Anda di halaman 1dari 9

RESUME KARDIOVASKULER

“ PEMBEDAHAN BAYI DAN ANAK PADA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN “

Oleh:

A Z Z A H R A (183110206)

Dosen Pembimbing :

Ns. Hj. Tisnawati, SSt,S.Kep, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
2020
PEMBEDAHAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

A. Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi

Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus dilakukan, yaitu


persiapan fisik maupun persiapan mental.

Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan  ialah persiapan


kulit,gastrointestinal,persiapan untuk anastesi, kenyamanan dan  istirahat pasien, serta
obat-obatan  yang digunakan. Sedangkan persiapan mental,sangat tergantung  pada
dukungan dari keluarga. Tugas perawat bedah disini adalah dapat memberikan
informasi yang jelas pada pasien.Meliputi anatomi dasar dan kondisi penyakit pasien.
Prosedur operasi sebatas kopetensi yang diberikan, pemeriksaan diagnostic
penunjang, peraturan-peraturan dari tim bedah, keadaan di ruang operasi, jenis syarat
operasi dan ruang tunggu bagi keluarga pasien. Hal ini dilakukan  pada  saat  perawat
bedah melakukan kunjungan sebelum  pasien dioperasi.

1. PengkajianPasien Pada Saat Di Kamar Operasi

 Observasi tingkat kesadaran pasien

 Observasi emosi pasien

 Observasi aktivitas

 Cek obat yang digunakan

 Observasi pernafasan pasien

 Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan  hidup

 Cek obat yang digunakan

 Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu

 Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan


2. Pemeriksaan Diagnose
 EKG: untuk mengetahui disaritmia
 Chest x-ray
 Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium,
kreatinin, BUN, Hb.
 Kateterisasi
 Ekhocardiografi

3. Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang Persiapan

 Melakukan serah terima dengan perawat ruangan

 Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien

 Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya

 Memberikan surport kepada pasien

 Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan


seperti ganti baju, pemasangan infuse, kanulasi arteri dan
pemasangan lead EKG

 Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi

 Menciptakan situasi yang tenang

 Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan, kontak lensa


dan alat bantu dengar

 Membawa pasien keruang operasi


B. Perawatan Intra Operasi
1. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway antara lain:
guedel, laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lender
2. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula,
sungkup, bagging dan ventilator
3. Circulation (sirkulasi):
a. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau
dinding  miokard bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
b. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau  tekanan arteri dan
analisa gas darah
c. Pemasangan CVP untuk pemberian darah  autologus dan infuse
kontinu serta obat-obatan  yang  perlu diberikan
d. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk
mengevaluasi status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat
proteksi miokard, adekuatnya perfusi perifer dan hipertermi
maligna
e. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk
memantau kejadian akut seperti iskemia atau injuri otak
f. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan  tujuan tidak sadar,
amnesia, analgesia, relaksasi otak dan  menurunkan respons stress,
sedang obat lain seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia,
diuretic, anti  hipertensi, anti kuagulan dan kuagulan juga perlu

4. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam

jiwa

5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran untuk
mencegah  panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan

6. Posisi pasien dimeja operasi

Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal
yang perlu diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus
terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri
perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)

7. Menjaga tindakan asepsis

Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan
drapping. Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.

C. Perawatan Pasca-bedah

Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk


mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra
bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik.Misalnya problem pernapasan,
diabetes dan lain-lain.

Perawatan Pasca Bedah Dibagi Atas

1. Perawatan di ICU.
a. Monitoring Hemodinamik.

Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang
mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap
penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung
jawab menanganinya selama 24 jam.

Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :

 CVP,  RAP,  LAP.


 Denyut jantung.
 Wedge presure dan PAP.
 Tekanan darah.
 Curah jantung.
 Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung
dosisnya, rutenya dan lain-lain.
 Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh
jantung dll.
b. EKG

Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel
dll.  Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan
tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan  irama dasar
jantung yang membahayakan.

c. Sistem pernapasan

Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan
diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera respirator
dipasang dan dilihat :

 Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.


 Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
 Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya
normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda
edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d. Sistem neurologis

Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan


obat-obatan sedatif pelumpuh otot.  Bila penderita mulai bangun maka disuruh
menggerakkan ke 4 ektremitasnya.

e. Fungsi ginjal

Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat
hemolisis  dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas
memungkinkan harus dikerjakan.

f. Gula darah
Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6
jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.

g. Laboratorium

      Setelah sampai di ICU perlu diperiksa   :

 HB,HT,trombosit.
 ACT.
 Analisa gas darah.
 LFT / Albumin.
 Ureum, kreatinin, gula darah.
 Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.

h. Drain

Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana


mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi
bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam.
Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam
dianggap sebagai perdarahan  pasca bedah dan mungkin memerlukan
retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.

i. Foto thoraks

Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk


melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus
disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang
dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator
segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j.  Fisioterapi.

Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan


ventilator.Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum
(napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.

Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ  terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca
bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.

Hari ke 3 : lihat keadaan dan diperiksa antara lain :

 Elektrolit thrombosis.
 Ureum
 Gula darah.
 Thoraks foto
 EKG  12 lead.

Hari ke 4         : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi

Hari ke 5          : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks
tegak

Hari ke 6  -  10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

 Obat – obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu
batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti
diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan
untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
 Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka
luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang
perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan
baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk
klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk
mencegah luka terbuka.
 Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk
mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di
ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh
fisioterapis atau oleh perawat.

Anda mungkin juga menyukai