitu meningkatkan kontrol dan memberikan motivasi
untuk mengembangkan kesehatan, dengan menggunakan pendekatan pada klien
diharapkan klien tersebut mengetahui bagaimana cara menerapkan pengasuhan pada
anak.

B. Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi tentang
anticipatory guidence kepada setiap orang tua agar tidak terjadi kecelakaan yang tidak
diinginkan pada anak.

19
Daftar pustaka

https://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/petunjuk-antisipasi-anticipatory-guidance-
dan-toilet-training-pada-anak/

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-petunjuk-antisipasi-anticipatory-
guidance/13165

https://docplayer.info/57615890-Bab-ii-tinjauan-pustaka-pengertian-family-centered-care.html

http://bidandeary.blogspot.com/2013/05/promosi-kesehatan-pada-bayibalita-dan.html

20

Anda mungkin juga menyukai