Oleh:
A Z Z A H R A (183110206)
Dosen Pembimbing :
Observasi aktivitas
jiwa
5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran untuk
mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal
yang perlu diperhatikan: posisi harus fisiologis, system muskuloskeletal harus
terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri
perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan
drapping. Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.
C. Perawatan Pasca-bedah
1. Perawatan di ICU.
a. Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat yang
mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap
penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung
jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel
dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan
tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar
jantung yang membahayakan.
c. Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan
diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera respirator
dipasang dan dilihat :
e. Fungsi ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat
hemolisis dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas
memungkinkan harus dikerjakan.
f. Gula darah
Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6
jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g. Laboratorium
HB,HT,trombosit.
ACT.
Analisa gas darah.
LFT / Albumin.
Ureum, kreatinin, gula darah.
Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h. Drain
i. Foto thoraks
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca
bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan
termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB.
Elektrolit thrombosis.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks
tegak
Obat – obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu
batuk akan mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti
diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan
untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka
luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang
perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan
baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk
klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk
mencegah luka terbuka.
Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk
mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di
ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh
fisioterapis atau oleh perawat.