Anda di halaman 1dari 142

[ Pustaka NU Online ] UCAPAN TERIMA KASIH

NU TRADISI, RELASI-RELASI KUASA, Bab 1


PENCARIAN WACANA BARU
LAHIRNYA NAHDLATUL ULAMA
LATAR TRADISI, SOSIAL DAN INTERNASIONAL

• Hal 1
• Hal 2

Bab 2

EMPAT PULUH TAHUN PERTAMA


Martin van Bruinessen RELASI KUASA DI MASA TRANSISI PANJANG

Perubahan-perubahan sosial dan Pemikiran di dalam Nahdlatul Ulama • Hal 1


begitu rumit, beragam, tidak langsung, kadang ragu-ragu, kontradiktif, • Hal 2
mengejutkan bahkan sering terlempar pada ketidak-pastian.....
• Hal 3
sehingga denyut perubahan itu lebih mudah untuk dirasakan daripada
didokumentasikan. Melampaui disiplin sejarah, buku ini merupakan
deskripsi genealogis untuk menguak relasi-relasi kuasa yang melatari
perubahan-perubahan di tubuh Nahdlatul Ulama. Makna apakah yang Bab 3
tersisa dari ''catatan-catatan arkeologis NU" ini? Apa yang dapat
dipahami dari sebuah "keputusan organisasi" untuk kembali ke khittah-
NU DAN ORDE BARU
nya?
HUBUNGAN YANG TAK MENGENAKKAN
Diterbitkan oleh
LKiS • Hal 1
Yogyakarta • Hal 2
Bekerjasama dengan
PUSTAKA PELAJAR
Bab 4
Daftar Isi
JALAN KE SITUBONDO
www.muslims.net/KMNU - Copyright © KMNU Cairo - Egypt
KONFLIK FAKSI, PANCASILA DAN KEMBALI KE KHITTAH
PENGANTAR
• Hal 1
PENDAHULUAN
• Hal 2
1 2
Bab 5 AKHIRUL KALAM

AKAR SOSIAL NU PUSTAKA TERPILIH


PESANTREN DAN TAREKAT
LAMPIRAN I
• Hal 1 CATATAN BIOGRAFIS PARA TOKOH NU
• Hal 2 YANG DISEBUT DALAM BUKU INI.

LAMPIRAN II
PARA PENDIRI NAHDLATUL ULAMA
Bab 6
LAMPIRAN III
MUKTAMAR NU KE-28 TEKS RESOLUSI NU TENTANG JIHAD FI SABILILLAH
MENGUJI KHITTAH TAHUN 1945 DAN 1946

• Hal 1 LAMPIRAN IV
• Hal 2 PRINSIP DAN TUJUAN NU
MENURUT ANGGARAN DASAR TAHUN 1930, 1952, 1979 DAN 1984

Bab 7 BIOGRAFI PENULIS

WACANA PENTING DI AKHIR 1980-an ( I )


NU DAN MASALAH KEAGAMAAN

• Hal 1
• Hal 2

Bab 8

WACANA PENTING DI AKHIR 1980-an ( II )


NU DAN PROBLEM SOSIAL-EKONOMI

• Hal 1
• Hal 2

3 4
Ucapan Terima Kasih lu berkenan memberikan informasi dan komentar atas tulisan-tulis-
an saya. Greg Barton, Lance Castle, Andree Feillard, Greg Fealy,
Sebuah buku seperti ini tidak akan pernah ditulis tanpa bantuan Clark Lombardi dan Niels Mulder membaca beberapa bagian nas-
orang lain. Saya beruntung mendapatkan informasi dan dorongan, kah awal buku ini dan memberikan komentar berharga. Terutama
di samping bantuan dalam bentuk lain, dari banyak orang. Saya Lance yang, selama tahun-tahun saya di Yogyakarta, merupakan
mungkin tidak akan pemah berpikir untuk menulis sebuah buku sumber dorongan intelektual bagi saya. Namun; tidak seorangpun
tentang NU seandainya saya tidak diundang Dr. Mochtar Buchori dari mereka yang dapat disalahkan atas kesalahan faktual, interpre-
bekerja di LIPI, dan ambil bagian dalam proyek penelitian tentang tasi yang tidak tepat dan tidak berkenan serta titik pandang kontro-
ulama. Abdurrahman Wahid, yang pertama kali saya kenal selama versial yang mungkin ditemukan pembaca dalam buku ini. Tang-
proyek di atas, telah menyambut baik tulisan-tulisan awal saya ten- gung jawab sepenuhnya berada di tangan saya.
tang pesantren, kitab kuning dan tarekat, yang mendorong saya
melanjutkan penelitian ini. Dia juga berjasa memperkenalkan saya
kepada banyak kiai dan mengundang saya ke Muktamar Krapyak Pengantar LKiS
dan Munas Lampung, dan saya beruntung mendapatkan banyak
wawasan melalui diskusi panjang kami selama bertahun-tahun. Sa-
ya juga belajar banyak dari Masdar F. Mas'udi (yang saya kenal Sudah lama terjadi perubahan persepsi tentang "perubahan" di
sejak pertemuan di LIPI); kami banyak terlibat percakapan priba- dalam --apa yang sering disebut- Islam tradisional yang dari peng-
di, dan dia mengundang saya menghadiri beberapa diskusi mena- lihatan sosiologi positivistik merupakan 'batu karang yang tak per-
rik yang dia selenggarakan (yang saya laporkan dalam bab 7 di ba- nah berubah" dan karena itu menjadi penghalang modernisasi. Se-
wah) . jak antropologi diterima sebagai perangkat baru untuk melihat per-
Saya merasa telah banyak menghabiskan waktu bersama orang- ubahan-perubahan sosial, telah banyak karya-karya yang provoka-
orang berlatar belakang NU, jauh sebelum saya memutuskan me- tif dilahirkan. Dengan pendekatan itu pula, Nahdlatul Ulama telah
nulis buku ini, hanya karena saya merasa kerasan dengan mereka. "ditampilkan" secara baru, dan pada umumnya dengan penuh em-
Kebanyakan informasi yang digunakan dalam buku ini bukanlah pati dan sekaligus penuh daya-kritis.
hasil wawancara sistematis tetapi buah dari hubungan dengan Buku ini mewakili "kritisisme baru" itu, yang memaksa kita
orang-orang NU yang berlangsung lama dan dari mendengarkan untuk menunda pemaknaan tergesa-gesa terhadap setiap signal ke-
diskusi-diskusi mereka. Karena itu, tidak mungkin menyebut se- NU-an yang ada. Wacana baru "Agama dan transformasi sosial-
mua nama orang yang telah membantu saya dengan berbagai cara, ekonomi" yang merebak dalam dasawarsa 80-an mengiringi ke-
dan yang telah membagikan pengetahuan dan wawasan mereka putusan organisasi ini kembali ke Khittah 1926, tidak dideskripsi-
kepada saya; meski saya sudah berusaha menyebut mereka dalam kan sebagai sekedar "kumpulan pernyataan-pernyataan" yang nor-
catatan kaki. Targa keramahan dan sikap bersahabat mereka, bu- matif. Namun justru secara historis ditampakkan -dengan tanpa
ku ini tidak mungkin pernah ada. Saya berharap buku ini men- beban- konflik-konflik kepentingan agama-politik ekonomi seba-
cerminkan sesuatu yang keluar dari perasaan hangat saya kepada gai praktek-praktek di luar wacana yang justru banyak berpenga-
mereka. ruh dalam proses pembentukan wacana itu.
Saya juga sangat berterima kasih kepada beberapa kolega luar Martin van Bruinessen, seperti tampak dalam buku ini, dapat
negeri. Karel Steenbrink telah membukakan rumahnya kepada sa- lah disebut sebagai bagian dari generasi ilmuwan Barat penghu-
ya ketika saya pertama kali tiba di Indonesia pada 1982, dan tetap jung abad XX yang percaya bahwa kaum tradisional di banyak ne-
menjadi teman yang menyenangkan dan sekaligus guru yang sela- gara berkembang bukanlah arus konservatif yang selalu mengan-
5 6
cam "keniscayaan" modernisasi. Di matanya, kaum tradisional bagai orang-orang yang sangat oportunis. Namun, selama 1970-
tampak sebagai scmacam sinema yang merekam dan sekaligus an, ketika kebijakan-kebijakan khas Orde Baru secara bertahap
mewartakan segala denyut emosional-intelektuaI-institusional pen- berjalan menurut arahnya sendiri, NU menjelma menjadi pengkri-
duduk pribumi untuk tetap menjadi "diri sendiri" dalam pergulatan tik yang terus terang dan konsisten terhadap berbagai kebijakan
yarng tak terelakkan dengan "wacana zaman": modernitas. Sehing- tersebut. Suara-suara protes terhadap berbagai ketetapan pemerin-
ga ia dipandang memiliki irama dan tempo perubahan sendiri yang tah yang tidak populer yang terdengar di DPR ternyata berasal da-
tidak pernah dapat diduga. Dan karena watak otentiknya yang cen- ri para utusan NU. (Pengkritik yang lebih radikal, tentu saja, tidak
derung menolak pemusatan, maka ia sesungguhnya memainkan dapat ambil bagian dalam politik parlemen sejak tahap sangat
peran pembaharuan" yang unik; dengan segala "pesona dan ke- awal). Dua kali utusan NU melanggar prinsip politik konsensual
konyolan"-nya sendiri. Seperti di tengah kemacetan proses demo- yang sangat dijunjung tinggi dengan melakukan walk out dari
kratisasi di Indonesia sekarang ini, NU --dengan segala hiruk-pi- DPR, tindakan tersebut tidak hanya merupakan protes terhadap
kuk ambiguitas di dalamnya-- justru tampil membawakan harapan undang-undang yang sedang disidangkan pada saat itu (salah satu-
sebagai pangkal-tumbuhnya civil society. nya berkaitan dengan indoktrinasi ideologi resmi, Pancasila) tetapi
juga menantang landasan pokok politik Orde Baru.
Barangkali penolakan NU inilah yang mendorong pemerintah
Yogyakarta,Novemberl994 pada awal 1980-an sangat menuntut adanya kesepakatan ideologis
yang lebih jauh lagi dan mewajibkan semua organisasi kemasya-
rakatan dan partai politik menerima Pancasila sebagai asas tung-
PENDAHULUAN gal, dengan melepaskan semua asas yang lain, termasuk Islam.
Kali ini, berlawanan dengan yang mungkin diduga orang, NU me-
NAHDLATUL ULAMA (NU) adalah sebuah gejala yang unik, bu- nuruti tuntutan tersebut, dan bahkan melakukannya mendahului se-
kan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh Dunia Muslim. la mua organisasi besar lainnya. Muktamar 1984 (yang biasa dikenal
adalah sebuah organisasi ulama tradisionalis yang memiliki peng- dengan Muktamar Situbondo) melakukan perubahan anggaran da-
ikut yang besar jumlahnya, organisasi non-pemerintah paling besar sar sebagaimana yang diminta pemerintah. NU juga melakukan
yang masih bertahan dan mengakar di kalangan bawah. Ia mewa- gerakan rekonsiliasi lain dengan pemerintah; ia bahkan mengun-
kili, paling tidak, dua puluh juta Muslim, yang --meski tidak sela- dang Panglima ABRI beragama Katolik, L.B. Moerdani -yang
lu terdaftar sebagai anggota resmi-- merasa terikat kepadanya me- dipercaya secara langsung telah memerintahkan tentara menembak
lalui ikatan-ikatan kesetiaan primordial. Di sebuah negeri yang di- para demonstran Muslim di daerah Tanjug Priok, Jakarta, bebe-
landa kecenderungan-kecenderungan kuat ke arah pemusatan (sen- rapa waktu sebelumnya pada tahun yang sama- untuk mengunju-
tralisasi), NU merupakan organisasi paling signifikan yang sangat ngi pesantren besar di Jawa Timur dan bertemu dengan para kiai.
terdesentralisasi. Para pengkritiknya mengkaitkan desentralisasi Sikap yang nampak tidak sejalan dengan pendirian oposisional
yang luar biasa ini dengan ketidakefektifan pengurus pusatnya, se- yang diambilnya beberapa waktu sebelumnya ini hanyalah salah
mentara warga NU sendiri lebih suka menghubungkannya dengan satu dari beberapa perubahan terkait yang terjadi hampir secara
rasa kemandirian yang sangat tinggi yang dimiliki para kiai lokal bersamaan. Pada muktamar yang sama, NU menyatakan diri me-
yang menjadi penyangga moral organisasi ini. ninggalkan politik praktis -sebuah keputusan yang umumnya di-
Sejalan dengan tradisi politik Islam Sunni, NU dalam perjalan- sebabkan frustasi terhadap faksi lain di Partai Persatuan Pemba-
an sejarahnya di masa lalu biasanya bersikap sangat akomodatif ngunan (PPP), ke dalam mana NU dipaksa meleburkan diri pada
terhadap pemerintah, dan para pemimpinnya seringkali dituduh se- 1973. NU menyatakan niatnya menjadi sebuah organisasai ke-
7 8
agamaan non-politik sebagaimana di masa lalu, sembari pada saat rena semua organisasi lain, setelah sebelumnya merasa enggan
yang sama menyatakan pengembangan masyarakat (community atau melakukan protes diam, akhirnya mengikuti juga.
development) sebagai bagian dari keprihatinannya. Satu-satunya Di samping tekanan pemerintah, ada juga beberapa alasan lain
bapak pendiri NU yang masih hidup akhirnya meninggal dunia yang mendorong penarikan diri dari politik praktis. Banyak kiai
padz 1980, dan reorientasi di atas -dalam pikiran banyak orang-- merasa bahwa konsentrasi kepada berbagai kegiatan politik telah
sangat erat kaitannya dengan generasi pemimpin yang lebih muda mengorbankan kualitas pendidikan pesantren; sementara yang lain
yang terpilih pada muktamar 1984. Adalah, terutama, Kiai Ach- merasa bahwa kepentingan sosial dan ekonomi masyarakat pede-
mad Siddiq, Rois Aam (pemegang kewenangan keagamaan dan saan yang menjadi massa pendukung NU telah terabaikan karena-
moral tertinggi dalam NU), dan Abdurrahman Wahid, Ketua nya. Pada 1980-an kita menyaksikan, berbarengan dengan depoli-
Umum badan eksekutif (Tanfidziyah), yang telah memberi wajah tisasi NU, tumbuhnya kembali minat baru dalam pengembangan
baru bagi organisasi ini. Kedua tokoh ini mewakili gagasan-ga- bidang pendidikan dan tradisi intelektual Islam serta berbagai upa-
gasan yang agak berbeda dengan gagasan para pendahulu mereka ya serius memperbaiki situasi sosial dan ekonomi pendukung pe-
mengenai apa yang harus diperjuangkan NU. desaan NU. Terlihat juga berbagai usaha untuk mengembangkan
Dapat dimengerti, perubahan-perubahan yang terjadi di tubuh wacana keagamaan baru yang lebih peka terhadap problem-pro-
NU ini tidak mendapat dukungan suara bulat. Mereka banyak blem kemiskinan, ketimpangan, ketertindasan dan pembangunan,
mendapat kritik, baik dari kalangan orang dalam maupun luar or- suatu corak teologi pembebasan Islam Indonesia (tetapi secara ha-
ganisasinya. NU sudah terlibat aktif dalam politik sejak tercapai- ti-hati disebut sebagai "teologi pembangunan").
nya kemerdekaan bangsa (sebagai partai politik ataupun sebagai Berbagai perkembangan inilah yang menjadi pokok bahasan
bagian dari PPP) dan telah melahirkan banyak politisi profesional. utama buku ini. Untuk menempatkan berbagai peristiwa dan ga-
Banyak kalangan yang keberatan dengan alasan bahwa perubahan gasan yang bergulir pada 1980-an ke dalam konteks yang lebih
ini akan merugikan kepentingan-kepentingan politik umat Islam luas, dan untuk menunjukkan bahwa terdapat kesinambungan de-
atau khususnya NU, di samping banyak kiai yang sudah sangat ngan masa lalu yang lebih banyak daripada yang dipikirkan ba-
tergantung kepada berbagai bentuk patronase yang diperoleh me- nyak orang, pembahasan mengenai periode 1980-an ini didahului
lalui jalur politik. Demikianlah, mereka yang terbiasa dengan po- dengan beberapa bab yang menggambarkan perjalanan sejarah NU
la-pola berpikir yang sudah magan dan juga sebagian kelompok pada masa sebelumnya.
kepentingan dalam NU tidak dapat menerima langkah depolitisasi
tersebut. KAJIAN TERDAHULU MENGENAI NAHDLATUL ULAMA
Namun perubahan tiba-tiba kepada sikap akomodatif dan pe-
nurut kepada pemerintah ini, mungkin mengejutkan, berjalan de- Dibandingkan dengan gerakan-gerakan Muslim pembaru (re-
ngan penolakan yang jauh lebih kecil di dalam tubuh NU diban- formis) dan modernis, NU tidak banyak mendapatkan perhatian
dingkan penolakan terhadap keputusan keluar dari PPP. Banyak kalangan ilmiah. Ia hampir tidak disebut dalam kajian-kajian pada
anggota NU, karena alasan yang berbeda-beda, merasa tidak se- masa kolonial. Survei Pluvier mengenai gerakan nasionalis pada
nang ketika organisasi mereka berkonfrontasi dengan pemerintah. periode 193042 (Pluvier, 1953) --walaupun memberikan perhati-
Para pengusaha yang berafiliasi dengan NU dan para kiai segera an kepada gerakan-gerakan yang bahkan jauh lebih kecil dan ber-
menemukan betapa kehidupan menjadi jauh iebih mudah ketika langsung sebentar yang hanya berarti dalam skala regional, sama
para penguasa sipil dan militer tidak lagi mencurigai organisasi sekali tidak menyebut NU. Kahin, dalam kajiannya mengenai pe-
mereka. Penibahan sikap tersebut sempat menimbulkan rasa tidak riode berikutnya, hanya menyebutnya dua kali, sebagai pasangan
percaya di kalangan orang luar; tetapi tak berlangsung lama, ka- "lebih konservatif" dari organisasi Muslim pembaru, Muhamma-
9 10
diyah, di dalam Masyumi (Kahin, 1952). Hanya Benda dan generasi ilmuwan dari lingkungannya sendiri yang mampu menyo-
Wertheim yang memberikan ulasan yang lebih dari sekadar me- roti lebih banyak peranannya dalam revolusi Indonesia (tetapi li-
nyebutnya sambil lalu, tetapi mereka tidak banyak menunjukkan hat Anam 1985, Zuhri 1987, Haidar 1991).
minat kepada dinamika internalnya dan jelas mengandung bias Ilmuan asing pertama yang memberikan perhatian serius kepa-
yang lebih memihak kepada kaum modernis (Benda, 1958; da NU adalah Ken Ward dalam kajiannya tentang pemilu 1971
Wertheim, 1959). (Ward 1974). Bab yang membicarakan tentang NU dalam buku
Para ilmuwan sosial Amerika yang berorientasi kepada moder- ini masih merupakan tulisan terbaik mengenai pokok persoalan
nisasi (modernization-oriented) yang mengkaji Indonesia pada tersebut. Adalah benar bahwa NU hampir tidak dapat diabaikan
1950-an dan 1960-an juga mempersepsikan adanya potensi per- dalam sebuah kajian tentang periode tersebut, karena di antara
kembangan yang lebih besar di kalangan modernis, dan karena itu kontestan-kontestan pemilu, NU merupakan salah satu partai yang
lebih banyak memberikan perhatian kepada kalangan tersebut dari paling kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Di Jawa Ti-
pada kepada kalangan tradisionalis. Geertz, yang paling berpenga- mur, tempat Ward melakukan pengamatannya, pemilu dalam ba-
ruh di antara mereka, berulangkali merujuk kepada perbedaan an- nyak tempat merupakan pertarungan amara Golkar, yakni partai
tara kaum kolot (tradisionalis, konservatif) dan Muslim pembaru pemerimah, dan NU. Namun, Ward tidak hanya memperhatikan
serta persaingan antara NU dan Muhammadiyah pada tingkat lo- aspek yang semata-mata bersifat politis dari kampanye dan mem-
kal; dia juga memberikan beberapa ulasan yang cerdas tentang pelajari subkultur yang diwakili NU dan pandangan dunia (welt-
sikap-sikap mereka yang bertentangan. Namun, pengamatan-pe- anschauung) para pemimpinnya.
ngamatannya mengenai NU dan dunia pesantren, yang dia defini- Sumbangan ilmiah penting lainnya adalah artikel Mitsuo Naka-
sikan dalam term yang benar-benar negatif ("anti-modernisme", mura tentang Muktamar NU 1979 yang dihadirinya (Nakamura
"organisasi kontra-pembaruan"), tetap sangat tidak memuaskan 1981). Di samping memberikan laporan langsung mengenai acara
(Geertz, 1960a, 1%0b, 1965, 1%8). muktamar (sebuah pandangan sekilas yang langka tentang proses
Karya Benedict Anderson, sebagaimana dalam banyak aspek politik dalam organisasi ini), Nakamura berusaha menjelaskan ba-
lain, merupakan perkecualian. Dalam kajiannya mengenai peranan gaimana pendirian radikal NU selama 1970-an bukanlah sesuatu
pemuda dalam revolusi (Anderson, 1972) dia secara eksplisit ber- yang bertentangan dengan corak tradisionalnya tetapi agaknya jus-
usaha memberikan perhatian yang sepatutnya kepada pesantren tru merupakan konsekwensi darinya. Setelah Muktamar 1984 di
dan NU. Dalam sebuah papernya kemudian (Anderson, 1977) dia Situbondo, Sidney Jones menerbitkan sebuah analisis yang mena-
menyoroti prasangka-prasangka ilmiah (scholarly prejudices) yang rik tentang perubahan yang terjadi di tubuh NU; analisisnya benar-
telah mengakibatkan penelantaran NU tersebut. Laporan terbaik benar bermutu berkat hubungannya yang dekat dengan beberapa
mengenai berdirinya dan perkembangan awal NU, mengejutkan, kiai berpengaruh dan para aktifis pengembangan masyarakat pada
harus ditemukan dalam kajian Deliar Noer tentang gerakan-gerak- periode tersebut(Jones 1985).
an pembaruan di Indonesia (Noer 1973). Berbagai kajian pada Selama dasawarsa yang lalu, beberapa penulis Indonesia telah
tingkat lokal dan regional mengenai perjuangan kemerdekaan menerbitkan sejumlah kajian tentang NU. Kebanyakan mereka
yang muncul belakangan ini tidak banyak menyebut NU, dan se- memusatkan perhatian kepada NU sebagai aktor politik. Seorang
bagian bahkan mengabaikan sama sekali.1 Orang menjadi berta- ilmuwan politik, Machrus Irsyam (1981), membahas hubungan
nya-tanya apakah ini disebablgn karena NU tidak memainkan antara NU dan PPP yang kelak berakhir dengan pemutusan hu-
peranan sama sekali atau karetla tendensi yang bisa dimengerti di bungan formal pada 1984. Seorang wartawan yang dekat dengan
pihak para ilmuan yang memusatkan perhatian kepada gerakan-ge- para pembaru muda di NU, Choirul Anam (1985), menelusuri se-
rakan yang paling radikal. NU sendiri belum menghasilkan sebuah jarah NU sejak kelahirannya sampai Muktamar Situbondo, dengan
11 12
menekankan kontinuitas dan konsistensi dalam kebijakan-kebijak- tren. Saya mulai tertarik kepada sejarah pendidikan agama di In-
an NU. Seorang Teolog Protestan, Einar Martahan Sitompul, donesia dan sejarah hubungan antara Indonesia dengan Timur Te-
(1989) menggambarkan secara ringkas proses penerimaan NU ter- ngah. Dan secara berangsur-angsur saya menemukan bahwa NU
hadap Pancasila sebagai asas tunggal; dia juga menekankan kon- merupakan gejala yang jauh lebih beraneka warna dan dinamis
tinuitas dengan masa lalu. Bagi kalangan minoritas Kristen di In- dari pada gambaran yang ada di pikiran saya.
donesia, Pancasila -tentu saja ditujukan, antara lain, demi ter- Sebagaimana kebanyakan orang Barat, saya agak berprasangka
ciptanya toleransi beragama; dan bisa dimengerti, Sitompul sangat terhadap NU dan ulama tradisionalis ketika saya pertama kali
bersimpati kepada kelompok Situbondo dalam NU. Terakhir, se- menginjakkan kaki di Indonesia. Ketika itu saya percaya bahwa
orang ilmuan politik lain, Kacung Mariian, menulis sebuah pe- modernisme Islam lebih dinamis dan sewa intelektual lebih me-
nelusuran yang rinci mengenai berbagai perkembangan pada per- narik ketimbang kaum pemelihara tradisi. Saya menghubungkan
tengahan dan akhir 1980-an. Sebuah jenis kajian lain, yang ber- NU dengan oportunisme politik, konservatisme sosial dan keter-
beda tetapi sangat relevan untuk memahami dinamika NU, adalah belakangan kultural. Saya segera menemukan bahwa kenyataan-
karya Zamakhsyari Dhofier mengenai tradisi pesantren (1980a, nya berbeda, dan kaum modernis dan pembaru tidak selalu meru-
1980b, 1982). pakan pemikir muslim paling progresif di Indonesia. Banyak di
Pada saat buku ini disusun, paling tidak ada tiga kajian lain ten- antara mereka (kaum modernis) yang tampaknya sudah meme-
tang NU yang sedang dilakukan atau hampir selesai. Ketiganya gang teguh paradigma-paradigma Hasan al-Bana, Sayyid Qutb dan
adalah disertasi doktor. Andree Faillard dari Paris telah menyele- Abul-A'la Maududi, sebuah bentuk taklid yang bisa menjadi lebih
saikan sebuah tesis yang menyoroti perkembangan-perkembangan kaku ketimbang sikap taklid kaum tradisionalis kepada empat
di tahun 1980-an, yang mungkin akan terbit dalam waktu dekat. imam madzhab. Saya seringkali bertemu dengan orang-orang mu-
Greg Fealy dari Universitas Monash (Australia) sedang mengga- da berlatar belakang pesantren yang secara intelektual berpikiran
rap tentang NU selama masa Demokrasi Terpimpin; tesisnya, lebih terbuka dan lebih besar rasa ingin tahunya ketimbang keba-
yang didasarkan atas penelitian arsip yang luas dan banyak wa- nyakan modernis yang saya kenal.
wancara, mungkin akan memberikan pandangan baru mengenai Dalam kenyataannya, sebagian dari pemikir muslim paling me-
periode tersebut. Terakhir, Sabine Kuypers dari Leiden, melaku- narik di Indonesia berasal dari latar belakang tradisionalis, bukan
kan kajian tentang organisasi Muslimat NU dan berbagai kegiatan modernis. Abdurrahman Wahid, Musthofa Bisri, dan Masdar Fa-
sosialnya. Tampaknya, NU pada akhirnya mulai mendapatkan rid Mas'udi -untuk menyebut tiga nama saja-- adalah para pe-
perhatian ilmiah yang selayaknya. mikir non-konformis yang, justru karena mereka telah menjalani
pendidikan tradisional disamping pengetahuan tentang dunia mo-
LATAR BELAKANG BUKU INI dern, telah memberikan sumbangan penting bagi wacana Lslam di
Indonesia. Masing-masing, sebagai pemikir, berbeda satu sama
Perkenalan pertama saya dengan NU berawal ketika saya be- lain meskipun terlihat beberapa karakteristik yang sama. Tradisi
kerja di LIPI sebagai konsultan metodologi penelitian dan ikut ter- dan transformasi, dalam pikiran mereka, bukanlah hal-hal yang se-
libat dalam sebuah proyek penelitian tentang pandangan hidup ula- penuhnya berbeda dan saling bertentangan, tetapi sebuah pasangan
ma (1986-90). Selama berlangsungnya proyek ini saya mengun- yang menyatu dan saling membutuhkan. Komitmen kepada cita-
jungi banyak pesantren dan madrasah serta bertemu dengan ba- cita keadilan sosial dan demokrasi, dan toleransi kepada agama
nyak ulama, baik tradisionalis maupun modernis; Saya juga berte- lain atau penafsiran Islam yang lain, merupakan dua dari unsur-
mu dengan orang-orang muda yang terlibat dalam proyek peng- unsur penting dalam pemikiran mereka. Gagasan-gagasan mereka
embangan masyarakat yang dilakukan di dalam dan sekitar pesan- merupakan sumbangan bagi lahirnya wacana Islam yang lebih di-
13 14
namis, lebih menarik dan merangsang daripada sumbangan mus- cara lebih meyakinkan mewakili keragaman masyarakat Indonesia
lim fundamentalis, dan, saya yakin, dalam jangka panjang akan di tingkat akar rumput dan mungkin akan menjadikannya penyum-
lebih memberikan hasil. Merupakan keberuntungan yang sangat bang kreatif bagi transformasi Indonesia.
besar bagi saya mengenal para pemikir ini, dan saya telah belajar-
banyak melalui berbagai diskusi derigan mereka. Ada juga hal lain ________________________________________________________
yang membuat NU menarik bagi saya. Sebagaimana dikatakan di ____________
atas, NU bukan hanya sebuah organisasi ulama tetapi juga sebuah ________________________________________________________
wadah bagi puluhan juta orang desa dan penduduk kota, keba- ____________
nyakan mereka adalah anggota dari lapisan masyarakat yang lebih
miskin. Apapun struktur formal NU, dalam prakteknya ia sangat
terdesentralisasi. Sangat sulit bagi PBNU untuk memaksakan se- 1. Audrey R Katol 1985; Fredrik 1989; Lucas 1991; Cribb 1951.
buah kebijakan yang sama bagi semua wilayah dan cabang, dan Kurangnya perhatian
benar-benar tidak mungkin memberikan perintah kepada para kiai. kepada NU tersebut sangat mengejutkan terjadi juga dalam kajian
Masing-masing kiai tetap merupakan seorang raja di pesantrennya Fredrick, yang
sendiri; dan betapapun setianya kepada NU, dia sangat menjun- berkaitan dengan Surabaya. Pada halaman 252 pengarang ini
jung tinggi kemandiriannya sendiri. Kenyataan ini seringkali dili- menyatakan bahwa "di
hat sebagai kelemahan NU sebagai organisasi, tetapi kecenderung- Surabaya umum dipercaya bahwa pemimpin revolusioner, Bung
an yang kuat ke arah otonomi lokal ini juga dianggap sebagai sum- Tomo, madapatkan kepercayaan
ber kekuatan NU sebagai sebuah sikap mental dan sub-kultur. dan dukungan dari Kiai Wachid Hasjim, pemimpin pesantren
Dalam perdebatan tentang demokratisasi'di negara-negara Asia terkenal di Jombang Tebuireng",
belakangan ini, diakui bahwa keberhasilan demokrasi tergantung tapi dia tidak menjelaskan kenapa dukungan ini sangat berarti.
kepada eksistensi masyarakat sipil (civil society), yakni, bentuk- Wachid Hasjim pada
bentuk organisasi yang independen terhadap negara (state). Di In- waktu itu adalah pemimpin NU yang sangat terkemuka yang
donesia, sebagaimana di banyak negara Asia lainnya, negara men- mempunyai hubungan dengan
cengkeramkan kekuasaannya dengan sempurna di dalam keba- kaum nasionalis; ayahnya, yang merupakan pimpinan pesantren
nyakan bentuk organisasi (seperti perhimpunan-perhimpunan da- yang sebenarnya, merupakan
gang organisasi "golongan", dan partai politik). Ini mengakibat- ulama NU yang sangat dihormati Beberapa hari setelah Bung Tomo
kan terjadinya banyak komunikasi "atas-bawah" dan hampir tidak mulai melancarkan
ada yang "bawah-atas". Banyak organisasi non-pemerintah juga pidato radionya yang terkenal, sebuah pertemuan para pemimpin
mengikuti pola yang sama, sehingga mereka pun tidak benar-be- NU dari seluruh Jawa dan
nar merupakan unsur-unsur masyarakat sipil. Muhammadiyah Madura yang bekumpul di Surabaya, menyatakan perjuangan
pun, organisasi Islam Indonesia besar lainnya, telah berkembang kemerdekaan nasional sebagai
dengan arah yang sama. Secara signifikan, banyak anggota dan jihad, "perang suci", dan umat Islam diwajibkan ikut serta (lihat bab
hampir semua pengurus Muhammadiyah adalah pegawai negeri. 2 di bawah).
Muhammadiyah menrpakan organisasi yang lebih tertata dan ber-
gerak secara profesional, lebih efektif daripada NU dalam banyak
hal. Tetapi, dalam pandangan saya, justru kurangnya disiplin dan BABI
langkanya keseragaman di dalam NU itulah yang membuatnya se- LAHIRNYA NAHDLATUL ULAMA
15 16
LATAR TRADISI, SOSIAL DAN INTERNASIONAL perkembangan internasionallah yang memberikan alasan langsung
bagi berdirinya NU. Lebih dari itu, walaupun dalam persepsi diri-
NAHDLATUL ULAMA didirikan pada 1926 oleh sejumlah tokoh nya sendiri tujuan utama NU adalah mempertahankan tradisi ke-
ulama tradisional dan usahawan Jawa Timur. Pembentukannya se- agamaan, dalam beberapa hal ia lebih dapat dilihat sebagai upaya
ringkali dijelaskan sebagai reaksi defensif terhadap berbagai akti- menandingi dari pada menolak gagasan-gagasan dan praktek-prak-
fitas kelompok reformis, Muhammadiyah, dan kelompok moder- tek yang lebih dahulu diperkenalkan kalangan reformis.
nis moderat yang aktif dalam gerakan politik, Sarekat Islam (SI).
Muhammadiyah dibentuk di Yogyakarta pada 1912 dan pada awal ISLAM JAWA TRADISIONAL: PESANTREN DAN
1920-an aktif melebarkan sayapnya ke berbagai wilayah Indone- LINGKUNGANNYA
sia. Muhammadiyah sangat menekankan kegiatannya kepada pen-
didikan dan kesejahteraan sosial, dengan mendirikan sekolah-se- Rapat yang merupakan peristiwa berdirinya NU berlangsung
kolah bergaya Eropa, rumah-rumah sakit dan panti-panti asuhan, di Surabaya dan kebanyakan anggota pendirinya menetap dan be-
namun ia juga merupakan organisasi reformis dalam masalah iba- kerja di kota tersebut, namun orientasi dasarnya tidak bersifat ke-
dah dan akidah. Ia bersikap kritis terhadap berbagai kepercayaan kotaan. Lembaga yang menjelmakan corak Islam yang diwakili
lokal beserta berbagai prakteknya dan menantang otoritas ulama NU, pesantren atau pondok, pada dasarnya merupakan sebuah fe-
tradisional. Sarekat islam didirikan pada tahun yang sama, 1912, nomena pedesaan. Pesantren adalah sejenis sekolah tingkat dasar
untuk membela kepentingan-kepentingan kelas pedagang Muslim dan menengah yang disertai asrama di mana para murid, santri,
dalam persaingan dengan kalangan Cina. Pada tahun-tahun beri- mempelajari kitab-kitab keagamaan di bawah bimbingan seorang
kutnya, ia berkembang menjadi gerakan nasionalis pertama yang guru, kiai. Tidak dapat diketahui secara pasti sudah berapa lama
mendapatkan banyak pengikut, mendapatkan dukungan yang sa- lembaga pendidikan Islam tradisional ini hadir di Jawa,3 tetapi kita
ngat luas di kalangan masyarakat pedesaan dan juga kelas pekerja tahu bahwa jumlah pesantren meningkat tajam pada paruh kedua
yang barn mulai terbentuk. Pada awal 1920-an, sayap paling radi- abad kesembilan belas dan terus berkembang sejak saat itu. Ba-
kal dari Sarekat Islam memisahkan diri dan bergabung dengan nyak pemuda Islam yang telah menetap beberapa tahun di Mekkah
partai komunis. Akibatnya, Sarekat Islam kehilangan banyak daya untuk belajar kepada para guru terkemuka di sana, dan setelah
hidup yang dimilikinya pada dasawarsa sebelumnya. Namun, se- kembali ke Jawa mereka mendirikan pesantren sendiri. Pesantren
bagai sebuah organisasi modern yang dlpimpin oleh para intelek- yang didirikan biasanya -meski tidak selalu- terletak jauh dari ko-
tual dan politisi jenis baru dan mengaku mewakili kepentingan se- ta. Semakin banyak daerah hutan Jawa dibuka dan dibersihkan
luruh umat Islam Indonesia, SI merupakan ancaman serius terha- untuk lahan penanaman padi dan tebu, begitu juga perkembangan
dap posisi para pemimpin tradisional umat, Kiai. pesantren. Dalam beberapa kasus, pesantrenlah yang membuka
Dalam bab ini saya akan menggambarkan secara selintas ber- hutan dan kemudian diikuti oleh para pemukimnya.4
bagai peristiwa dan perkembangan yang mendorong kelahiran Sebuah pesantren paling tidak terdiri dari rumah kiai, sebuah
NU. Akan tampak bahwa aktifitas Muhammadiyah dan Sarekat mesjid, dan asrama-asrama untuk para santri. Sebagian santri ber-
Islam merupakan faktor yang penting, walaupun kelahiran NU ti- asal dari desa tetangga dan kembali ke rumah setiap hari setelah
daklah semata-mata --sebagaimana dinyatakan banyak penulis-- se- pelajaran usai. Namun, para santri senior cenderung berasal dari
buah reaksi defensif terhadap pengaruh mereka yang semakin ber- tempat-tempat yang jauh; banyak santri dan orang tua mereka
tambah kuat. Konflik-konflik tajam antara kelompok reformis dan yang nampaknya lebih menyukai pesantren yang jauh daripada pe-
Islam tradisional sebagai latar belakang berdirinya NU tentu saja santren yang dekat. Kebanyakan santri biasanya membayar sejum-
harus dilihat, tetapi --sebagaimana akan terlihat- perkembangan- lah biaya tertentu; sebagian yang lainnya memperoleh hak untuk
17 18
tinggal di pesantren tersebut dengan bekerja di ladang atau rumah wasan disiplin intelektualnya juga mengalami perluasan, dengan
tangga kiainya. Biaya pendidikannya biasanya jauh dari mencu- diperkenalkannya kitab koleksi hadits, tafsir Al-Qur'an, logika, se-
kupi kehidupan kiai dan perawatan pesantren, tetapi kebanyakan jarah Islam, dan mata-mata pelajaran umum. Namun identitas tra-
kiai mempunyai berbagai sumber pendapatan yang lain. Keba- disi intelektual pesantren sekarang, sebagaimana waktu itu, diten-
nyakan mereka memiliki tanah pertanian atau berdagang kecil-ke- tukan tiga serangkai mata pelajaran, yang terdiri dari fiqh menurut
cilan, dan hampir semuanya secara teratur menerima berbagai ha- mazhab Syafi`i, akidah menurut mazhab Asy'ari dan amalan-
diah dari para pengikut setianya yang kaya. amalan Sufi dari karya-karya Imam al-Ghazali.7
Sekitar pergantian abad yang lalu, kaum muslim taat yang me- Kiai memainkan peranan yang lebih dari sekadar seorang gu-
rupakan sumber dukungan bagi kiai adalah kelompok minoritas ru. Dia bertindak sebagai seorang pembimbing spiritual bagi me-
kecil di lingkungan masyarakat pedesaan. Mereka sering disebut reka yang taat dan pemberi nasehat dalam masalah kehidupan pri-
kaum putihan, karena mereka lebih suka mengenakan pakaian dan badi mereka, memimpin ritual-ritual penting serta membacakan
peci putih. Kita tidak' tahu banyak tentang komposisi sosial dari do'a pada berbagai acara penting. Banyak kiai Jawa yang juga di-
kelompok ini. Sumber-sumber Belanda dari periode tersebut me pengetahuan yang diperoleh dengan caracara supernatural, dan
nyebutkan bahwa mereka pada umumnya terdiri dari para peda- percaya mempunyai kemampuan penglihatan batin dan ilmu ke-
gang keliling dan pengrajin, tetapi pastilah juga terdapat para peta- terdapat banyak cerita tentang kiai yang dapat melakukan perja-
ni dan buruh tani. Pada umumnya, kelompok muslim taat ini tan- saktian tertentu; mereka bertindak sebagai orang yang dapat mela-
pak secara hati-hati menjaga jarak sosial mereka dari massa petani lanan jarak jauh dengan cara yang menakjubkan misalnya pergi
yang menganut kepercayaan sinkretis dan menjalankan praktek pe- kukan penyembuh spiritual dan mengusir roh jahat, membuat ji-
mujaan arwah setempat yang di sebagian wilayah disebut kaum melaksanakan shalat Jum'at ke Mekkah.
abangan), dan mereka seringkali bertempat tinggal secara terpisah mat-jimat atau mengajarkan berbagai teknik kekebalan tubuh. Ba-
dengan kelompok yang terakhir ini.5 Dari lingkungan inilah keba- Arwah-arwah orang yang sudah meninggal tetap memainkan
nyakan santri (dalam arti murid pesantren) berasal, walaupun tidak nyak kiai yang menjadi guru pencak silat, yang menggabungkan
selalu demikian. Sebagian keluarga priyayi juga mengirim anak- berbagai peranan dalam kehidupan Muslim Jawa tradisional. Zia-
anak mereka ke pesantren, untuk melengkapi pendidikan umum berbagai teknik olah fisik dengan teknik-teknik mistik untuk me-
mereka.6 Sepanjang abad ini semakin banyak pula kelompok rah ke makam orang yang dihormati -keluarga dan leluhur, guru,
abangan yang secara bertahap terserap ke dalam lingkungan ningkatkan kelincahan bertarung dan kekebalan terhadap senjata,
pesantren. wall dan raja- tidak saja dianggap pert>uatan yang berpahala besar
Terdapat berbagai tingkatan pesantren. Yang paling sederhana atau untuk membuat tidak mempan dari pukulan senjata tajam
hanya mengajarkan cara membaca huruf Arab dan menghafal be- di kalangan Muslim Jawa tradisional tetapi juga dipercaya mempu-
berapa bagian atau seluruh Al-Qur'an. Yang agak lebih tinggi ada- atau senjata api dari pihak lawan. Pengaruh seorang kiai akan
lah pesantren yang mengajarkan kepada para santrinya berbagai nyai kegunaan-kegunaan praktis. Dipercaya bahwa pahala, yang
kitab fiqh, ilmu akidah dan kadang-kadang amalan Sufi, di sam- menjadi semakin besar lagi jika dia berafiliasi dengan sebuah tare-
ping tata bahasa Arab (Nahwu-Sharaf). Di pesantren paling maju diperoleh dari, miscllnya, pembacaan doa-doa dan ayat-ayat Al-
--yang paling terkenal di antaranya, pesantren Tebuireng, Jom- kat dan dapat mengajarkan amalan-amalan tarekat bagi mereka
bang-- diajarkan kitab-kitab fiqh, akidah dan tasawwuf yang lebih Qur'an, dapat dipersen?bahkan bagi arwah-arwah orang yang su-
mendalam dan beberapa mata pelajaran tradisional lainnya. Abad yang ingin belajar kepadanya. Tarekat tidak hanya menghubung-
ini menyaksikan adanya pertambahan secara bertahap jumlah ki- dah meninggal. Sebagai balasannya, para arwah tersebut dapat di-
tab-kitab (dalam bidang tersebut di atas) yang dipelajari. Dan wa-
19 20
kannya dengan kiai lainnya dalam jaringan yang luas tetapi juga bukan ajaran asli Islam. Kaum puritan yang lebih ketat di kalangan
mintai sesuatu, misalnya pertolongan, wangsit, penyembuhan pe- mereka mengerahkan segala usaha untuk memberantas semua un-
melahirkan pengikut yang sangat taat dan setia. sur lokal dalam kehidupan keagamaan dan bahkan sampai soal-
nyakit atau kemandulan. Di kebanyakan pesantren, makam kiai soal furu` dalam peribadatan yang tidak pernah diajarkan Nabi.
Kiai merupakan perantara, dengan pengertian yang berbeda- Salah satu soal furu` menjadi pokok perdebatan sengit adalah niat
pendiri dan guru-guru lainnya merupakan tempat penting, dan hari atau ushalli, pelafalan niat ketika memasuki shalat. Menurut ka-
beda, antara dunia ini dan dunia arwah. Kepercayaan kepada ada- langan tradisional, niat ini dinyatakan dengan bersuara, tetapi kare-
kematian sang pendiri selalu diperingati setiap tahun. Dipercaya na tidak terdapat hadits yang menjadi dasarnya, kaum pembaru
nya dunia arwah yang harus diambil hati merupakan ajaran sentral berpendirian bahwa niat tidak dilafalkan, hanya di dalam hati.8 '
bahwa makam kiai --atau lebih tepat, arwahnya-- masih dapat Kritik paling keras terhadap amalan tradisionalis berkaitan de-
dalam Islam Jawa tradisional dan juga dalam pandangan hidup ngan hubungan antara orang yang masih hidup dengan orang yang
memberikan berkah; kehadiran makam menambah legitimasi bagi sudah meninggal dunia. Kaum pembaru menyatakan bahwa kema-
kaum abangan. Kebanyakan kiai dipercaya, karena penguasaannya tian berarti berakhirnya komunikasi antar manusia dan upaya-upa-
pam penerusnya. ya untuk berhubungan dengan arwah orang yang sudah meninggal
atas ilmu-ilmu keislaman, mampu mengusir jin dan menangkal pe- dunia, dengan tujuan apapun, merupakan penyimpangan dari ajar-
Berbagai ritual yang diperuntukkan bagi orang yang baru me- an tauhid. Mereka secara tegas menolak kepercayaan kepada per
ngaruh-pengaruh buruk dari dunia gaib. Mereka juga dipercaya le- tolongan arwah dan bentuk-bentuk kontak spiritual lainnya; pemu-
ninggal juga didasarkan atas kepermyaan bahwa komunikasi se- jaan wali dikutuk sebagai amalan yang bertentangan dengan ajaran
bih mampu dari orang lain dalam menjalin hubungan dengan ar- Islam. Tahlilan, selamatan dan ziarah yang bagi kalangan tradi-
macam itu tetap dapat diialin: Pam rekan dan kerabat berkumpul sionalis merupakan amalan keagamaan yang sangat penting, sa-
wah-arwah orang yang sudah meninggal. Seorang kiai tarekat me- ngat dibenci oleh kaum pembaru. Menurut kaum pembaru, satu-
untuk mengadakan tahlilan dan slametan, yang pahalanya diper- satunya amalan yang sah yang dapat dilakukan untuk kerabat yang
rupakan penghubung muridnya dengan seluruh mata rantai guru- sudah almarhum adalah berdoa secara langsung kepada Allah dan
sembahkan kepada arwah almarhum. Ziarah dan tahlilan tidak ha- memohon ampunan atas dosa-dosanya.
guru terdahulu yang bersambung sampai kepada Nabi dan akhir- Pengetahuan tekstual kiai, terutama fiqh -ilmu terpenting da-
rus menghadirkan kiai, tetapi dipercaya akan lebih afdol jika di- lam khazanah keilmuan tradisional-, juga diserang oleh para pem-
nya Kepada Allah, dan dia adalah penyambung melalui mana her- baru. Kaum modernis mempertanyakan relevansinya, kaum puri-
pimpin seorang kiai. tan menyatakan bahwa fiqh banyak mengandung bid`ah. Fiqh tra-
kah mengalir dari arwah-arwah para wali kepada pengikutnya. Se- disionai menuntut sikap taqlid kepada ajaran-ajaran hukum salah
bagian kiai terkenal sebagai orang yang mempunyai ilmu laduni, seorang dari empat imam mazhab fiqh ortodoks abad pertengahan
--di Indonesia, mazhab Syafi`i. Ajaran-ajaran ini dipelajari melalui
berbagai karya yang bersifat ulasan (syarah), dan ulasan atas ulas-
KRITIK KAUM PEMBARU TERHADAP ISLAM TRADISIONAL an (hasyiyah) atas karya-karya abad pertengahan, yang --dalam
pandangan pembaru- menjadi tabir penghalang antara masa seka-
Ajaran-ajaran Muslim pembaru (reformis) dan modernis abad rang dan masa Nabi. Karena itu, gerakan pembaruan menolak taqlid
ke-19 dan ke-20 berlawanan dengan seluruh bangunan keperca- dan menganjurkan kembali kepada sumber asli, yaitu Al-Qur'an dan
yaan dan amalan Muslim tradisionaI. Banyak di antara kepercaya- hadits, yang harus direinterpretasikan melalui penalaran
an dan amalan Muslim tradisional dinyatakan sebagai "bid'ah", bebas (ijtihad) oleh ulama yang memenuhi syarat. Mereka juga
21 22
menunjukkan sikap yang menolak konsep-konsep akidah dan tasawuf lah ulama tradisional di Surabaya membentuk sebuah perhimpun-
tradisional, yang dalam masa formatifnya dipengaruhi oleh an dan mendirikan sebuah sekolah agama, yang diberi nama Tash-
Filsafat Yunani serta pemikiran Kristen dan Persia.9 wirul Afkar pada 1924, dilaporkan pada saat itu bahwa mereka
Bagi banyak ulama tradisional, kritik tersebut tampak sebagai melakukannya sebagai reaksi langsung terhadap propaganda Faqih
tidak lain dari serangan terhadap inti ajaran Islam (dan, tentu saja, Hasjim.13 Tashwirul Afkar umumnya dianggap sebagai cikal-bakal
terhadap kedudulan kiai sebagai pemegang kewenangan keagama- NU hanya karena Kiai Wahab Chasbullah merupakan tokoh
an). Pembelaan mereka terhadap tradisi-tradisi yang dijunjung penggerak di balik keduanya. Tetapi Kiai Wahab, sebagaimana
tinggi ini membuat mereka semakin ketat memegang tradisi seba- akan kita lihat di bawah, aktif dalam berbagai organisasi dan ling-
gai sebuah ciri kepribadian Mazhab Syafi'i menjadi inti dari tra- kungan intelektual yang ada pada waktu itu, dan juga bekerja sama
disionalisme ini (walaupun tetap ada pengakuan terhadap tiga dengan para pembaru moderat -sebelum terjadi perselisihan di
mazhab fiqh Sunni lainnya), tetagi sebagian soal furu' yang dito- 1920-an yang membuatnya mengambil posisi tradisionalis secara
lak kaum pembaru juga memperoleh makna simbolik sangat pen- lebih tegas.
ting. Karya-karya tulis para pembaru (dan karya pelopor mereka, Tidak dapat dibantah, kelahiran NU merupakan bagian dari
seperti ulama puritan abad pertengahan, Ibn Taimiyah) dinyatakan pola umum reaksi anti-pembaru. Namun, sebab-sebab langsung
sebagai bid`ah dan diharamkan di pesantren.10 berdirinya tidak banyak berhubungan dengan munculnya reformis-
me di Surabaya, dan tujuan-tujuan awalnya bersifat lebih terbatas
dan kongkret dibandingkan dengan usaha melakukan perlawanan
LAHIRNYA NAHDLATUL ULAMA: terhadap serangan kaum pembaru. Tujuan-tujuannya berhubungan
SEBUAH REAKSI ANTI-PEMBAHARU dengan perkembangan internasional pada pertengahan 1920-an:
penghapusan jabatan khalifah, serbuan kaum Wahabi atas Mekkah
Sudah seringkali dinyatakan bahwa NU didirikan oleh kiai tra- dan pencarian suatu internasionalisme Islam yang baru. Perkem-
disionalis yang menyaksikan posisi mereka terancam dengan mun- bangan-perkembangan inilah, dan dampaknya bagi kaum muslim
culnya Islam reformis. Pengaruh Muhammadiyah dan Sarekat Is- Indonesia, yang akan kita soroti terlebih dahulu.
lam yang semakin meluas, demikian menurut argumen ini, telah
memarginalisasikan kiai, yang sebelumnya merupakan satu-satu- LATAR BELAKANG INTERNASIONAL
nya pemimpin dan juru bicara komunitas Muslim, dan ajaran
kaum pembaru sangat melemahkan legitimasi mereka. Dikatakan, Pada Februari 1924, Pemerintahan Kemalis Republik Turki
NU didirikan untuk mewakili kepentingan-kepentingan kiai, vis a menghapuskan jabatan Khalifah (khilafah). Hal ini memberikan
vis pemerintah dan juga kaum pembaru dan untuk menghambat dorongan kepada pembicaraan i tentang teori politik Islam dan upa-
perkembangan organisasi-organisasi yang hadir lebih dahulu.11 ya-upaya untuk membangun institusi-institusi pan-Islami yang ba-
Tentu saja ada kebenaran dalam tesis ini, walaupun ia gagal ru. Para penguasa Daulah Utsmaniyah di Istanbul sudah sejak
menjelaskan kenapa NU didirikan pada 1926 dan tidak lima atau abad ke-18 menyandang gelar sultan dan khalifah; gelar khalifah
sepuluh tahun lebih awal, ketika Sarekat Islam sedang giat-giatnya menunjukkan klaim mereka sebagai pengganti Nabi dan karena itu
dan ketika banyak keluhan terhadap kaum pembaru yang agresif merupakan kewenangan tertinggi atas seluruh dunia Muslim. Pada
menyebarkan ajarannya di Jawa. Adalah, terutama, Faqih Hasjim, akhir abad ke-19 klaim ini, walaupun meragukan jika ditinjau ber-
pedagang dan penyebar aktif paham reformis asal Minangkabau dasarkan fakta-fakta sejarah, diakui oleh kebanyakan umat hlam
yang menetap di Surabaya pada akhir 1910-an, yang memancing di Asia Selatan dan Tenggara maupun Timur Tengah.14
respons keras dari kalangan tradisional.12 Ternyata, ketika sejum- Daulah Utsmaniyah sudah dihapuskan setahun sebelumnya,
23 24
dan khalifahnya yang terakhir, setelah semua kekuatannya dilucu- itu harus ditunda sampai Mei 1926.
ti, dalam prakteknya tidak lebih dari figur yang tak bisa berbuat Dalam pandangan Ibn Sa'ud, persiapan Kongres Kairo, de-
apa-apa. Bagaimanapun juga, penghapusan khilafah menyebabkan ngan kemungkinan terpilihnya Raja Fu'ad sebagai khalifah baru,
banyak masyarakat Muslim, terutama di daerah jajahan Inggeris merupakan ancaman atas posisi yang baru dimenangkannya di Hi-
dan Belanda, merasa terpukul dan kehilangan orientasi. Mungkin jaz. Karena itu, dia menyelenggarakan kongres tandingan di Mek-
lebih tepat dikatakan bahwa masyarakat-masyarakat Muslim yang kah selama Juni-Juli 1926, berpura-pura menyelenggarakan pem-
terjajahlah yang merasakan kebutuhan akan kepemimpinan politik bicaraan tentang urusan haji tetapi dalam kenyataannya berusaha
yang independen -sekalipun hanya bersifat simbolik-- semacam memperoleh legitimasi bagi kekuasaannya atas Hijaz. Kedua
itu. Kaum Muslim India berkampanye dalam rangka pemulihan kongres yang hampir bersamaan itu menunjukkan adanya persa-
kembali Daulah Utsmaniyah, dan beberapa calon menunjukkan ingan yang tidak terlalu tersembunyi untuk meraih kedudukan
keinginan menyandang gelar khalifah. sebagai pemimpin seluruh umat Islam. Kedua panitia penyeleng-
Salah seorang calon seriusnya adalah penguasa Mekkah, Sya- gara kongres tersebut dengan harap-harap cemas melakukan pen-
rif Husain (yang menguasai kota-kota suci Islam setelah runtuh- dekatan agar seluruh dunia Islam bersedia ikut serta.
nya Daulah Utsmaniyah pada 1916). Dia membentuk sebuah de- Tahun 1920-an juga merupakan rentang waktu dimana di In-
wan penasehat khalifah, termasuk di antaranya dua orang Asia donesia pun diadakan kongres-kongres umat Islam. Di tahun-tahun
Tenggara yang bermukim di Mekah, dan mengadakan sebuah 1922 sampai 1926, para aktifis Muslim dari berbagai organisasi
kongres haji (mu'tamar al-hajj) di Mekah pada Juli 1924, de- dan perhimpunan mengadakan serangkaian kongres bersama (yang
ngan harapan mendapatkan dukungan internasional bagi klaimnya disebut Kongres AL-Islam) untuk membicarakan berbagai masalah
atas gelar khalifah. Kongres ini adalah yang pertama dari serang- penting yang menjadi keprihatinan bersama. Semua aliran Islam
kaian kongres Islam internasional yang diselenggarakan pada Indonesia terwakili dalam kongres-kongres ini, walaupun wakil
1920-an.15 Para pesertanya gagal mencapai kata sepakat untuk kaum modernis mungkin terlalu banyak.16
memberikan dukungan yang diharapkan Syarif Husain. Beberapa
bulan kemudian (Oktober 1924), musuh besar politik Syarif, `Abd
al-'Aziz ibn Sa'ud, menyerbu Mekkah dan membuyarkan ke- ________________________________________________________
inginan-keinginannya. Pada akhir tahun berikutnya, seluruh Hijaz ________
(yakni, bagian sebelah barat semenanjung Arab), termasuk pela- ________________________________________________________
buhan penting Jeddah, berada di tangan Sa'udi, sementara Husain ________
-yang sudah melarikan diri keluar negeri- tak punya kekuasaan
sama sekali. 3. Sekian banyak orang beranggapan bahwa pesantren hanyalah
Pada waktu itu, sedang dilakukan persiapan-persiapan penye- kelan-
lenggaraan Kongres Khilafat yang akan diadakan di Kairo pada jutan dari lembaga pendidikan serupa di masa pra-Islam Anggapan
Maret 1925. Inisiatif penyelenggaraannya berasal dari para ulama ini tidak didukung dengan bukti-bukti yang kuat, dan ada alasan-
al-Azhar, yang didorong oleh Raja Mesir, Fu'ad, calon lain untuk alasan kuat untuk mempercayai bahwa corak pesantren yang ada
kursi khalifah. Pemikir pembaru terkemuka, Rasyid Ridla, salah pada
seorang penyelenggaranya, sudah mengirim undangan kepada Sa- abad sembilan belas tidak dapat ditemukan sebelum pertengahan
rekat Islam dan Muhammadiyah, organisasi penting yang ada di abad delapan belas (Lihat van Bruinessen 1992s).
Indonesia pada waktu itu. Namun kesulitan-kesulitan internal di
Mesir mengganggu persiapan kongres dan menyebabkan kongres
25 26
4. Demikianlah KH Hasjim Asj'ari mendirikan pesantren Tebuireng digambarkan dalam MARTIN VAN BRUINESSEN 1990b dan
yang 1992c. Untuk'studi
praktis berhadapan dengan pabrik gula Cukir, Jombang selatan, yang lebih rinci tentang dunia pesantren lihat Prasodjo 1974,
yang Dhofier 1986 dan 1982, Rahardjo 1985 dan Moosmuller 1989.
konon dimaksudkan untuk memberikan bimbingan kepada
masyarakat 8. Sebab kenapa ushalli menjadi soal yang demikian penting antara
perintis yang tidak patuh kepada syari'at KH Mohammad Hadi dari kaum
Girikusumo. (Lihat Bruinessen 1994:162) mewakili pola yang lain: pembaru dan tradisionalis di Indonesia bersifat sangat kebetulan.
dia mendirikan pesantren sederhana di sebelah selatan Semarang Dalam padebatannya dengan kalangan pembaharu di Surabaya, Kiai
di tengah-tengah hutan yang dibukanya sendiri. Wahab ChasbuIlah menyatakan bahwa Al-qur'an dan Hadits saja
tidak cukup sebegai sumber untuk ibadah-ibadah yang paling pokok
5. Lihat studi tentang salah satu komunitas semacam ini di wilayah sekalipun, dan beliau menyebutkan pelafadzan ushalli sebagai unsur
Jom- ibadah yang ditetapkan melalui ijma' (kesepakatan ulama
bang, dalam Fox & Pradjarto 1989. Di sini kalangan santri hampir belakangan)
tampak sebagai kelompok etnis tersendiri: mereka menikah di Hal ini kemudian menyebabkan kalangan pembaru menolak ushalli
kalangan sama
mereka sendiri (walaupun orang dapat masuk menjadi anggota sekali. A. Hassan yang kemudian menjadi pemimpin Persis berjuang
komunitas gigih untuk memurnikan agama setelah beberapa kali berdiskusi
ini melalui pendidikan pesantren), mempunyai spesialisasi ekonorni dengan
mereka sendiri (pembuatan nila) dan bertempat tinggal secara Kiai Wahab pada tahun 1924 (Noer 1973 : 86-87; Pijper 1977 :
terpisah 121).
di desa.
9. Ini tentu saja merupakan gambaran yang terlalu sekilas tentang
6, lihat ingatan (yang meragukan) dari Pangeran Ahmad perbedaan-perbedaan penting antara kepercayaan Para pembaru dan
Djajadiningrat tradisionalis, dan tidak dapat secara adil menggambarkan berbagai
yang kelak menjadi bupeti Banten tentang pengalamannya hidup di ragam pendirian pembaru. Studi-studi terbaik yang menggambarkan
pesantren (Djajadiningrat 1908). Alumni pesantren terkenal lainnya secara umum aliran-aliran pembaharu di Indonesia dan kritik
adalah Ronggowarsito penyair besar istana Jawa, yang pemikiran mereka
mistik terhadap Islam tradisional adalah Noer 1973 dan Pijper 1971. Un-
singkretisya barangkali banyak diambil dari kitab-kitab tasawuf tuk studi antropologis yang sangat bagus tentang padebatan yang
dipelajarinya di pesantren Tegalsari. Beberapa keluarga besar masih berlangsung antara kaum pembaru dari berbagai aliran dan
ulama, Muslim tradisional pada tingkat lokal di Aceh Tengah yang sangat
ternyata mempunyai hubungan melalui perkawinan dengan banyak kemiripinnya dengan perdebatan yang sebelumnya terjadi di
keluarga- Jawa pada abad ini, lihat Bowen 1993
keluarga priyayi.
10. Pedebatan tentang ijtihad versus taqlid dan perkembangan Islam
7. Kurikulum pesantren sebagaimana yang diajarkan pada abad ke19 tradisional

27 28
menjadi tradisionalisme Muslim yang fanatik dibicarakan secara 13. Ini diceritakan oleh Penasehat Pemerintah Belanda untuk Urusan
lebih luas Pribumi, B.J.O. Schrieke,
dalam artikel saya "Tradisions for the future" (van Bruinessen, akan yang megunjungi Surabaya dan Madura pada 1919 untuk
terbit). mensurvei keadaan gerakan-gerakan
keagamaan di sana. Lihat Schrieke 1919.
11. Ini adalah penjelasan tentang lahirnya NU yang diberikan
beberapa penulis seperti 14. Rakyat Aceh, misalnya, minta bantuan Turki ketika mereka
Benda, Wertheim dan Geertz. Ada juga jenis penjelasan ynag lebih berperang melawan Belanda pada
cenderung awal abad ke 19, atas dasar bahwa mereka sebelumnya mengakui
menyatakan adanya konspirasi, yang pernah sangat populer di Sultan/Khalifah sebagai
lingkungan para pembaru. penguasa mereka. Sebagian jemaah haji yang kembali dari Mekkah
Menurut tesis ini, penguasa Belandalah, karena melihat membawa bendera Daulah
Muhammadiyah dan Sarekat Utsmaniyah sebagai simbol kesetiaan mereka kepada Khalifah.
Islam mengancam pemerintahan Belanda atas Hindia, yang - Snouck Hurgronje, penasehat
melalui usaha-usaha Ch.O. pemerintah Hindia Belanda, berusaha meyakinkan orang-orang
van der Plass yang legendaris mendorong berdirinya NU yang sesama Eropanya bahwa
apolitik dan kooperatif Khalifah bukanlah sejenis Paus dan klaim para Sultan Utsmaniyah
untuk melemahkan organisasi-organisasi Muslim yang lebih atas gelar tersebut
radikal. Teori ini sudah palsu (lihat artikelnya dalam Verspreide Geschriftennya jilid III);
diabailan karena dianggap tidak berdasar oleh tidak kurang dari bdk. artikel
Deliar Noer, Sejarawan tentang "khalifah" yang lebih obyektif, oleh Dominique Sourdel,
Islam modernis Indonesia terkenal (1973:234-5n), dan oleh dalam Encyclopaedia
ilmuwan pditik terkemuka, of Islam). Kebanyakan Muslim mempunyai pikiran yang berbeda
Alfian (dikutip dalam Irsyam 1984:18) tetapi masih ada saja dan penghapusan jabatan
penganutnya. khalifah menimbulkan kecemasan yang madalam.

12. Faqih Hasjim adalah murid pembaharu Minangkabau terkenal 15. Kongres-kongres ini dan berbagai perkembangan berikutnya, yang
Haji Rasul (Haji Abdul Karim Am- membawa kepada
rullah, ayah Hamka). Faqih Hasjim tiba di Surabaya pada paruh terbentuknya badan-badan internasional permanen seperti Liga
kedua 1910-an dan berdakwah Dunia Islam (Rabitat
menyerang praktek-praktek tradisional, seperti tahlilan dan ritus- al-`Alam al-Islami menjadi obyek tiga studi baru-baru ini: Kramer
ritus untuk orang yang 1986, Schulze 1990 dan
sudah meninggal lainnya, juga menyerang soal-soal furu` dalam Landau 1990.
ibadah tradisional yang
dianggap bid'ah oleh kaum pembaru, seperti pelafalan ushalli (Noer 16. Sampai sekarang belum ada studi serius tentang Kongres-Kongres
1973:226-7; Schrieke Al-Islam ini; Pengamatan
1919). singkat dalam Benda 1958 dan Noer 1973 masih merupakan studi
yang terbaik. Dua laporan
29 30
Belanda kontemporer yang menyebut-nyebut kongres-kongres ini Islam, Tjokroaminoto, keberatan terhadap peranan raja Fu'ad da-
diterbitkan dalam Kwantes lam kongres ini, yang dia curigai sebagai siasat tersembunyi Ing-
1978:188-195 dan 321-327. Lihat juga Amelz 1952:163-175. gris untuk menguasai Dunia Islam. Dia menegaskan bahwa umat
Islam Indonesia, demi alasan politik, hendaknya memilih Kongres
Kongres Al-Islam ketiga, yang diselenggarakan Desember Mekkah yang diadakan Ibn Sa'ud. Kaum tradisonalis juga memi-
1924, didominasi pembicaraan mengenai masalah khilafah, dan lih Kongres Mekkah, walaupun dengan alasan yang berbeda: ke-
para pesertanya memutuskan untuk mengirimkan delegasi yang dudukan Hijaz merupakan masalah yang lebih penting daripada se-
mewakili Sarekat Islam, Muhammadiyah dan kaum tradisionalis mua permasalaban khilafah.
ke kongres Kairo. Karena terjadi penundaan di Mesir, delegasi ini Kaum tradisionalis Indonesia menghendaki agar utusan Indo-
tidak jadi berangkat. Menjelang Kongres Al-Islam keempat, Agus- nesia ke Kongres Mekkah meminta jaminan dari Ibn Sa'ud bahwa
tus 1925, datang pula undangan untuk menghadiri Kongres Mek- dia akan menghormati mazhab-mazhab fiqh ortodoks dan mem-
kah. Masalah penentuan pilihan antara Kairo dan Mekkah, dan bolehkan berbagai praktek keagamaan tradisional. Ini adalah ma-
masalah sikap yang diambil terhadap rejim Sa'udi yang baru ber- salah yang paling penting bagi mereka, karena Mekkah -di mana
kuasa di Mekkah, menimbulkan perselisihan pendapat antara Sare- terdapat komunitas pemukim Indonesia dalam jumlah besar- sejak
kat Islam dan Muhammadiyah dan menyebabkan keretakan hu- lama telah menjadi pusat ilmu tradisional, di mana orang-orang
bungan di antara mereka dan kaum tradisionalis yang terus meluas yang kemudian menjadi kiai biasanya menghabiskan waktu bebe-
dan akhirnya menimbulkan perpecahan. rapa tahun untuk menuntut ilmu di sana.17 Akan merupakan pu-
Tidak satupun dari kedua kongres tersebut yang secara jelas kulan berat bagi pendidikan tradisional di seluruh dunia Islam jika
berhubungan dengan Islam tradisional. Kita telah menyaksikan ajaran fiqh Syafi`i dilarang di Mekkah. Demikian juga, pelarang-
bahwa pembaru terkenal, Rasyid Ridla, adalah salah seorang pe- an terhadap tarekat dan ziarah ke banyak makam orang suci di da-
nyelenggara Kongres di Kairo (walaupun kemudian dia memu- lam dan sekitar Mekkah akan menghilangkan kesempatan kaum
tuskan untuk datang di Kongres Mekkah). Hal ini bukannya tidak Muslim tradisional seluruh dunia untuk memperoleh pengalaman-
membuat kaum tradisionalis Indonesia merasa khawatir. Bagaima- pengalaman keagamaan yang penting.
napun juga, Ibn Sa'ud dan pengikutnya adalah kaum Wahabi, pe- Tidak mengherankan, kaum pembaru tidak bersedia meminta
ngikut sekte puritan yang paling dogmatis dalam Islam. Kelompok kepada Sa'ud agar melindungi praktek-praktek tradisional yang ti-
Wahabi terkenal dengan sikap kerasnya menentang segala sesuatu dak mereka setujui tersebut. Tentu saja, hal ini semakin memper-
yang bernada pemujaan kepada wali dan pemujaan kepada orang buruk ketegangan antara kaum Muslim tradisionalis dan pembaru
yang sudah meninggal. Selama menduduki kota Mekkah beberapa di Indonesia. Kongres itupun berakhir tanpa ada keputusan yang
waktu sebelumnya, pada awal abad ke-20, kaum Wahabi meng- jelas. Setengah tahun kemudian, Februari 1926, Kongres Al-Islam
hancurkan banyak makam di dalam dan sekitar kota tersebut dan kelima diadakan untuk memilih siapa yang akan menjadi utusan ke
memberangus berbagai praktek keagamaan populer. Bagi kaum Kongres Mekkah. Pada saat itu, tentu saja, kaum tradisionalis ti-
Muslim tradisionalis Indonesia, yang sangat terikat kepada prak- dak mendapat kesempatan.18 Hanya dua orang utusan yang ditun-
tek-praktek keagamaan yang dikutuk kaum Wahabi ini, penakluk- juk, Tjokroaminoto (SI) dan Mas Mansoer (Muhammadiyah).19
an atas Mekkah tersebut merupakan peristiwa yang mencemaskan. Di luar utusan dari Kongres Al-Islam, kaum pembaru Sumatera
Muhammadiyah sejak awal nampak lebih cenderung ke Kong- Barat mengirimkan dua utusannya ke Kongres Kairo, yakni pem-
res Kairo, mungkin karena keterlibatan Rasyid Ridla di dalamnya. baru terkenal Abdul Karim Amrullah (alias Haji Rasul, ayah
Secara doktrinal, Muhammadiyah lebih dekat kepada pembaru Hamka) dan Abdullah Ahmad.20
Mesir daripada kaum puritan wahabi. Namun, pemimpin Sarekat Namun, pada saat itu kaum tradisionalis sudah memutuskan:
31 32
jika Kongres Al-Islam tidak man menekan Ibn Sa'ud, mereka ha- ngah. Pada awal 1920-an, Kiai Wahab juga membentuk organisa-
rus berusaha melakukannya sendiri. Kiai Wahab Chasbullah, yang si pemuda Muslim, Sjubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Se-
merupakan juru bicara kaum tradisionalis paling vokal pada Kong- buah organisasi yang sangat berbeda sifatnya yang didirikannya
res Al-Islam, mendorong para kiai terkemuka Jawa Timur agar pada 1918 adalah sebuah koperasi pedagang (banyak di antaranya
mengirimkan utusan sendiri ke Mekkah untuk membicarakan ma- juga kiai) yang diberi nama Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan para
salah mazhab dengan Ibn Sa'ud. Untuk tujuan ini, mereka mem- Pedagang). Dari sebuah kelompok diskusi tentang masalah-ma-
bentuk sebuah komite Komite Hijaz, yang bertemu di rumahnya di salah yang murni agama, yang dia organisir bersama dengan bebe-
Surabaya pada 31 Januari 1926 untuk menentukan siapa yang akan rapa ulama tradisional di Surabaya, lahir -pada tahun 1919- ma-
diutus. Untuk lebih memperkuat kesan pihak luar, komite ini me drasah yang bernama Tashwirul Afkar.23 Pemimpin formal per-
mutuskan mengubah diri menjadi sebuah organisasi, dan menggu- himpunan ini adalah KH Ahmad Dachlan.24
nakan nama Nahdlatoel 'Oelama. Pada masa beberapa tahun awal Dengan demikian, sampai awal 1920-an Kiai Wahab masih
kehadirannya, pertimbangan mengenai status Hijaz nampaknya te- aktif dalam berbagai lingkungan sosial dan intelektual sekaligus:
tap merupakan alasan tunggal kehadirannya.21 Sarekat Islam-nya Tjokroaminoto dengan para aktifis politiknya,
para patriot dan pembaru pendidikan Nahdlatul Wathan dan kaum
KIAI ABDUL WAHAB: SANG PENGGERAK tradisionalis Tashwirul Afkar. Sekitar 1920, kaum pembaru Mu-
hammadiyah semakin aktif di Surabaya dan merekrut kawan Kiai
Walaupun sejak awal Kiai Hasjim Asj`ari duduk sebagai pim- Wahab, Mas Mansoer. Sejak saat itu, keduanya mempunyai seko-
pinan dan tokoh agama terkemuka di dalam Nahdlatul Ulama, na- lah dan organisasi pemuda masing-masing. Konflik antara kaum
mun tidak diragukan lagi bahwa penggerak di belakangnya adalah pembaru dan tradisionalis sering terjadi, dan mungkin diperburuk
Kiai Wahab Chasbullah, yang lebih muda hampir dua dasawarsa. oleh perselisihan di antara mereka yang dulu berteman. Sejak saat
Kiai Wahab adalah pengorganisir yang bersemangat, dan penin- itulah Kiai Wahab semakin mengidentifikasi dirinya dengan Islam
jauan singkat terhadap berbagai kegiatannya sebelum pembentukan tradisional. Sebagaimana telah kita lihat, dia adalah juru bicara Is-
NU menunjukkan, paling tidak bagi dirinya sendiri, bahwa NU le- lam tradisional terkemuka dalam Kongres-kongres Al-Islam.
bih dari sekadar usaha mempertahankan tradisi dari serangan Pada 1924, untuk pertama kalinya dia mengusulkan kepada
kaum modernis dan reformis. kerabat dan gurunya, Kiai Hasjim Asj'ari, agar mendirikan sebu-
Ketika dia sedang belajar di Mekkah pada usia dua puluhan ta- ah organisasi yang mewakili kepentingan-kepentingan dunia pe-
hun, Wahab mendengar kabar tentang Sarekat Islam, organisasi santren. Ini terjadi setelah Kongres Al-Islam yang pertama, di ma-
politik Islam pertama di Indonesia, dan dia kemudian mendirikan na sikap kaum tradisionalis yang bergantung kepada pendapat ula-
cabang organisasi ini di Mekkah. Setelah kepulangannya ke Indo- ma besar masa lain (taqlid) banyak mendapatkan kritik. Kiai Wa-
nesia pada 1914 dia menetap di Surabaya dan juga aktif di Sarekat hab tentu saja sudah punya Tashwirul Afkar, tetapi perhimpunan
Islam. Pada 1916 dia bergabung dengan Mas Mansoer, yang per- ini sangat belum dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi. Ba-
nah belajar ilmu agama di Kairo dan kelak menjadi aktifis Mu- nyak kiai yang enggan ikut dalam perhimpunan itu, karena belum
hammadiyah. Mereka bersama-sama mendirikan sebuah sekolah pernah ada dalam tradisi Muslim Jawa. Untuk membujuk para kiai
Islam (bukan pesantren atau madrasah!) yang diberi nama Nah- yang lebih berpengaruh, Kiai Wahab memerlukan dukungan mo-
dlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air), sebuah lembaga pendi- ral dari orang yang lebih berwibawa secara keagamaan. Kiai Ha-
dikan yang bercorak nasionalis moderat.22 Cabang-cabang lemba- sjim Asj'ari, pendiri pesantren Tebuireng, pada waktu itu diakui
ga pendidikan ini dengan nama-nama yang sama patriotiknya, ke- umum sebagai kiai yang sangat dihormati di Jawa, dan tanpa du-
mudian didirikan di berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Te- kungannya jelas tidak mungkin berdiri sebuah organisasi kiai yang
33 34
solid. Pada 1924, Kiai Hasjim tampaknya belum melihat perlunya (Tanfidziyah), sementara para ulama menjadi badan legislatif (Syu-
mendirikan organisasi semacam itu dan tidak memberikan persetu- riah). (Secara teoritis Tanfidziyah harus bertanggung jawab kepa-
juannya. Namun, setelah penyerbuan Ibn Sa'ud atas Mekkah, dia da Syuriyah). Kiai Hasjim Asj'ari menjabat sampai akhir hayat-
berubah pikiran dan menyetujui perlunya dibentuk sebuah orga- nya, sebagai Ketua (Rois) Syuriah.28 Kiai Wahab semula menja-
nisasi baru. Dia kemudian menulis, sebagai pembukaan Anggar- bat sebagai Sekretaris Syuriyah, tetapi segera mundur sedikit men-
an Dasar NU, sebuah risalah berbahasa Arab. Dalam risalah ini ia jadi penasehat (mustasyar), namun dalam prakteknya tetap menja-
mengutip beberapa ayat Al-Qur'an yang menyerukan umat Islam di kekuatan penggerak organisasi ini.
bersatu dan ditutup dengan pernyataan bahwa pembentukan sebuah Jika komposisi pengurus awal NU menunjukkan bahwa NU
organisasi untuk membela Islam merupakan konskuensi logis dan merupakan aliansi strategis antara para usahawan kecil dan kiai
perlu dari perintah-perintah Ilahi tersebut.25 (sebagaimana yang banyak terjadi sekarang), muktamar-muktamar
(kongres) tahunannya -yang pertama di selenggarakan di Suraba-
BASIS SOSIAL NAHDLATUL ULAMA ya pada September 1926- jelas menunjukkan bahwa NU lebih
merupakan organisasi ulama tradisional. Hampir tidak ada yang
Rapat di rumah Kiai Wahab, yang kemudian dianggap sebagai bukan ulama ambil bagian dalam muktamar pertama. Pengurus
rapat pembentukan NU, dipimpin oleh Kiai Hasjim sendiri. Keba- Tanfidziyah yang bukan ulama nampaknya direkrut organisasi ini
nyakan mereka yang hadir dalam rapat tersebut (termasuk Kiai karena mereka mempunyai keterampilan penting yang tidak dimi-
Wahab) menganggap diri mereka murid Kiai Hasjim, karena per liki ulama, tetapi mereka diharapkan menyerahkan semua keputus-
nah belajar di pesantren Tebuireng.26 Kebanyakan mereka juga an penting kepada ulama. Kita melihat di sini awal dari dualisme
adalah kawan-kawan Kiai Wahab dan terlibat bersama Tashwirul kepemimpinan yang tetap menjadi karakteristik NU sepanjang se-
Afkar (KH Ahmad Dachlan), Nahdlatul Wathan (Mas Alwi Ab- jarahnya, dan merupakan sebab bagi banyak konflik yang terjadi.
dul Aziz, pengganti Mas Mansoer) atau Nahdlatut Tujjar. Nama Untuk menjembatani kesenjangan antara dirinya sendiri dengan
Nahdlatul Ulama menunjukkan adanya hubungan dengan organi- sektor-sektor masyarakat yang lain, NU berulang kali harus mere-
sasi-organisasi yang lebih awal ini. krut, dan memberikan fungsi penting kepada, "orang luar" yang
Kita mendapatkan indikasi tentang basis sosial organisasi baru mempunyai keterampilan, pengetahuan dan kontak yang tidak di-
ini dari komposisi pengurus yang pertama (lihat Lampiran II). miliki lingkungannya sendiri. Tidak mengejutkan, mereka yang
Akan tampak bahwa semua anggota pendiri mendapat tempat di direkrut ini seringkali berbeda pandangan tentang kemana NU ha-
dalam kepengurusan ini. Kepengurusan ini terdiri dari unsur ulama rus melangkah.
dan bukan-ulama, tetapi unsur ulamanya lebih dominan. Keba- Di samping dua kategori anggota di atas, NU menarik massa
nyakan ulama ini --tidak semuanya-- adalah kiai, yang memimpin pengikut yang dengan cepat bertambah banyak. Setiap kiai mem-
pesantsen. Salah seorang di antara mereka (Syekh Ahmad Gha- bawa pengikutnya masing-masing, yang terdiri dari keluarga-
na'im) adalah orang Mesir yang mengajar di Surabaya. Lebih dari keluarga para santrinya dan penduduk desa yang biasa didatangi-
separuh ulama (15 dari 27 orang) bertempat tinggal di Surabaya; nya untuk berbagai kegiatan keagamaan. Paling tidak, ada ke-
sisanya berasal dari Jawa Timur, kecuali satu orang dari Madura, inginan mereka untuk "melindungi" para pengikutnya dari penga-
dari Jawa Tengah dan satu orang dari wilayah Cirebon. Semua pe- ruh kuat kaum pembaru yang lebih terorganisir rapi, sehingga kiai
serta rapat yang bukan-ulama adalah orang Surabaya dan berpro- tertarik kepada NU. Lama kemudian, setelah NU menjadi sebuah
fesi sebagai usahawan kecil, kebanyakan adalah pedagang dan partai politik, barulah mulai disadari bahwa para pengikut desa ini
tuan tanah.27 merupakan anggota yang potensial. Para pengikut kiai yang men-
Mereka yang bukan ulama diberi posisi di badan eksekutif jadi anggota NU dan semua orang yang menganut orientasi ke-
35 36
agamaan serupa, adalah pendukungnya; dan untuk kepentingan kan alasan utama dibuatnya sebuah anggaran dasar yang eksplisit
para pendukung inilah NU berbicara dan berbuat; walaupun tidak dan tertulis. Atas dasar anggaran dasar ini, NU diberi status ber-
mengklaim diri sebagai wakil mereka sampai jauh kemudian. Or- badan hukum (rechtspersoonlijkheid) pada Februari 1930.
ganisasi Nahdlatul Ulama berkembang pesat. memperoleh banyak Anggaran dasar ini tidak menyebut hubungan dengan Hijaz
sekali pengikut --walaupun hampir tak terorganisir. Muktamar NU yang merupakan sebab langsung berdirinya NU. Ia menyebutkan
ketiga (1928) dihadiri oleh sekitar 200 kiai, sementara pengajian dengan sangat eksplisit bahwa tujuan-tujuan NU adalah mengem-
umum yang diadakan pada malam hari menarik pengunjung yang bangkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunah wal Jamaah dan melin-
diperkirakan mencapai lima belas ribu orang.29 Pada masa itu, ti- dunginya dari penyimpangan kaum pembaru dan modernis. Pasal
dak ada organisasi lain yang dapat mengumpul sedemikian banyak kunci 2 dan 3 berbunyi sebagai berikut :
orang. Seorang pejabat Belanda, sambil mengatakan bahwa rasa
ingin tahu pasti ikut mendorong terkumpulnya begitu banyak Fatsal 2. Adapoen maksoed perkoempoelan ini jaitoe:
orang, dengan gembira mencatat bahwa "ada kontras yang tajam "Memegang de-
antara sekelompok orang yang mendengarkan pidato nasionalistik ngan tegoeh pada salah satoe dari mazhabnja Imam empat,
[Haji Agus] Salim di Pekalongan (yang tidak mereka mengerti) jaitoe Imam
dan jumlah massa sangat besar yang berkumpul di dalam dan di Moehammad bin Idris Asj-Sjafi'i, Imam Malik bin Anas,
sekitar Masjid Ampel, yang berdesak-desakan untuk mendengar Imam Aboe-
kan sebuah pemerintahan non-muslim dipuji-pUji!"30 Satu dasa- hanifah An-Noe'man, atau Imam Ahmad bin Hambal, dan
warsa sebelumnya, Sarekat Islam berhasil memobilisasi jumlah pe- menger-
ngikut yang sama besarnya atau bahkan lebih besar lagi, tetapi de- djakan apa sadja jang mendjadikan kemaslahatan Agama
ngan cepat pula kehilangan daya tarik massanya. Sebaliknya, pe- Islam".
ngikut NU terus bertambah. Kerumunan pengikut NU pada akhir
1920-an mungkin dapat disamakan dengan orang-orang yang ber- Fatsal 3. Oentoek mentjapai maksoed perkoempoelan ini maka
duyun-duyun mendatangi Kongres Sarekat Islam pada dasawarsa diada-
sebelumnya. Pada 1934, menurut sumber Belanda, sekitar 400 kan ichtiar:
kiai bergabung ke NU. Sumber Belanda yang lain menyebutkan a. Mengadakan perhoeboengan di antara 'Oelama-'0elama jang
adanya 68 cabang lokal pada 1935, dengan jumlah pengikut se- ber-
luruhnya sebesar 67.000 orang.31 Tak diragukan lagi, gambaran mazhab terseboet dalam fatsal 2.
inilah yang paling mendekati kenyataan; tetapi urutan besarnya sa- b. Memeriksai kitab-kitab sebelommja dipakai oentoek
ma dengan besarnya anggota Muhammadiyah, yang menurut la- mengadjar,
poran mempunyai pengikut sejumlah 43.000 pada 1935 dan 250. soepaja diketahoei apakah itoe dari pada kitab-kitabnja Ahli
000 pada 1938 (Noer 1973: 83). Soen-
nah Wal Dja-ma'ah atau kitab-kitabnya Ahli Bid'ah.
ANGGARAN DASAR NAHDLATUL ULAMA c. Menjiarkan Agama Islam di atas mazhab sebagai terseboet
dalam
Anggaran dasar formal (Statuten) NU yang pertama dibuat pa- fatsal 2, dengan djalanan apa sadja jang baik.
da Muktamarnya yang ketiga pada 1928. Formatnya, tentu saja, d. Berichtiar memperbanjakkan Madrasah-Madrasah jang
sesuai dsngan undang-undang perhimpunan Belanda; keinginan berdasar
mendapatkan pengakuan pemerintah Belanda barangkali merupa- Agama Islam.
37 38
e. Memperhatikan hal-hal jang herhoeboengan dengan mas- fatwa-fatwa yang berbeda.33
djid2, langgar2 dan pondok2, begitoe djoega dengan hal- Namun, harus dicatat bahwa anggaran dasar NU yang perta-
ahwalnja ma ini tidak semata-mata menunjukkan penolakan terhadap semua
anak-anak jatim dan orang-orang jang fakir miskin. pendirian kaum pembaru dan modernis. Dalam prakteknya, tam-
f. Mendirikan badan-badan oentoek memadjoekan oeroesan pak bahwa ia mendorong kepada pembaruan pendidikan dan ker-
pertanian, ja-kerja karitatif yang coraknya tidak jauh berbeda dari kegiatan
perniagaan dan peroesahaan, jang tiada dilarang oleh sjara' yang sebelumnya dipelopori oleh para pembaru. Madrasah. yang
Agama jumlahnya ingin ditingkatkan dalam anggaran dasar, pada waktu
Islam.32 itu merupakan fenomena yang relatif baru di Indonesia dan meru-
pakan pembaruan penting dari pesantren tradisional.34 Pasal 3.e
Sikap berpegang teguh kepada salah satu dari empat mazhab juga mengemukakan maksud mendirikan panti-panti asuhan ya-
fiqh ortodoks merupakan ciri yang secara tegas membedakan ka- tim, lembaga sosial yang semula diasosiasikan sebagai usaha kaum
um tradisionaIis dari kebanyakan aliran pembaru. Kaum pemba- pembaru.
ru, sebagaimana telah dikatakan, menolak sikap taqlid kepada ki- Bagian terakhir Pasal 3 mengandung nada yang jelas non-tra-
tab-kitab skolastik-klasik dan menganjurkan reinterpretasi terhadap disional dan nampaknya mencerminkan adanya pengaruh dari ga-
sumber pokok Islam, Al-Qur'an dan Hadits. Mereka mengutuk gasan-gagasan Sarekat Islam: NU tidak hanya ingin melindungi
banyak kepercayaan dan praktek keagamaan tradisional, seperti kepentingan spiritual tetapi juga kepentingan ekonomi para anggo-
ritual untuk orang yang sudah meninggal, pemujaan para wali dan tanya. Dalam Peratoeran Roemah Tangga-nya, yang ditulis bebe-
ziarah ke makam-makam serta berbagai unsur ibadah. Semua ke- rapa waktu setelah pembuatan anggaran dasar, kita menemukan
percayaan dan praktek keagamaan tradisional ini mendapatkan le- usulan yang lebih kongkret tentang bagaimana cara mendorong sa-
gitimasi dalam kitab-kitab klasik, tetapi dianggap kaum pembaru ling tolong menolong, dengan menganjurkan para anggota NU un-
sebagai penambahan belakangan, yang bertentangan dengan sema- tuk bekerja ke perusahaan anggota lainnya, yang dapat dikenali ka-
ngat Islam yang sebenarnya. Dalam pandangan mereka, praktek- rena menggunakan logo NU.35 Pada akhir 1930-an, NU juga
praktek tersebut merupakan bid'ah dan karena itu diharamkan. membentuk koperasi sendiri, walaupun tidak pernah berhasil be-
Sebagaimana kita lihat di atas (pasal 3.b) kaum tradisionalis justru sar.36 Dapat dimengerti, anggaran dasar tidak menyinggung sikap
membalikkan tuduhan tersebut, dengan menyatakan gagasan-ga- yang harus diambil terhadap penguasa kolonial dan gerakan na-
gasan dan praktek-praktek yang dianjurkan kaum pembaru sebagai sionalis. Apapun perasaan patriotik yang mungkin dimiliki para to-
bid'ah. kohnya, mereka mengambil pendirian yang sangat akomodatif
Demikianlah anggaran dasar NU menekankan upaya melin- sampai akhir pemerintahan Belanda pada 1942. Sebagaimana ditu-
dungi Islam tradisional dari bahaya-bahaya gagasan dan praktek lis seorang pengamat Belanda mengenai Muktamar kedua NU pa-
keagamaan kaum pembaru. Pendidikan harus ditingkatkan, tetapi da 1927:
bahan-bahan pelajarannya harus diamankan terlebih dahulu dari
gagasan-gagasan kaum pembaru. Dalam kenyataannya, sejak lama "terlihat seolah-olah ulama ingin masuk ke dalam buku-baik
NU sudah mempunyai sebuah badan sensor yang memutuskan ki- peme-
tab-kitab mana yang dianggap mu'tabar, yakni aman dibaca. rintah, karena hampir tanpa kecuali mereka memberikan
Muktamar NU pertama menetapkan tidak hanya buku-buku pen- pujian yang
ting mana yang termasuk dalam mazhab fiqh Syafi'i, tetapi juga berlebihan terhadap kebijakan-kebijakan keagamaan
mana yang harus lebih diutamakan apabila di dalamnya terdapat pemerintah, de-
39 40
ngan berkali-kali menambahkan bahwa tanpa perlindungan Namun, sebelum kongres para pemuka kaum pembaru sudah tidak
dari pe- bersedia
merintah, Islam akan mengalami tekanan berat; dan merela meluluskan permintaan kaum tradisionalis, dan seandainya Kiai
meminta Wahab hadir
kepada pemerintah melanjutkan kebijakan ini, yakni menjamin sekalipun tidak mungkin akan menghasilkan peruhahan.
kebe-
basan Islam yang sebenarnya tanpa turut campur dalam aspek- 19. Daftar utusan pada Kongres Mekkah (dalam Schulze 1990:82)
aspek menunjukkan bahwa
keagamaan aktual. Selama pengajian umum (...) kebijakan di samping dua uturan ini masih ada empat utusan Indonesia lagi.
pemerintah Dua di
banyak dipuji-puji sebagai benar-benar tepat, adil dan cocok antara mereka adalah orang Indonesia yang bermukim di Mekkah,
bagi Islam. Muhammad
Dan perilaku mereka yang ingin menyalahgunakan agama al-Baqir (ulama tradisional asal Yogyakarta) dan Jenan Thayyib
untuk tujuan- (pembaru
tujuan politik (ini dialamatkan, misalnya, kepada Partai Minangkabau. yang memimpin sebuah sekolah Indonesia di
Sarekat Islam) Mekkah). Dua lainnya
dikritik."37 'Umar Naji dan Muhammad bin Thalib, mewakili organisasi
keturunan Arab
reformis di Indonesia, Al-Irsyad.

________________________________________________________ 20. Lihat daftar utusan pada Kongres Kairo dalam Schulze 1990:77-8;
________ bdk. Kramer
________________________________________________________ 1986:95-6. Anam (1985:53) keliru ketika mengatakan bahwa
________ mereka juga ikut
dalam Kongres Mekkah. Hamka menggambarkan pengalaman-
17. Lihat Studi Snouck Hurgronje yang tak tertandingi tentang pengalaman ayahnya
komunitas yang tidak menyenangkan di Kairo dalam Ayahku (Hamka 1982:
Indonesia (Jawah) yang menetap dan mempelajari ilmu agama 155-160). Tentang
tradisional Abdullah Ahmad, lihat juga Hamka 1982:277-279.
di Mekkah (Snouck Hurgronje 1889). Perkembangan-
perkembangan pada masa 21. Cerita yang tidak jauh berbeda tentang latar belakang kelahiran
belakangan di Mekkah digambarkan sekilas dalam van Bruinessen Nahdlatul
1992c. Ulama diberikan dalam Aboebakar 1957:463-73; Noer 1973:222-
34; Anam 1985:33-56.
18. Kiai Wahab Chasbullah, juru bicara kaum tradisionalis paling Utusan yang terpilih, Kiai Asnawi dari Kudus dan Kiai Bisi
vokal, Sjansuri dari
berhalangan hadir pada Kongres ini karena kematian ayahnya Jombang, tidak pernah berangkat karena masalah logistik. Baru dua
(Anam 1985:52-52). tahun
41 42
kemudian, Kiai Wahab Chasbullah sendiri dan Kiai Ahmad bahwa Tashwirul Afkar terdiri dari para haji dari Ampel, benteng
Ghanaim, seorang ulama Islam
Mesir yang mengajar di Surabaya, berangkat ke Mekkah dan tradisionalis di Surabaya Utara.
diterima Ibn Sa`ud.
24. Jangan dikacaukan dengan pendiri Muhammadiyah asal
22. Kaum nasionalis dan Muslim modernis Indonosia seringkali Yogyakarta, yang juga bernama
membuat gambaran satu Ahmad Dachlan. Dia adalah kawan Kiai Wahab yang memimpin
sisi mengenai NU sebagai kaum konservatif dan reaksioner. sebuah pesantren di
Sejarawan Nasionalis, Kebondalem, Surabaya.
A.K. Pringgodigdo, dalam surveinya mengenai gerakan nasionalis
Indonesia (1950), 25. Risalah ini dikenal dengan Muqaddimah Qanun Asasi. Sebuah
hanya menyebut NU untuk mengkritik rendahnya kadar terjemahan bahasa
nasonalismenya. Para apolog Indonesianya terdapat dalam hasil-hasil Muktamar NU 1984(PBNU
NU. di pihak lain, berkali-kali mengklaim bahwa patriotisme sejak 1985a:121-132).
semula Sejauh yang saya ketahui, belum pernah diungkapkan bahwa
merupakan kekuatan pendorong berdirinya organisasi ini. Mereka risalah ini sebenarnya
tidak dapat merupakan satu contoh langka dari ijtihad yang dilakukan oleh
mendukung klaim ini dengan banyak bukti kontemporer, tetapi seorang ulama
nama sekolah ini tradisional.
adalah indikasi bahwa Kiai Wahab paling tidak juga didorong oleh
kesadaran 26. Anam (1985:1n) memberikan sebagian daftar mereka yang hadir
nasional tertentu. Sebuah indikasi yang lebih jelas lagi adalah pada rapat tersebut.
nyanyian Daftar itu sedikit berbeda dengan daftar anggota pengurus yang
patriotik yang ditulis Kiai Wahab dalam bahasa Arab, yang biasa pertama, yang konon
dinyanyikan dibentuk dalam rapat yang sama (Anam 1985:6~70). I)aflar yang
oleh para murid di sekolah tersebut. Teks nyanyian dan terjemahan terakhir yang lebih
Indonesianya, lengkap dimuat dalam buku ini (Lampiran II).
yang agak dibumbui, dapat ditemukan dalam Anam 1985:25-6.
Menurut beberapa 27. Saya belum menemukan profesi semua pendiri yang disebut dalam
sumber yang simpatik, Kiai Wahab juga ambil bagian dalam daftar 1926, tetapi
Indonesische pada tahun 1937 sejumlah mereka datang ke hadapan seorang
Studieclubnya Dr. Soetomo, sebuah kelompok diskusi kaum notaris Belanda untuk
intelektual nasionalis mendaftarkan sebuah yayasan. Waqfiyah NU. Dari sebelas anggota
yang dibentuk pada 1924 (Anam 1985: 31). pengurus yang hadir
sebagai saksi, lima di antaranya adalah guru agama (Kiai Hasjim
Asj`ari, Kiai
23. Schrieke, yang mengunjungi Surabaya pada 1919, diberitahu oleh Abdullah Faqih, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Sjansuri dan
informan Arabnya Kiai Muhammad Nur),
43 44
empat tuan tanah kota ("huizenverhuurder"), seorang pedagang dan
seorang juru 31. Encyclopaedia van Nederlansch-Indie dan Indisch Verslag 1936,
tulis percetakan. Lihat Statuen dan Reglement Stichting Waqfijah keduanya dikutip dalam
Nahdlatoel Bousquet 1938:21.
Oelama Soerabaja dimuat sebagai lampiran IX dalam Anam 1985.
Kiai Wahab, walaupun 32. Statuen Perkoempoelan Nahdlatoel-'Oelama, diterbitkan sebagai
didaftar ini disebut guru agama, juga mendapatkan penghasilan suplemen Javasche
utamanya dari usaha Courant 25 Februari 1930 dan dimuat kembali sebagai lampiran
percetakannya di Surabaya. dalam Anam 1985.

28. Dalam perjalanan waktu, gelar ini mengalami perubahan; Kiai 33. "Government Report on Nahdatul Ulama, 1928" (Penders
Hasjim Asj`ari disebut 1977:271). Teks keputusan
Rois atau Rois Akbar (Ketua Tertinggi); para penggantinya diberi tersebut dapat ditemukan dalam Ahkam al-Fuqaha: Kumpulan
gelar Rois Aam Masalah-2 diniyah dalam
(Ketua Umum), sementara istilah Rois diturunkan nilainya dan Muktamar NU ke-1 s/d 15 (Semarang:Toha Putra, t.t), hal. 7-8.
digunakan untuk Tentang kitab fiqh
wakil-wakil Rois Am. tersebut dan urutan keutamaannya. Lihat van Bruinessen
1990b:244-8.
29. Goverment Report on Nahdlatul Ulama, 1928". dalam Penders
1977:270-2. Choirul Anam, 34. Di Indonesia, istilah madrasah biasanya merujuk kepada sekolah-
yang menggunakan sumber-sumber NU, megatakan bahwa 260 kiai sekolah agama yang
ikut serta dalam didirikan dengan adanya ruang-ruang kelas, penjenjangan kelas dan
muktamar, yang mewakili 35 cabang dari seluruh Jawa dan Madura sebuah kurikulum
(Anam 1985:76). yang baku; ia berbeda dengan pesantren tradisional, dimana para
santri dapat menetap
30. Penders 1977:271-2. Namun satu dasawarsa sebelumnya Sarekat dalam waktu lama untuk mengaji satu atau lebih kitab di bawah
Islam telah berhasil bimbingan seorang kiai.
mengumpulkan orang kurang lebih sama banyaknya, jika justru Pada abad ini, banyak madrasah didirikan di pesantren yang sudah
tidak lebih banyak. ada, dan metode
Kongresnya yang pertama, di Surabaya tahun 1913, didatangi pendidikan bergaya lama dan modern dipakai secara basamaan.
sekitar tujuh sampai Sekarang istilah madrasah
sepuluh ribu orang dan organisasi ini memperoleh puluhan ribu juga berarti sekolah dimana mata-mata pelajaran umum diajarkan di
anggota pada tahun samping mata
pertama kehadirannya (Korver 1982: 190). Dan pada sekitar tahun pelajaran agama (pamerintah mensponsori sebuah kurikulum
192O, gerakan madrasah di mana 70 persen
keagamaan populer Islam Abangan merekrut, konon, sampai 120 waktu diperuntukkan bagi mata pelajaran umum): tidak jelas
ribu pengikut di kawasan apakah istilah madrasah
Surakarta saja. (Kartodidjo, 1473: 131-2).
45 46
sebagaimana di dalam Anggaran dasar NU mempunyai arti yang EMPAT PULUH TAHUN PERTAMA
sama. Kebijakan pendidikan RELASI KUASA DI MASA TRANSISI PANJANG
Muhammadiyah lebih radikal: lebih mengarah kepada usaha
mendirikan sekolah-sekolah DI SINI saya tidak bermaksud memberikan tinjauan menyelu-
bergaya Eropa daripada madrasah. Tentang sejarah pembaruan ruh tentang semua perkembangan NU sebelum periode yang men-
pendidikan dan madrasah jadi perhatian utama saya, 1980-an. Namun, untuk memahami
pertama di Indonesia, lihat Steenbrink 1974, terutama hal. 33-46. berbagai peristiwa dan perkembangan periode 1980-an, pemaham-
an yang cukup memadai tentang sejarah NU sangat berguna. Hal
35. Salah satu dari lima "departemen" yang akan dibentuk di dalam ini semata-mata karena semua aktor 1980-an tetap merujuk ke ma-
NU yang menangani sa lalu, baik sebagai legitimasi bagi pandangan-pandangan seka-
berbagai tugas organisasi ini mengkhususkan diri mengurusi rang ataupun sebagai pengalaman buruk yang harus ditarik hik-
masalah bisnis (lihat mahnya.
teks dalam Anam 1985, Lampiran Para anggota yang memproduksi Pada bab ini dan bab selanjutnya saya akan membicarakan se-
barang-barang sederhana cara garis besar kecenderungan-kecenderungan umum dan per-
seperti pakaian, rokok, sajadah, dan lain-lain diperkenankan kembangan-perkembangan penting yang nampak relevan untuk
memasarkan barangnya menempatkan perdebatan-perdebatan di tahun 1980-an ke dalam
dengan nama "Nahdlatul Ulama", dengan menggunakan lambang perspektif. Untuk tujuan ini, saya mengikuti suatu pembagian pe-
resmi NU. Sebagai imbalannya riode konvensional sebagaimana yang ditandai berbagai perubahan
mereka harus manbaikan persentase keuntungannnya kepada penting dalam kehidupan politik, karena ia berkaitan dengan peru-
organisasi, dan semua label bahan-perubahan sikap politik yang diambil NU. Periode pertama.
harus dicetak di percetakan milik NU sendiri. Kiai didorong tentu saja, adalah periode pemerintah kolonial Belanda, yang dici-
madirikan toko sendiri, rikan oleh sikap abstain terhadap politik (1926-1942). Periode ini
dengan logo NU, untuk menjual barang-barang yang diperlukan di diikuti Pendudukan Jepang, masa ketika kiai mulai terlibat dalam
pesantren; departamen politik (1942-1945). Perjuangan kemerdekaan (1945-1949) meru-
ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan bisnis pakan periode di mana NU terlibat secara aktif dan radikal dalam
mereka, dan para usahawan politik. Pada tahun-tahun demokrasi parlementer (1949-1959) NU
didorong menjual barang-barang mereka ke toko-toko ini dengan berubah bentuk menjadi partai politik tetapi gagal memberikan
persyaratan yang lebih dampak yang sepadan dengan besar jumlah pendukungnya. Pada
mudah. masa Demokrasi Terpimpinnya Soekarno (1959-1965), NU men-
jadi penyangga rejim otoriter populis ini, yang menyebabkan se-
36. Tentang koperasi-koperasi ini (Sjirkah Mu'awanah), yang jumlah konflik internal. Pada masa transisi yang keras (1965-
didirikan tahun 1937, lihat 1966), NU harus mendefinisikan ulang peranannya. Orde Barunya
catatan kecil oleh Noer 1973:232-3. Soeharto (1967-sekarang), masa ketika NU untuk beberapa lama
menampilkan diri sebagai kekuatan oposisi yang tegar namun
37. "Government Report on Nahdatul Ulama, 1928" (Penders mengalami depolitisasi yang luar biasa, layak dibicarakan dalam
1977:271). bab tersendiri.

BAB 2 NU PADA MASA PEMERINTAHAN BELANDA


47 48
orang Jawa Timur, pada Muktamar ke-4 jumlah cabang yang ada
Sangat sedikit hal yang luar biasa dalam kegiatan-kegiatan NU di Jawa Tengah sudah lebih besar daripada di Jawa Timur, dan se
selama dasawarsa-dasawarsa akhir pemerintahan kolonial Belanda. paruh lebih besar dari jumlah cabang di Jawa Barat (yakni, 31 ca-
Ia menahan diri dari terlibat dalam kegiatan-kegiatan politik; dan bang di Jawa Tengah, 21 di Jawa Timur, dan 10 di Jawa Barat).
ketika membuat pernyataan politik, ia bersikap mendukung peme Pada 1930-an, NU juga sudah mendapatkan tempat berpijak di
rintah Belanda. Muktamar tahunannya didominasi pembicaraan Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan. NU
tentang masalah-masalah yang murni agama.1 Pada Muktamar ke- menunjukkan keinginannya untuk menjadi organisasi berskala na-
15 di Menes (Banten) pada 1938, sebagian anggotanya mengusul- sional dengan menyelenggarakan Muktamarnya di berbagai wila-
kan agar NU berusaha mendudukkan wakilnya dalam Volksraad yah Indonesia. Muktamar 1932 diadakan di Bandung (Jawa Ba-
(Dewan Rakyat), parlemen-semu-tak-bergigi yang dibentuk oleh rat), Muktamar 1936 di Banjarmasin (Kalimantan Selatan). Na-
penguasa Hindia Belanda. Usulan ini ditolak oleh mayoritas sangat mun, hal ini tidak dapat menyembunyikan kenyataan bahwa NU
besar pesertanya, tampaknya karena mereka menginginkan NU ti- tetap saja sangat didominasi oleh para kiai Jawa Timur.
dak terlibat dalam dunia politik dalam bentuk apapun.2 Sikap apo- Jumlah madrasah yang didirikan dengan bantuan NU, baik
litik ini mungkin telah berperan bagi pesatnya perkembangan pen- pesantren yang sudah ada ataupun yang sama sekali baru, juga te-
dukung NU dalam rentang waktu dimana Sarekat Islam, yang pa- rus bertambah. Karena kekurangan guru yang memenuhi tuntutan
da lahirnya lebih nasionalis, terus dilanda penurunan pengaruhnya. madrasah-madrasah ini, Muktamar ke-8 (1933) mendukung renca-
Penguasa kolonial secara konsisten bersikap sangat baik kepada na Kiai Wahab untuk mendirikan sebuah sekolah pendidikan guru
NU --sebagaimana sikap mereka kepada Muhammadiyah. Periode di Solo.
perkembangan NU hingga 1942 dicirikan dengan pertambahan pe- Hubungan dengan kaum pembaru yang sangat tegang pada ta-
ngikut dan perluasan geografis yang luar biasa pesatnya. Anggota hun-tahun awal berdirinya NU, secara bertahap diperbaiki kemba-
NU tidak terdaftar secara sistematis, dan taksiran mengenai jum- li. Sekitar pertengahan 1930-an, berkali-kali terlihat tanda-tanda
lahnya sangat fluktuatif. Sebagaimana telah disebutkan dalam bab kemauan baik dari kedua belah pihak. Pada Muktamar ke-11
sebelumnya. pada pertengahan 1930-an, sebelum 400 kiai sudah (1936) di Banjarmasin, Kiai Hasjim Asj'ari mengajak umat Islam
menjadi anggota NU dan jumlah keseluruhan pengikutnya diperki- Indonesia agar menahan diri dari saling melontarkan kritik sektari-
rakan 67.000 orang. Sulit mengatakan berapa banyak di antara an satu sama lain dan mengingatkan bahwa satu-satunya perbedaan
mereka yang dapat dianggap sebagai anggota aktif, yang berparti- yang sebenarnya hanyalah antara mereka yang beriman dan yang
sipati dalam kegiatan selain berhadir pada acara pengajian yang di- kafir. Ajakan ini, walaupun ditujukan terutama kepada pengikut-
organisisi NU secara berkala. nya sendiri, juga membangkitkan respons positif dari kalangan
Indikasi yang lebih baik mengenai perluasan NU diberikan pembaru.3
oleh jumlah cabang-cabang yang berdiri. Menurut anggaran dasar- KH Machfoezh Siddiq, yang pada 1937 menjadi Ketua
nya, cabang-cabang dapat didirikan di suatu kabupaten apabila di Umum Tanfidziyah, menerbitkan sebuah buku penting. Dalam
sana terdapat paling tidak dua belas anggota. Muktamar kedua buku tersebut dia mengemukakan bahwa taqlid dan ijtihad tidak
(1927) dihadiri 36 cabang; muktamar keempat (1929) oleh 62 ca- benar-benar berlawanan secara diametral sebagaimana yang dike-
bang. Pada 1938 jumlah ini bertambah menjadi 99 cabang, dan mukakan oleh mereka yang terlibat dalam polemik sebelumnya.
sekitar akhir masa penjajah Belanda konon sudah berdiri 120 ca- Rumusannya, yang mendamaikan kaum tradisionalis dan pembaru
bang (Haidar 1991: 140-1; Aboebakar 1957:477). moderat yang sedang berselisih paham, disambut baik oleh kaum
NU juga melebarkan sayapnya melampaui daerah pusatnya se- pembaru. Kelompok yang terakhir ini kemudian mengurangi kri-
mula, Jawa Timur. Walaupun sebagian besar pendirinya adalah tik mereka terhadap berbagai praktek keagamaan tradisional.4
49 50
Rekonsiliasi antara berbagai aliran Islam Indonesia sebagian Para penguasa pendudukan Jepang sejak awal lebih menun-
merupakan respons terhadap beberapa tindakan pemerintah yang jukkan minat untuk mendekati para pemimpin Islam daripada me-
membuat kaum muslimin merasa perlu membentuk sebuah Front rekrut kalangan elite tradisional atau kaum nasionalis. Dengan
bersama. Salah satu masalah penting pada masa itu berkaitan de- mempersepsikan bahwa para kiai yang memimpin pesantren me-
ngan prioritas yang diberikan penguasa Hindia Belanda kepada hu- rupakan pendidik masyarakat pedesaan, pihak Jepang berharap da-
kum (adat) atas hukum Islam di pengadilan-pengadilan . Masalah pat menjadikan mereka sebagai propagandis mereka yang paling
yang lebih peka lagi adalah sebuah draft hukum perkawinan yang efektif dan sebagai imbalannya mereka memberikan berbagai ke-
secara langsung bertentangan dengan ketentuan Syari'ah. Dalam mudahan. Kantor Urusan Agama yang dijalankan Jepang (Shu-
pandangan umat Islam, ini merupakan sebuah campur tangan pe- mubu) membentuk jaringan langsung dengan kiai pedesaan, tanpa
merintah yang tidak dapat ditolerir dalam bidang keagamaan.5 Pa- melalui pamong praja pribumi dan bahkan pengurus MIAI. Kan-
da 1937, para pemimpin NU, Muhammadiyah dan Partai Sarekat tor ini menyelenggarakan pendidikan-latihan bagi para kiai, de-
Islam sepakat membentuk sebuah kerangka kelembagaan untuk ngan mengajarkan sejarah, kewarganegaraan, olah raga senam dan
menyelenggarakan komunikasi dan musyawarah secara teratur. bahasa Jepang kepada mereka --suatu pengalaman yang tidak per-
Kesepakatan ini akhirnya melahirkan sebuah organisasi payung, nah didapatkan kebanyakan mereka. Perhatian yang diberikan Je-
MIAI (Al-Majlis al-Islami al-A'la Indonesia). Dewan Tertinggi pang kepada mereka, jika bukan muatan pendidikan latihan terse-
Islam Indonesia), di mana kebanyakan organisasi Islam menya- but, mengakibatkan terjadinya politisasi kiai yang berlangsung ce-
takan diri sebagai anggotanya.6 pat.7 Hubungan para pemimpin muslim Indonesia dengan pihak
MIAI menghidupkan kembali Kongres Islam berskala nasional Jepang secara keseluruhan tampak lebih baik daripada hubungan
(Kongres Al-Islam) yang pernah diadakan pada dasawarsa sebe- mereka dengan penguasa Belanda, walaupun pada masa awalnya
lumnya. Setelah 1926, beberapa kali kongres masih diselenggara- sempat terjadi perbenturan karena sebuah masalah yang dianggap
kan, tetapi anggota NU tidak ikut serta lagi. Muhammadiyah juga prinsip. Pihak Jepang meminta rakyat Indonesia melakukan sai-
secara bertahap sudah menarik diri, dan kongres tersebut hampir keirei, awa ritual berupa membungkukkan badan ke arah Kaisar.
hanya menjadi urusan Sarekat Islam, dengan jumlah peserta yang Ritual ini sangat menyerupai ruku` dalam shalat, dan karena itu
terus merosot. Kongresnya yang kesembilan dan terakhir diseleng- dirasakan oleh kebanyakan Muslim sebagai tindakan yang tidak
garakan pada 1932. MIAI mengadakan Kongres Al-Islam yang dapat dibenarkan ajaran tauhid. Tidak banyak dokumentasi tentang
pertama pada 1938 (Sarekat Islam menyatakannya sebagai Kong- konflik-konflik yang ditimbulkan akibat masalah ini. Kebanyakan
res ke sepuluh, tetapi organisasi lain bersikeras bahwa acara terse- para ulama tampaknya menghindari saat-saat di mana mereka di-
but adalah kongres yang pertama). Setelah itu, masih ada dua kali minta melakukan saikeirei, tetapi melakukannya juga apabila ter-
Kongres, 1939 dan 1941. Topik-topik yang dibicarakan dalam paksa. Hamka menggambarkan bagaimana ayahnya, Abdul Karim
kongres-kongres ini (lihat Noer 1973:244-7) pada umumnya me- Amrullah (Haji Rasul), yang hadir sebagai tamu kehormatan da-
nyangkut masalah-masalah agama dalam pengertian yang ketat, te- lam sebuah pertemuan resmi pada 1943, secara terbuka menolak
tapi beberapa di antaranya mengandung implikasi politik. Partisi- melakukan saikeirei dan kemudian bahkan menulis sebuah pamflet
pasi NU di dalam MIAI merupakan langkah pertama ke arah si- yang mengkritik praktek tersebut. Benda mengutip peristiwa ini
kap yang lebih politis. Demikian juga, nampaknya, Muhamma- sebagai contoh yang mungkin untuk pertama kalinya terjadi di ma-
diyah. na seorang Muslim mempunyai keberanian meiakukan protes ter-
buka dan sebagai tonggak awal dari penentangan yang semakin
PENDUDUKAN JEPANG meluas terhadap saikeirei.8
Namun, menurut sumber-sumber NU, sebelumnya sudah per
51 52
nah ada protes dari para ulama terkemuka. Kiai Hasjim Asj`ari untuk mengorganisir bait al-mal untuk mengumpulkan dan mem-
dan Kiai Machfoezh Siddiq bahkan dipenjara selama beberapa bu- bagikan zakat dan shadaqah. Ini adalah proyek yang sangat ambi-
lan pada tahun 1942 karena penolakan mereka terhadap saikei- sius, karena di sini MIAI tampaknya merebut beberapa fungsi ne
rei.9 Ketika mereka masih mendekam di dalam penjara, sebuah ra- gara. Pihak Jepang bereaksi, pada September 1943, dengan
pat para pemimpin cabang diadakan di Jakarta dan memilih pe- memberikan pengakuan resmi kepada Muhammadiyah dan Nah-
ngurus pusat yang baru, di mana Kiai Hasjim Asj`ari tetap dipilih dlatul Ulama --yang secara implisit tidak memberikan pengakuan
sebagai Rois Akbar tetapi ketua Tanfidziyah, Kiai Machfoezh Sid- kepada semua organisasi lain dan juga organisasi federasinya
diq, digantikan oleh Kiai Wahab Chasbullah. Karena tidak terse- MIAI. Sebulan kemudian. MIAI membubarkan diri. Sebagai
dia sumber kontemporer yang dapat diandalkan, tidaklah mungkin penggantinya dibentuklah Masyumi (Majelis Syuro Muslimin In-
mengatakan apakah perubahan ini dimaksudkan untuk menghin- donesia, Dewan Musyawarah Umat Islam Indonesia) pada No-
dari friksi lebih jauh dengan pihak Jepang (yang kelak membuat pember 1943 dan segera mendapatkan status hukum. Tujuan uta-
Kiai Wahab terkenal karena kelenturannya) atau ada alasan-alasan manya adalah "untuk memperkuat persatuan semua organisasi
lain. Setelah Kiai Hasjim dan Kiai Machfoezh dibebaskan, pihak umat Islam" dan "membantu Dai Nippon demi kepentingan Asia
Jepang tetap saja meminta umat Islam ikut serta dalam saikeirei. Timur Raya." Keanggotaan dalam Masyumi terbuka bagi individu
Baru setahun kemudian, kekalahan pasukan tentara Jepang dan ke- dan juga organisasi, keduanya dengan beberapa pembatasan ter-
inginan mereka mendapatkan dukungan aktif rakyat Indonesia tentu. Hanya organisasi-organisasi yang mempunyai status hukum
membuat mereka lebih memperhatikan keberatan umat Islam ter- yang memenuhi syarat untuk menjadi anggotanya, dengan kata
hadap saikeirei. lain hanya Muhammadiyah dan NU yang relatif apolitik. Bela
Pada 1943, untuk mengantisipasi kedatangan tentara Sekutu di kangan, dua organisasi yang lebih kecil, yang hanya penting da-
Jawa, pihak Jepang membentuk kekuatan militer sukarela Indone- lam skala wilayah Jawa Barat, juga mendapatkan pengakuan resmi
sia, Peta. Peta diikuti banyak orang Indonesia dari berbagai ka- dan bergabung ke dalam Masyumi." Seorang ulama dapat menja-
langan, tentu saja dengan berbagai macam motif. Dalam rekrut- di anggota Masyumi dengan syarat sudah mendapat persetujuan
men tersebut, pihak Jepang tampaknya juga lebih memilih umat Shumubu (Kantor Urusan Agama). Semua ini membuat kekuasaan
Islam, karena satuan perwira pasukan ini terdiri dari sejumlah be- Jepang mencengkeram jauh lebih kuat dibandingkan yang pernah
sar kiai --yang barangkali merupakan cara terbaik untuk menjamin mereka lakukan terhadap MIAI.
agar pasukan tersebut benar-benar mengakar di masyarakat.10 Pe- Pengurus Masyumi terdiri dari hanya anggota Muhammadi-
ristiwa ini pun pasti ikut memberikan andil besar dalam perubah- yah dan NU. Kiai Hasjim Asj'ari menduduki jabatan kehormatan
an penting dalam hal persepsi kiai mengenai diri mereka sendiri sebagai presiden, sementara putranya, Wahid Hasjim (NU), dan
dan harapan-harapan agar memperoleh peranan politik yang lebih Mas Mansoer (Muhammadiyah) sebagai wakil presiden yang me-
besar di masa depan. nangani urusan harian di Jakarta. Kiai Wahab Chasbullah dan Ki-
MIAI semula diperbolehkan meneruskan kegiatannya, walau- Bagus Hadikusumo, masing-masing ketua NU dan Muhammadi-
pun dengan beberapa perubahan dalam kepemimpinannya. Partai yah, menjadi penasehat bagi eksekutif Masyumi. Walaupun Ma-
Sarekat Islam, yang menunjukkan dirinya pro-Jepang selama ta- syumi adalah buatan Jepang, para pendukungnya tidak, dan orga-
hun-tahun terakhir pemerintahan Belanda, dibiarkan memainkan nisasi ini betul-betul mengakar di kalangan rakyat bawah.
peranan dominan di dalamnya. Namun, Jepang menolak meng- Karena secara resmi Masyumi adalah sebuah arganisasi non-
anggap MIAI sebagai wakil sah dari seluruh umat Islam dan tidak politik, ia hanya memusatkan perhatiannya kepada urusan-urusan
melibatkannya dalam banyak urusan mereka dengan umat Islam. keagamaan. Tetapi pihak Jepang memandangnya sebagai sebuah
Satu kegiatan penting MIAI selama periode ini adalah upayanya kendaraan untuk maksud-maksud politik mereka, dan partisipasi-
53 54
nya tidak dapat dielakkan. Pada Agustus 1944, Shumubu ditata PERJUANGAN MENUJU KFMERDEKAAN
ulang; Kiai Hasjim Asj'ari ditunjuk sebagai ketuanya, dan Wahid
Hasjim dan pimpinan Muhammadiyah, Abdul Kahar Muzakkir, Pengalaman selama masa pendudukan Jepang telah melibatkan
diberi kedudukan puncak di dalamnya. Ini berarti bahwa dalam umat Islam Indonesia dalam kegiatan politik dan mempersiapkan
prakteknya Masyumi telah menjadi bagian dari pemerintah, yang mereka untuk melakukan perjuangan bersenjata. Masuk akal, para
mengatur urusan-urusan umat Islam. Hubungan yang dekat de- anggota Masyumi lebih siap dibandingkan kelompok sosial lainnya
ngan pemerintah non-Muslim ini tampaknya tidak menyebabkan dalam menghadapi perjuangan kemerdekaan. Adalah benar bahwa
para pemimpin NU dan Muhammadiyah berada dalam dilema sebuah proses mobilisasi pemuda secara cepat dan spontan telah
yang lebih besar dibandingkan dengan peranan NU dalam pene- terjadi pada 1945, yang memberikan sumbangan penting bagi do-
rapan NASAKOM pada zaman Demokrasi Terpimpinnya Soekar- rongan revolusioner perjuangan. Namun, barisan-barisan Hizbul-
no.12 lah yang telah terlatih dan berdisiplin terbukti secara militer lebih
Beberapa minggu kemudian, untuk pertama kalinya pihak Je- unggul dari pasukan-pasukan gerilya non-regular.
pang menjanjikan kemerdekaan Indonesia. Segera setelah itu, ba- NU dan para pendukungnya memainkan peranan aktif dan ra-
risan tentara sukarela lainnya dibentuk, kali ini hanya merekrut ka- dikal pada masa perjuangan, yang mungkin sulit dicocokkan de-
langan Muslim saja, dan barisan ini diberi nama -dengan istilah ngan reputasi NU sebagai organisasi yang moderat dan kompro-
Al-Qur'an- Hizbullah (Tentara Allah). Berbeda dengan Peta, mistis. Sepanjang dasawarsa akhir pemerintahan Belanda, NU se-
yang dibentuk untuk melayani kepentingan-kepentingan Jepang lalu memberikan kesetiaannya kepada pemerintah Hindia Belanda.
(apapun motivasi mereka yang menjadi anggotanya), Hizbulah Sikap ini sejalan dengan pandangan sunni tradisional bahwa se-
sejak awal berdirinya berkaitan dengan aspirasi ke arah kemerde- buah pemerintahan yang memperboehkan umat Islam menjalan-
kaan Indonesia. Para anggotanya, yang dilatih oleh para perwira kan kewajiban-kewajiban agamanya lebih baik dari pada fitnah
Peta, telah menyatakan kesetiaannya kepada Masyumi. Wahid Ha- (chaos) yang diakibatkan pemberontakan. Setelah perang, Belanda
sjim, sebagai wakil presiden Masyumi, secara resmi memeriksa masih percaya bahwa mereka dapat memulihkan keadaan seba-
latihan barisan-barisan Hizbullah yang pertama. gaimana sebelum perang dan mengharapkan para kiai (dan juga
Sekitar akhir masa pendudukan Jepang kaum nasionalis Mus- para pemimpin Muhammadiyah) agar bersikap akomodatif seba-
lim dipersiapkan lebih baik dalam menghadapi perjuangan kemer- gaimana sebelumnya. Sebagian kiai memang memihak Belanda.
dekaan daripada kaum nasionalis sekuler, yang belum memiliki ketika Belanda berusaha menegakkan kembali kekuasaannya, teta-
kekuatan militer sendiri. NU memang tidak memainkan peranan pi banyak kiai lain yang tidak bersedia mendukung Belanda sepan-
yang menyolok dalam periode ini, tetapi para anggotanya semakin jang hasil perjuangan mereka tetap tidak jelas.
jauh terlibat dalam kegiatan politik dan menjelma menjadi sebuah Bagaimanapun juga, para kiai dan pengikut mereka --yang
kekuatan militer yang kuat. Melihat kebelakangan ke periode ini, jumlahnya luar biasa besarnya-- sejak awal terlibat aktif dalam pe-
para pembela (apolog) NU cenderung menggambarkan Wahid rang kemerdekaan. Banyak di antara mereka yang bergabung da-
Hasjim sebagai salah satu tokoh penting dalam gerakan nasionalis. lam barisan Hizbullah ternyata mempunyai latar belakang NU.
Studi Benda mengungkapkan bahwa selama periode pendudukan Komandan tertinggi Hizbullah adalah seorang pemimpin NU asal
Jepang, gambaran ini tidaklah terlalu melebih-lebihkan, dan paling Sumatera Utara (Mandailing), Zainal Arifin. Namun, ketika per-
tidak pemimpin NU ini tidak memainkan peranan yang lebih kecil juangan bersenjata dimulai, pasukan-pasukan gerilya Muslim non-
daripada peranan kalangan Muhammadiyah aeau nasionalis seku- reguler, yang bernama Sabilillah, muncul. Pasukan-pasukan ini
ler. hampir semua terdiri dari para kiai desa bersama para pengikut-
nya, komandan tertinggi mereka juga pemimpin NU, Kiai Masj-
55 56
kur dari Malang (yang kelak menjadi politisi terkenal dan pernah pidato radionya, mungkin tidak pernah menjadi santri, tetapi dike-
menjabat sebagai menteri). tahui meminta nasehat kepada Kiai Hasjim Asj'ari.15
Tidak hanya kiai (sebagai individu) saja yang ikut dalam per- Dengan mengeluarkan "resolusi jihad", dengan kritik implisit-
juangan revolusioner ini. NU pun ikut ambil bagian yang menen- nya terhadap pemerintah republik, NU telah menampilkan dirinya
tukan dalam perjuangan di Jawa Timur. Pada 21 dan 22 Oktober sebagai kelompok radikal. Sikap ini muncul berkali-kali selama
1945, wakil-wakil cabang NU di seluruh Jawa dan Madura ber- masa revolusi, dengan mengkritik pemerintah karena menanda ta-
kumpul di Surabaya dan menyatakan perjuangan kemerdekaan se- ngani perjanjian Linggarjati dan Renville dengan Belanda. Peru-
bagai jihad (perang suci). Deklarasi ini, yang kemudian terkenal bahan drastis dari sikap moderat dan penurut pada masa kolonial
sebagai "Resolusi Jihad", tidak mendapat perhatian yang selayak- nampaknya perlu penjelasan. Tindakan Jepang yang sengaja meli-
nya dari para sejarawan. Tanggal terbit maupun ungkapan kali- batkan umat Islam dalam kegiatan politik tidak diragukan lagi me-
matnya menunjukkan bahwa NU mampu menampilkan diri seba- rupakan salah satu faktor penting. Namun, para pemimpin NU ti-
gai kekuatan radikal yang tak disangka-sangka. dak percaya bahwa mereka telah banyak mengubah diri mereka
Tentara Inggris pertama sudah mendarat di Jakarta pada akhir sendiri dan dapat mengklaim bahwa mereka secara konsisten ber-
September, yang menduduki ibukota atas nama Netherlands Indies pegang kepada tradisi politik Sunni. Yang membuatnya sangat
Civil Administration (NICA). Pada pertengahan Oktober, pasukan berbeda adalah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang telah di-
Jepang merebut kembali beberapa kota Jawa yang telah jatuh ke umumkan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945.
tangan Indonesia dan kemudian menyerahkannya kepada Inggris. Sebelum pendudukan Jepang, NU telah mengakui penguasa
Beberapa hari sebelum pertemuan NU di atas, Bandung dan Se- Hindia Belanda sebagai pemerintahan defacto, yang berhak dita-
marang telah jatuh --setelah pertempuran berdarah yang dahsyat- ati, walaupun bukan-Muslim, selama masih memperbolehkan
ke tangan Inggris. Demikian juga di Surabaya, kedatangan pasu- umat Islam menjalankan agamanya. Namun, pihak Jepang telah
kan Inggris ditunggu dengan gelisah --mereka masuk pada 25 Ok- mengakhiri pemerintahan Belanda, dan ketika Belanda ingin kem-
tober. Pemerintah Republik yang telah memproklamasikan kemer- bali, sebuah pemerintahan pribumi sudah menggantikannya. NU
dekaan di Jakarta pada 17 Agustus masih menahan diri dari mela- mengakui para pemimpin republik sebagai pemimpin yang sah-
kukan perlawanan. Pemerintah mengharapkan adanya penyelesai- dan Muslim lagi. Dari sudut pandang ini, Belanda dan Sekutunya
an secara diplomatik dan tampaknya menerima saja ketika bendera tidak lain dari tentara musuh kafir yang berusaha menjatuhkan pe-
Belanda dikibarkan lagi di Jakarta. "Resolusi Jihad" meminta pe- merintah Muslim Indonesia yang sah. Apabila tanah Muslim ber-
merintah republik mendeklarasikan Perang Suci.13 Resolusi ini ada dalam serbuan orang kafir, sebagaimana disepakati semua ula-
nampaknya merupakan pengakuan legitimasi bagi pemerintah dan ma, Perang Suci menjadi kewajiban agama. Muktamar NU yang
sekaligus kritik tidak langsung terhadap sikap pasifnya. pertama setelah perang (Maret 1946), kembali mengeluarkan Re-
Tidak dapat diingkari, "resolusi jihad" berdampak besar di Ja- solusi Jihad, kali ini dikhususkan kepada mereka yang diwajibkan
wa Timur. Pasukan-pasukan non-reguler yang bernama Sabilillah agama untuk ikut serta dalam perjuangan mempertahankan repu-
rupanya dibentuk sebagai respons langsung atas resolusi ini -na- blik.16
manya langsung merujuk kepada "perang suci".14 Pada 10 No-
pember, dua minggu setelah kedatangan pasukan Inggris di Sura- NU DAN MASYUMI
baya, sebuah pemberontakan massal pecah, di mana banyak peng-
ikut NU yang terlibat aktif. Banyak di antara pejuang muda yang Pada awal Nopember 1945, Masyumi mengubah dirinya men-
mengenakan jimat yang diberikan kiai desa kepada mereka. Bung jadi sebuah partai politik, mengikuti ajakan pemerintah republik
Tomo, yang menggerakkan massa ke dalam perjuangan melalui untuk membangun demokrasi multi-partai. Komposisi keanggota-
57 58
annya tetap sama sebagaimana sebelumnya: mempunyai anggota gota Masyumi yang lebih terdidik, yang pada umumnya tidak ber-
baik kolektif maupun individual, yang termasuk anggota kolektif latar belakang NU. Pada masa-masa damai dan penataan kembali,
adalah NU, Muhammadiyah dan dua organisasi regional kecil menjadi nampak bahwa NU kekurangan orang yang mempunyai
PUII dan PUI dari Jawa Barat. Setelah itu, barulah organisasi-orga- keahlian yang diperlukan dalam sebuah masyarakat yang sedang
nisasi Muslim lainnya ikut bergabung. memodernisasi diri.
NU tidak benar-benar terwakili dalam kepengurusan Masyu- Setelah kemerdekaan tercapai, peranan NU dalam kehidupan
mi. Hal ini mungkin lebih mencerminkan langkanya anggota NU politik berkurang hanya menjadi pemegang Departemen Agama.
yang mempunyai tingkat pendidikan umum modern yang mema- Kenyataan ini dengan sendirinya menyakitkan bagi NU yang me-
dai daripada diskriminasi disengaja terhadapnya. Tak satupun dari rasa berhak mendapatkan lebih karena peranan aktifnya selama
jabatan eksekutifnya yang jatuh kepada anggota NU, hanya KH. masa revolusi. Namun, tidak ada tokoh NU yang memiliki ke-
Masjkur yang, bersama dengan dua orang non-NU lainnya, didu- terampilan dan tingkat pendidikan yang memenuhi syarat untuk
dukkan sebagai kepala urusan Hizbullah dan Sabilillah. Seolah- menjadi menteri di departemen-departemen lain. Para pemimpin
olah untuk mengimbangi kurang terwakilinya NU di dalam kepe- NU adalah, meminjam istilah yang diperkenalkan Feith (1%2),
ngurusan, Kiai Hasjim Asj'ari dijadikan sebagai presiden Badan "penggalang massa", bukan "administrator". Bahkan tentara pun
Musyawarah (Majelis Syuro) Masyumi, Wahid Hasjim menjadi membutuhkan orang dengan keahlian-keahlian yang berbeda dari
salah satu dari tiga wakil-presiden dan Kiai Wahab sebagai ang- keahlian-keahlian yang ada di dunia pesantren. Lebih banyaknya
gota. Namun, Majelis Syuro ini adalah sebuah badan yang tidak anggota NU yang telah berperang pada masa revolusi yang dinon-
banyak menentukan; pada 1949, ketika pengurus partai kedua ter- aktifkan pada awal 1950-an daripada mereka yang digabungkan ke
bentuk, status Majelis Syuro diturunkan. Sebagai ganti dari badan dalam satuan tentara reguler, semakin menambah kekecewaan di
legislatif, yang secara teoritik mempunyai status yang setara de- kalangan NU.
ngan eksekutif, Majelis ini berubah menjadi hanya bagian pena-
sehat. Dari empat belas anggota pengurus eksekutif, hanya dua NU KELUAR DARI MASYUMI
orang yang mewakili NU.17 DAN MEMASUKI ARENA POLITIK SEBAGAI PARTAI
Situasi ini merupakan cikal-bakal berbagai problem yang kelak POLITIK
muncul antara NU di satu pihak dan kaum pembaru dan modernis
yang mendominasi Masyumi di pihak lain. NU merasakan bahwa Departemen Agama, pada waktu itu, menrpakan satu-satunya
ia tidak pernah diberi andil mempengaruhi proses politik yang se- badan pemerintahan yang dapat diklaim NU sebagai haknya. Te-
timpal dengan peranan aktualnya pada masa revolusi. Pada masa- tapi di sini pun, di lahannya sendiri, NU dikalahkan. Wahid Ha-
masa berlangsungnya perang dan konflik keras, sebagaimana akan sjim, yang pernah menjadi Menteri Negara dalam beberapa ka-
kita saksikan lagi pada 1965-1966, orang NU secara alamiah me- binet periode revolusi, menjadi -orang tergoda untuk menulis: di-
ngambil peranan yang aktif dan memimpin. Tidak diragukan, tra- turunkan ke posisi- Menteri Agama dalam Pemerintahan Federal
disi pencak silat yang tetap hidup di pesantren memberikan sum- Indonesia (1949-1950) dan dua kabinet berikutnya, yang dipimpin
bangan dalam hal ini. Masjkur dan Zainul Arifin, sebagaimana di- oleh pemimpin Masyumi, Natsir (1950-51) dan Sukiman (1951-
kemukakan di atas, adalah komandan tertinggi dari barisan Sabili- 52). Dia adalah satu-satunya menteri yang berasal dari NU dalam
Ilah dan Hizbullah, dan tidak bisa dipungkiri bahwa banyak kiai kabinet-kabinet ini, dan posisi inipun bahkan menjadi genting ke-
yang lebih tua, seperti Kiai Wahab Chasbullah dan Kiai Bisri Sjan- tika dia terlibat konflik dengan Natsir, salah seorang dari sedikit
suri, juga ikut serta mengkoordinir berbagai kegiatan Hizbullah. politisi pembaru yang memiliki pengetahuan agama yang menda-
Namun, peranan kepemimpinan di bidang lain jatuh kepada ang- lam. Natsir adalah orang Sumatera Barat dan anggota PERSIS, or-
59 60
ganisasi puritan yang paling keras menentang kepercayaan dan nya. Bagaimanapun juga, kebanyakan sebabnya berkaitan dengan
praktek tradisional yang dipertahankan NU, dan dia jelas tidak ketimpangan antara kekuatan pendukung massa NU (yang telah
senang menyaksikan Departemen Agama dikuasai NU. memberikan sumbangan besar dalam perjuangan fisik untuk men-
Pada 1951, ada problem-problem serius menyangkut transpor- capai kemerdekaan) di satu pihak dan bobot suara yang hampir tak
tasi jemaah haji ke Mekkah, dan Wahid Hasjim, sebagai menteri berarti yang diperoleh di dalam Masyumi di pihak lain.
yang bertanggung jawab, dituduh tidak mengurus dengan baik Sebagaimana dikatakan di atas Masyumi mempunyai dua je-
atau lebih buruk dari itu. Tidak hanya kalangan oposisi tetapi bah- nis keanggotaan, anggota kolektif (NU, Muhammadiyah, PUI dan
kan anggota partainya sendiri, Masyumi, -dari faksi Natsir-- yang PUII) dan anggota individual. Salah satu sumber dari banyak
meminta agar Wahid Hasjim mengundurkan diri. Faksi Sukiman kekecewaan para pemimpin NU adalah karena para anggota indi-
tetap mendukungnya --Sukiman adalah seorang modernis Jawa, vidual tanpa massa pendukung ini diberikan posisi yang sama pen-
yang tidak punya problem serius dengan sesama Jawanya yang tingnya dengan anggota kolektif. Beberapa kali sebelum 1952,
lebih tradisionalis- tetapi kabinet ini segera jatuh. Wahid Hasjim, mereka mempertahankan sebuah struktur federal, di mana para
yang tidak ingin menjadi sumber konflik dalam Masyumi, menya- pemimpin NU tidak akan dikalahkan dalam setiap pemilihan oleh
takan dirinya tidak ingin menjadi menteri lagi. orang-orang yang sedikit lebih banyak dari mereka. Tidak im-
Dalam negosiasi sebelum terbentuknya kabinet baru, Kiai Wa- bangnya antara jumlah orang NU yang duduk di kepengurusan
hab Chasbullah, yang masih merupakan politisi penting NU, me- dan kelompok lainnya diperburuk oleh penurunan status Majelis
minta agar organisasi ini selalu diberi, paling tidak, jatah memim- Syuro, bagian partai di mana NU terwakili dengan baik. Ketika
pin Departemen Agama. Karena Wahid Hasjim sudah menying- fungsinya diturunkan dari badan legislatif menjadi hanya badan
kirkan diri, dia mengusulkan beberapa calon iainnya, Masjkur dan penasehat, para pemimpin NU kehilangan seluruh kekuatannya
Fathurrahman. Para pimpinan Masyumi berselisih pendapat; wa- dalam proses pengambilan keputusan di dalam partai, bahkan da-
laupun sayap Sukiman cenderung menuruti permintaan NU, sayap lam masalah-masalah kepentingan keagamaan.
Natsir benar-benar menentangnya. Pada akhirnya, pengurus me- Yang membuat para pemimpin NU lebih sakit hati, beberapa
nyerahkannya kepada Wilopo, Perdana Menteri baru, untuk me- tokoh pembaru dalam Masyumi melontarkan penghinaan terbuka
milih antara calon yang berafiliasi dengan NU dan Muhamma- kepada NU, menyatakannya sebagai kelompok yang tidak ada
diyah. Wilopo kemudian memilih Faqih Usman dari Muhamma- apa-apanya atau reaksioner. Sebagai intelektual kota berpendidikan
diyah. Barat, mereka cenderung memandang rendah para pemimpin NU
Dua hari kemudian, 8 April 1952, PBNU memutuskan keluar hasil asuhan pesantren yang tidak canggih. Kelompok Natsir tidak
dari Masyumi. Sebagai ganti keanggotaannya di Masyumi, NU begitu menghormati pengetahuan tradisional para kiai, yang me-
mengusulkan dibentuknya federasi Masyumi dan NU. Tidak me- nurut pandangan mereka tidak sejalan dengan ajaran Islam yang
ngejutkan, para politisi Masyumi tidak banyak tertarik kepada sebenarnya. Lebih dari itu, mereka rupanya juga tidak begitu ya-
usulan ini. Muktamar NU, yang diadakan di Palembang pada bu- kin akan dedikasi NU kepada cita-cita demokrasi. Pemimpin NU,
lan itu, menguatkan keputusan PBNU tersebut. Dalam waktu be- Saifuddin Zuhri, menceritakan dalam memoarnya, dengan perasa-
berapa bulan, NU kemudian mengubah dirinya menjadi sebuah an sakit hati tak terbendung, bagaimana seorang pemimpin Ma-
partai politik.18 syumi pada 1952 menyatakan bahwa NU termasuk ekstrem kanan
Kehilangan Departemen Agama --yang penting baik karena dan ingin, jika berhasil menguasai pemerintahan, membangun sis-
alasan-alasan ideologis maupun kesempatan kerja yang disediakan- tem diktatorial (Zuhri 1987:398). Suasana saat itu jelas tidak kon-
nya bagi anggota NU- merupakan sebab paling langsung dari pe- dusif bagi upaya menjalin kerjasama konstruktif antara NU dan
narikan diri NU dari Masyumi, namun ia bukan sebab satu-satu- pengurus Masyumi, terutama sayap Natsir.
61 62
NU, kebetulan bukanlah kelompok pertama yang menyatakan 18,4 % dari seluruh suara yang sah, tidak jauh di bawah Masyu-
menarik diri dari Masyumi. Pada 1947, sejumlah mantan pemim- mi, 20,9 %. Hasil ini bahkan lebih mengesankan lagi di propisi-
pin Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) yang sudah dibubarkan, propinsi di mana NU mengakar sangat kuat: 34,1 % di Jawa Ti-
yang secara individuai bergabung ke Masyumi, meninggalkan par- mur dan hampir 50 % di Kalimantan Selatan. Berdasarkan angka,
tai ini untuk membangun kembali PSII.19 Bahkan sebelum perpe- kelompok pendukung NU berasal dari Jawa Timur dan Tengah.
cahan ini pun Masyumi bukan lagi satu-satunya partai Islam, ka- Masyumi, di pihak lain, ternyata sangat kuat di pulau lainnya. Ini
rena para ulama tradisional di Sumatera Barat menjadikan orga- adalah kemenangan yang menentukan bagi NU, yang menambah
nisasi mereka, Perti, sebagai partai politik sejak Nopember 1945 kekuatan perwakilannya di parlemen, dari 8 menjadi 45 kursi.
(Latief 1988:260ff). Berdasarkan jumlah pendukungnya, kedua Partai-partai besar lainnya juga memperoleh suara cukup banyak,
partai ini tidak berarti bila dibandingkan dengan Masyumi, tetapi tetapi tidak sedramatis perolehan NU.23
kehadirannya telah membuat NU lebih mudah keluar dari Masyu-
mi tanpa merasa merusak persatuan umat Islam.
NU kemudian mengajak kedua partai ini (PSII dan Perti) dan
juga Masyumi membentuk sebuah federasi. Berbeda dengan Ma-
syumi, keduanya menanggapinya secara positif. ________________________________________________________
Pada Agustus 1952 pembentukan federasi baru, Liga Musli- ___________
min Indonesia, diumumkan. Ia terdiri dari tiga partai tadi, NU, ________________________________________________________
PSII dan Perti, serta sebuah perhimpunan pendidikan tradisional di ___________
Sulawesi Selatan, DDI.20 Pimpinan Liga ini mengaku berbeda de-
ngan yang ada sebelumnya, sebagai alternatif terhadap Masyumi. 1. Lihat ringkasan-ringkasan singkat dari berbagai topik utama yang
Tidak ada catatan tentang kegiatan-kegiatan khusus Liga ini. dibicarakan
Setelah muktamar Palembang, kebanyakan anggota individual dalam Muktamar-muktamar ini dalam Aboebakar 1957:480-91 dan
Masyumi yang merasa dekat dengan NU mengundurkan diri. Ha- Anam 1985:94-97.
nya beberapa orang Muslim tradisionalis yang tetap bertahan da-
lam Masyumi.21 Penarikan diri dari Masyumi juga dilakukan oleh 2. Aboebakar 1957:489. Ali Haidar (1992) membuat catatan yang
delapan orang wakilnya di parlemen. Sampai Pemilu 1955, kede- cerdik bahwa mungkin
lapan orang ini merupakan kelompok parlementer NU. masih ada alasan lain dari penolakan atas usulan ini. NU hanya
Kabinet Wilopo, di mana untuk pertama kalinya NU tidak ter- memiliki segelintir
wakili sama sekali, hanya bertahan selama setahun lebih. Kabinet anggota yang punya tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
berikutnya, dipimpin oleh Ali Sastroamidjojo, memasukkan tiga menjadi anggora Volksraad,
orang menteri NU: Zainul Arifin (Wakil II Perdana Menteri), sementara NU sendiri memerlukan ketrampilan orang-orang
Masjkur (Departemen Agama), dan Mohammad Hanafiah (Men- tersebut untuk tugas-tugas
teri Negara Urusan Pertanian).22 Sejak saat itu sampai 1971, De- yang lebih penting.
partemen Agama tetap berada di tangan NU. Ia menjadi instrumen
penting sehingga NU dapat membangun patronase --dalam bentuk 3. Ajakan ini disampaikan dalam bentuk pidato yang diterbitkan
lapangan kerja, kesempatan pendidikan dan fasilitas lainnya. dalam bahasa Arab dengan
Pada Pemilu pertama, yang diselenggarakan pada 1955 setelah judul AI-Mawa'izh (Wejangan-wejangan). Penting dicatat, sebuah
tertunda cukup lama, NU mendapat perolehan yang mengejutkan, terjemahan Indonesia
63 64
yang sudah diringkaskan dimuat beberapa tahun kemudian di 9. Anam 1958:114-5. Menurut salah seorang sumber Anam, kedua
majalah kaum pembaharu, pemimpin tertinggi ini dipenjarakan
Panji Masjarakat, 15 Agustus 1959, dan dimuat kembali dalam karena dicurigai terlibat dalam sabotase di pabrik gula Jombang.
Salam 1963: 52-56. Tentang Anam menyatakan bahwa sebab
sambutan hangat terhadap ajakan itu, lihat Noer 1973:241: Soekadri sebelumya adalah sebuah himbauan Kiai Hasjim Asj`ari kepada
1979/1980 : 96. umat Islam untuk tidak melakukan
saikeirei karena perbuatan itu diharamkan.
4. Ch.M. Machfoezh Siddiq, Debat tentang Idjtihad dan Taqlied
(Soerabaia: H.B.N.O. tt.).
Diringkaskan dalam tulisan saya "Traditions for the Future" (akan 10. Sebagaimana pengamatan Benda, "satuan perwira Indonesia (...)
tertib). Saya berterima terdiri dari sejumlah besar
kasih kepada KH. Muchith Muzadi dari Jember atas jasa baiknya kiyayi. (...) Elite militer Indonesia yang baru, karena itu,
mengirimi saya sebuah memperoleh kekuatan utamanya
fotocopy buku yang sekarang sulit didapatkan ini. dari para pemimpin umat Islam dan kalangan aristokrasi, sementara
kaum intelgensia
5. Draft Hukum ini tidak pernah diberlakukan karena adanya protes berpendidikan Barat, walaupun menyambut baik dan menghargai
keras dari umat Islam. tentara baru ini, tidak
Lihat Pijper 1937. banyak yang menjadi personel pimpinannya." (1958:138) Lihat
juga Zuhri 1987:233 untuk
6. Benda (1958: 51-4. 83-90) dan Noer (1973: 240-4) beberapa nama dari para pemimpin Muslim ini.
menggambarkan peristiwa-peristiwa ini dan
juga memberikan beberapa informasi tentang latar belakang 11. Keduanya adalah Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII).
pembentukan MIAI. lihat juga dipimpin oleh Kiai Ahmad Sanusi dari
Aboebakar 1957:309-19: Anam 1985 :97-1O1. Sukabumi, dan Perikatan Ummat Islam (PUI) pimpinan Kiai Abdul
Halim dari Majalengka, kedua-
7. Pada paragraf ini dan berikutnya saya mengandalkan studi Harry nya di Jawa Barat. Tentang kedua organisasi ini, lihat masing-
Benda yang cemerlang dan tak ter- masing dalam Iskandar 1993
tandingi (1958). Pendidikan-latihan bagi para kiai ini dan rekrutmen dan Noer 1973:69-73.
mereka menjadi anggota
barisan pertahanan dibicarakan dalam bab 6. 12. Lihat ulasan tentang penolakan para pemimpin Islam melakukan
saikeirei di atas.
8. Hamka 1982:219-222: Benda 1958:123-124. Pamflet Haji Rasul,
yang ditulis bulan Maret 1943 13. Teks resolusi perang suci (jihad fi sabilillah) 22 Oktober dan
sebagai komentar atas sebuah buklet yang menerangkan kebudayaan bagian-bagian dokumen yang
Jepang kepada pembaca berhubungan dimuat dalam buku ini (Lampiran III). Menurut
Indonosia, dimuat kembali dalam Hamka 1982:344-358. Saifuddin Zuhri (1979: 636), Kiai
Hasjim Asj'ari, yang memimpin rapat di Surabaya, sebenarnya telah
mengeluarkan fatwa yang
65 66
mnyatakan bahwa mempertahankan republik adalah kewajiban tahun 1951 hanya Wahid Hasjim dan KH. Masjkoer yang mewakili
agama bagi semua orang Islam (fardlu NU sebagai anggota pengurus.
'ain).
18. Tentang berbagai peristiwa ini lihat: Noer 1987:79-94. Feith
14. Nama ini adalah singkatan dari jihad sabilillah (perjuangan di 1962:233-7; Zuhri 1987:392-400;
jalan Allah), istilah baku dan terutama Haidar 1992:179-94.
untuk Perang Suci.

15. Peran yang dimainkan pengikut NU dalam pemberontakan 10 19. Pecahnya para pemimpin PSII ini dengan Masyumi pada
Nopember di Surabaya mendapatkan umumnya dikatakan sebagai akibat kasak-
liputan yang tidak mamadai dalam Visions and Heatnya Frederick kusuk perdana materi sosialis, Amir Sjarifuddin, yang manberikan
(yang menyebut pengaruh Kiai dua jabatan menteri sebagai
Hasjim Asj`ari terhadap Bung Tomo tanpa menyebut NU), tetapi imbalannya. Tidak semua pemimpin PSII meninggalkan Masyumi
ditekankan di dalam beberapa pada tahun 1947, beberapa di anta-
artikel singkat di Aula, jurnal NU cabang* Jawa Timur: Abdul Aziz ranya masih bertahan beberapa waktu. Salah satu di antaranya
Medan, "Lasykar Hizbullah adalah Kartosuwirjo; dia keluar
dan Perang 10 Nopember", Aula IX, no.1 dan 2 (Januari dan dari Masyumi secara de facto ketika Darul Islamya berkembang
Februari 1987); anonim, "Peranan menjadi sebuah pemerintahan tan-
Hizhullah dalam Perang 10 Nopember 1945", Aula X no. 10 dingan. Lihat Noer 1981:76-9; van Dijk 1981:82-4, 87-93.
(Desember 1988).
20. Aboebakar 1957:563-90; Noer 1987:94-7; Feith 1962:263-7;
16. Resolusi ini menyatakan bahwa wajib berjuang bagi setiap Zuhri 1987:400-2. DDI (Daar Da'-
Muslim yang mampu yang berada wah wal Irsyad) didirikan seorang ulama Bugis terkenal,
dalam radius 94 kilometer dari tempat berlangsungnya pertempuran Abdurrahman Ambo Dalle, pada tahun
atau tempat musuh berada. 1947. Perhimpunan ini berpusat di Pare-Pare dan kemudian secara
Untuk mereka yang berada di luar radius ini kewajiban ikut serta berangsur-angsur mendirikan
tidak dikenakan atas cabang-cabang di berbagai wilayah nusantara, dimana terdapat
masing-masing individu tetapi atas komunitas, yang harus sebuah komunitas Bugis cukup
mengirim sejumlah anggotanya untuk besar. Setelah beberapa waktu, sebuah organisasi wilayah
bergabung dalam perjuangan. Lihat teks lengkap resolusi ini dalam bergabung ke dalam Liga, yaitu
buku ini (Lampiran III). Persyarikatan Tionghoa Islam Indonesia yang berbasis di Makasar
(lihat Kepartaian 1954:413).
17. Komposisi pengurus Masyumi 1945 dan semua susunan pengurus
berikutnya diberikan dalam Noer 21. Namun, ada perkesualian. Orang seperti Kiai Abdullah Syafi`i,
1987:100-5. Dalam kepengurusan 1949, kita menemukan hanya yang sangat berpengaruh di
Wahid Hasjim dan Zainul Arifin kalangan penduduk Betawi Jakarta, walaupun dia tradisionalis
(komandan Hizbullah) yaog berasal dari NU, keduanya adalah totok, tetap percaya kepada
anggota pengurus biasa; pada
67 68
Masyumi. PUI dan PUII dari Jawa Barat, yang berpandangan NU. Kaum pembaru bahkan telah menyusun pembagian kerja
reformis dalam masalah pendidikan yang memuaskan dimana aktifitas-aktifitas politik diserahkan kepa-
tetapi tradisionalis secara doktrinal, juga tetap bertahan di dalam da Masyumi, dan kerja sosial dan pendidikan diserahkan kepada
Masyumi sampai partai Muhammadiyah.24 Suatu pembagian kerja yang serupa berkem-
ini dibubarkan pada 1960. bang dalam NU, antara pengurus eksekutif dan dan po-
litisi parlemen di satu pihak dengan kiai di pesantren dan dewan
22. Dalam perubahan susunan kabinet pada 1954, nama Mohammad ulama (Syuriyah) di pihak lain. Hal ini, dalam perjalanan waktu,
Hanafiah tidak tertera, sementara secara bertahap mengakibatkan terjadinya peluasan kesenjangan
wakil NU lain, Mr. Sunarjo, menjadi Menteri Dalam Negeri. Lihat kultural dan sikap antara dua jenis pemimpin NU, dan membawa
Feith 1962 :338-9. kepada sebuah krisis kewenangan yang akhirnya baru terpecahkan
--paling tidak dalam teori-- ketika NU menarik diri dari "politik
23. Perolehan jumlah kursi empat partai besar dalam parlemen praktis" dan meneguhkan kembali kewenangan Syuriyah atas Tan-
sementara dan setelah pemilu fidziyah.
adalah sebagai berikut (mengutip Feith 1962:434):
NU DAN SOEKARNO
============================================
============================= Dalam banyak hal, politisi NU lebih banyak mempunyai ke-
Jumlah Kursi/Persentase samaan dengan kaum nasionalis sekuler (PNI) dan mungkin bah-
============================================ kan dengan kaum komunis (PKI) daripada dengan elite Masyumi
============================= yang berpendidikan Barat. NU, sebagaimana PNI, berbasis kuat
Sebelum Pemilu Sesudah Pemilu di Jawa dan diliputi dengan nilai-nilai Jawa. Kedua partai ini lebih
Suara Keseluruhan berorientasi ke dalam (inward-looking) daripada berorientasi ke-
luar, dan lebih menghargai gaya-gaya kepemimpinan tradisional
PNI 42 57 22,3 % daripada cita-cita demokrasi Barat. Tidak mengejutkan bahwa da-
Masyumi 44 57 20,9 % lam polarisasi yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya, NU --ke
NU 8 45 18,4 % cuali beberapa individu-- menjadi lebih dekat kepada Soekarno,
PKI 17 39 16,4 % sementara Masyumi semakin menjadi penentangnya.
============================================ Namun, ini tidak berarti, sebagaimana sering dikemukakan
============================= oleh mereka yang kritis terhadap sikap akomodasionis NU, bahwa
NU semata-mata secara oportunis mendukung setiap tindakan Soe-
Demikianlah, pelibatan NU secara bertahap ke dalam kehi- karno. Ketika Soekarno berbicara keras, pada awal 1953, terhadap
dupan politik, yang dimulai pada masa pendudukan Jepang dan gagasan negara berdasarkan Islam karena hal itu akan membawa
sangat dipersubur oleh perjuangan kemerdekaan dan tuntutan gan- kepada separatisme di kalangan kelompok-kelompok etnik Indone-
jaran setimpal yang tak terpenuhi, mencapai konsekwensi puncak- sia non-Muslim, bukan hanya Masyumi yang memprotesnya tetapi
nya dalam perubahan diri NU menjadi partai politik. Dalam hal juga Nahdlatul Ulama dan organisasi-organisasi lainnya. NU seca-
ini ia melangkah selangkah lebih jauh dari Muhammadiyah, yang ra khusus keberatan kepada asumsi Soekarno, bahwa pemerintahan
tidak pernah menjadi partai. Tetapi pada saat itu, Muhammadiyah Islam tidak akan mampu memelihara persatuan nasional (Feith
jauh lebih terwakili secara memadai dalam Masyumi daripada 1962: 282; Anshari 1981: 61-2).
69 70
NU juga bersimpang jalan dengan Soekarno ketika dia nam- lamnya bergantung kepada Departemen ini dan negara secara ke-
pak bekerjasama terlalu dekat dengan kaum komunis. Pada 1957, seluruhan. Dengan menyatakan pemerintah sebagai waliy al amr
ketika Soekarno, mengumumkan Konsepsi-nya --yang dia usulkan al-dlaruri bi'l-syaukah, para ulama ini ingin menyatakan bahwa
sebagai alternatif bagi demokrasi liberal dan pemerintahan berda- pengadilan-pengadilan tersebut merupakan pihak yang berwenang
sarkan partai, yang dua tahun kemudian dipraktekkan dalam De- menunjuk wali hakim.29 Dengan demikian, pernyataan tersebut
mokrasi Terpimpin-- NU segera menambahkan suaranya ke Ma- adalah respons terhadap sebuah problem lokal (bukan kebetulan
syumi dan PSII dalam menolak Konsepsi ini. NU menolak keras bahwa kebanyakan ulama yang berkumpul adalah anggota Perti),
terutama terhadap gagasan kabinet gotong royong, sebuah peme- tetapi kebanyakan ulama ini seharusnya sadar bahwa pernyataan
rintahan di mana semua partai, termasuk partai komunis, harus itu dapat membawa berbagai implikasi yang jauh lebih luas.
terwakili.25 Dalam perdebatan di parlemen pada 1959 tentang da- Namun apapun maksud dari keputusan tersebut, Soekarno de-
Sar ideologis negara yang harus ditetapkan dalam Undang-Undang ngan cepat memanfaatkannya dan mengemukakannya (dalam se-
Dasar (Islam versus Pancasila), NU juga berada di pihak Masyu- buah pidato di depan umum yang disampaikan tidak lama setelah
mi yang berhadapan dengan Soekarno, PNI dan PKI.26 pertemuan ulama di Sumatera Barat tersebut) sebagai pengakuan
Adalah benar bahwa perilaku politik NU seringkali tampak di- terhadap kewenangan pribadinya. Departemen Agama jelas juga
kalkulasi untuk mendapatkan perkenan presiden Soekarno. Inilah mendapatkan keuntungan dengan adanya pengakuan implisit atas
yang menyebabkan banyaknya kritik terhadap NU di kalangan kewenangannya atas perkara-perkara keagamaan, dan posisi Masj-
simpatisan Masyumi. Pada masa Masjkur menjadi Menteri Aga- kur menjadi semakin kuat karenanya. Implikasi lainnya, yang
ma (1953-54) berlangsung pertemuan nasional ulama -dihadiri mungkin mempunyai makna politik yang lebih besar, adalah bah-
hanya oleh ulama yang berafiliasi dengan Perti dan NU- yang wa pengakuan tersebut secara implisit mendelegitimasi pemberon-
memberikan legitimasi kepada kekuasaan presidential Soekarno takan Darul Islam, yang pada saat itu masih sangat kuat. Paling
dengan menyatakan dirinya dan pemerintahannya secara keselu- tidak, seorang ulama sangat berpengaruh di Sulawesi Selatan,
ruhan sebagai -dalam istilah hukum Islam-- waliy al-amr al-dla- yang telah memberikan dukungan kepada Darul Islam di sana,
run' bi'l-syaukah. Istilah ini sendiri hanya berarti "penguasa peme- berputar haluan karena adanya pernyataan ini.30
gang kekuasaan de facto", tetapi mengandung arti bahwa semua Ketika Soekarno mulai menggelar Demokrasi Terpimpinnya,
umat Islam Indonesia harus mentaati presiden dan aparat negara terjadi perbedaan pendapat di kalangan NU. Semua faksi di dalam
lainnya.27 Pemberian gelar ini kelak menimbulkan banyak salah NU menentang keikutsertaan kaum komunis dalam pemerintahan,
paham, yang paling tidak sebagiannya memang disengaja. Para tetapi banyak di antara mereka yang tidak mempunyai keberatan
pengamat yang tidak simpatik seringkali keliru menyatakan kepu- lain terhadap kebijakan Soekarno. Kiai Wahab Chasbullah, yang
tusan tersebut sebagai dukungan langsung kepada Soekarno sendiri saat itu masih menjabat Rois Aam, adalah seorang pengagum Soe-
dan karena itu merupakan bukti dari watak oportunis dan menjilat karno, dan tetap menjadi pendukung yang setia sampai akhir. Be-
kaum tradisionalis (lihat misalnya Maarif 1988: 110-3). berapa pimpinan puncak lainnya, seperti Masjkur, Idham Chalid,
Bagaimanapun juga, maksud semula dari dikeluarkannya ke- Zainul Arifin, Saifuddin Zuhri dan Ahmad Sjaichu juga dengan
putusan ini tampaknya adalah untuk menegaskan kewenangan pe- mudah menyesuaikan diri dengan Demokrasi Terpimpin. Di pihak
ngadilan syari'ah yang baru saja didirikan di Sumatera Barat se- lain, ada juga para pemimpin NU yang secara tegas menolak
bagai lawan dari adat setempat yang sudah mapan dalam masalah seluruh gagasan Demokrasi Terpimpin. Yang paling vokal di anta-
penunjukkan wali hakim bagi mempelai perempuan yang tidak ranya adalah KH M Dachlan (seorang wakil ketua Tanfidziyah)
mempunyai kerabat laki-laki terdekat.28 Pengadilan-pengadilan dan Imron Rosjadi (Ketua Ansor); kita juga menemukan dua tokoh
ini, yang didirikan Departemen Agama pada 1952, legitimasi Is- yang kelak menjadi Rois Aam dalam kelompok ini, Kiai Bisri
71 72
Syansuri dan Kiai Ahmad Siddiq.31 yang memiliki keterampilan modern di lingkungan NU. Sebagai-
Pada Maret 1960, Soekarno membubarkan parlemen yang mana diungkapkan Wahid Hasjim pada 1953, "mencari seorang
telah dipilih pada pemilu 1955 dan menggantikannya dengan DPR akademisi di dalam NU adalah ibarat mencari tukang es pada jam
Gotong Royong (DPRGR), yang disusun lebih menurut selera dan 1 malam".37 Kalangan Muslim berlatar belakang kota dan me-
naluri politiknya sendiri. Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia miliki pendidikan modern lebih tertarik ke Masyumi. Identitas NU
(PSI), penentang Soekarno paling konsisten, tidak lagi terwakili di dikaitkan secara dekat dengan dunia pesantren, dan bahkan seka-
dalamnya, dan hampir separuh kursi diperuntukkan bagi wakil- rang pun relatif sedikit orang yang berasal dari keluarga NU yang
wakil "kelompok fungsional", termasuk banyak delegasi militer.32 telah menamatkan pendidikan tinggi dalam bidang non-agama.
Kebanyakan politisi NU tidak menentang campur tangan yang Masyumi memiliki banyak orang terdidik yang dapat mereka pilih
janggal ini dan menerima kursi mereka di DPRGR; Zainul Arifin untuk menjadi juru bicara dan delegasinya; ia dapat dengan tang-
bahkan dipilih sebagai ketuanya. Namun, Dachlan dan Imron Ro- kas menyediakan calon-calon yang memenuhi syarat untuk setiap
sjadi menunjukkan penolakannya dengan membentuk sebuah per- pos menteri yang mungkin mereka peroleh. Satu-satunya pos
himpunan yang dinamakan Liga Demokrasi, di mana beberapa menteri di mana NU dapat secara meyakinkan mengusulkan ca-
anggota individual Masyumi dan PSI ikut serta, di samping se- lonnya adalah pos Menteri Agama. Beberapa menteri lainnya, me-
kelompok kecil orang-orang bebas.33 Mayoritas pemimpin NU te- mang benar, beberapa kali juga dipegang politisi NU, tetapi tidak
tap sangat dekat dengan Soekarno, pada sebagian besar periode seorang pun di antara mereka yang sangat mengesankan. Demi-
Demokrasi Terpimpin. Idham Chalid, yang sudah menjadi ketua kian juga di parlemen, NU hanya mempunyai beberapa orang
Tanfidziyah pada 1956 -dan terus mempertahankan kedudukan itu yang berkeahlian dan cukup vokal, yang membuat kehadiran me-
melewati berbagai pergolakan politik sampai 1982- menjadi pem- reka dirasakan. Akibatnya, NU gagal menerjemahkan kontribusi
bela blak-blakan dari manifesto ideologis nasionalistik populis Soe- pentingnya dalam perjuangan kemerdekaan ke dalam pengaruh
karno, Manipol Usdek.34 Idham mendapat ganjaran dengan jabat- politik setelah perjuangan dimenangkan. Keadaan inilah, sebagai-
an tinggi sebagai wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung mana sudah saya katakan, yang merupakan sumber perpecahan-
(DPA).35 Pada 1964, Idham dan Saifuddin Zuhri, Menteri Aga- nya dengan Masyumi.
ma, mendirikan sebuah yayasan (Yayasan Api Islam) yang fungsi Sebagai konsekwensinya, beberapa orang NU yang mempu-
utamanya nampaknya adalah mempropagandakan gagasan-gagas- nyai pendidikan modern dapat menapaki karier dengan cepat da-
an politik Soekarnois di kalangan Muslim tradisional (bdk. Fieder- lam organisasi ini jika mereka menginginkannya. Ahmad Sjaichu
spiel 1976). mungkin merupakan contoh kasusnya. Walaupun kemunculannya
NU memegang beberapa pos menteri sepanjang periode De- yang cepat dalam hirarki NU tidak diragukan lagi ditopang oleh
mokrasi Terpimpin, tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap ke- statusnya sebagai anak tiri Kiai Wahab Chasbullah, asset terbesar
bijakan-kebijakan aktual. Namun, posisi ini membantu dirinya yang dimilikinya barangkali adalah penguasaannya atas beberapa
membangun sebuah sistem patronase yang membuat organisasi bahasa asing. Saifuddin Zuhri dan Chalid Mawardi memulai ka-
partai ini berguna bagi para pendukungnya di berbagai propinsi.36 riernya sebagai wartawan, dengan demikian memperoleh pendi-
dikan politik informal yang segera memberi mereka peluang ke
PROBLEM ABADI: LANGKANYA TENAGA TERAMPIL posisi pimpinan dalam NU. Kebutuhan akan kader dan pemimpin
DAN REKRUTMEN ORANG LUAR. berpendidikan lebih besar dari yang dapat dipenuhi dari lingkung-
an NU sendiri, dan NU menyadari bahwa untuk mengisi beberapa
Dalam kadar tertentu, perilaku politik NU selama periode peluang ia harus merekrut orang-orang luar yang bersimpati kepa-
Soekarno dapat dijelaskan oleh kenyataan langkanya orang-orang danya.
73 74
Sebagai akibat kesuksesannya dalam pemilu 1955, NU tiba-
tiba harus mengisi 45 kursi di parlemen, sebelumnya hanya 8. PATRONASE DAN PENYELEWENGAN
Tentu saja tidak tersedia cukup orang yang meinenuhi syarat di ka-
langan anggotanya sendiri, karena itu, NU mengajak sejumlah Karena partisipasi mereka dalam parlemen dan kemudian da-
orang luar terkenal untuk mewakilinya di parlemen. Mereka ini lam pemerintahan, para politisi NU dapat memberikan berbagai
termasuk ekonom Prof. Sunarjo (kelak Menteri Perdagangan dan pelayanan dan menawarkan fasilitas tertentu kepada para pendu-
pengacara Mr Sunajo (yang harus memegang, inter alia, Depar- kungnya di daerah luar kota. Melalui kekuasaannya atas Depar-
temen Dalam Negeri) serta Burhanuddin (Menteri Keuangan da- temen Agama, NU mempunyai kesempatan kerja cukup banyak
lam kabinet Ali Sastroamidjojo kedua), produser film Djamalud- untuk didistribusikan, kesempatan yang syarat-syaratnya pada
din Malik, sutradara film Asrul Sani dan Usmar Ismail (Noer umumnya dimiliki para pengikut NU. Pertama, tersedia kesem-
1987: 114; Baidlawi & Ma'shum 1991:49). Pada 1956, dua patan menjadi staf Departemen Agama pusat, kantor wilayahnya,
orang usahawan Cina yang termasuk kelompok minoritas di parle- sampai kepada jabatan pencatat nikah pada tingkat desa. Kedua,
men, Hasan Tan Kiem Liong dan Tan Eng Hong, dibujuk untuk ada pengadilan-pengadilan agama, di mana orang-orang yang ber-
pindah ke kelompok NU. Nama yang terakhir ini bahkan tidak ha- latar belakang pesantren dapat ditunjuk sebagai hakim (dan ba-
rus menjadi seorang Muslim untuk mendapatkan kesempatan ini. nyak lainnya sebagai staf administratif). Ladang pekerjaan utama
Tan Kiem Liong kemudian dalam waktu singkat memegang jabat- yang ketiga adalah bidang pendidikan, untuk sekolah-sekolah yang
an menteri dalam kabinet pada 1965, yang menunjukkan sekali la- lebih mengutamakan palajaran agama yang berada di bawah ken-
gi sejauh mana ketergantungan NU kepada orang luar.38 dali Departemen Agama bukan Departemen Pendidikan. Atas
Rekruitmen orang luar tidak hanya karena kekurangan orang bantuan Departemen Agama, jenis-jenis sekolah agama baru di-
berkeahlian modern di lingkungan NU, namun juga mencermin- dirikan. seperti PGA (Pendidikan Guru Agama) dan belakangan
kan kebutuhan akan para penghubung antara pendukung NU de- madrasah tingkat menengah negeri (MTsN dan MAN).39
ngan lingkungan lain, yakni lingkungan politik, bisnis dan juga Satu kebijakan Departemen Agama, berkenaan dengan subsidi
militer. Orang luar dapat berfungsi sebagai jembatan yang bergu- untuk madrasah, pastilah telah memberikan sumbangan banyak
na, yang menyebabkan sebagian mereka naik ke posisi-posisi ber- bagi perkembangan NU dan juga organisasi-organisasi keagamaan
pengaruh dalam NU. Yang paling menonjol dari semua orang luar lainnya. Madrasah swasta lokal menerima subsidi Rp.lO,-/murid,
pada 1950-an dan 1960-an ini barangkali adalah Subchan ZE, tetapi untuk madrasah yang berafiliasi dengan organisasi berskala
seorang intelektual dan usahawan muda yang mempunyai koneksi nasional ("bergabung dengan induk") subsidi dinaikkan menjadi
dengan pihak militer. Dia memulai kariernya di NU sebagai ang- tidak kurang dari Rp.30,-/murid. Kebijakan ini mempunyai dam-
gota departemen pendidikan NU (Ma'arif) dan segera menjabat pak yang dapat diramalkan, dan memang diinginkan, berupa per-
sebagai ketua departemen perekonomian; kemudian dia bertindak tambahan cepat jumlah pesantren dan madrasah yang menyatakan
sebagai, antara lain, penghubung dengan pimpinan militer, Nasu- diri berafiliasi dengan NU - atau organisasi besar lainnya.40
tion. Dia muncul sebagai tokoh nasional setelah kup Untung yang Fasilitas penting lainnya yang berada di bawah kendali De-
gagal pada 30 September 1965, dengan memainkan peranan pe- partemen ini adalah pendidikan tinggi Islam. Lembaga yang per-
mimpin dalam demonstrasi-demonstrasi yang mengantarkan ke- tama, PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) didirikan
lahiran Orde Baru. Secara kultural Subchan hampir tidak terma- di Yogyakarta tahun 1951; kemudian disusul dengan sebuah aka-
suk orang NU, dan banyak aktivitas sosialnya berlangsung di ling- demi staf khususnya untuk personel menteri pada 1957. Pada
kungan-iingkungan yang sangat berbeda, tetapi kenyataan ini jus- 1960, kedua lembaga ini digabungkan menjadi IAIN (Institut Aga-
tru menambah nilai dirinya sebagai perantara. ma Islam Negeri) yang pertama, sebuah institut yang mempunyai
75 76
beberapa fakultasnya di Yogyakarta dan Jakarta (Yunus 1979: serius yang muncul ke permukaan. Kasus yang paling menggem-
396-413). Saifuddin Zuhri, Menteri Agama terakhir dalam perio- parkan melibatkan Wahib Wahab, putera Kiai Wahab, yang men-
de Soekarno, berjasa atas perkembangan jumlah IAIN yang me- jabat sebagai Menteri Agama pada 1960. Pada 1962, dia dipaksa
ningkat dengan cepat. Antara 1962 dan 1967, dia mendirikan mengundurkan diri dan diadili karena melanggar peraturan perda-
IAIN baru di Jakarta, Banda Aceh, Surabaya, Ujung Pandang, gangan luar negeri. Pelanggaran yang dilakukannya nampaknya
Banjarmasin, Padang, Palembang dan Jambi dan sekitar 15 IAIN sangat serius, sehingga dia dihukum 10 tahun penjara dan harus
cabang kecil di beberapa kabupaten, yang berinduk kepada IAIN- membayar denda dalam jumlah besar (lihat Noer 1987: 406n).41
IAIN di atas (Zuhri 1987:505). Kebanyakan lulusan IAIN mencari
pekerjaan di sekolah-sekolah agama atau birokrasi Departemen NU, KAUM KOMUNIS DAN LANDREFORM
Agama, tetapi ada juga lulusannya yang menjadi pegawai negeri
di departemen lain, atau mengikuti pendidikan lanjutan di univer- Soekarno, menciptakan akronim Nasakom, (Nasionalisme,
sitas lain. Salah satu fungsi IAIN yang mungkin tidak disengaja, Agama dan Komunisme) untuk mendefisikan kerjasama berbagai
tetapi penting, adalah sebagai saluran mobilitas sosial, terutama kekuatan sipil untuk menjalankan Demokrasi Terpimpinnya. NU
bagi mereka yang berlatar belakang pesantren. Mereka ini tidak adalah wakil utama dari faktor Agama dalam pemerintahan (Ma-
dapat diterima di universitas-universitas umum (kecuali jika me- syumi tidak hanya tidak terwakili tetapi dipaksa membubarkan diri
reka mengikuti ujian negeri), tetapi dengan menggunakan IAIN pada 1960). Walaupun NU tampak menerima Nasakom sebagai
sebagai batu loncatan, mereka dapat memperoleh pekerjaan yang sebuah slogan, hubungannya dengan PKI selalu tetap dingin. Se-
diinginkan atau bahkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang mua faksi di dalam NU sejak semula menentang keikutsertaan
lebih tinggi. PKI dalam pemerintahan, tetapi kebanyakan akhirnya menerima
Bentuk-bentuk patronase lainnya yang berkembang adalah ber- tanpa bantahan. Keuntungan-keuntungan yang mereka harapkan
bagai peluang yang kurang kasat mata. Para politisi NU yang lin- akan diperoleh dengan ikut serta dalam Demokrasi Terpimpin le-
cah semakin terlibat dalam pola-pola pertukaran informal yang pe- bih penting daripada keberatan-keberatan mereka yang menolak
nuh siasat yang memberikan keuntungan timbal-balik, dukungan bekerjasama dengan kaum komunis.42 Para politisi NU tertentu
politik, jabatan, tender, informasi terbatas dan andil dalam berba- ketika menceritakan kembali masa itu mengatakan bahwa mereka
gai aktifitas ekonomi yang dikuasai pemerintah (terutama perda- berulangkali dengan tegas menentang PKI, sehingga membuat ma-
gangan dan kehutanan). Dengan demikian, para politisi di pusat rah Soekarno,43 tetapi -selain M. Dachlan, Imron Rosjadi (yang
dapat memberikan dukungan strategis kepada para usahawan yang akhirnya menjadi tahanan politik) dan Subchan (yang pada masa
berafiliasi dengan NU di propinsi-propinsi; sebagian, konon, juga itu dekat dengan pimpinan Angkatan Bersenjata, Nasution)- me-
memanfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri. Kesem- reka nampaknya menyesuaikan diri dengan senang hati. Kiai Wa-
patan emas ini banyak tersedia, terutama, pada masa Demokrasi hab dan Idham Chalid tetap setia kepada Soekarno sepanjang wak-
Terpimpin, ketika NU merupakan satu-satunya partai Islam yang tu dan menekan perasaan anti komunisnya.
terwakili secara signifikan dalam pemerintahan dan, karena itu, di- Di Jawa Timur, yang merupakan basis massa pendukung NU
perlukan oleh baik Soekarno maupun Angkatan Bersenjata. dan juga PKI paling kuat, sikap anti-komunis di dalam NU dalam
Pada saat itu sering muncul tuduhan (biasanya dari saingan waktu lama tetap tidak banyak pendukungnya. Menurut seorang
NU, Masyumi dan PKI) adanya penyelewengan, manipulasi ke- pengamat Amerika yang menjalankan tugas resminya di Jawa Ti-
uangan dan penggelapan. Permainan dagang merupakan sesuatu mur pada 1964 dan 1965, NU pada waktu itu "tidak mempunyai
yang inheren dalam sistem ini, dan para politisi NU tidak diragu- pemimpin terkemuka, terjerat oleh kepentingan-kepentingan sem-
kan lagi ikut terllbat di dalamnya, walaupun tidak banyak kasus pitnya, dan sampai 1964 tidak menolak bekerjasama dengan PKI
77 78
atau mengizinkan PKI menahan prakarsanya" (Walkin 1969: benar-benar Islami tetapi pimpinannya adalah seorang Muslim.
832). Namun, hubungan dengan PKI memburuk dengan cepat ke Latar belakang
tika partai ini dan BTI-nya mulai melancarkan "aksi sepihak"-nya teoritis-fiqh ini dibicarakan secara rinci dalam Haidar (1992 :358-
untuk mengusahakan dan mengimplementasikannya Undang-un- 80),
dang Landreform 1963.44 yang untuk irterpretasinya atas peristiwa seputar ini sangat
menyandarkan
diri kepada Noeh 1985. Lihat juga Zuhri 1987 :421-8.

28. Dalam perkawinan Islam, mempelai perempuan diserahkan


________________________________________________________ kepada mempelai
___________ laki-laki oleh walinya (ayah, saudara laki-laki atau kerabat terdekat
________________________________________________________ laki-laki lainnya). Jika tidak ada kerabat dekat kki-laki, maka
___________ tempatnya
digantikan oleh wali hakim, yang tanpa mereka perkawinan akan
24. Beberapa dasawarsa kemudian, ketika hubungan NU dan PPP menjadi tidak sah.
diperdebatkan Menurut fiqh tradisional, wali hakim ditunjuk oleh penguasa
secara serius. banyak yang berpikir tentang pembagian kerja Muslim. Di Sumatera
sebagaimana Barat, biasanya penguasa adatlah yang menunjuk wali hakim, dan
yang ada antara Muhammadiyah dan Masyumi sebagai alternatif ulama ingin
yang jauh memindahkan hak ini kepada pengadilan Syari'ah.
lebih menguntungkan.
29. Masalah ini dan beberapa implikasi dari keputusan waliy al-amr
25. Lihat Feith 1962: 538-44; Noer 1987:351-60; Haidar 1992: 204-7. al-dlaruri
Dua orang bi'l-syaukah dibicarakan secara jernih dalam Lev 1972:47-51. Lihat
pemimpin NU yang pada tahun-tahun itu secara umum lebih kritis juga Haidar
terhadap 1992, di mana teks keputusan tersebut dimuat kembaii pada
Soekarno dan gagasannya adalah KH M. Dachlan, pada waktu itu halaman 367.
ketua
Tanfdziyah, dan Imam Rosjadi, ketua organisasi pemuda NU, 30. Ulama ini adalah Abdurrahman Ambo Dalle, Ulama Sulawesi
Anshor. Selatan yang sangat
berpergaruh dan pendiri organisasi pendidikan Darud Dakwah wal
26. Lihat Feith 1963 :360-1; Lev 1966:125-31; Boland 1971: 90-9. Irsyad. Sebagaimana
disebut di atas, organisasi ini sebelumnya telah ikut serta dalam
Liga Muslimin
27. Ketiga bagian dari gelar ini merupakan istilah teknis teori hukum- Indonesia. Masjkur mengirim utusan khusus untuk menemui Ambo
politik Dalle dan mengundagnya
Islam. Secara lengkap ketiganya, mengandung arti bahwa negara itu menghadiri pertemuan tersebut dan dia terlibat aktif dalam diskusi
tidaklah mendalam
79 80
(Z.A. Noeh percakapan pribadi).
34. Seorang pembela yang bahkan lebih bersemangat lagi adalah
31. Nama-nama ini diberikan oleh Saifuddin Zuhri dalam Wahib Wahab, putera Wahab
pembahasannya mengenai Chasbullah yang menjadi Menteri Agama selama tahun 1959-62.
reaksi-reaksi NU terhadap Demokrasi Terpimpin (1987:483:438-5). Dia memuji Manipol sebagai
Tentang posisi mereka hasil ijtihad Soekarno, yang berarti bahwa ia merupakan sebuah
dalam NU selama periode tersebut, lihat Catatan Biografis dalam derivasi logis dari
buku ini (Lampiran I). sumber-sumber hukum Islam (Noer 1987:406).

32. Untuk komposisi DPRGR 1960, lihat tabel dalam Feith 1963:345. 35. Tentang badan ini (yang fungsinya memberikan pertimbangan
Sementara Masyumi kepada presiden dan pamerintah
(dan PSI) tidak terwakili sama sekali, jumlah delegasi NU dan dan pada saat itu nampaknya lebih berpengaruh daripada parlemen)
partai Islam lainnya lihat Feith 1963:362
juga dikurangi: delegasi NU dari 45 menjadi 36, PSII dari 8 DPA masih ada sampai sekarang, tetapi sekarang fungsi utamanya
menjadi 5, dan Perti dari tampaknya adalah untuk
4 menjadi 2. Pengurangan ini berbalikan dengan kehadiran 24 memberikan kedudukan kehormatan bagi para politisi dan birokrat
delegasi "kelompok yang berjasa setelah
fungsional" yang mewakili ulama (kebanyakan mereka mungkin mereka tidak memiki jabatan lagi.
dekat dengan NU). PKI
hampir mempertahankan kekuatan utuhnya, dengan 30 dari 32 36. Sejarah NU selama Demokrasi terpimpin masih merupakan
delegasi, Agkatan Bersenjata sebuah terra incognita, hampir
mempuyai 34 delegasi, kelompok-kelompok fungsional lainnya tidak tarsentuh oleh penelitian serius. Artikel Federspiel, 1973 dan
(termasuk ulama) semuanya 1976, agak dangkal;
mempunyai 79 delegasi. Noer membuat beberapa pengamatan kritis menarik dalam studinya
tentang Masyumi (1987,
33. Tentang Liga Demokrasi lihat Noer 1981:402-3; Feith 1963: 343. terutama 388-414), tetapi NU jelas bukan fokus perhatian
Liga menentang utamanya. Studi terbaru, buku
pembentukan DPRGR dan sangat antikomunis. Pembentukannya kecil Maarif tentang Islam di bawah Demokrasi Terpimpin (1988)
menyebabkan perpecahan lebih sangat tidak memuaskan;
jauh di kalangan pimpinan NU. PBNU mengeluarkan sebuah tuduhan sepihaknya tentang sikap opportunis NU mengandung
instruksi yang melarang anggota informasi kongkret, namun
NU bergabung ke dalam atau mendukung Liga ini. Dengan tidak mamadai. Tesis Ph.D yang ditulis Greg Fealy dari Monash
demikian PBNU melanggar keputusan University (akan datang),
dewan partai sebelumnya, yang gagal merumuskan pendirian tentang sejarah NU pada masa Orde Lama, kayaknya memberikan
bersama terhadap Liga dan sorotan baru yang penting
menyerahkan pilihan kepada masing-masing anggota NU (Staf tentang episode ini.
Umum Angkatan Darat
1961 :106-9).
81 82
37. A. Wahid Hasjim, "Mengapa Saja Memilih Nahdlatul 'Ulama?" 42. Para pemimpin NU melegitimasi keikutsertaan mereka dengan
dalam Aboebakar 1957:740. sebuah kaidah ushul fiqh yang
Wahid melanjutkan bahwa bukan "otak" saja yang menentukan menyatakan bahwa dalam keadaan di mana seseorang harus
kemajuan atau keruntuhan mengambil satu di antara dua
sebuah partai tetapi juga mentalitas, dan dia merujuk kepada PKI pilihan padahal tidak satupun di antara keduanya yang merupakan
sebagai sebuah contoh pilihan yang ideal,
yang menunjukkan bahwa sebuah partai tanpa akademisi sekalipun maka dia harus memilih yang lebih sedikit mendatangkan
dapat berhasil berkat kerusakan. Kerusakan yang lebih
pengorganisasi yang baik. besar, dalam kasus ini, adalah membiarkan berlangsungnya sebuah
pemerintahan yang
38. Dua Tan ini disebutkan dalam Baidlawi & Ma'shum 1991: 49. melibatkan kaum komunis tanpa keterlibatan umat Islam
Saya berterima kasih atas didalamnya.
informasi lebih jauh tentang hubungan mereka dengan NU ini
kepada Greg Fealy 43. Demikian biografi terbaru, Ahmad Sjaichu (Baidlawi & Ma`shum
(percakapan pribadi). 1991) berulangkali
menyatakan bahwa Sjaichu selalu menentang kebijakan-kebijakan
39. Tentang kebijakan-kebijakan pendidikan Departemen Agama, Soekarno - pernyataan
lihat Yunus 1979: 357-418; yang sulit dicocokkan dengan karier politiknya yang melojak cepat
Steinbrink 1974: 77-95. pada masa Demokrasi
Terpimpin.
40. Tidak ada informan NU saya yang ingat kebijakan ini dan
danpaknya. Perhatian saya 44. Tentang undang-undang landreform dan "aksi sepihak ini lihat
ditarik ke soal ini oleh mantan ketua perhimpunan pendidikan yang Wertheim 1969 dan
berbasis di Banten, Mortimer 1974, bab 7.
Mathla'ul Anwar, KH. Entol Burhani (diwawancarai di Pariswaru,
Menes, 24 Januari Banyak di antara tuan tanah yang menjadi sasaran BTI ini ber-
1993). Dakm kasus organisasinya, kebijakan pemberian subsidi afiliasi dengan NU. Lebih dari itu, pada 1964 PKI tiba-tiba mulai
menyebabkan pertumbuhan menggelar propaganda anti-agama, pada masa sebelumnya mereka
yang luar biasa, bahkan madrasah yang berada jauh di Lombok pun menahan diri untuk tidak melakukannya. Hal ini menyebabkan
ikut mencatatkan diri. terjadinya perubaban dalam penampilan NU, "yang lebih dige-
Ini terjadi sekitar tahm 1960. rakkan oleh kegairahan massa spontan daripada pemimpin yang
brilyan, (...) menjadi partai yang terorganisir dengan baik, mak-
41. Informasi lebih jauh tentang berbagai aktifitas ekonomi dan mur dan agresif yang merebut inisiatif dari kaum komunis" (Wal-
kepentingan para tokoh NU, kin 1969:832). Sebagaimana dikemukakan pengamat Amerika
termasuk beberapa yang lebih curang, akan diungkap dalam yang sama, sikap offensif PKI pada umumnya bersifat verbal dan
disertasi Fealy (akan datang). tidak sekeras serangan balasan dari pihak Muslim: "Jika ada ke-
kuasaan kasar (raw-power) digunakan, maka kekuasaan itu digu-
nakan oleh pihak Muslim dan bukan oleh PKI atau organisasi
83 84
frontnya" (ibid.:822). Karena itu, sebelum 30 September 1965, ra, terutama, digunakan oleh pimpinan militer untuk menggelar
NU sudah memaksa PKI bersikap defensif. "aksi-aksi" di Surabaya.47
Para pendukung Masyumi yang dilarang (yang, berbeda de- Sementara di Jawa Timur Ansor bangkit bereaksi langsung se-
ngan NU, selalu menjadi sasaran agitasi kaum komunis) sudah be- telah kup dan mulai menghancurkan PKI secara fisik, di Jakarta
berapa tahun mempersiapkan diri membalasnya. Akan tampak upaya besar diarahkan untuk menyapu kekuatan politiknya. Pim-
bahwa di Jawa Tengah pada umumnya simpatisan Masyumilah pinan puncak seperti Kiai Wahab Chasbullah, Idham Chalid, Sai-
yang ambil bagian dalam aksi pembunuhan yang disponsori mili- fuddin Zuhri dan Masjkur masih berpihak kepada Soekarno dan
ter yang mulai berlangsung pada bulan Oktober 1965. Namun, di menentang seruan kepada Presiden agar melarang PKI, tetapi para
Jawa Timur, NU dan terutama gerakan pemuda Ansor-nya me- politisi NU lainnya, yang diberi jabatan-jabatan rendah selama De-
mimpin aksi anti-komunis dan pembunuhan massal. Ini bukanlah mokrasi Terpimpin, ikut serta dalam mengorganisir gerakan anti-
semata-mata kesan yang diberikan para wartawan seperti Hughes komunis. Ahmad Sjaichu adalah satu-satunya politisi tingkat tinggi
(1969), tetapi juga dibenarkan oleh laporan badan intelijen militer NU (wakil ketua DPRGR) yang segera berpindah ke kubu anti-
Indonesia pada masa itu, yang baru-baru ini diterbitkan.45 Di Situ- komunis dan mendukung tuntutan agar PKI dilarang (Baidlawi &
bondo, Kiai berpengaruh, As'ad Syamsul Arifin, menjalin kerja- Ma'shum 1991: 51-61). Kiai M. Dachlan dan Jusuf Hasjim, yang
sama akrab dengan komando militer. Penahanan dan pembunuhan mewakili kelompok kiai anti-komunis Jawa Timur di ibukota teta-
mulai berlangsung hampir segera setelah kup Untung dan nam- pi tidak punya jabatan formal yang penting pada saat itu, ikut serta
paknya sebagian besar diarahkan kepeda orang-orang Cina (Ano- dalam mengadakan lobbying dan mengorganisir blok anti-komunis
nim 1986:138). Di Kediri, daerah yang jumlah korbannya paling di dalam tubuh NU (Anonim 1986 : 143).
besar, pembunuhan massal nampaknya dilakukan untuk membalas Peranan yang sangat berpengaruh pada hari-hari itu dimainkan
"aksi sepihak" yang sebelumnya dilancarkan terhadap kiai pemilik oleh Subchan ZE, yang bangkit sebagai salah seorang pengorgani-
tanah, seperti Kiai Machrus Ali dari pesantren Lirboyo.46 sir demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang mengakibatkan keja-
Tingkat keganasan dari kekerasan ini sangat tidak seragam di tuhan Soekarno, dan mengantarkan kelahiran Orde Baru. Langsung
seluruh Jawa Timur, dan tingkat keterlibatan warga NU di dalam- setelah kup Untung (yang terkenal dengan Gerakan tiga puluh
nya juga sangat bervariasi. Menurut laporan intelijen militer yang september (Gestapu), Subchan membentuk "Komando Aksi Pe-
dikutip di atas, ada dua faksi yang berbeda di dalam NU Jawa Ti- ngganyangan Gestapu (KAP-Gestapu)", koordinator gerakan anti-
mur. Faksi yang satu adalah mereka yang dekat dengan PBNU komunis yang pertama di kalangan sipil. Sebagaimana dikatakan
dan mempunyai berbagai link bisnis dengan penguasa politik; faksi di atas, Subchan adalah salah satu "orang luar" di dalam NU yang
ini mengikuti Kiai Wahab dan Idham Chalid yang tetap setia -atau memainkan peranan penting sebagai penghubung dengan kekuat-
bertaruh- kepada Soekarno. Faksi yang lain adalah mereka yang an-kekuatan lain, dalam hal ini dengan faksi militer dan anti-ko-
anti-komunis tanpa kompromi, Dalam faksi kedua ini termasuk munis, para pemimpin mahasiswa anti-Soekarno (Mudatsir 1983).
Kiai Machrus Ali, Kiai As`ad Syamsul `Arifin dan kiai berpenga- Barangkali sebagian besar karena peranannya pulalah sehingga
ruh lainnya. Faksi ini dikoordinir oleh Kiai Achmad Siddiq, yang NU tetap merupakan faktor penting pada awal Orde Baru.
pada waktu itu menjadi kepala kanwil Departemen Agama. Men- Aktifis muda NU lain yang tampil ke depan pada hari-hari itu
jelang akhir 1965, faksi kedua ini terbukti menjadi faksi yang do- adalah M. Zamroni, pemimpin mahasiswa, Ketua PB PMII. Dia
minan. Gerakan Pemuda Ansor dan sayap paramiliternya, Ban- menjadi ketua KAMI, front aksi bersama mahasiswa anti-Soe-
ser, yang sudah berkonfrontasi dengan komunis sebelum Septem- karno yang dibentuk melalui kerjasama dengan pihak militer, yang
ber 1965, dengan penuh semangat ikut ambil bagian daiam pem- mengkoordinir demonstrasi-demonstrasi mahasiswa 1965-66. Para
bersihan fisik terhadap PKI. Warga Ansor dan Banser dari Madu- aktifis KAMI berasal dari berbagai latar belakang. Organisasi ma-
85 86
hasiswa Islam modernis, HMI, barangkali merupakan komponen kali juga rasa hormat kepada Soekarno masih bersemayam di hati
utamanya, sementara organisasi mahasiswa yang berafilisi dengan warga NU pada umumnya (bdk. Zuhri 1972: 77-8: Baidlawi &
NU, PMII, hanya merupakan sekelompok minoritas kecil. Seba- Ma'shum 1991: 49).
gaimana yang kemudian ditulis seorang mantan aktifis HMI ketika Di pentas politik Jakarta, para aktifis Orde Baru mungkin su-
mengenang hari-hari itu, Zamroni dijadikan ketua KAMI atas de- dah mendapat posisi dominan di dalam NU, tetapi mereka sangat
sakan Syarif Thayeb, Menteri Pendidikan saat itu (Sulastomo berkepentingan dan berusaha agar muktamar ke-24 ditunda bebe-
1989:**). Hal ini jelas merupakan upaya menarik (sebagian dari) rapa tahun. Muktamar seharusnya diselenggarakan pada 1965 atau
NU ke dalam koalisi anti-Soekarno. 1966, tetapi dikhawatirkan kalau-kalau sebagian besar delegasi da-
Tahun 1965 dan 1966 adalah periode penataan kembali, di da- ri berbagai propinsi akan berpihak kepada Kiai Wahab yang pro-
lam NU dan juga kehidupan politik Indonesia secara keseluruhan. Soekarno, dan bisa jadi muktamar akan membuat keputusan yang
Posisi Soekarno dan para pendukungnya masih sangat kuat pada mendukung Soekarno. Kongres ditunda sampai para pengawal ba-
Oktober 1965. Kenyataan ini membuat para aktifis Orde Baru ha- ru ini merasa yakin akan menang dan akhirnya diselenggarakan
rus berupaya keras, dengan semua cara, untuk melemahkan posisi pada Juli 1967 (bdk. Baidlawi & Makshum 1991:58). Muktamar
mereka. Demikian pula, di dalam NU pun kelompok anti Soekar- ini memilih Kiai Bisri Syansuri sebagai Rois Aam baru dan Kiai
no harus melakukan kudeta kecil terhadap para pemimpin tua. Ba- Wahab sebagai wakil I (Rois I) -penurunan pejabat Rois Aam
rangkali, banyak di antara kejadian pada hari-hari itu akan tetap ti- yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kiai Bisri, walaupun da-
dak terungkapkan sampai kapanpun.48 Walaupun Kiai Wahab dan lam banyak hal tidak sependapat dengan Kiai Wahab, merasa ti-
Idham mempertahankan kedudukan mereka sebagai Rois Aam dan dak pantas menggantikan posisinya dan mengundurkan diri, se-
Ketua Tanfidziyah, mereka dipaksa mengambil gaya politik yang hingga Kiai Wahab secara formal tetap berada di posisi puncak
agak berbeda --yang membuat Idham tak berkutik, sementara Kiai Syuriyah sampai wafatnya, tidak lama setelah muktamar 1971.
Wahab pada akhirnya diam membisu. Idham Chalid tetap menjabat ketua Tanfidziyah tetapi di antara
wakil-wakilnya kita menemukan para tokoh aktifis anti-Soekarno,
PERAYAAN EMPAT PULUH TAHUN NU DAN KEKALAHAN Subchan ZE dan Imron Rosjadi.49
FAKSI
PRO-SOEKARNO.
________________________________________________________
NU merayakan ulang tahunnya ke-40 pada Januari 1966 de- ____________
ngan sebuah pawai akbar di Gelora Senayan, Jakarta. Kegiatan ini ________________________________________________________
jelas dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan -walaupun belum jelas ____________
faksi mana di dalam partai ini yang mengadakannya. Soekarno di-
undang untuk berbicara dalam pertemuan ini, tetapi dia terlebih
dahulu meminta agar tidak disodori permintaan agar melarang
PKI, sebagaimana yang dilakukan para aktifis Orde Baru NU se- 45. Laporan yang sangat menarik ini agaknya berhasil dibawa ke
jak Oktober 1965. Perimbangan kekuatan pada saat itu masih ada Cornell University dan
sehingga Presiden dapat bersikap demikian, walaupun persis sete- diterbitkan dalam Indonesia no. 41 (1986). Pengarang jelas bukan
lah itu banyak terjadi percekcokan internal. Pawai tersebut berja- orang dalam NU,
lan lancar tanpa suara-suara sumbang --sebuah indikasi bahwa ke- karena banyak kesalahan eja dalam menulis nama-nama. Hal ini
kuasaan Kiai Wahab atas organisasi ini masih kuat, dan barang- membuat informasinya
87 88
hanya lebih meyakinkan dibandingkan informasi apologetik yang (Baidlawi & Ma'shum 1991), sementara beberapa partisipan lain
kemudian diberikan dalam peristiwa-peristiwa
sumber-sumber NU (seperti Lirboyo 1991 dan Baidlawi & ini tampak bersedia mengungkapkan paling tidak beberapa
Ma'shum 1991). Tentang peranan bagiannya. Disertasi Fealy
NU dalam pembunuhan massal ini, laporan-laporan dokumen (akan datang), yang sudah disebut, mungkin akan memberi sorotan
bahwa "NU sangat (dominan] lebih kepada peristiwa-
dalam aksi-aksi rakyat ini bahkan sampai terlalu percaya diri dan peristiwa pada saat itu.
mengabaikan
partai-partai lain" (Anonim 1986:137). 49. Anggota PBNU lainnya antara lain Anwar Musaddad (Rois II) dan
Masjkur (Rois III), Achmad
45. Laporan Intelejen Jawa Timur yang dikutip di atas menyebut Sjaichu (Ketua II) dan Produser film, Djamaluddin Malik, (Ketua
"pembalasan" terhadap III).
agitasi komunis di pesantren Jengkol dan Lodoyo (sic), tetapi tidak
diragukan bahwa
aksi kekerasan itu dsponsori oleh Komando militer setempat, yang BAB 3
sudah "sangat NU DAN ORDE BARU
seempurna", dan mengorganisir pasukan pembunuhan sipil HUBUNGAN YANG TAK
(Anonim: 141-2). Wartawan MENGENAKKAN
Amerika yang punya hubungan luas, Hughes mengaitkan kekerasan
yang luar biasa di
Kediri dengan fatwa yang dikeluarkan Kiai Machrus Ali, yang TAHUN-TAHUN SUBCHAN: MILITANSI BARU
melegitimasi pembunuhan
kaum komunis (Hughes 1967: 161). Tentang latar belakang sosio- PADA tahun-tahun awal Orde Baru, NU diperlakukan dengan
skonomis kekerasan kecurigaan. Hal ini disebabkan karena partisipasi aktifnya di dalam
di Kediri, lihat Young 1990. Demokrasi Terpimpin, walaupun pasukan pembunuh anggota PKI
yang dibentuk organisasi pemudanya, Ansor, di Jawa Timur dan
47. Anonim 1986:139; Anam 1990:90-6. (pengarang yang terakhir ini usaha-usaha yang dijalankan dengan penuh semangat oleh Sub-
menyebut "aksi-aksi" chan di Jakarta telah banyak berjasa membangun kembali keperca-
ini sebagai jihad sabilillah). Walkin 1969 mmberikan laporan grafir yaan kepada NU sebagai kelompok anti-komunis. Sebagian pe-
tentang unujk mimpin NU yang lebih kompromis menarik diri, sementara mere-
kekuatan Anshor, yang jelas lebih unggul daripada kekuatan yang ka yang selama ini menentang, atau paling tidak ambivalen terha-
dapat dikumpulkan dap Demokrasi Terpimpin maju ke posisi-posisi yang lebih pen-
kaum komunis pada tahun sebelum kup. Tentang pembunuhan- ting. Di balik perubahan-perubahan di dalam personil PBNU ini,
pembunuhan massal ini tidak diragukan lagi adanya rekayasa penguasa baru, walaupun su-
secara lebih umum, lihat studi yang lebih adil oleh Cribb (1940). lit untuk mengatakan bagaimana dan sejauh mana itu terjadi. Zam-
roni, sebagaima dilibat di atas, menjadi ketua KAMI atas pe-
48. Meski beberapa cerita sekilas dapat ditemukan dalam biografi KH. nunjukan Menteri Pendidikan. Dalam kadar tertentu, perubahan-
Ahmad Sjaihu terbaru perubahan ini juga karena tradisi organisasi yang bergantung kepa-
89 90
da 'orang luar' sebagai perantara budaya dan sosial, yang mem- jadi anggota kabinet pasca 1965 yang pertama dan kemudian men-
buat mereka cenderung memilih penghubung yang dipercaya dan jadi Ketua DPR/MPR.1 Ali Murtopo, arsitek utama Orde Baru,
dapat diterima oleh kelompok-kelompok sosial lainnya. beberapa kali melakukan intervensi agar Tdham menang dalam
Salah seorang pemimpin baru ini adalah Kiai Dachlan, yang persaingan dengan beberapa tokoh yang kurang lunak.
karier politiknya kandas pada dua tahun terakhir masa Soekarno Salah seorang politisi NU lebih tidak kompromistis adalah
karena peranannya dalam Liga Demokrasi. Sebelumnya, ia menja- Subchan ZE, yang segera terkenal sebagai pengkritik vokal terha-
di orang penting dalam Front Pancasila anti-komunis (yang didiri- dap berbagai kecenderungan tidak demokratis dalam pemerintahan
kan Subchan), dan pada 1967 dia diangkat menjadi Menteri Aga- Orde Baru. Menjelang akhir 196O-an dia adalah salah satu dari se-
ma, menggantikan Saifuddin Zuhri yang Soekarnois. Wajah-wajah gelintir orang yang berani bicara dan mengungkapkan ketidak-
yang sama sekali baru juga muncul, sebagian di antaranya adalah puasannya kepada penguasa baru.2 Dia menjadi dekat dengan Na-
para kutu loncat (social climbers) ambisius yang cara-cara mereka sution, mantan pimpinan Angkatan Bersenjata yang juga menjadi
dalam bertarung menghadapi pengawal lama dalam berbagai situa- pengkritik vokal (namun tidak efektif) terhadap Soeharto. Pada
si lain akan membuat orang bertanya-tanya. Muktamar NU 1967, Subchan terpilih sebagai salah seorang wakil
Tak diragukan, yang paling mengesankan di antara pemimpin ketua melalui dukungan sangat besar dari, terutama, generasi mu-
baru ini adalah Subchan ZE, pemimpin NU yang mengambil pe- da dari utusan wilayah. Dia sangat populer di kalangan generasi
ranan penting dalam mengorganisir serangkaian demonstrasi yang muda NU, walaupun (atau karena?) gaya hidupnya yang
mengantarkan kelahiran Orde Baru. Subchan adalah salah seorang mengikuti gaya hidup "modern" yang sangat kontras dengan gaya
"orang luar" di dalam NU, yang, walaupun usianya masih muda, hidup pesantren.
sejak pertengahan 1950-an telah menjadi ahli terkemuka dalam Pemilu Orde Baru yang pertama, diselenggarakan pada 1971,
masalah-masalah ekonomi. Sebagai perantara budaya dan sosial, merupakan sebuah kesempatan untuk mengekspresikan ketidak-
dia ternyata merupakan asset besar NU. Tentu saja, kepentingan puasan terhadap rejim baru. Di antara partai-partai yang diakui,
bisnis pribadinya juga diuntungkan berkat pengaruh politik dan ko- NU memperlihatkan dirinya sebagai partai yang bersikap paling
neksinya yang baru, tetapi dia tidak pernah menunjukkan keta- kritis. Pada saat menjelang pemilu, Subchan melakukan kampanye
makan membabi-buta yang melanda begitu banyak orang segene- yang keras, yang secara langsung mengkonfrontasi Golkar dan se-
rasinya. Sumber-sumber NU sepakat mengatakan bahwa dia de- cara pribadi mengkritik beberapa tokoh penting seperti Ali Murto-
ngan murah hati menyediakan dana untuk banyak kegiatan organi- po dan Amir Machmud (lihat Ward 1974: 108-13). Selama masa
sasi, tanpa mengharapkan imbalan. kampanye, banyak terjadi intimidasi terhadap calon pemilih dan
Pengawal lama tidak diganti seluruhnya. Ahmad Sjaichu, wa- tekanan keras dari Angkatan Bersenjata dan pemerintah agar me-
kil ketua DPRGR, yang berjalin tangan dengan mahasiswa de- milih "partai" Orde Baru, Golkar. Juru bicara kampanye NU de-
monstran dan ikut dalam kelompok kampanye anti-Soekarno, sejak ngan keras menyerang intimidasi tersebut dan menghimbau para
awal. Dia tetap menjadi salah seorang pimpinan puncak NU sam- anggotanya agar tidak membiarkan diri mereka diteror. Pemilu
pai 1979. Tetapi terutama pimpinan puncak NU, Idham Chalid tersebut dapat dikatakan menggambarkan persaingan antara Ang-
(Ketua Umum), yang fleksibel yang memberikan bukti kepiawai- katan Bersenjata dan Golkar di satu pihak, dan Islam --paling me-
annya yang tinggi dalam mempertahankan posisi dirinya. Rejim nyolok NU-- di pihak lain. Tak pelak lagi, Golkar keluar sebagai
baru menyadari bahwa lagi-lagi Idhamlah pemimpin NU yang da- pemenangnya, dengan 62,8 % dari keseluruhan suara, tetapi NU
pat diajak bekerjasama dengan senang hati. Hal ini bukan hanya tidak terkalahkan: ia bahkan berhasil meningkatkan, walaupun ti-
membantunya mempertahankan kedudukannya sebagai Ketua dak besar, jumlah perolehan suaranya daripada pemilu 1955, dari
Umum NU selama beberapa periode lagi, tetapi dia bahkan men- 18,4 menjadi 18,7 %. Tidak banyak yang meragukan bahwa pres-
91 92
tasi ini paling tidak sebagian karena sikap berani Subchan. Kemu- Harapan-harapan para mantan pemimpin Masyumi agar partai
dian pada tahun yang sama, NU mengadakan Muktamarnya yang mereka diijinkan kembali setelah kejatuhan Soekarno ternyata se-
ke-25. Sebagaimana dikemukakan banyak sumber, hanya karena gera pupus. Rejim baru nampaknya tidak bersedia memaafkan
campur tangan di balik layarnya Ali Murtopo, sehingga Subchan Natsir dan koleganya karena peranan mereka dalam pemberontak-
pada waktu itu gagal terpilih menjadi ketua umum menggantikan an daerah (PRRI) pada 1958. Sebagai penggantinya, sebuah partai
Idham. Idham tidak dapat dijatuhkan, tetapi Subchan mendapat baru didirikan pada 1968, Partai Muslimin Indonesia (disingkat
dukungan massif di kalangan para utusan cabang partai sehingga Parmusi). Namun, bahkan para mantan pemimpin Masyumi yang
dia terpilih sebagai Wakil Ketua I, walaupun ada penolakan keras tidak terlibat dalam PRRI pun, seperti Mohammad Reem, dila-
dari kiai paling senior yang hadir, Kiai Bisri Syansuri (yang dipilih rang menjadi pengurus dalam partai baru ini. Karena alasan ini
kembali sebagai wakil Rois Aam). dan juga beberapa intervensi pemerintah yang sangat besar dalam
Keberatan Kiai Bisri terhadap Subchan, kebetulan, bukan ka- Parmusi, partai ini tidak pernah benar-benar mendapatkan legiti-
rena hal yang berkaitan dengan politik; tetapi berkaitan dengan ga- masi dalam pandangan para pendukung Masyumi.4 Mantan pe-
ya hidupnya yang mengikuti gaya hidup "modern". Beberapa ok- mimpin Masyumi yang berpengaruh, Mohammad Natsir, tidak
num tertentu (nama Idham dan Ali Murtopo biasanya disebut da- memberikan restunya; yang mungkin lebih penting lagi, Muham-
lam kaitan ini) memberi sang Kiai foto-foto Subchan yang sedang madiyah, yang senantiasa mendukung Masyumi, menolak mem-
berdansa mesra dengan beberapa perempuan dan minum-minum. berikan dukungan yang sama kepada Parmusi. Pada pemilu 1971,
Kiai Bisri tidak bisa menerima orang semacam ini sebagai pemim- Parmusi hanya memperoleh 5,4 % suara, hanya seperempat lebih
pin NU, betapapun sangat besar jasanya. Tidak lama setelah muk- dari suara yang dimenangkan Masyumi pada 1955 dan jauh di
tamar, Kiai Wahab Chasbullah meninggal dunia dan Kiai Bisri bawah NU, 18,7%.
Syansuri menggantikannya sebagai Rois Aam. Idham dan Kiai Perolehan Parmusi yang kecil pada pemilu 1971 mencermin-
Bisri, penguasa tertinggi di PBNU, pada saat itu segera memecat kan terjadinya perubahan sikap penting di lingkungan tokoh Ma-
Subchan. Subchan, dengan keras, menolak pemecatan dirinya. Ba- syumi, dan perubahan yang kurang lebih sama menyoloknya juga
nyak cabang-cabang partai ini dan bahkan beberapa kiai senior ju- terjadi di dalam tubuh NU pada 1980-an. Bukan lagi "politik prak-
ga menyatakan penolakan mereka terhadap keputusan ini. Setahun tis", perjuangan di parlemen, yang mendapatkan prioritas utama
kemudian Subchan meninggal pada waktu yang tepat dalam se- tetapi dakwah, untuk menyebarkan Islam dan nilai-nilai Islam.
buah kecelakaan lalu lintas di Mekkah.3 Perubahan sikap ini mungkin telah dipercepat oleh pelarangan Masyu-
mi pada 1960, tetapi akar-akarnya barangkali berawal dari Pe-
RESPON TERHADAP BERBAGAI KEBIJAKAN ISLAM ORDE ngalaman yang lebih awal. Pada perdebatan di parlemen 1959 ten-
BARU: tang Undang-Undang Dasar baru, para wakil umat Islam gagal
MASYUMI, PARMUSI DAN GOLKAR, MUHAMMADIYAH mendapatkan dukungan yang cukup bagi Piagam Jakarta, kalimat
DAN HMI dalam Mukaddimah UUD yang mewajibkan warga negara Mus-
lim menjalankan syari'at Islam.5 Ini berarti sekitar separuh dari
Masyumi, partai politik Islam terbesar yang mendapat suara wakil-wakil yang, paling tidak secara nominal, menganut Islam
lebih dari 20 % pada pemilu 1955, telah dibubarkan Soekano, ternyata menolak memberi tempat bagi syari'ah di dalam Undang-
pada 1960, namun para pendukungnya pada umumnya masih se- Undang Dasar. Kesimpulan yang ditarik dari pengalaman ini oleh
tia. Melihat secara singkat proses adaptasinya, atau kegagalannya Mohammad Natsir dan teman-temannya nampaknya adalah bahwa
beradaptasi, dengan Orde Baru dan membandingkannya dengan tanpa meningkatkan kesadaran keislaman umat Islam Indonesia,
respons NU akan memberikan pelajaran yang berguna. maka tidak akan mungkin bagi Islam memiliki pengaruh politik
93 94
yang lebih besar. Dakwah Islam mungkin merupakan bentuk akti- tang negara, bersedia dikooptasi. Sejak pemilu 1971, para anggota
fitas politik yang lebih mendasar, dan akhirnya lebih efektif, dari- mantan Masyumi berkampanye untuk Golkar. Sikap yang diambil
pada politik praktis. Dari 1960-an ke atas, kita menemukan ba- Muhammadiyah dan NU pada periode ini brlawanan hampir se-
nyak mantan aktifis Masyumi terlibat secara mendalam dalam ke- cara diametral. NU tetap menyatakan dirinya sebagai partai poli-
giatan dakwah; sebagian mereka bekerja di dalam sistem dan seba- tik, dan berebut suara dengan Golkar; Kiai Bisri mengeluarkan fat-
gian lainnya diluar dan kaang-kadang bahkan menentangnya. Di wa yang menyatakan umat Islam wajib ikut serta dalam pemilu
bawah Orde Baru, para ulama yang berafiliasi dengan NU juga dan memberikan suaranya kepada NU. Di pihak lain, Muhamma-
meningkatkan aktifitas dakwahnya, yang diarahkan tidak hanya diyah menegaskan kembali jati dirinya sebagai organisasi non-po-
kepada pengikut tradisional mereka tetapi juga di luar itu, kepada litik (yakni, tidak berafiliasi dengan Masyumi), mengumumkan
(mantan) abangan. kepada anggotanya bahwa mereka bebas memberikan suara kepa-
Lembaga dakwah yang paling dekat terkait dengan Masyumi da, dan terlibat aktif secara politik dalam, partai yang disukai. Per-
(almarhum) adalah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) olehan Parmusi pada pemilu 1971 menunjukkan bahwa kebanyak-
yang didirikan oleh Mohammad Natsir dan kawan-kawannya. an suara Masyumi lama beralih ke partai lain; sebagian ke NU, te-
Melalui jaringan da'i yang dengan sangat cepat meluas ke seluruh tapi mayoritasnya jelas telah "digolkarkan".
tanah air dan serangkaian terbitan yang didistribusikan secara luas, Dengan bergabung ke Golkar sejak awal Orde Baru, banyak
DDII menjangkau khalayak yang jauh -tetapi nampaknya tidak mantan anggota Masyumi yang memperoleh posisi dalam sistem
jauh melampaui pendukung lama Masyumi. Natsir, salah seorang --yang jelas menghasilkan keuntungan-keuntungan pribadi tetapi
dari sedikit pemimpin Indonesia yang punya reputasi internasional juga secara bertahap bekerja demi islamisasi sistem dari dalam.
pada waktu itu adalah seorang wakil ketua dari Liga Dunia Islam Pada saat yang sama dengan langkah pemerintah yang setahap de-
(Rabithah al-'Almn al-Islami) yang disponsori Arab Saudi, dan mi setahap mendepolitisasikan Islam, berbagai kegiatan dakwah
DDII seringkali dituduh Wahabi karena hubungan baiknya dengan yang disponsori pemerintah meningkat secara drastis. Adalah be-
pemerintah Arab Saudi. DDII jelas mewakili Islam yang bercorak nar bahwa berbagai aktifitas dakwah ini seringkali diarahkan untuk
puritan, walaupun lebih dekat kepada Ikhwanul Muslimin Mesir. mendukung upaya pembangunan pemerintah dan para da'i dimin-
Dalam masalah-masalah keagamaan, Dewan ini sangat kritis ter- ta untuk mengkampanyekan KeIuarga Berencana dan berbagai
hadap praktek-praktek yang dinyatakan sebagai praktek pra-Islam proyek pemerintah lainnya dalam ceramah-ceramah mereka. Na-
dan juga kepada gagasan-gagasan Muslim neo-modernis liberal mun, bersama-sama dengan upaya-upaya dakwah independen,
yang pada 1970-an menarik banyak mahasiswa serta intelektual berbagai kegiatan dakwah yang disponsori pemerintah ini telah
muda dan nampaknya mendapatkan dukungan dari penguasa.6 memberikan sumbangan bagi pertumbuhan cepat berbagai mani-
Walaupun berada di luar pentas politik formal, Natsir dan kawan- festasi Islam yang dapat dilihat: lebih banyak mesjid, dan lebih
kawannya percaya kepada demokrasi (gagasan politik mereka ba- banyak orang di dalamnya, lebih banyak pengajian lebih banyak
rangkali tidak berbeda dengan kaum sosialis demokrat Eropa) dan orang yang berpuasa di bulan Ramadlan dan lebih banyak orang
mereka tidak segan-segan mengkritik rejim Soeharto karena wa- yang pergi berhaji. Proporsi muslim yang mengenalkan agama-
taknya yang semakin tidak demokratis. Secara pribadi, Natsir nya secara bertahap meningkat dalam beberapa dasawarsa kemu-
menjadi salah seorang pengkritik rejim paling menonjol, yang dian.
membuatnya semakin terisolasi tetapi sangat dihormati karena ke- Kondisi-kondisi politik pada tahun-tahun awal Orde Baru
beranian dan integritasnya, yang membuat banyak teman lamanya membantu membuat usaha-usaha dakwah lebih efektif. Rasa kha-
menjadi malu. Banyak mantan aktifis Masyumi lainnya, karena watir akan dicap sebagai ateis dan, karena itu, komunis membuat
menilai bahwa tidak banyak yang dapat diperoleh dengan menen- kaum abangan lebih suka membuktikan bahwa diri mereka sebagai
95 96
penganut salah satu dari agama-agama yang diakui secara resmi. HMI menjadi tokoh apolog Muslim bagi berbagai kebijakan Orde
Perpindahan agama berjuta-juta abangan Jawa ke dalam agama Baru. Namun, pada saat yang bersamaan, mereka memberikan
Kristen dan Hindu sudah seringkali dibicarakan.7 Mereka yang sumbangan yang lebih besar daripada kelompok lainnya dalam
berpindah ke Islam dalam jangka waktu lama kurang menyolok, memperkaya wacana umat Islam pada 1970-an.9
dan tidak ada taksiran mengenai jumlahnya, tetapi secara perlahan Para anggota HMI jelas memperoleh keuntungan dari sikap
menjadi jelas bahwa perpindahan agama ke Islam ini telah terjadi akomodatif terhadap Orde Baru ini, dan hal yang sama juga berla-
dalam skala yang lebih besar. Di wilayah Jombang-Kediri, Jawa ku bagi banyak anggota Muhammadiyah. Sementara NU, yang te-
Timur, beberapa ulama yang sebelumnya berafiliasi dengan Ma- tap aktif dalam politik praktis -sebagaimana akan dilihat di ba-
syumi mendirikan beberapa sekte dan kelompok yang menyerupai wah- semakin dicurigai sebagai penentang rejim dan para anggo-
tarekat, seperti Islam Jama`ah, Wahidiyah dan Shiddiqiyah, yang tanya sering mendapat perlakuan diskriminatif, padahal Muham-
menarik banyak mantan abangan. Gerakan-gerakan ini dianggap madiyah yang non-politik tidak menghadapi masalah-masalah se-
bid'ah oleh kaum Muslim pembaru dan juga banyak kaum tradi- rupa. Pada 1970-an dan 1980-an, sejumlah besar kaum muslim
sionalis, tetapi mereka jelas mewakili sebuah proses transisi dari yang taat (santri, dalam pengertian yang digunakan Geertz) me-
mistisisme Jawa papuler menjadi Islam "skripturalis". Mereka ini- ngalami mobilitas sosial dan menapaki karier dalam birokrasi, bis-
lah yang termasuk kelompok-kelompk yang paling awal berga- nis, dunia akademik dan berbagai profesi. Sebuah kelas menengah
bung ke Golkar, yang barangkali mencerminkan kebutuhan akan Muslim yang cukup besar muncul, yang pada umumnya terdiri
rasa aman di kalangan mereka yang sebelumnya merupakan peng- dari orang-orang yang berlatar belakang HMI atau Muhammadiyah-
ikut abangan.8 Di tempat lain, kita menemukan para ulama tradi- yah (yang seringkali tumpang tindih). Simbol-simbol luar identitas
sionalis yang berhasil melakukan dakwah di kalangan abangan dan Islam (pakaian, shalat berjamaah, acara buka puasa bersama, pe-
secara bertahap "menyantrikan" mereka (Salah satu kasus yang ngucapkan salam, dan lain-lain) menjadi sesuatu yang dapat diteri-
sangat menyolok dibicarakan dalam Pranowo, 1991). ma dalam gaya hidup kelas menengah dan dilakukan bahkan oleh
Perubahan sikap terhadap politik praktis yang disebut di atas mereka yang bukan dari latar belakang santri. Ringkasnya, menja-
barangkali diungkapkan dengan sangat jelas oleh organisasi maha- di muslim yang taat merupakan gaya hidup yang menarik. Kon-
siswa Islam modernis, HMI. HMI tidak pernah mempunyai kaitan sekuensi lain dari perubaban-perubahan ini adalah semakin mele-
formal dengan Masyumi, tetapi secara luas dianggap dekat dengan barnya jarak kesenjangan sosial antara Muhammadiyah dan NU.
partai ini. Pada masa-masa Demokrasi Terpimpin yang lampau,
organisasi ini beberapa kali terlibat problem, namun tidak pernah PENGATURAN LEBIH JAUH KEHIDUPAN POLITIK:
dilarang. Pada Oktober 1965, ia menjadi komponen penting dalam PPP DAN BANGKITNYA NU SEBAGAI PENGKRITIK
KAMI dan merupakan pendukung Orde Baru yang penuh sema- PEMERINTAH
ngat. Sebelum pemilu 1971, HMI secara eksplisit menolak men-
dukung partai Islam yang baru (Parmusi) dan secara implislt me- Pada 1973, sebagai langkah berikutnya dalam program pena-
nyatakan Masyumi lama sebagai sebuah kesalahan. Ketuanya pada taan kehidupan politik yang dirancang Ali Murtopo, NU terpaksa
masa itu, Nurcholish Madjid, meringkaskan sikap baru tersebut bergabung dengan tiga partai muslim lainnya menjadi Partai Per-
dalam slogan: "Islam yes, partai Islam no". Ajakannya ke arah satuan Pembangunan (PPP).10 Partai politik lain, yang berasas na-
"sekularisasi" (yang dia maksudkan sebagai desakralisasi hal-hal sionalis dan Kristen, digabungkan menjadi satu dalam Partai De-
profan yang disakralkan, misalnya partai politik) menyebabkan ke- mokrasi Indonesia (PDI). Jadi, hanya ada dua partai, di samping
marahan banyak pendukung Masyumi tetapi mendapat sambutan Golkar. Penggabungan menjadi PPP muncul sebagai kenyataan
baik dari rejim. Entah disengaja atau tidak, dia dan generasinya di yang harus diterima bagi kebanyakan politisi NU; Idham Chalid
97 98
dan kawan-kawan terdekatnya langsung menerima campur tangan masa dimana ia menjadi bagian dari Masyumi. Dapat diramalkan,
yang sangat jauh ini tanpa terlebih dahulu bermusyawarah dengan sebagian problem dan konflik lama muncul kembali ke permuka-
anggota PBNU lainnya. Dapat dimengerti, hal ini menyebabkan an; kecuali seandainya ketimpangan antara kekuatan massa pendu-
munculnya ketidakpuasan di lingkungan NU, tetapi semua tam- kung yang besar dan jumlah politisi yang berkeahlian dapat di atasi
paknya setuju untuk berbuat yang terbaik dalam kondisi baru ini dengan baik. Namun posisi awal NU lebih baik sekarang, karena
daripada menentang secara aktif. NU mulai sebagai kelompok dominan di dalam PPP. Anggota
Ada juga sebagian pemimpin NU yang berpikir bahwa per- NU mendapatkan jatah yang adil dalam jabatan pengurus (lihat
ubahan ini akan terbukti menguntungkan NU. Wakil ketua PB- Radi 1984: 79-97). Ketua Umum PBNU, Idham Chalid, diberi
NU, Ahmad Sjaichu, mengungkapkan sebuah pendapat yang kedudukan bergengsi, tetapi tidak sangat berpengaruh, sebagai
menjadi lebih laku satu dasawarsa kemudian: dalam pandangannya presiden partai; jabatan yang lebih berpengaruh sebagai ketua ek-
keterlibatan NU dalam politik praktis telah mengorbankan tugas- sekutif diberikan kepada Mintaredja dari Parmusi. (Beberapa ta-
tugas pendidikan dan dakwahnya. Dengan kehadiran PPP, politik hun kemudian Mintaredja harus digantikan oleh rekan Ali Murto-
dapat diserahkan kepada para politisi dan NU akan kembali men- po, Djaelani Naro.) Yang lebih penting lagi, Rois Aam NU, Kiai
jadi sebagaimana aslinya, sebuah organisasi keagamaan (Mach- Bisri Syansuri juga menjadi presiden Majelis Syuro PPP, dewan
foedz 1983: 246). Namun, para kiai dan pendukung mereka di ulama yang menurut teorinya dapat mengeluarkan fatwa yang se-
daerah sudah terlalu terbiasa dengan patronase politik sehingga su- cara konstitusional harus diikuti partai. Berulangkali, pada saat-
lit menerima pandangan realistik ini pada waktu itu. Setelah volu- saat kritis selama 1970-an, Kiai Bisri mengeluarkan keputusan
me patronase yang mengalir melalui saluran NU berkurang secara tegas tentang pendirian partai.
drastis (lihat bab berikutnya), barulah pandangan ini semakin ba- Kiai Bisri adalah pemimpin yang sangat berbeda dengan Kiai
nyak diterima. Pada saat itu, segalanya berjalan seperti biasa; NU Wahab Chasbullah. Dia kurang memiliki naluri politik dan kelu-
bertahan sebagai komponen khusus dalam PPP, yang dengan gen- wesan yang dimiliki para pendahulunya, dan dia lebih mendasar-
car mempertahankan kepentingan faksionalnya. kan keputusan kepada penalaran fiqh daripada kepada kebijaksana-
NU adalah partai yang jauh paling besar dibandingkan partai- an politik. Seperti kebanyakan ulama tradisionalis, dia lebih suka
partai lain yang bergabung dalam PPP. Dua di antaranya adalah menghindari konflik dengan pemerintah, tetapi dia menolak bersi-
partner lamanya dalam Liga Muslimin, PSII dan Perti. Kedua par- kap kompromi apabila menyangkut prinsip agama. Ini membuat
tai ini sangat kecil, Perti bahkan hanya memiliki pendukung di dia dan NU beberapa kali terlibat dalam perbenturan serius dengan
lingkungan etnis (kaum tradisionalis Minangkabau dan Aceh). Sa- pemerintah. Konfrontasi pertama terjadi ketika rencana Undang-
tu-satunya partner signifikan NU di PPP adalah Parmusi. Menurut Undang Perkawinan dibawa ke sidang DPR pada 1973. Beberapa
hasil pemilu 1971, Parmusi mendapat 24 kursi di DPR, Sementara pasal dalam undang-undang ini bertentangan dengan hukum ke-
NU 58, PSII 10 dan Perti 2 kursi. (Untuk perbandingan: Golkar luarga dalam fiqh," dan Kiai Bisri menolaknya dengan lantang.
mendapatkan 226 kursi dan partai-partai yang kelak bergabung da- Semua kelompok PPP di DPR menyatakan dirinya menolak un-
lam PDI mendapatkan 40 kursi). Namun fusi partai ini tidak di- dang-undang tersebut dan, walaupun mereka hanya kelompok mi-
maksudkan untuk menghilangkan identitas komponen-komponen- noritas di DPR, berhasil melakukan perubahan penting dalam un-
nya; dan sejarah PPP berikutnya ditandai oleh konflik-konflik an- dang-undang tersebut.
tara keempat komponen ini dalam pembagian jatah kursi. Dalam Konfrontasi serius dengan pemerintah terjadi lagi pada pemilu
konflik-konflik tersebut NU terlalu sering menjadi faksi yang diru- 1977. Kampanye pemilu menjadi ajang perebutan pengaruh yang
gikan. tidak imbang antara Islam dan rejim (lihat Liddle 1978). Pihak mi-
Bagi NU, peleburan diri ke dalam PPP itu seperti kembali ke liter dan penguasa sipil pada semua tingkatan menggunakan tekan-
99 100
an keras kepada calon pemilih agar memberikan suaranya ke Gol-
kar; dan lagi-lagi para politisi NU lah yang menjadi pengkritik pa- 2. Ketidakpuasan Subchan yang semakin membesar kepada rejim
ling vokal dan berani. Para juru kampanye PPP diancam dan bah- Orde Baru terdokumentasi,
kan diserang secara fisik oleh kelompok-kelompok yang dispon- inter alia, di koran-koran pada bulan Mei 1968, passim.
sori Golkar.12 Kiai Bisri bersikap tegas dan mengeluarkan fatwa
yang menyatakan bahwa setiap Muslim wajib hukumnya memilih 3. Para penulis yang dekat ke NU (Mudatsir 1983. Anam 1985: 257-
PPP sekalipun dia khawatir akan kehilangan jabatan dan mata pen- 68) menyebut gaya hidup
caharian.13 Beberapa orang kiai memihak ke Golkar, tetapi NU Subchan yang "longgar" ini sebagai alasan utama pemecatannya,
terbukti mampu mempertahankan disiplin internal yang kuat; para tetapi kebanyakan
kiai yang "tergolkarkan" ini dikucilkan dan kehilangan banyak sumber lisan sepakat bahwa sikap konfrontasinya terhadap rejim
pengikutnya. Dengan mempertimbangkan berbagai situasi ini, (dan pengutukan
PPP telah menampilkan diri dengan baik dalam pemilu ini, dan secara terbukanya terhadap kelunakan Idham) merupakan faktor
berhasil mendapat tambahan kursi 5 buah lebih banyak dibanding- utamanya. Lihat juga
kan jumlah kursi yang diperoleh partai-partai Islam pada pemilu Adnan 1982 :48-55. Ada banyak sekali spekulasi mengenai apa
1971. PPP memperoleh kemenangan yang penting secara psikolo- (atau siapa) yang
gis dengan mengalahkan Golkar di ibukota, Jakarta, di mana ia menyebabkan kecelakaan fatal di Mekkah Mei 1978: 298-300),
mendapatkan dukungan suara yang sangat besar, dan bahkan me- tanpa mengemukakan adanya
raup suara mayoritas mutlak di Aceh.14 permainan curang, menekankan bagaimana tepatnya kematian
Subchan, karena dia
________________________________________________________ rupanya sedang mempersiapkan diri untuk melakukan pertikaian
______________ besar dengan rejim pada
________________________________________________________ sidang umum MPR yang sudah dekat.
______________
4. Ward 1979 dan 1974: 114-133; bdk. May 1978 dan McDonald
1980, passim.
1. Idham sudah menjadi ketua umum NU sejak tahun 1956. Dari
tahun 1967 sampai 5. Ungkapan "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bqgi
1970, ia menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, pada pemeluk-pemeluknya" harus
tahun 1970-71 dipahami dalam konteks tahun 1950-an yang sangat berbeda dari
Menteri Sosial ad. interim. Selama tahun 1971-77 dia menjadi juru konteks Islamisisme tahun
bicara (ketua) 1980-an. Ungkapan ini terutama merujuk kepada kewajiban-
DPR/MPR, kedudukan yang secara potensial berpengaruh, kewajiban dasar berupa salat,
walaupun di tangan Idham zakat, puasa dan berhaji, bukan konsep negara Islam yang
jabatan ini pada umumnya lebih merupakan jabatan kehormatan. mencakup berbagai aspek kehidupan.
Untuk informasi
lebih jauh tentang kariernya yang panjang, lihat Catatan Biografis 6. Pada saat itu juru bicara terkemuka dari pendukung Islam yang
dalam buku ini bercorak liberal ini adalah
(Lampiran I).
101 102
Nurcholish Madjid; para pemikir penting lainnya adalah Djohan 10. Berdirinya PPP diumumkan pada bulan Januari 1973, sementara
Effendi dan Dawam Rahardjo. Undang-Undang tentang
Untuk pengamatan awal tentang ketidakpercayaan DDII terhadap penyederhanaan sistem partai diberlakukan pada tahun 1975 (UU
Nurcholish dan gagasan- No 3/1975).
gagasannya, lihat disertasi Kamal Hassan (1980); ada upaya tak
kenal berhenti oleh DDII 11. Untuk informasi rincinya lihat Tempo, 8 September 1973.
untuk mnyebarkan risalah polemis terhadap kaum neo-modernis,
ajaran Syi'ah (setelah 1978), 12. Seorang Kiai Jawa Barat menceritakan kepada saya bagaimana
sekte-sekte "sesat" lainnya, dan terhadap yang mereka anggap pada suatu hari dia dikuntit
musuh-musuh Islam lainnya ketika akan pulang ke rumah setelah berkampanye mobilnya
seperti missi Kristen, orientalisme, gerakan freemasonry dan dihalangi tiga buah truk yang
Konspirasi Yahudi. dipenuhi oleh orang-orang yang manbawa pisau, pentungan, dan
rantai besi. Dia dan
7. Lihat Mayor Polak 1973-77 dan Lyon 1980 tentang perpindahan orang-orangnya dipaksa keluar mobil dan dipukuli dengan kejam.
agama ke Hindu, dan Willis Salah seorang pengikutnya
1977 untuk laporan tentang perpindahan agama ke Kristen yang kehilangan sebelah matanya, sementara dia sendiri terkena
dianggap sebagai kemenangan. beberapa tikaman (yang
Namun, paling tidak sebagian dari mereka yang berpindah agama meninggalkan beberapa keropeng yang masih membekas) di
ini tampaknya kemudian samping mengalami luka parah di
berpindah lagi ke Islam. kepala. Kejadian-kejadian semacam ini sangat umum terjadi selama
kampanye pemilu ini.
8. Tentang gerakan-gerakan ini, lihat Abdurrahman 1978 dan 1990, Beberapa "organisasi pemuda" yang berafiliasi ke Golkar (dalam
Effendi 1990b, Qowa'id 1992. hal ini Agkatan Muda
Fakta bahwa para pendiri gerakan-gerakan ini sebelumya aktif Siliwangi Jawa Barat) menjalankan penyerangan-penyerangan yang
Masyumi menunjukkan bahwa menteror masyarakat
tidaklah tepat menganggap Masyumi sebagai partai yang kurang seperti di atas dengan kerjasama diam-diam yang hampir tidak
lebih homogen, sebagai partai tersembunyi dengan
muslim pembaru. pemerintah.

9. Untuk penilaian yang sangat negatif terhadap Nurcholish dan 13. Teks fatwa dalam Haris 1991 :1.
garakan pembaruannya, lihat
Hassan 1980. Sebuah analisis yang lebih adil dan simpatik tentang 14. Di Aceh, PPP memenangkan 57,3 % suara, Golkar 41,2 % dan
berbagai pemikiran PDI hanya 1,5 %. Di Jakarta,
keagamaan dari gerakan akan ditemukan dalam disertasi Ph.D Greg ketiga kontestan ini masing-masing mendapatkan 43,5 %, 39,3 dan
Barton di Monash 17 % suara. Propinsi
University (akan datang). lain di mana PPP berhasil baik adalah Kalimantan Selatan,
memperoleh 49,4 % dan hanya

103 104
sedikit lebih kecil dari perolehan Golkar, 49,6 %. (Mengikuti tabel- undang tersebut memuat jaminan-jaminan ketakberpihakan peme-
tabel dalam rintah dalam proses pemilu, tetapi pemerintah tidak bersedia mem-
Suryadinata 1982: 77-8). berikannya. Pimpinan PPP (yakni, Naro) mengalah dan memerin-
tahkan anggotanya untuk menyetujui undang-undang tersebut. Na-
Barangkali, konfrontasi yang paling serius adalah yang terjadi mun, NU tetap tak mau menyerah: semua anggotanya secara te-
selama Sidang Umum MPR 1978, ketika Garis-Garis Besar Ha- rang-terangan tidak mau masuk ke ruang sidang ketika undang-un-
luan Negara (GBHN) dibicarakan. Kali ini GBHN mengandung dang tersebut disahkan.16
dua item yang sulit diterima kebanyakan umat Islam. Satu item Kiai Bisri, yang umumnya dianggap sebagai figur yang mem-
menyebutkan bahwa aliran kepercayaan berdampingan dengan buat NU tak kenal kompromi pada 1970-an, pada saat itu sedang
agama-agama resmi dan karena itu secara implisit memberikan sakit-sakitan dan nampaknya tidak menjadi penggerak di belakang
pengakuan formal kepada aliran kepercayaan ini sebagai agama konfrontasi ini. Pada April beliau wafat, sehingga organisasi ini ti-
tersendiri. Item yang lainnya adalah yang berkenaan dengan usul- dak lagi mempunyai figur kepemimpinan moral yang kuat. Mu-
an program pemerintah untuk melakukan indoktrinasi idedogi ne- syawarah Nasional Alim Ulama (Munas) (17 NU yang diadakan pa-
gara, Pancasila (menurut penafsiran Orde Baru), secara massal. da tahun berikutnya di Kaliurang memilih seorang Rois Aam ad
Kiai Bisri Syansuri memandangnya sebagai ancaman terhadap sta- interim, yaitu Kiai Ali Ma'shum dari Krapyak, Yogyakarta. Mu-
tus Islam sebagai agama dan memprotesnya dengan keras.15 nas kali ini menarik perhatian banyak orang karena sesuatu yang
Ketika dilangsungkan voting atas pasal tersebut, para anggota NU, tidak dilakukannya. Sudah menjadi kebiasaan untuk semua jenis
yang diikuti kelompok PPP lainnya, secara demonstratif mening- pertemuan yang diadakan menjelang pemilu untuk menyatakan
galkan tempat sidang (walk out). "Kebulatan Tekad" yang mengharapkan agar Soeharto bersedia
Dalam koneks Indonesia Orde Baru, yang sangat menekankan menjabat kembali sebagai presiden untuk masa bakti berikutnya.
konsensus, tindakan "walk out" ini adalah bentuk protes yang sa- Penolakan eksplisit NU untuk ikut dalam koor ini juga dipandang
ngat radikal, yang sama artinya dengan melakukan delegitimasi. sebagai tanda dari sikap melawan.18 Ini adalah yang terakhir, ka-
Pemerintah memandang kejadian ini sebagai tidak kurang dari rena tindakan balasan yang diambil pemerintah sudah mulai keras.
penghinaan terhadap pemerintah dan ideologinya. Kejadian ini
nampaknya memperbesar kecurigaan Soeharto terhadap NU dan NU DIKENAI TINDAKAN DISIPLIN: HILANGNYA
Islam pada umumnya; hal ini pasti semakin memperkuat tekadnya PATRONASE, PEM-
untuk melakukan depolitisasi terhadap Islam Indonesia. Reaksi BERSIHAN DI TUBUH PPP DAN KEHARUSAN MENERIMA
yang pertama adalah penggantian Ketua Umum PPP, Mintaredja, PANCASILA
dengan Djaelani ("John") Naro, yang telah diatur rapi melalui ma-
nipulasi politik yang dijalankan Ali Murtopo. Bahkan tanpa ada Di bawah kekuasaan Orde Lama, NU sudah menjadi sangat
undangan rapat pengurus, apalagi muktamar, Naro mengumum- tergantung kepada patronase; berkat keikutsertaannya dalam peme-
kan dirinya sebagai ketua yang baru. rintahan, NU dapat memberikan berbagai jenis pelayanan dan fa-
Pada 1980, sekali lagi NU melancarkan protesnya dengan silitas kepada para pendukungnya di wilayah-wilayah. Tidak dira-
"walk out" ketika sebuah undang-undang baru yang mengatur pro- gukan, kesempatan mengendalikan Departemen Agama yang ber-
ses pemilu, setelah terjadi perdebatan yang panjang dan terbuka, di langsung lama merupakan satu sumber utama patronase, yang me-
bawa ke sidang DPR. Kali ini bukan masalah yang bersifat agama nawarkan pendidikan, kesempatan-kesempatan kerja, fasilitas ber-
yang sedang dipertaruhkan tetapi prinsip kekuasaan yang de- haji, dan banyak sekali pelayanan keagamaan yang kurang kasat
mokratis. Partai-partai (PPP dan PDI) menginginkan agar undang- mata, termasuk perlindungan terhadap berbagai kepercayaan dan
105 106
praktek-praktek tradisionalis. Karena itu, terlemparnya kesempatan Setelah "walk out" 1978, PPP mengalami campur tangan pe-
mengendalikan departemen ini merupakan kemunduran serius merintah yang sangat besar. Sebagaimana dikatakan di atas, ketua
bagi NU, walaupun pengaruhnya tidak langsung dirasakan. Dalam umum DPP Mintaredja, diberhentikan dan Djaelani Naro ditunjuk
pemerintahan yang dibentuk setelah pemilu pertama Orde Baru. sebagai penggantinya, tanpa bermusyawarah dengan anggota pe-
1971, jabatan Menteri Agama untuk pertama kalinya jatuh ke ta- ngurus lainnya.20 Naro nampaknya mempunyai tugas mendisiplin-
ngan orang bukan NU. Kali ini dipegang oleh H.A. Mukti Ali, kan partai ini dan menetralisir suara-suara sumbang NU. Dia se-
yang kelak menjadi guru besar ilmu perbandingan agama yang gera menjalankan partai seperti miliknya sendiri, dengan memasti-
relatif tidak terkenal di Yogyakara. Sejak saat itu, tidak pernah kan bahwa tidak seorangpun dalam partai ini yang mempunyai
ada lagi orang NU, atau dari pihak muslim tradisionalis lainnya, sumber kekuatan yang independen. Dia secara efektif memusat-
yang memegang jabatan Menteri Agama.19 kan seluruh saluran patronase kepada dirinya dan memastikan ti-
Mukti Ali adalah seorang modernis, meski bukan anggota dak seorang pun kecuali yang setia yang mendapatkan kemudah-
Muhammadiyah. Dia mengenal dunia pesantren, bahkan pernah an. Pukulan terhadap semua jaringan NU di tingkat cabang ini
behjar di sana, tetapi merasa yakin bahwa pesantren memerlukan menjadi semakin keras karena para penguasa militer dan sipil,
perubahan drastis. Sebagai menteri, dia tidak dapat diharapkan un- yang curiga atau marah kepada NU, memusuhinya dalam berbagai
tuk begitu saja melanjutkan kebijakan-kebijakan pendahulunya. cara. Para usahawan kecil, yang merupakan soko guru terpenting
Pernah dikemukakan para pengamat lokal bahwa Mukti Ali dijadi- dari kebanyakan cabang NU, sangat merasakan tekanan tersebut.
kan Menteri Agama dengan tugas kilat menghancurkan kendali Sebenarnya, pelemahan peranan NU di dalam PPP sudah ber-
NU atas Departemen Agama. Entah benar atau tidak, sebagai aki- langsung sebelumnya. Pada muktamar pertama partai ini, 1975,
bat dari penunjukkan menteri baru ini jumlah orang NU yang me- sudah disetujui bahwa jumlah kursi yang diperoleh NU, MI, SI
nempati posisi kunci dalam Depatemen Agama berkurang dengan dan Perti dalam pemilu 1971 dijadikan sebagai ukuran tetap dari
cepat,dan kemungkinan NU untuk melimpahkan berbagai kesem- kekuatan masing-masing. Pada pemilu berikutnya, para calon da-
patan kepada para anggotanya pun semakin kecil. lam daftar PPP harus dibagi adil bagi keempat komponen ini
Para anggota NU yang masih di Departemen Agama bahkan dalam proporsi berdasarkan hasil pemilu 1971, dengan beberapa
diharuskan secara formal melepaskan keanggotaannya karena ada- penyesuaian untuk membantu partner lebih kecil. Perolehan pemilu
nya tuntutan "monoloyalitas". Seperti pegawai negeri sipil lainnya, 1977 menunjukkan adanya peningkatan bagi PPP tetapi -karena
mereka diharuskan menjadi anggota "kelompok fungsional" redistribusi kursi-kursi untuk NU berkurang sedikit, dari 58 men-
KORPRI, salah satu soko guru Golkar, dan ini menghalangi mere- jadi 56 kursi.21
ka menjadi anggota partai politik lain. Perlu diingat bahwa para Pukulan telak terhadap NU tiba ketika Naro secara sepihak
anggota Muhammadiyah tidak menghadapi masalah yang sama, mempersiapkan sebuah daftar calon untuk pemilu 1982 di mana
karena organisasi mereka bersifat non-politik. proporsi anggota NU dikurangi secara drastis, dan kebanyakan
Barangkali pada awalnya tidak ada kebijakan anti-NU secara anggota NU yang vokal --seperti Jusuf Hasjim, Saifuddin Zuhri
khusus yang menyebabkan NU terdepak dari Departemen Agama, dan Imron Rosjadi-- diletakkan di urutan sangat bawah dalam daf-
tetapi hanya akibat saja dari kebijakan depolitisasi, yang jelas tar tersebut sehingga mereka tidak mungkin terpilih.22 Walaupun
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap NU dan Muham- ada protes keras, pemerintah menerima daftar Naro sebagai satu-
madiyah. Tetapi ketika NU berulangkali berkonfrontasi dengan satunya daftar yang sah. Kejadian ini memperburuk konflik antara
pemerintah, orang-orang NU yang berada di Departemen Agama faksi NU dan faksi Muslimin Indonesia (sebelumnya: Parmusi) di
mengalami tekanan berat, dan pola-pola patronase yang telah ma- dalam PPP, dan di dalam NU sendiri kejadian ini menimbulkan
pan itu tidak bekerja lagi. perdebatan panas tentang kegunaan ikut serta dalam politik par-
107 108
lementer. Para politisi yang "dibersihkan" menyatukan suaranya walaupun sangat tersaring, marah. Terjadi ledakan kekerasan, ke-
dengan para tokoh lain yang, karena berbagai alasan, mengusul- tika umat Islam di daerah Tanjung Priok, Jakarta, diganggu (pada
kan NU keluar dari PPP dan meninggalkan politik praktis. Dua September 1984). Pihak tentara turun tangan dan menembaki ke-
tahun kemudian, keputusan untuk keluar dari PPP tersebut difor- rumunan orang, sehingga menyebabkan puluhan, atau bahkan ra-
malkan. tusan orang, terbunuh. Peristiwa ini kemudian diikuti dengan pe-
Pembersihan para anggota DPR NU yang vokal bukanlah sa- ngadilan subversi, yang melibatkan beberaga pengkritik paling
tu-saaunya balasan atas pendirian oposisional NU selama vokal terhadap rejim ini. Kejadian ini dengan efektif telah mem-
1970-an. Pemerintah-pemerintah lokal di seluruh tanah air mem- bungkam perlawanan terhadap Pancasilaisasi, dan akhirnya semua
perlakukan anggota NU dengan kecurigaan. Para usahawan yang organisasi besar mengikuti kebijakan asas tunggal.24
berafiliasi dengan NU sangat merasakan tekanan; mereka tidak ha- Kali ini NU adalah organisasi besar pertama yang mengikuti
nya tidak mendapat kontrak dari pemerintah, tetapi bahkan urusan- tuntutan pemerintah, yang secara implisit berarti menyatakan
urusan bisnis swasta mereka pun sering dicampurtangani. Dapat mengakhiri peran oposisional yang dimainkannya pada dasawarsa
dimengerti, kalangan ini tidak begitu suka kepada pendirian polltik sebelumnya. Munas Alim Ulama NU, yang diselenggarakan di Si-
yang diambil NU selama 1970-an. Pada tingkat cabang, para usa- tubondo pada Desember 1983, mengeluarkan dua keputusan yang
hawan cukup terwakili dalam kepengurusan, dan mereka sudah menentukan: menarik diri dari politik praktis (dan karena itu ke-
mulai mendorong kepada sikap yang lebih moderat atau, barang- luar dari PPP) dan mengikuti tuntutan asas tunggal. Muktamar ke-
kali, menarik diri sama sekali dari politik. 27, yang juga diselenggarakan di Situbondo setahun kemudian,
Pada awal 1980-an, rejim memaksa NU mengambil pilihan mempertegas kedua keputusan ini dan melakukan perubahan da-
yang jelas antara oposisi atau akomodasi. Dalam sebuah pidato lam anggaran dasar NU. Keputuan ini (yang kemudian dikenal
yang keras pada 1980, Soeharto menyerang semua kelompok di dengan keputusan Situbondo) menunjukkan langkah penting dalam
tanah air yang tampak memusuhi Pancasila dan justru berpegang depolitisasi dan deradikalisasi NU, dan keputusan ini tentu saja ti-
teguh kepada ideologi-ideologi saingannya, seperti komunisme, dak disambut dengan suara bulat. Negosiasi-negosiasi yang pelik
marhaenisme atau agama dan dia mengancam akan menurunkan di balik layar, antara faksi-faksi di dalam NU dan juga dengan pe-
Angkatan Bersenjata untuk memukul mereka.23 Pidato ini jelas di- merintah, diperlukan untuk sampai kepada perumusan kedua ke-
alamatkan kepada tindakan "walk out" NU, sebagai peringatan putusan ini supaya mendapat dukungan yang cukup dari para pe-
bahwa tidak akan ada lagi toleransi untuk perlawanan terhadap serta. Peran-peran penting dalam negosiasi ini dimainkan oleh
ideologi resmi. Pada tahun-tahun berikutnya, Soeharto berulang Abdurrahman Wahid, waktu itu menjabat sebagai Katib (sekre-
kali mengulangi tema pembicaraan yang sama: kesetiaan kepada taris) Syuriyah, dan Kiai Achmad Siddiq, salah seorang Rois
ideologi-ideologi lain selain Pancasila sama dengan tindakan sub- Syuriyah. Kemunculan mereka di posisi pimpinan NU pada masa
versi. Konsekwensi logis dari pandangan ini diumumkan untuk berikutnya banyak dikarenakan peranan mereka dalam fase yang
pertama kalinya pada 1983 dan diundang-undangkan pada 1985: menentukan ini.
semua partai politik dan organisasi kemasyarakatan diharuskan
menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas idedogis (asas ________________________________________________________
tunggal) -yakni, dengan mengesampingkan Islam ataupun pan- _______________
dangan-pandangan dunia yang lain. ________________________________________________________
Hal ini serta-merta menimbulkan kegelisahan di sehnuh ko- _______________
munitas Muslim Indonesia. Sejak semula, kebijakan baru ini me-
nyebabkan adanya ketidaksenangan yang meluas dan protes yang,
109 110
15. Ketidaksenangan yang sebenarnya di kalangan Islam bukan 18. Munas memang menyebut masalah kepresidenan tetapi hanya
terhadap Pancasila itu sendiri menyatakan bahwa calonnya harus
tetapi terhadap relatifisme agama yang terkandung dalam program dipilih secara konstitusional, yakni oleh sidang umun MPR yang
indoktrinasi ini, dibentuk atas dasar hasil
yang menyatakan semua agama yang diakui sama benarnya dan pemilu, yang baru (Machfoezh 1983 :270-2; bdk. Tempo 12
juga memberikan tempat September 1981).
terhormat kepada Aliran Kepercayaan. Kepekaan ummat Islam
dapat dimengerti dengan lebih 19. Ini tidak harus dikarenakan adanya kebijakan anti-NU yang
baik jika orang ingat bahwa umat Kristen terlalu banyak duduk di disengaja Kabinet Orde Baru
elite kekuasaan dan diisi oleh para menteri yang tak berafiliasi kepada partai.
karena Soeharto sendiri dan para penasehat terdekatnya dipercaya
sebagai penganut Aliran 20. Naro lahir di Sumatera Barat pada tahun 1929, belajar hukum di
Kepercayaan dan tidak simpatik terhadap Islam skripturalis. Sudah Yogyakarta. dan beberapa
ada kekhawatiran tahun menjadi hakim di Krawang. Pada tahun 1966 dia menjadi
kalau-kalau penguasa menginginkan Pancasila, yang merupakan anggota DPRGR dan bergabung
satu jenis ajaran Kepercayaan, dalam sebuah organisasi Islam kecil yang berbasis di Medan
sebagai pengganti agama. Jami'atul Washliyah. Pada
waktu Parmusi didirikan dia ditempatkan di dalam
16. Laporan pers tentang peristiwa ini dengan baik sekali diringkaskan kepengurusannya oleh penasehatnya, Ali
dalam van Dijk 1980, Murtopo; bersama-sama dengan Mintaredja dia berhasil
sementara posisi NU digambarkan dengan penuh perasaan dalam membungkam suara-suara radikal di
Zuhri 1981:84-90. Lihat juga dalam partai tersebut. Ketika Parmusi bergabung ke dalam PPP, dia
Yusuf et al. 1983 :64-8; Machfoezh 1983 :258-62; Radi 1984: 163- juga diberi kedudukan
4. dalam kepengurusan DPP PPP (McDonald 198O:****; Machfoezh
1983: 248-51).
17. Di antara dua muktamar, NU biasanya mengadakan beberapa
musyawarah yang skoopenya lebih 21. Muslimin Indonesia (MI, mantan Parmusi) meningkat dari 24
kecil, yang dihadiri hanya oleh pengurus wilayah, tidak oleh menjadi 25 kursi. Sarekat Islam
cabang-cabang yang ada di (SI, nama baru untuk PSII setelah bergabung ke PPP) dari 10
bawahnya. Acara musyawarah terdiri dari dua bagian: pembahasan menjadi 14 kursi, dan Perti
masalah-masalah keagamaan dari 2 menjadi 4 kursi (Yusuf et. al. 1983: 63-4).
oleh Syuriah wilayah, dan pembahasan mengenai masalah-masalah
keorganisasian, oleh baik 22. Di pihak lain daftar yang memuat nama-nama tokoh penting yang
Tanfidziyah maupun Syuriah. Forum yang pertama dinamakan berafiliasi dengan NU sama
"Musyawarah Nasional atau Munas", sekali tidak diajukan oleh pengurus NU sendiri. Tidak seorang pun
yang kedua "Konferensi Besar atau Konbes". Keduanya biasanya dari calon yang
disebut Munas saja. dibersihkan ini yang termasuk dalam faksi Idham Chalid. Lihat
Machfoezh 1983: 275-88
111 112
(dimana nama-nama semua polisi NU yang ditrunkan ke urutan Bukanlah hal mengejutkan jika tidak pernah ada kebulatan
bawah disebutkan); Yusuf et. pendapat mengenai implikasi-implikasi kongkret dari keputusan
al. 1983: 70-2; Jones 1985:13-5. kembali ke khittah 1926 ini, bahkan di kalangan mereka yang ha-
dir di Situbonlo dan telah menyetujui sebuah teks yang membe
23. Pidato ini diringkaskan dalam Kenkins 1984: 157-8. Sebagai rikan garis besarnya (PBNU 1985a: 34-46). Semua ini menunjuk-
reaksi terhadap pidato ini, kan adanya sebuah koalisi kepentingan-kepentingan para pendu-
lima puluh tokoh Indonesia (yang berasal dari latar belakang kung keputusan untuk tidak terlibat dalam politik praktis karena
Masyumi, Nasionalis dan alasan-alasan yang berbeda, dan bahkan mungkin saling berten-
tentara yang teralienasi) mengeluarkan "Pernyataan Keprihatinan", tangan. Di antara mereka kita menemukan para politisi yang ma-
yang kemudian dikenal rah kepada "pembersihan" yang baru saja diadakan di DPR, kiai
sebagai "Petisi 50" (lihat ibid.: 162-4). Tidak ada anggota NU di yang marah menyaksikan dominasi para politisi di tubuh NU, kiai
antara lima puluh lain yang lebih suka mencari bantuan yang diberikan Golkar de-
penanda tangan tersebut. ngan murah hati; dan ada pula para aktifis muda NU yang berpi-
kir bahwa NU dapat memperjuangkan kepentingan para pendu-
24. Lihat van Bruinessen "State-Islam Relations", akan terbit. kungnya secara lebih efektif dengan melakukan pengembangan
masyarakat daripada berkompetisi memperebutkan kursi di parle-
BAB 4 men. Berbagai kepentingan ini pada awal 1980-an menyatu dalam
JALAN KE SITUBONDO perjuangan untuk merebut kendali organisasi ini dari tangan faksi
KONFLIK FAKSI, PANCASILA DAN KEMBALI KE yang sudah lama menguasai kepemimpinan politik NU.
KHITTAH
KONFLIK ANTAR FAKSI DAN MUNCULNYA PARA
MUNAS Situbondo 1983 dan Muktamar Situbondo 1984 me- PEMIMPIN BARU
nunjukkan telah terjadinya rekonsiliasi NU dengan rejim Orde Ba-
ru dan menandai munculnya elite baru di pucuk pimpinan NU. Frustrasi yang meluas karena marginalisasi bertahap terhadap
Keputusan menarik diri dari politik praktis -yang ternyata lebih NU di PPP terungkap dalam kemarahan terhadap Idham Chalid,
serupa dengan keputusan Muhammadiyah lebih dari satu dasa- yang dalam pandangan banyak orang NU tidak cukup memper-
warsa sebelumnya untuk tidak mendukung Masyumi- dan mene- juangkan kepentingan organisasinya. Sebagai ketua umum Tanfi-
rima Pancasila sebagai asas tunggaI NU tidak diragukan lagi di- dziyah, dia tampaknya lebih bertanggung jawab kepada pemerin-
buat paling tidak untuk sebagian sebagai respons terhadap tekanan tah daripada kepada Syuriyah (sebagaimana yang dituntut anggar-
politik dari luar. Namun, keputusan tersebut juga menunjukkan an dasar). Dia telah menyetujui penggabungan NU dengan partai-
adanya perubahan pandangan tentang apa yang harus diperjuang- partai lain ke dalam PPP bahkan tanpa bermusyawarah dengan pa-
kan NU, kepentingan para pendukung yang mana yang harus di- ra anggota PBNU lainnya. Kemudian dia menerima agar mukta-
bela, dan bagaimana hal itu harus dilaksanakan. Diklaim bahwa mar PPP, yang menurut anggaran dasar harus diadakan setiap em-
pandangan ini identik dengan pandangan asli para pendiri NU, pat tahun sekali, ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan dan
yang telah ditinggalkan NU ketika ia menjadi partai politik, yang Ketua Umum PPP, Mintaredja, diganti oleh Naro dengan
mengakibatkan terabaikannya tugas-tugas pendidikan dan sosial proses yang jelas-jelas melanggar anggaran dasar partai. Sebagai
lainnya. Pandangan ini kemudian disebut sebagai Khittah, atau po- presiden PPP, Idham seharusnya bersikeras agar partai dijalankan
la dasar dalam berpikir dan bertindak, 1926. sesuai dengan anggaran dasarnya, begitulah kira-kira pemikiran
113 114
para pengkritik Idham. mencapai puncaknya, dan menjelma menjadi kedongkolan yang
Masih ada hal lain yang turut menimbullom ketidakpuasan ke- meluas, ketika disinyalir pada 1982 bahwa Idham sebelumnya
pada Idham di banyak kalangan. Dengan alasan kesehatannya sudah mengetahui dan berkomplot dalam manipulasi Naro atas
yang menurun dan banyaknya tugas-tugas resmi yang harus dise- daftar calon -yang, ternyata, tidak seorang pun di antara anggota
lesaikannya, Idham jarang terlihat datang ke kantor PBNU, yang faksi Idham yang menjadi korbannya.
membuat para pengkritiknya sulit meminta pertanggungjawaban- Pada saat itu Kiai Bisri Syansuri, sebagaimana dikatakan, su-
nya. Idham adalah seorang "suhu" dalam permainan politik di ba- dah wafat pada April 1980. Beliau adalah pendiri NU yang ter-
lik layar, yang menangani urusan-urusan politik yang tidak trans- akhir meninggal dunia, dan Rois Aam terakhir yang menduduki
paran, setia dan murah hati kepada kawan dan anak buah, tetapi posisi tersebut karena begitu jelas bahwa dialah orang yang tepat,
lebih suka bekerja melalui jaringan-jaringan kontak informalnya sehingga tidak seorang pun yang berpikir akan mencalonkan diri.
daripada melalui struktur formal NU. Karena mencari penggantinya tidak gampang apalagi karena per-
Keluhan lainnya, di balik ketidakpuasan terhadap pribadi Id- bandingan tahun-tahun ketika Kiai Wahab Chasbullah menjabat
ham, adalah karena banyak kiai Jawa yang merasa bahwa NU ti- Rois Aam dengan tahun-tahun Bisri Syansuri menunjukkan betapa
dak lagi menjadi organisasi mereka. Para politisi di ibukota me- besarnya dampak kepribadian Rois Aam terhadap perilaku politik
ngambil keputusan mereka sendiri tanpa membicarakannya dengan NU. Munas Alim Ulama NU tahun 1981, di Kaliurang, Yogya-
kiai, mengikuti prioritas dan mengejar kepentingan mereka sendi- karta, bertujuan mematangkan pertimbangan tentang siapa yang
ri. Peranan ulama sebagai penentu langkah organisasi semakin la- layak menggantikan posisi Kiai Bisri.
ma semakin berkurang, para politisi hampir tidak mendengarkan Sebenarnya, ada seorang wakil Rois Aam, KH Anwar Mu-
kata-kata mereka lagi. saddad dari Bandung, dan tidak ada alasan resmi kenapa tidak da-
Idham mendapatkan kritik-kritik keras pada Muktamar NU pat bertindak sebagai pengganti Kiai Bisri sebelum muktamar
ke-26 di Semarang pada 1979 tetapi ia tetap terpilih kembali se- mendatang (hanya muktamar yang dapat memilih pengurus baru,
bagai Ketua Umum (Nakamura 1981). Namun hal ini tidak hanya bukan Munas). Namun, banyak kiai terkemuka yang merasa bah-
karena 'kerendahan hati' Idham dan penguasaannya terhadap so- wa Anwar Musaddad tidak cocok untuk peranan ini. Argumen
pan santun Jawa, sebagaimana dikemukakan Nakamura, tetapi pa- yang mereka katakan adalah karena dia tidak memimpin sebuah
ling tidak karena banyak tekanan pemerintah terhadap para utusan pesantren dan karena itu bukan kiai dalam arti yang sebenarnya
(di samping hadirnya sejumlah besar pendukung setia Idham). Pe- walaupun dia telah menghabiskan waktunya sepuluh tahun lebih
merintah lebih menyukai Idham yang jinak, yang telah menyata- untuk belajar di Mekkah, dan menjadi rektor IAIN Bandung dan
kan niatnya akan mundur, daripada Achmad Sjaichu, satu-satunya telah mendirikan sebuah universitas di Bandung (lihat Machfoezh
calon alternatif yang serius, yang lebih tidak dapat diramalkan dan 1983: 272-3). Sama pentingnya dengan alasan yang dinyatakan ini
lebil vokal.1 adalah karena Anwar bukan orang Jawa tetapi Sunda dan dia ter-
Pada tahun-tahun berikutnya, Idham tidak menunjukkan tan- masuk kawan akrabnya Idham Chalid.
da-tanda akan mengubah gayanya, dan ketidakpuasan para kiai ter- Dua calon potensial untuk posisi Rois Aam adalah Kiai Mach-
hadapnya semakin menjadi-jadi. Pada saat bersamaan, para anggo- rus Ali dan Kiai As'ad Syamsul Arifin, murid Kiai Hasjim Asj-
ta generasi muda NU yang lebih berpendidikan merasa bahwa 'ari paling senior yang masih hidup. Calon pertama diminta secara
Idham sedang membawa NU ke jalan buntu. Mereka mengeluh- informal, tetapi dia merasa tidak pantas menggantikan gurunya
kan kurangnya kemampuan Idham berpikir jangka panjang, dan dan menolak secara tegas; sementara calon yang kedua pada 1981
merasa bahwa NU sangat memerlukan seorang pemimpin yang tampaknya belum memenuhi syarat dalam pandangan para kolega-
memiliki visi masa depan yang lebih kental. Ketidakpuasan ini nya. Pilihan akhirnya jatuh kepada seorang kiai yang sedikit lebih
115 116
muda, Kiai Ali Ma'shum dari Krapyak, Yogyakarta, seorang dia kembali ke Indonesia, dan setelah beberapa tahun mengajar di
yang tidak pernah menonjolkan diri namun kedalaman pengetahu- pesantren di Jawa Timur, dia terlibat dalam sebuah program pe-
annya diakui deh semua kiai. Dia terpilih bukan hanya karena ke- ngembangan masyarakat yang berbasis di pesantren. Dia pindah
dalaman: pengetahuannya semata. Ada banyak lobby untuk mem- ke Jakarta, dimana dia menjadi tokoh terkenal di lingkungan inte-
perjuangkan dirinya yang dilakukan oleh mereka yang mengang- lektual dan seniman, dengan menulis kolom di berbagai media ce-
gap kiai ini merupakan tokoh ideal untuk memimpin NU selama tak yang disukai banyak orang.
masa transisi. Fahmi, putera Saifuddin Zuhri dan menantu Achmad Sjaichu,
Kiai Ali adalah seorang kutu buku yang jarang meninggalkan pernah menjadi santri Kiai Ali Ma'shum tetapi dia adalah santri
pesantrennya. Dia tidak memiliki kharisma sebesar yang dimiliki pertama di sana yang menggabungkan pendidikan pesantrennya
para pendahulunya tetapi diakui secara luas sebagai seorang yang dengan pendidikan umum di sebuah sekolah umum (Taman Sis-
sangat berilmu dan guru yang baik. Lebih dari itu, karena dia wa). Dia melanjutkan studi di fakultas kedokteran Universitas
sama sekali tidak mempunyai ambisi pribadi, akan menjamin bah- Indonesia dan juga aktif terlibat dalam berbagai usaha dalam pe-
wa dia tidak akan menghalangi munculnya orang-orang yang lebih ngembangan masyarakat.
muda pada tahap berikutnya. Dia menerima kedudukannya terse- Musthofa, putra Kiai Bisri Musthofa dari Rembang, adalah se-
but hanya karena rasa tanggung jawabnya terhadap NU, dan dia orang yang selalu dekat dengan dunia pesantren, yang telah mena-
adalah satu-satunya Rois Aam yang pada muktamar berikutnya le- matkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar (di sana dia men-
bih memilih mengundurkan diri dari posisi ini daripada terus me- jadi teman Abdurrahman Wahid) dan menjadi kiai di Rembang.
megangnya sampai akhir hayatnya. Dia bukanlah orang yang akan Dia sangat prihatin terhadap kesenjangan antara masalah-masalah
memperkenalkan perubahan-perubahan besar dan bukan pula yang dibicarakan dalam buku-buku fiqh para kiai dengan dunia
orang yang dengan keras kepala berpegang teguh kepada kebiasa- nyata, dan dia menginginkan para koleganya terus berusaha men-
an yang sudah mapan. jembatani kesenjangan ini. Ketiga orang ini merasa bahwa dari pa-
Di antara pendukung aktif Kiai Ali Ma'shum kita menemukan ra kiai sepuh, barangkali mantan guru mereka, Kiai Ali Ma'-
tiga orang muda NU paling cemerlang yang sedang menanjak, shum, inilah yang paling berpandangan terbuka. Dengan keber-
yang kemudian menjadi pembaru dan aktifis tahun 1980-an yang adaannya di puncak, gagasan-gagasan dan kegiatan-kegiatan mere-
paling dinamis. Ketiganya termasuk anggota keluarga elite NU, ka tidak akan menghadapi tantangan serius, yang mungkin akan
dan ketiganya sangat yakin bahwa NU memerlukan perubahan muncul dari kiai yang lebih konservatif. Mereka secara aktif me-
drastis agar ia menjadi lebih relevan bagi kehidupan pendukung lobby para peserta Munas agar memilih Kiai Ali.2
tradisionalnya. Ketiganya, kebetulan, pernah belajar kepada Kiai Namum, peranan menentukan dalam terpilihnya Kiai Ali di-
Ali Ma'shum, walaupun pada waktu yang berbeda-beda. Orang- mainkan oleh Kiai Achmad Siddiq dari Jember, seorang yang sa-
orang muda ini adalah Abdurrahman Wahid, Fahmi Saifuddin dan ngat dihormati walaupun belum merupakan calon kuat untuk po-
Musthofa Bisri. sisi tertinggi tersebut. Sebagai adik Kiai Machfoezh Siddiq, ketua
Abdurrahman Wahid melalui garis keturunannya ditaksirkan umum NU yang paling efektif sepanjang sejarah perjalanan NU,
untuk memainkan peranan penting dalam NU: dia adalah putra su- dan pernah menjadi sekretaris pribadi Wahid Hasjim, dia memiliki
lung Wahid Hasjim dan bukan hanya merupakan cucu Kiai Ha- pengetahuan tradisional yang meyakinkan. Karierya di kantor wi-
sjim Asj'ari tetapi juga cucu Kiai Bisri Syansuri. Dia belajar baha- layah Departemen Agama Jawa Timur (di mana dia lama menja-
sa Arab kepada Kiai Ali Ma'shum ketika dia masuk sekolah me- bat sebagai kepala), peranannya dalam mengkoordinir aksi anti-
nengah di Yogyakarta. Kemudian dia belajar fiqh di Universitas komunis pada 1965-66, dan karakternya yang keras hati telah
Al-Azhar Kairo, dan sastra di Universitas Baghdad. Pada 1971 membuat dirinya didengar oleh kiai lain. Sebenarnya banyak yang
117 118
mengakui bahwa mereka mempunyai kesan yang sedikit buruk tusan-keputusan penting yang dibuat para politisi. Di masa lalu,
tentang dia. Sebagaimana orang-orang muda, Kiai Achmad juga Idham sering membuktikan kebergunaan dirinya bagi para kiai de-
merasa bahwa NU sudah terlalu lama berjalan di jalur yang salah, ngan membantu mereka mendapatkan berbagai pelayanan dan fa-
menyimpang dari apa yang dia anggap sebagai semangat asli NU. silitas, termasuk tender-tender untuk para usahawan yang menjadi
Untuk menangkap kembali semangat asli NU tersebut dia telah pengikut mereka. Namun, dengan adanya pengendalian ketat Naro
merumuskan secara singkat prinsip-prinsip yang harus dipertahan- atas PPP, arus patronase yang pernah mengalir melalui saluran
kan NU, Khittah-nya, dalam sebuah risalah yang telah mendapat- NU mengecil secara drastis, yang menyebabkan Idham dan para
kan dukungan dari peserta muktamar di Semarang pada 1979. politisi kehilangan banyak peluang yang sebelumnya dapat mereka
Kiai Achmad Siddiq tidak hanya seorang kiai dengan cakrawa- berikan.4 Kudeta internal terhadap Idham dan saat terjadinya sudah
la intelektual yang lebih luas dibanding kebanyakan koleganya, dia cukup mengejutkan bagi kebanyakan warga NU, tetapi situasi ini
juga tahu bagaimana tampil di hadapan orang banyak. Pada saat menjadi lebih membingungkan lagi ketika sepuluh hari kemudian
krusial dalam musyawarah di Kaliurang, dia bangkit dan berkata Idham menarik kembali pengunduran diri sukarelanya -jelas atas
bahwa dia tidak melihat seorang pun yang lebih cocok untuk men- desakan dari banyak pendukung dan yang bergantung kepadanya
jadi Rois Aam daripada Kiai Ali Ma'shum. Tidak ada seorang tetapi mungkin juga dari pihak pemerintah. Pada saat itu, dan be-
pun yang bangkit untuk mengusulkan calon lain yang dianggap le- berapa waktu kemudian, NU terbelah menjadi dua kubu, yang
bih baik, dan dalam beberapa saat kemudian Kiai Ali terpilih se- kemudian dikenal sebagai kelompok Cipete dan kelompok Situ-
cara aklamasi. bondo, masing-masing terdiri dari pendukung Idham Chalid di Ja-
karta dan kalangan pesantren Jawa Timur Kiai As'ad. Kelompok
PEMECATAN IDHAM CHALID DAN MUNCULNYA KIA1 Situbondo tidak lagi mengakui Idham Chalid sebagai ketua umum,
AS'AD: tetapi menahan diri dari menunjuk penggantinya sampai muktamar
"SITUBONDO" versus "CIPETE" 1984.5 Kelompok Idham membalasnya pada Januari 1983 dengan
menyatakan bahwa hasil-hasil Munas Kaliurang (yakni, pemilihan
Terpilihnya Kiai Ali Ma'shum dan bukan Anwar Musaddad Kiai Ali Ma`shum sebagai Rois Aam) tidak sah dan menyebutkan
sebagai Rois Aam baru merupakan pukulan pertama terhadap po- bahwa hanya Anwar Musaddad dan Ali Yafie -keduanya kawan
sisi Idham Chalid. Peristiwa ini segera diikuti pukulan-pukulan Idham- yang berhak berbicara atas nama Syuriyah. Statemen ini
yang lebih telak. Menjelang pemilu 1982, tiga orang kiai sepuh - sama artinya dengan pemecatan secara implikasi lawan-lawan Idham
Kiai As`ad Syamsul Arifin dari Situbondo, Kiai Machrus Ali dari dari kepengurusan, dan semakin mempertajam perpecahan di anta-
Kediri dan Rois Aam Kiai Ali Ma'shum- bersama politisi senior ra kedua kubu tersebut.
NU, Masjkur, berkunjung ke rumah Idham Chalid dan membu- Nama kelompok Situbondo mencerminkan semakin menonjol-
juknya -dengan gaya Supersemar- untuk mengundurkan diri "ka- nya pengaruh Kiai Madura, As'ad Syamsul Arifin. Kiai As'ad
rena alasan kesehatan". Inisiatif atas 'kudeta' ini nampaknya da- pada saat itu barangkali yang paling senior di antara para kiai be-
tang dari Kiai As'ad, tetapi banyak yang menduga para pembaru sar, satu-satunya murid kiai legendaris, Kiai Kholil Bangkalan,
muda Abdurrahman Wahid, Fahmi Saifuddin dan teman-teman- yang masih hidup dan salah satu dari sedikit orang yang sempat
nya, sebagai penggerak di balik layar.3 beiajar kepada Kiai Hasjim Asj'ari. Dia tidak mempunyai reputasi
Di antara alasan-alasan yang tidak dikatakan atas pemecatan tinggi dalam bidang pengetahuan agama tetapi dikenal di kalangan
Idham adalah kedongkolan terhadap koalisi Idham dengan Naro, masyarakat Madura karena-kesaktiannya dan Pesantrennya di dae-
dan rasa frustrasi para kiai karena Syuriyah, yang secara formal rah Situbondo, di ujung timur Pulau Jawa, adalah salah satu pe-
merupakan badan tertinggi, diberitahu pun tidak mengenai kepu- santren terbesar di Jawa. Sekitar pertengahan 1983 dia sudah mu-
119 120
lai melampaui pengaruh Rois Aam, Kiai Ali Ma'shum, yang pa- karta, sehingga para pendukung Idham yang sudah datang dari
ling tidak sebagian berkat dukungan kuat yang diterimanya dari berbagai propinsi itu tidak dapat ikut serta ketika pengurus pusat
panglima militer Jawa Timur dan kemudian dari pemerintah pusat. bertemu di rumah Idham, dan harus mengadakan rapat terpisah di
Kiai As'ad pada saat yang tepat mengungkapkan pendapat yang Guest House tempat mereka menginap. Mereka mengeluarlan se-
tepat bahwa menerima Pancasila wajib bagi semua umat Islam dan buah pernyataan yang menerima Pancasila sebagai asas tunggal,
haram menolaknya, karena sila pertama Pancasila sejalan dengan tetapi ini pun tampaknya tidak diakui oleh penguasa.8 Setelah ada
doktrin tauhid bahwa tidak ada tuhan selain Allah.7 Sejak saat itu, sinyal yang jelas ini, kelompok Cipete melepaskan rencana mereka
penguasa memperlakukan Kiai As`ad sebagai ulama pemuka NU untuk menyelenggarakan muktamar ke-27.
-yang memperkuat posisinya di dalam organisasi ini, terutama di
kalangan mereka yang ingin memperbaiki hubungan dengan pe- DEPOLITISASI DIJELASKAN: "KEMBALI KE KHITTAH 1926"
merintah. Tampaknya, para pembaru muda NU juga secara se-
ngaja berusaha mengulurkan prestise Kiai As'ad, dengan maksud Pada Munas Situbondo, para ulama yang berkumpul berhasil
untuk menggunakannya untuk melegitimasi naiknya mereka ke menyepakati sebuah teks yang menegaskan bahwa pokok-pokok
posisi puncak. pikiran Khittah harus dipulihkan. Kalimat pertamanya adalah bah-
Pada paruh kedua 1983 pemerintah jelas lebih menyukai ke- wa "Nahdlatul Ulama adalah jam'iyah diniyah Islamiyah ...," se-
lompok Situbondo daripada kelompok Cipete, yang pada saat itu hingga secara implisit menyatakan-bahwa ia bukanlah sebuah or-
sedang dalam persaingan terbuka, dan keduanya bermaksud me- ganisasi politik. Teks ini hanya memuat satu alinea singkat tentang
menyelenggarakan Munas dan kemudian Muktamar. Mendekati or- hubungan NU dengan politik:
ganisasi-organisasi besar agar mau menerima tuntutan asas tunggal
merupakan prioritas pemerintah yang sangat tinggi. Kelompok Ci- Hak berpolitik adalah salah satu hak asasi seluruh warga
pete dapat dipastikan akan menerima, tetapi hal ini kemungkinan negara, ter-
besar akan menyebabkan protes dan perlawanan dari faksi NU masuk warga negara yang menjadi anggota Nahdlatul Ulama.
yang lain. Kiai As'ad dan sekutu-sekutunya tampaknya memiliki Tetapi
kesempatan yang lebih baik untuk membuat seluruh organisasi ini Nahdlatul Ulama bukan merupakan wadah bagi kegiatan
menuruti tuntutan pemerintah. Karena itu, pemerintah memberi- politik prak-
kan dukungan penuhnya kepada Musyawarah Nasional Alim Ula- tis. Pengangguran hak berpolitik dilakukan menurut ketentuan
ma, yang diselenggarakan di pesantren Kiai As'ad di Situbondo perundang-
pada Desember tahun itu juga. undangan yang ada dan dilaksanakan dengan akhlaqul karimah
Kelompok Cipete, yang ingin menunjukkan bahwa Idham sesuai
Chalid masih mempunyai pendukung dari seluruh tanah air, me- dengan ajaran Islam, sehingga tercipa kebudayaan politik yang
ngirim undangan ke semua pengurus wilayah untuk menghadiri sehat.
sebuah rapat paripurna dengan pengurus pusat di Jakarta, beberapa Nahdlatul Ulama menghargai warga negara yaqg
minggu sebelum Munas Situbondo. Para delegasi dari 22 propinsi megggunakan hak
datang ke Jakarta, yang membuat seolah-olah NU sedang terbagi politiknya secara baik, bersungguh-sungguh dan bertanggung
dua antara ulama dan politisi (walaupun -seperti sudah dikatakan- jawab.9
terdapat para ulama di antara pendukung Idham, dan dalam
kelompok Situbondo pun terdapat para politisi). Pemerintah pada Munas juga mengeluarkan sebuah rekomendasi kepada PBNU
menolak memberikan izin penyelenggarakan rapat di Ja- agar sejak saat itu melarang anggota pengurus NU di semua ting-
121 122
katan merangkap jabatan di organisasi-organisasi politik (PBNU
1985a:57-8). PPP tidak pernah disebut secara eksplisit, walaupun KIAI ACHMAD SIDDIQ: PERUMUS KEMBALI KE KHITTAH
PPP merupakan satu-satunya partai di mana banyak anggota pe-
ngurus NU memegang jabatan resmi. Pada tahun-tahun berikut- Ini juga merupakan kali pertama Kiai Achmad Siddiq me-
nya, muncul beberapa penafsiran vang saling berlawanan menge- nampakkan kemampuannya mengarahkan perdebatan di dalam
nai apa yang dimaksudkan keputusan Situbondo, dan apa yang di- NU. Tak lama sebelum Muktamar 1979 dia menerbitkan sebuah
maksud dengan "kegiatan politik praktis". buku kecil berisi rumusan kembali ke khittah asli: gagasan dan
Bagi para politisi NU yang baru saja dicampakkan dari PPP cita-cita sikap dan kegiatan yang ingin dikembangkan NU pada
oleh Naro, "Kembali ke Khittah 1926" pada dasarnya berarti be- zaman para pendirinya dahulu. Sejauh yang saya ketahui, ini ada-
nar-benar putus dengan PPP, tetapi ternyata gagasan pemulihan lah untuk pertama kalinya istilah khittah digunakan. Ada gunanya
khittah asli telah dipahami dengan baik sebelum adanya konflik di meringkaskan gagasan pokok yang terkandung dalam risalah terse-
awal 1980-an. Paling tidak ada dua kelompok berbeda yang be- but di sini (Siddiq: 1980).
berapa waktu mempersiapkan dasar untuk mengarahkan kembali Kiai Achmad Siddiq mulai dengan menyatakan bahwa NU di-
kegiatan-kegiatan utama NU. Satu kelompok terdiri dari, teruta- dirikan sebagai organisasi yang semata-mata bersifat keagamaan
ma, para kiai senior Jawa Timur, yang ingin meneguhkan kembali dan partisipasinya dalam politik praktis hanyalah selingan yang se-
peranan kepemimpinan mereka dalam organisasi ini dan menekan- benarnya sudah berakhir pada 1973, ketika peranan politiknya di-
kan kembali karakter keagamaannya; kelompok yang lain terdiri ambil alih oleh PPP. Khittah asli tidak pernah dirumuskan secara
dari anggota muda yang berpihak kepada pembaruan dan meng- tertulis, tetapi semua para pendirinya sepakat bahwa ia meliputi
inginkan NU lebih relevan bagi berbagai kebutuhan ekonomi, so- empat kelompok kegiatan: pendidikan (ma'arif), kesejahteraan so-
sial dan juga keagamaan pendukungnya. Keduanya berusaha me- sial (mabarrat) penyebaran agama (dakwah) dan perekonomian
rumuskan kembali khittah "asli" sesuai dengan wawasan dan cita- (mu'amalah). Kiai Achmad membicarakan berbagai kegiatan ini
cita mereka sekarang. Orang yang paling berpengaruh adalah Kiai secara sangat umum, dengan disertai kutipan ayat Al-Qu'ran dan
Achmad Siddiq, yang berusaha menyumbangkan banyak pokok Hadits untuk menunjukkan keharusan melaksanakannya. (Tam-
pikiran dalam wacana baru ini. paknya dia sengaja membiarkan pembicaraan tersebut sangat abs-
Banyak tokoh berpengaruh NU merasa bahwa keikutsertaan- trak sehingga memungkinkan adanya penafsiran menurut kebu-
nya dalam kegiatan politik parlemen dan pertarungan untuk mem- tuhan waktu).
peroleh patronase pemerintah telah menggangu kegiatan-kegiatan Sebagian besar dari risalah tersebut berisi pemaparan tentang
keagamaan, pendidikan dan sosial NU. Gagasan untuk mengucap- pandangan-pandangan keagamaan tradisional yang dianut NU,
kan selamat tinggal kepada parlemen, yang tidak punya kekuatan pembelaan mazhab dan peranan keteladanan ulama, serta him-
real, telah dikemukakan sejak muktamar 1971 (Adnan 1982: 51) bauan agar berhati-hati terhadap arus-arus pemikiran yang meng-
dan berulang kali setelah itu. Gagasan kembali ke khittah asli un- ancam ortodoksi. Bab intinya menekankan karakter non-radikal
tuk pertama kalinya dibicarakan, dan disetujui, pada muktamar dari sikap sunni tradisional, yang didasarkan atas konsep tawa-
1979. Pada saat itu belum ada gambaran bahwa ini berarti keluar suth, i`tidal dan tawazun, yang kesemuanya mengacu kepada ja-
sama sekali dari politik parlementer, apalagi menerima Pancasila lan tengah, keseimbangan dan menghindari sikap ekstrem. Dari
sebagai asas tunggal. Implikasi-implikasi pentingnya pada saat itu prinsip-prinsip ini Achmad Siddiq menurunkan konsekuensi-kon-
nampaknya agar kegiatan-kegiatan keagamaan, pendidikan dan so- sekuensi praktisnya untuk semua bidang kehidupan. Konsekuensi
sio-ekonomi diberi prioritas lebih besar daripada sebelumnya, dan politiknya layak dikutip secara utuh:
ulama kembali harus menjadi pemimpin yang sebenarnya.
123 124
(1) Negara nasional (yang didirikan bersama oleh seluruh ajaran ilahi.
rakyat) wa-
jib dipelihara dan dipertahankan eksistensinya. PARA PFMBARU MUDA DAN KHITTAH: MAJLIS 24 DAN TIM
(2) Penguasa negara (pemeerintah) yang sah harus TUJUH
ditempatkan pada
kedudukan yang terhormat dan ditaati, selama tidak Konsep lain yang ramai dbicarakan pada muktamar Semarang
menyeleweng, pada 1979 adalah konsep syu'un ijtimaiyah, "masalah keprihatin-
memerintah ke arah yang bertentangan dengan hukum dan an sosial", sebagai alternatif terhadap politik praktis. Yang dimak-
keten- sudkan adalah bahwa NU harus memberikan pelayan yang lebih
tuan Allah. dari sekadar pemenuhan kebutuhan warga dan pengikutnya yang
(3) Kalau terjadi kesalahan dari pihak pemerintah cara semata-mata bersifat keagamaan, walaupun masih jauh dari ada-
mengingatkan- nya kebulatan pendapat tentang bagaimana kebutuhan-kebutuhan
nya melalui tatacara yang sebaik-baiknya (Siddiq 1980: 51). lain itu harus didefinisikan. Sebagian kiai berpikir tentang bagai-
mana mempermudah atau mengorganisir pelaksanaan haji secara
Statemen yang disuusun dengan sangat hati-hati ini memung- lebih baik, atau bagaimana membuat orang beriman lebih mudah
kinkan munculnya bermacam-macam penafsiran, yang barang kali untuk mengetahui makanan kemasan yang halal atau haram. Te-
memang disengaja. Isinya tampak mendukung penerimaan atas tapi kebanyakan anggota muda NU lebih berpikir dalam kerangka
status quo dan sikap akomodatif terhadap pemerintah. Dua poin keadilan sosial dan pengembangan masyarakat.
pertama tampak sejalan semangat resolusi jihad dan deklarasi wa- Sepanjang 1970-an, beberapa anggota NU dilibatkan dalam
liy al-amr al-dlaruri bi'l-syaukah, dua tindakan NU yang jelas ber- upaya-upaya organisasi-organisasi non-pemerintah (terutama LP3-
sifat politis namun diutarakan sebagai konsekwensi logis dari pan- ES) untuk menjadikan pesantren sebagai basis kerja pengembang-
dangan keagamaannya. Menarik dicatat, penekanan an masyarakat pedesaan.10 Mereka ini adalah Abdurrahman Wa-
yang ditambahkan deh Kiai Achmad: negara yang harus dilin- hid, Kiai Sahal Mahfudh (Kiai NU pertama yang di pesantrennya
dungi adalah negara nasional, yang didasarkan atas kedaulatan diimplementasikan berbagai proyek tersebut), Abdullah Syarwani
rakyat. Ini adalah penolakan implisit tetapi jelas terhadap cita-cita (mantan santri Tebuireng yang menjadi seorang manajer proyek
negara Islam, sebagaimana yang juga diisyaratkan dalam poin ke- untuk LP3ES) dan lain-lain. Anggota NU lain yang pro-pembaru-
dua. Dari sini, akan benar-benar dekat untuk melangkah kepada an dan peduli kepada masalah tersebut bergabung dalam kelom-
penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal. Namun, ada syarat pok ini dalam diskusi-diskusi tentang bagaimana NU dapat men-
yang melekat. Statemen ini mengisyaratkan bahwa pemerintah bi- jadi semakin relevan bagi kehidupan banyak masyarakat pedesaan
sa berbuat saiah; dan jika itu terjadi, harus diperingatkan dengan yang diwakilinya.
cara yang sebaik-baiknya. Terserah kepada pembacanya untuk Krisis kepemimpinan yang terjadi di awal 1980-an memberi
menilai apakah 'walk out' dari parlemen termasuk ke dalam kate- para pembaru muda ini kesempatan untuk mengisi kekosongan
gori "cara yang sebaik-baiknya" Mereka yang ingin berbuat de- yang ada, dan untuk menjadikan gagasan mereka diterima dalam
mikian dapat membaca, dalam statemen Kiai Achmad Siddiq arus besar pemikiran NU. Pada waktu itu pemimpin paling me-
tersebut, sebuah kritik terhadap pendirian oposisional NU pada nonjol dari kelompok pembaru muda ini adalah Abdurrahman
1970-an, tetapi ada kemungkinan yang sama untuk menyimpulkan Wahid yang bekerja kompak dengan teman-temannya: Fahmi
dari statemen tersebut bahwa NU harus tetap mengawasi berbagai Saifuddin dan Kiai Musthofa Bisri serta dr. Muhammad Thohir
kebijakan pemerintah yang mungkin bertentangan dengan ajaran- dari Surabaya (kemenakan Kiai Achmad Siddiq). telah me-
125 126
nyaksikan bagaimana mereka memainkan peranan dalam pemi- bangan masyarakat yang dianjurkan dalam usulan-usulan ini
lihan Kiai Ali Ma'shum sebagai Rois Aam ad interim pada 1981. (ibid.:15-16). Tim Tujuh juga berbicara tentang dinamisasi pema-
Setelah pemecatan Idham Chalid mereka berusaha melakukan haman NU terhadap hukum Islam, sehingga membuat wacana
negoisasi antara kelompok Idham, Kiai As'ad bersama kiai senior fiqh lebih responsif terhadap perkembangan dan kebutuhan zaman
lainnya serta pemerintah. Abdurrahman Wahid pada 1983 menjadi modern.
ketua panitia pelaksana yang mempersiapkan Munas Situbondo, Munas Situbondo merupakan kemenangan nyata bagi Kiai
yang memberinya kesempatan untuk menentukan apa yang akan Achmad dari Tim Tujuh. Sebagaimana biasanya, dalam Munas ini
dibicarakan di sana. ada pembicaraan tentang masalah-masalah yang semata-mata ber-
Dalam sebuah pertemuan bersejarah di Jakarta pada Mei sifat keagamaan, tetapi sidang-sidang penting seluruhnya ditujukan
1983, yang dihadiri oleh 24 warga NU yang propembaruan (ka- kepada pembicaraan tentang Khittah, dengan draft Tim Tujuh dan
rena itu disebut Majlis 24), didiskusikan berbagai gagasan yang sebuah teks baru kiai Achmad sebagai "masukan" diskusi. Masa-
ingin diajukan kelompok pembaru di dalam Munas yang akan da- lah yang paling sensitif dibahas dalam teks barunya Kiai Achmad.
tang. Berbagai aliran pemikiran terwakili dalam Majlis-24 ini. Di Dia menyajikan penerimaan Pancasila sebagai konsekwensi logis
samping empat orang pembaru yang sudah disebut, terdapat Kiai dari khittah, walaupun dengan pembatasan-pembatasan tertentu
Sahal Mahfudh (yang kebetulan juga paman Abdurrahman Wahid) mengenai interpretasi Pancasila. Lebih jauh lagi, dia mengemuka-
dan Kiai Muchith Muzadi dari Jember (yang sering bertindak kan bahwa menurut khittah, ulama, yakni Syuriyah, harus menjadi
sebagai sekretaris Kiai Achmad Siddiq dan dipercaya banyak penguasa tertinggi dalam NU, sementara Tanfidzjah harus me-
orang sebagai orang yang bertanggung jawab atas bagian peru- laksanakan apa saja yang diputuskan Syuriyah.
musan Khittah Nahdliyah Achmad Siddiq), M. Zamroni (mantan Walaupun Munas dipersiapkan dengan hati-hati, hasil diskusi
aktifis mahasiswa), Mahbub Djunaidi (wartawan-politisi), Abdul- tidak bisa dipastikan terlebih dahulu. Terjadi diskusi serius dan
lah Syarwani dan Said Budairi (keduanya aktifis Ornop), Slamet panas. Munas memutuskan untuk kembali ke khittah, dan menye-
Effendi Yusuf dan Masdar Farid Mas'udi (pemimpin mahasiswa tujui kebanyakan usulan di atas dalam resolusinya mengenai pokok
dan pemikir muda NU yang paling menjanjikan).11 Majlis-24 me- yang dbicarakan, dengan tambahan penting: pemisahan secara
milih sebuah tim kerja yang terdiri dari tujuh orang (Tim Tujuh). eksplisit NU dari partai atau organisasi politik apapun.
Tim ini diberi tugas merumuskan usulan-usulan ini, yang dijuluki
"pemulihan Khittah", ke dalam bentuk tulisan.12 PANCASILA SEBAGAI ASAS TUNGGAL
Kebanyakan gagasan dalam draft ini (Tim Tujuh 1983) mem-
punyai persamaan dengan gagasan-gagsan Kiai Achmad Siddiq, Masalah Pancasila sebagai asas tunggal merupakan batu uji
tetapi lebih menekankan kebutuhan akan berbagai aktifitas untuk nyata terhadap hubungan NU dengan pemerintah. Tuntutan peme-
meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi ummah, termasuk rintah telah menimbulkan berbagai kecurigaan kalau-kalau peme-
saran-saran yang lebih praktis untuk penataan kembali NU. Secara rintah akan menggantikan Islam dengan Pancasila. Sebelum Mu-
eksplisit Tim Tujuh mengemukakan perlunya redefinisi wacana nas, belum ada organisasi besar yang menerima asas tunggal.
keagamaan tradisionalis, yang meluas sampai ke masalah, misal- HMI, yang mengadakan kongres beberapa bulan sebelumnya, me-
nya, makna konsep ibadah. Tidak hanya aktifitas-aktifitas ritual se- nolak tuntutan asas tunggal, dan organisasi Islam lainnya menung-
perti shalat yang dikatakan ibadah, tetapi kerja-kerja sosial dan ka- gu dengan tegang apa yang akan dilakukan NU, mungkin dengan
ritatif pun juga merupakan bentuk Ibadah yang harus dilaksanakan harapan NU akan mengambil sikap tegar, sebagaimana sikap yang
(Tim Tujuh 1983:10). Rumusan ini nampak memberikan pan- diambilnya beberapa tahun sebelumnya terhadap program indok-
dangan keagamaan yang mendukung berbagai kegiatan pengem- trinasi Pancasila (P4). HMI mengirim surat ke Situbondo yang
127 128
meminta NU mengambil sikap yang tegar, dan ada juga surat tegas menunjukkan loyalitas NU.
serupa dari ulama Madura.
Sebenarnya tuntutan asas tunggal mungkin sudah ditolak oleh
para ulama NU seandainya tidak ada sebuah rumusan kompro- ________________________________________________________
mistis yang telah diolah oleh Kiai Achmad Siddiq. Gagasan untuk ____________
menerima Pancasila sebagai sebuah simbol bangsa dan negara ________________________________________________________
Indonesia, sementara pada saat yang sama menegaskan bahwa NU ____________
berpegang kepada penafsiran Islami terhadap kelima sila Pancasila
dan akan menjaga terhadap penyimpangan interpretasi dan pene- 1. Sjaichu yang kecewa ini sama banting stir dari politik praktis ke
rapannya Sebelum Munas, Kiai Achmad menemui Soeharto, dan dakwah (sebagaimana
sudah mengetahui bahwa rumusannya dapat diterima para ulama yang dia anjurkan agar dilakukan NU sebelumnya). Dengan
di Situbondo membiarkan dirinya dibujuk oleh Kiai Achmad, me- dukungan dana dari Saudi Arabia,
rasa puas dengan rumusannya yang memberikan jaminan yang cu- dia mendirikan sebuah organisasi da'i, Ittihadul Muballighin, yang
kup bagi identitas Islam NU. Resolusi yang disepakati oleh Munas memperoleh banyak
berbunyi bahwa, "Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Re- anggota. Banyak para pemimpin NU yang memandang organisasi
publik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan aga- ini sebagai saingan serius
ma, dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan atas organisasi mereka sendiri.
agama", bahwa sila pertama Pancasila mencerminkan konsep
Islam tentang Tauhid (karena itu secara implisit menolak usulan 2. Wawancara dengan Fahmi D. Saifuddin 17 Juni 1993.
penerimaan Aliran Kepercayaan), dan bagi NU Islam terdiri dari
aqidah dan syari'ah, yang mencakup hubungan antar-manusia dan 3. Baik Abdurrahman Wahid maupun Fahmi Saifuddin menolak
juga hubungan antara manusia dan Tuhan.13 dikatakan terlibat dalam kudeta ini.
Muktamar 1984 mengadakan penyesuaian anggaran dasar or- Namun, anggota kelompok yang lain dr. Muhammad Thohir dari
ganisasi. Kalau anggaran dasar sebelumnya Islam merupakan asas Surabaya (keponakan Kiai Achmad
dan Pancasila serta UUD 45 sebagai "landasan perjuangan", maka Siddiq) Kiai As'ad ke Jakarta sebagai dokter pribadinya.
anggaran dasar yang baru sebagaimana mestinya menjadikan Pan-
casila sebagai asas tunggal tetapi segera diikuti dengan kalimat 4. Sulit menentukan seberapa penting pengaruh pengurangan
bahwa NU adalah organisasi keagamaan yang beraqidah Islam patronase dalam pengambilan keputusan
menurut faham Ahlussunnah wal Jama'ah dan mengikuti salah sa- untuk memaksa Idham mengundurkan diri ini. Kiai As'ad sejak awal
tu mazhab empat. Penyesuaian ini tampaknya tidak menunjukkan muktamar ke-25 tahun 1971
perubahan besar dalam makna. (Orang bisa berkata, barangkali, meminta agar Idham turun tetap tidak berhasil, dan dia
bahwa kata asas secara implisit didefinisikan untuk menjaga Islam meninggalkan muktamar 1979 dengan
tetap berada di tempat yang sentral). Yang lebih penting adalah muak ketika Idham terpilih kembali (Mochtar 1W)9: 149-50.
tambahan yang dibuat dalam paragraf tentang tujuan organisasi; Alasan-alasan ketidaksenangannya
tujuan-tujuan ini direalisasikan di dalam wadah negara kesatuan kepada Idham, konon, sebagian besar karena sesuatu yang bersifat
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Un- pribadi. Salah satu sumber
dang Dasar 1945.14 Penolakan implisit terhadap cita-cita negara Is- saya yang banyak tahu menyatakan bahwa Kiai As'ad sangat marah
lam ini dialamatkan kepada kekhawatiran pemerintah dan secara kepada Idham karena ketakber-
129 130
sediaan atau ketakberhasilannya mendapatkan tender-tender untuk mengucapkan pendapat ini. Kiai As'ad sudah bertemu dengan
para usahawan pendukungnya. Soeharto beberapa kali
sebelumnya, dan selalu berusaha memberikan nasehat yang
5. Machfoezh 1983: 294-317: Soebagijo 1982: 235-9; Yusuf et. al. bijaksana kepada presiden.
1983: 81-117. Berbagai
statemen saling bertentangan yang diberikan kepada pers (Lihat van 8. Namun sikap di kalangan penguasa terhadap kelompok Idham
Dijk 1983: 230-46) rupanya agak terbelah. Menteri Aga-
memperlihatkan bagaimana situasi ketidakpastian terus berlangsung ma, MunawirSjadzali, pada mulanya mendorong dilaksanakannya
dalam waktu yang lama. Munas dan rapat paripurna de-
Kekuatan penggerak utama di belakang keputusan Idham untuk syarat bahwa keduanya akan berupaya untuk menciptakan
mencabut kembali pengunduran rekonsiliasi dengan kelompok lain.
dirinya politisi yang berbasis di Jombang, tentangnya akan Dan intelijen polisilah yang melarang rapat di Jakarta. Lihat laporan
dibicarakan lebih jauh dalam dalam Tempo, 3,10 dan
bab 5. 17 Desember 1983.

6. Lihat laporannya dalam Tempo, 5 Januari 1984. Anwar Musaddad 9. PBNU 1985a: 44; kutipan sebelumnya ibid: 39. Cetak miring oleh
dan Ali Yafie adalah sekutu penulis.
paling dipercaya Idham di Syuriyah; Idham Chalid menjadikan
sekutu ketiganya, Aminuddin 1O. Upaya-upaya ini akan dibicarakan dalam bab 8.
Aziz, sebagai sekretaris Syuriyah, dan Chalid Mawardi sebagai
Sekretaris Jenderal 11. Peserta lainnya adalah Asip Hadipranata, Tolchah Hasan, H.M.
Tanfidziyah. Sekutu lainnya di Tanfidziyah adalah Imam Sofwan Munasir, Sjaiful Mudjab,
dan Nuddin Lubis. Anggota Umar Basalim, Cholil Musaddad, Ghaffar Rahman, Mohammad
pengurus yang lainnya yang secara samar-samar dibersihkan oleh Ichwan Syam, Musa Abdillah,
Idham adalah nama-nama yang Musthofa Zuhad, Danial Tanjung, dan A Bagdja (lihat Tim Tujuh
terkenal: Kiai Ali Ma'shum, Kiai Rodi Sholeh, Munasir, Chamid 1983:22). Kebanyakan mereka
Widjaja, Masjkur, Saifuddin adalah temannya Abdurrahman Wahid dan manainkan peranan-
Zuhri, Imron Rosjadi, Jusuf Hasjim, Abdurrahman Wahid, Mahbub peranan menentukan dalam tahun-
Djunaidi, M. Zamroni dan tahun kemudian.
Chalik Ali.
12. Anggota Tim Tujuh ini adalah: Abdurrahman Wahid, ZAmroni,
7. Islam wajib menerima Pancasila, dan haram hukumnya bila Said Budairy, Mahbub Djunaidi,
menolaknya. Sila pertama itu Fahmi Saifuddin, Danial Tanjung dan A. Bagdja, semuanya adalah
selaras dengan doktrin tauhid dan Qulhuallah Ahad. Dikutip dalam orang muda yang menetap di
Tempo, 15 Oktober 1983, Jakarta. Musthofa Bisri tidak menjadi anggota Tim ini, tetapi
dalam sebuah laporan tentang sebuah audiensi dengan Soeharto memberikan sumbangan penting
dimana Kiai As'ad kembali kepada gagasan yang dirumuskan dan implementasinya kemudian.

131 132
13. Teks lengkap dalam Nahdlatul Ulama 1985a :36-7 dan Sitompul duta besar untuk Syiria beberapa bulan sebelum muktamar dise-
1989 :209-11. lenggarakan. Hal ini membuat Abdurrahman Wahid hampir dapat
dipastikan akan terpilih.
14. Lihat Nahdlatul Ulama t.t. dan 1985b. Sebuah kesepakatan tentang prinsip penyusunan pengurus su-
dah disepakati sebelum muktamar dimulai. Untuk mencegah terja-
MENGISI KEKOSONGAN: ACHMAD SIDDIQ DAN dinya hal-hal yang di luar dugaan pada saat muktamar, para nego-
ABDURRAHMAN WAHID TAMPIL DI PUNCAK siator sepakat bahwa pengurus baru tidak akan dipilih melalui pe-
KPPEMIMPINAN NU mungutan suara secara langsung oleh para utusan muktamar, tetapi
dipilih oleh sebuah tim ulama senior, yang diketuai oleh Kiai
Setelah Munas Situbondo, yang sangat berhasil dari sudut pan- As'ad. Gagasan Kiai Achmad Siddiqlah yang menjuluki tim pe-
dang pemerintah, kelompok Situbondo membuat beberapa gerak- milih ini ahlul halli wal aqdi ('mereka yang meluruskan dan me-
an konsiliasi dengan pemerintah. Mereka bahkan, mungkin karena nyelesaikan masalah", sebuah istilah dalam teori politik Islam tra-
inisiatif "para pembaru", mengambil langkah yang tidak pernah disional), yang membuatnya kedengaran sebagai prosedur yang
ada sebelumnya dengan mengundang pimpinan Angkatan Bersen- benar-benar sejalan dengan Islam.15 Kiai Achmad Siddiq pulalah
jata, termasuk Panglima ABRI yang beragama Katolik, Benny yang menjelaskan prosedur ini di hadapan peserta muktamar, sam-
Moerdani, ke pesantren di Jawa Timur, dengan harapan akan bil menambahkan bahwa Kiai As'ad, karena yang paling senior di
mengakhiri kecurigaan yang lama diidap Angkatan Bersenjata ter- antara
hadap Islam pedesaan dan NU. Ini terjadi hanya beberapa minggu mereka semua, adalah yang paling pantas dipilih sebagai ahl halli
setelah pasukan tentara menembaki kerumunan Muslim yang ma- halli wal aqdi; kedua usulan ini dterima secara akla-
rah di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, atas perintah langsung, masi. Muktamar mendelegasikan kepada Kiai As'ad, yang diban-
sebagaimana dipercayai kebanyakan orang, dari Benny Moerdani tu enam orang ulama senior lainnya, tugas untuk membentuk pe-
sendiri. Ada kedongkolan, di luar dan di dalam NU, terhadap per- ngurus besar.
lakuan yang ramah terhadap seseorang yang dipandang sebagai Di dalam kelompok kecil ahlul halli wal aqdi ini pun, kebe-
ratan-keberatan terhadap pribadi Abdurrahman Wahid harus dise-
'musuh Islam' ini; tetapi rasa lega bahwa tentara tidak lagi me- lesaikan terlebih dahulu. Banyak di antara para kiai yang lebih
mandang NU sebagai musuh potensial lebih mnyebar luas. konservatif merasa khawatir terhadap berbagai gagasan kontro-
Negosiasi-negosiasi antara berbagai faksi dan penguasa, me- versial yang sering dilontarkannya, terhadap hubungannya yang
ngenai komposisi pengurus yang akan dipilih pada muktamar dila- akrab dengan orang-orang Kristen, peranannya sebagai ketua De-
kukan selama 1984. Abdurrahman Wahid memainkan peranan wan Kesenian Jakarta. Lagi-lagi, Kiai Achmad Siddiqlah yang
kunci dalam berbagai negosiasi ini. Idham Chalid, yang masih berhasil membuat mereka mau menerimanya, dengan mencerita-
memegang kesetiaan banyak cabang NU, terutama di luar Jawa, kan kepada para koleganya tentang sebuah mimpinya di mana al-
setuju tidak lagi mencalonkan diri untuk menjadi ketua umum, de- marhum Kiai Wahid Hasjim menampakkan diri, sedang berdiri di
ngan syarat sejumlah sekutunya (seperti Anwar Musaddad, Ali belakang mimbar muktamar dan memegang sebuah tongkat di ta-
Yafie dan Chalid Mawardi) diberi posisi-posisi penting dalam ke- ngannya. Kiai Machrus Ali, seorang kiai sepuh yang semula me-
pengurusan baru. Pemerintah sekali lagi memperlihatkan sikapnya nentang pemilihan Abdurrahman Wahid, serta-merta menafsirkan
yang lebih mendukung Situbondo sebagai tempat penyelenggaraan mimpi ini sebagai pertanda bahwa Wahid Hasjim menginginkan
muktamar, dan menjadikan teman Idham, Chalid Mawardi, yang puteranya menjadi pemimpin NU sekarang, dan dia akan melin-
pada saat itu merupakan seorang calon kuat ketua umum, sebagai dungi dan membantunya. Para koleganya sepakat, dan sejak saat
133 134
itu Abdurrahman Wahid mendapatkan dukungan dengan suara bu- berbagai wilayah "untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan
lat.16 kembali ke khittah". Pesannya sangat sederhana: warga NU tidak
Kiai As`ad memilih, sebagaimana disepakati sebelumnya, Ab- lagi wajib memilih PPP. Golput atau merusak kertas suara dinya-
durrahman Wahid dan Kiai Achmad Siddiq sebagai ketua umum takan haram, tetapi setiap warga sejak saat itu bebas memutuskan
dan Rois Aam baru. Beberapa anggota kelompok pembaru muda mana di antara ketiga kontestan pemilu yang dia dukung.19
lainnya diberi posisi kunci dalam kepengurusan: Mahbub Djunaidi Implementasi keputusan Situbondo sangat menyedihkan bagi
dan Fahmi Saifuddin menjadi wakil ketua Tanfidziyah; Said Bu- para pemimpin NU pada tingkat cabang dan wilayah yang sudah
dairy wakil bendahara, Kiai Sahal Mahfudh dan Tolchah Hasan menjadi anggda DPRD. Mereka harus memilih antara melepas-
menjadi Rois Syuriyah.17 Namun faksi Idham Chalid jauh lebih kan posisi mereka di kepengurusan NU cabang atau wilayah atau
sedikit daripada yang telah disepakati. Rupanya Kiai As`ad yang menarik pencalonan diri mereka. Banyak di antara mereka yang
cerdik itulah yang pada saat-saat terakhir mencoret calon-calon merasa kepentingan pribadi dan politik mereka terhambat akibat
yang diunggulkan Idham dari daftar, dan menggantikannya de- adanya pemutusan hubungan dengan masa lalu ini. Sebagian de-
ngan orang yang lebih disukainya.18 Dari faksi Idham, hanya Ali ngan begitu saja menolak mematuhinya. Dimana keputusan Situ-
Yafie yang tetap menjabat di Syuriyah sebagai salah satu Rois, Id- bondo benar-benar di berlakukan, sebagaimana yang terjadi di
ham sendiri diberi posisi sebagai Mustasyar (penasehat), satu posi- Jombang misalnya, terjadilah perpecahan di kalangan pemimpin
si yang tak mempunyai pengaruh nyata. NU.20
Sebagai akibatnya, NU terus dilanda konflik faksi selama be- Di pihak lain, keputusan Situbondo juga berarti para kiai atau
berapa tahun berikutnya. Faksi Idham benar-benar merasa tidak usahawan yang ingin memperbaiki hubungan dengan pemerintah
puas, dan kelompok ini menarik kelompok-kelompok lain yang setempat dapat, jika mereka menginginkannya, secara terbuka me-
karena satu atau lain alasan tidak menyetujui keputusan Situbondo. milih Golkar dan bahkan ikut serta dalam kampanye -asalkan me-
Kelompok Situbondo pun segera terlihat jauh dari homogen, reka bukan anggota pengurus NU. Beberapa kiai terkemuka me-
dan dilanda konflik-konflik. Hubungan antara Abdurrahman dan mang menyatakan diri mendukung Golkar dan ternyata serta merta
orang-orang yang ditunjuk Kiai As'ad di dalam Tanfidziyah, se- diberi begitu banyak hadiah. Netralitas politik NU cenderung me-
bagaimana akan kita lihat di bawah, memburuk dalam waktu sing- nguntungkan Golkar.
kat, dan secara berangsur-angsur mengakibatkan PBNU akhirnya Abdurrahman Wahid sendiri menghadiri pengajian yang dise-
benar-benar lumpuh. lenggarakan oleh Golkar dan PDI. Banyak yang memandang ini
lebih dari sekadar memperlihatkan netralitas tetapi sama dengan
PERKEMBANGAN DI ANTARA DUA MUKTAMAR: kampanye melawan PPP, dan istilah "penggembosan" diciptakan
AMBIVALENSI TERHADAP POlITIK untuk itu. Beberapa pemimpin NU Jawa Timur bahkan berkam-
panye untuk mengalahkan PPP, dengan memberikan pengajian-
Pemilu 1987 menrpakan untuk pertama kalinya konsekwensi pengajian yang pesannya adalah: tidak ada kewajiban agama untuk
"kembali ke khittah 1926" diuji -dan dimana konflik-konflik baru memilih PPP. Sebagian melakukannya karena dendam terhadap
di dalam NU muncul kepermukaan. Pada pemilu sebelumnya, kepemimpinan Naro, dan yang lain mempunyai motif-motif priba-
para warga NU diperintahkan kiai mereka memberikan suaranya di untuk mendukung Golkar. Namun, rupanya masih ada alasan
untuk PPP. Bahkan para politisi NU yang sudah dicampakkan lain bagi penggembosan PPP. Dikemukakan bahwa pemerintah
Naro pun masih mendukung PPP pada pemilu 1982, mungkin menuntut para pemimpin NU untuk membuktikan organisasi ini
dengan rasa was-was. Namun, kali ini semuanya sangat berbeda. telah benar-benar meninggalkan cara-cara oposisional dan menjadi
Abdurrahman Wahid dan anggota PBNU lainnya berkunjung ke setia kepada pemerintah hanya pengurangan perolehan suara PPP
135 136
secara signifikan yang akan merupakan bukti meyakinkan.21 MPR.26 Penunjukan ini hampir tidak dapat ditolak tetapi sulit di-
Sebagian pemimpin NU Jawa Timur bahkan melakukannya damaikan dengan tekad NU untuk tidak terlibat dalam politik
secara berlebihan, sehingga lebih berdampak timbulnya ketegang- praktis, apalagi dia tidak punya banyak pilihan selain ikut berga-
an sosial daripada memberikan dampak yang diinginkan pemerin- bung di bangku Golkar. Bisa dimengerti, ini memperkuat kebe-
tah. Setelah adanya keluhan dari PPP, penguasa militer turun ta- ratan faksi PPP di NU terhadap kepemimpinan barunya. Dirasa-
ngan dan melarang 88 orang NU memberikan pengajian selama kan bahwa perdebatan tentang Khittah dan implikasi-implikasi po-
masa kampanye.22 Pihak militer mungkin juga, sebagaimana dike- litiknya harus dibuka kembali.
mukakan pada saat itu, mempunyai kepentingan untuk mencegah
terjadinya pelemahan yang terlalu serius terhadap kekuatan non- MUNAS CILACAP
Golkar di DPR.23 Para anggota NU yang masih setia kepada PPP
benar-benar pusing dengan adanya kampanye ini. Bagi mereka hal Kesempatan untuk berdebat itu disediakan deh Munas NU
itu tidak lain dari perapuhan kekuatan politik umat Islam secara Nopember 1987 (yakni, di antara walau pemilu 1987 dan sidang
sengaja. Para kiai Madura hampir serentak menyatakan bahwa umum MPR). Sejumlah mantan politisi NU sudah bersiap-siap
mereka tetap mendukung PPP. Kiai As'ad kiai Madura paling melakukan serangan pribadi terhadap Abdurrahman Wahid, yang
senior, menurut laporan memprotes bahwa keputusan Situbondo -menurut pikiran mereka- telah menyebabkan NU kehilangan ke-
tidak pernah berarti perubahan dalam loyalitas partai. kuatan politiknya dan dijual ke Golkar. Mereka bermaksud me-
Pengkritik yang paling vokal adalah Kiai Syansuri Badawi, nurunkannya dari jabatan -kalau perlu dengan menuntut diadakan-
salah seorang guru senior di Tebuireng dan calon PPP di DPR.24 nya muktamar luar biasa. Mereka didorong oleh Kiai As'ad, yang
Dalam sebuah serangan yang tersebar luas terhadap Abdurrahman merasa tidak puas kepada Abdurrahman Wahid karena alasan-
Wahid dan pendukungnya, dia menyatakan bahwa sebagai umat alasan lain.27 Serangan dipimpin oleh wakil ketua I, Mahbub Dju-
Islam warga NU tidak punya pilihan kecuali memberikan suaranya naidi, yang bersekutu dengan Kiai As'ad dan Kiai Masjkur.28
kepeda partai Islam satu-satunya, PPP.25 Umat Islam luar NU Mahbub Djunaidi sejak awal memang sudah menentang depoliti-
yang taat, termasuk banyak di antaranya yang memandang rendah sasi NU. Dia terlibat aktif dalam penggembosan PPP, tetapi dia
kepemimpinan Naro, melontarkan cemooh yang bertubi-tubi ke- bersikeras bahwa NU harus memainkan peranan politik, mungkin
pada Abdurrahman Wahid karena dia dipandang mengkhianati ke- sebagai partai politik independen lagi. Masjkur menyuarakan kritik
pentingan-kepentingan umat Islam. yang sama dengan kritik Kiai As`ad, sambil menambahkan bahwa
Pengaruh penggembosan NU atas perolehan PPP dalam pemi- pengurus nampaknya tidak mampu menjalankan keputusan karena
lu ternyata dramatis. Pada tiga pemilu sebelumnya, suara umat Is- adanya friksi internal. (Ini tentu saja benar: hubungan Abdurrah-
lam tetap kurang lebih stabil. Pada 1971 keempat partai Islam man Wahid dengan Sekretaris Jenderalnya, Anwar Nurris, yang
memperoleh 27,1 % (dua pertiga diantaranya untuk NU), pada ditunjuk deh Kiai As`ad itu, sangat buruk dan PBNU benar-benar
1977 pun ada pertambahan tipis menjadi 27,8 % dan pada 1982 lumpuh).
turun sedikit menjadi 27,8%. Namun, pada 1987, perolehan PPP Namun, Abdurrahman Wahid masih didukung oleh kiai senior
menurun menjadi 16 %. Di Madura yang kiainya tetap mendu- semacam Kiai Ali Ma'shum dan Kiai Achmad Siddiq, dan mere-
kung PPP, perolehan PPP tetap stabil; tetapi di beberapa bagian ka semua efektif mencegah terjadinya tantangan terbuka terhadap
Jawa Timur penurunannya bahkan lebih dramatis lagi daripada posisi Abdurrahman Wahid pada Munas tersebut. Pembicaraan
penurunan secara keseluruhan. mengenai politik, juga, berakhir dengan kemenangan duet Wahid-
Setelah pemilu, Abdurrahman Wahid berada pada posisi yang Siddiq. Mahbub Djunaidi dan para politisi lainnya mendesak kalau
serba-salah ketika pemerintah menunjuknya sebagai anggota tidak kembali menjalin hubungan dekat dengan PPP maka NU
137 138
sendiri harus menghadirkan dirinya kembali sebagai partai politik an kepada semboyan Orde Baru, mereka yang hadir secara impli-
independen. Walaupun tidak ada halangan dalam Undang-Undang sit mengkritik ketimpangan pembangunan ekonominya dan peng-
Dasar 1945 bagi alternatif kedua ini, pemerintah jelas tidak akan abaiannya terhadap golongan ekonomi lemah. Munas ini meng-
pernah menyetujui pembalikan proses penyederhanaan kehidupan usulkan dilakukannya pendekatan bawah-atas, dukungan kepada
politik yang telah berjalan. Para politisi tidak mendapat banyak du- sektor informal dan pengendalian agar tidak terjadi ketimpangan
kungan atas usulan-usulan mereka, dan Munas menyepakati bah- yang menyolok, dan menegaskan bahwa pesantren juga harus me-
wa NU harus diarahkan oleh keputusan Situbondo, sehingga se- mainkan peranan dalam pengembangan masyarakat.29
makin memperkuat legitimasi duet Wahid-Siddiq.
Munas juga memberikan dukungan lebih jauh kepada bebe- PMECATAN NARO
rapa gagasan baru yang dikemukakan oleh Kiai Achmad Siddiq
dan Abdurrahman Wahid. Keduanya sudah lama ingin memecah Sidang MPR tahun 1988 menarik diamati karena ada kejadian
isolasi budaya NU dan mendesak agar dijalin hubungan yang lebih yang kemudian mempunyai dampak terhadap hubungan antara
baik dengan kelompok-kelompok Islam lainnya dan juga, yang le- NU dan PPP. Selama sidang ini berlangsung, Ketua Umum PPP,
bih menarik, dengan para pemeluk agama-agama lain. Penolakan Naro, menampilkan dirinya sebagai seorang calon wakil presiden,
mereka terhadap cita-cita negara Islam dan penerimaan atas Pan- walaupun Soeharto sudah menyatakan bahwa dia menginginkan
casila tidak hanya merupakan konsesi-konsesi politik yang berguna Sudharmono. Naro, nampaknya ditekan untuk berbuat demikian
tetapi berakar dalam pengakuan bahwa Indonesia adalah sebuah oleh patronnya Benny Moerdani, yang pada waktu itu dalam kon-
masyarakat yang plural. Kiai Achmad Siddiq mengemukakan flik yang hampir terbuka dengan Soeharto. Walaupun Naro mena-
dalam Munas ini berbagai konsep ukhuwah Islamiyah (Persauda- rik kembali pencalonannya sebelum dilakukan pemungutan suara,
raan sesama muslim). Biasanya, konsep ini, yang mirip eokumeni- tindakan tersebut benar-benar menyinggung perasaan Soeharto,
kalisme dalam dunia Kristen, dimaksudkan merujuk kepada cita- dan kejadian ini menandai akhir dari karier politiknya.
cita terjalinnya hubungan yang harmonis dan saling menghormati Pada Muktamar PPP yang kedua, Agustus 1989, tidak ada la-
diantara berbagai kelompok umat Islam. Upaya Kiai Achmad gi campur tangan pemerintah untuk memenangkan Naro sebagai-
Siddiq untuk memperbaiki hubungan dengan saingim lama, Mu- mana pada Muktamar pertama, lima tahun sebelumnya. Tanpa ba-
mmadiyah, misalnya, diterima sebagai sesuatu yang sangat ber- nyak cingcong dia diberhentikan dari kepengurusan. Sebagai peng-
guna bagi ukhuwah Islamiyah. Pada tahun-tahun terakhir ini dia gantinya dipilihlah seorang politisi asal Aceh, Ismail Hasan Meta
telah menjabarkan konsep ini dengan menambahkan dimensi baru reum, seorang yang kurang ambisius dibandingkan Naro tetapi ter-
dan lebih luas dalam wujud "persaudaraan kebangsaan" (ukhuwah kenal karena kelurusannya. Ismail dan kebanyakan tokoh yang
wathaniyah) dan "persaudaraan kemanusiaan" (ukhuwah basyari- terpilih adalah orang-orang dari faksi Muslimin Indonesia. tetapi
yah). Kedua konsep ini lebih menjamin adanya keterbukaan dan posisi penting sebagai sekretaris jendral diberikan kepada orang
toleransi kepada kalangan non-Muslim Indonesia serta adanya ke- NU, Mathori Abdul Jalil.30
pedulian kepada isu-isu yang lebih global daripada parokhial (lihat Sejak saat itu, PPP berusaha membujuk anggota NU kembali
Siddiq 1985). Para ulama yang hadir dalam Munas ini menerima yang telah memisahkan diri karena manipulasi yang dilakukan
seluruh gagasan yang dikemukakannya. Naro dan keputusan Situbondo. Hilangnya Naro jelas disambut
Kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat, yang merupa- dengan senang hati oleh anggota NU yang tidak dapat menerima
kan alternatif utama terhadap politik praktis, yang dipelopori oleh pemisahan NU dari PPP, dan ingin mempersatukannya kembali.
Abdurrahman Wahid dan rekan-rekannya, juga mendapatkan du- Situasi baru yang muncul setelah muktamar PPP, kata mereka,
kungan lebih jauh pada Munas ini. Sembari memberikan dukung- membenarkan perlunya mempertimbangkan kembali keputusan
139 140
Situbonodo, atau paling tidak penerapan yang agak ketat terhadap prosedur demokrasi.
prinsip yang melarang para anggatanya memegang jabatan rang-
kap di dalam keduanya. Kesempatan berikutnya untuk membahas 16. Harian Kompas, 13 Desember 1983; Marijan 1992: 156.
masalah ini adalah muktamar NU ke-28, diadakan pada Nopem- Peristiwa-peristiwa "mistis'
ber 1989, di Krapyak, Yogyakarta. semacam ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kultur NU dan
Semua penentang keputusan Situbondo, atau para tokohnya memainkan peranan
yang dipilih, menggalang kekuatan mereka menghadapi muktamar penting dalam memberikan legitimasi. (Tentu saja, hal-hal
Krapyak, dan begitu juga para pendukung Abdurrahman Wahid semacam ini tidak dapat
dan Kiai Achmad Siddiq. Dalam lima tahun sejak Muktamar Situ- diterima di kalangan modernis, yang bersikeras bahwa tidak ada
bondo telah diperlihatkan bagaimana keputusan-keputusan tersebut kontak yang mungkin
dilaksanakan dalam praktek, dan Abdurrahman Wahid telah men- terjadi dengan orang yang sudah meninggal dunia). Kebanyakan
jadi tokoh yang tidak mungkin tidak menjadi pokok pembicaraan. kiai benar-benar
Muktamar Krapyak harus memutuskan apakah NU akan menerus- percaya bahwa peristiwa-peristiwa "paranormal" seperti ini
kan depolitisasi drastisnya atau memperlukannya, apakah mendu- memang terjadi, dan banyak
kung kebijakan-kebijakan yang diperjuangkan dan dirintis oleh yang mengaku mengalaminya sendiri. Namun, dalam kejadian-
Abdurrahman Wahid dan Kiai Achmad Siddiq atau ingin membe- kejadian tertentu mereka
lokkan NU ke arah lain, apakah akan memilih dan kembali mem- sama skeptisnya dengan pengamat Barat. Beberapa orang secara
berikan mandat kepemimpinan kepada mereka atau, karena pemi- pribadi meragukan
sahan diri para kiai semacam Kiai As'ad, menindak atau memecat apakah Kiai Achmad benar-benar bermimpi demikian.
Abdurrahman Wahid.
17. Kita masih menemukan anggota Majlis-24 dalam beberapa posisi
yang kurang penting dari
keseluruhan pengurus Syuriah dan Tanfidziah yang berjumlah 45
________________________________________________________ orang, 12 orang di
_____________ antaranya adalah dari Majlis-24.
________________________________________________________
_____________ 18. Ini paling tidak menurut cerita Abdurrahman Wahid, yang
mengaku terkejut ketika mendengar
15. "Ahlul halli wal aqdi" adalah istilah hukum Islam yang digunakan nama-nama pengurus baru yang diumumkan oleh ahlul hall wal
untuk 'aqdi. Kelompok Idham lama
mereka yang terpilih sebagai orang yang dipercaya masyarakat mencurigai dirinya berkomplot dengan Kiai As'ad dalam
untuk mengambil melakukan perubahan saat-saat
keputusan (lihat entry: Ahl al-hall wal-'akd: dalam Encyclopaedia terakhir. Sepengetahuan saya, dan agak mengejutkan, tidak ada
of Islam). kata-kata yang bernada
Kiai Achmad Siddiqlah yang mengusulkan digunakannya institusi menjelek- jelekkan yang dilontarkan kepada Kiai Achmad Siddiq,
"Islami" ini, yang orang yang dalam beberapa
jelas lebih menjamin tercapainya hasil yang diinginkan kesempatan dengan terampil mampu menempatkan orang-oarang
dibandingkan jika melalui yang diinginkannya ke posisi-
141 142
posisi yang tepat.
25. PPP secara formal bukan lagi sebagai partai Islam. Muktamarnya
19. Sejak awal Juli 1986, Kiai Achmad Siddiq sudah mengeluarkan tahun 1984 telah menerima
fatwa yag menyatakan bahwa ber- Pancasila sebagai asas tunggalnya dan membuang semua rujukan
partisipasi dalam pemilu adalah wajib bagi semua warga NU kepada Islam dalam anggaran
(sebagai tindakan kesetiaan dasarnya.
kepada negara) tetapi menambahkan bahwa memberikan suara ke
PPP tidak wajib, dan memilih 26. Sidang Umum MPR biasanya diadakan pada tahun berikutnya
Golkar dan PDI tidak haram. setelah Pemilu dan mempunyai tugas
untuk memilih seorang presiden dan wakil presiden dan menyetujui
20. Konflik-konflik tingkat daerah di Jombang dibicarakan dalam bab -mungkin dengan beberapa
berikutnya. amandemen- Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). MPR
terdiri dari semua yang dipilih dan
21. Ini diakui pada waktu itu oleh Syafii Sulaiman, dan pemimpin NU yang ditunjuk (500) ditambah sejumlah anggota tambahan yang
Jawa Tmur. Lihat Marijan mewakili propinsi-propinsi
1992 :160-1. atau berbagai kelompok masyarakat yang jumlahnya setara, yang
secara langsung ditunjuk
22. Dalam retrospeksi, Abdurrahman Wahid seringkali disalahkan pemerintah atau DPRD I.
karena penggembosan ini, tetapi
orang-orang paling aktif sebenarnya adalah para pemimpin NU 27. Keberatan yang dinyatakan Kiai As'ad terhadap Abdurrahman
terakhir lainnya seperti Wahid berkaitan dengan perilaku
Mahbub Djunaidi, Jusuf Hasjim, Syafii Sulaiman, Hasyim Latif, dan pernyataannya yang kontroversial, seperti menjadi juri dalam
KH. Shobib Bisri dan festival film dm
KH. Imron Hamzah (kecuali yang pertama, semuanya orang Jawa mengatakan bahwa tidak harus ada kewajiban pendidikan agama di
Timur). Lihat Marijan sekolah-sekolah umum.
1992 :161-9. Orang-orang dalam menyatakan ada motif lain juga, seperti
penolakan Abdurrahman Wahid
23. Angkatan Bersenjata (sejak tahun 1987) diwakili oleh seratus memberikan tender-tender pemerintah kepada para klien kiai ini.
utusan di DPR (dari jumlah
keseluruhan 500 kursi), sementara itu seperempat utusan Golkar 28. Anggota lain dari koalisi anti-Wahid yang longgar antara lain
berasal dari kalangan Mujib Ridwan (orang
militer. Jika Golkar memenangkan 335 dari 400 kursi partai (yakni kepercayaan Kiai As'ad, anggota Syuriyah wilayah Jawa Timur)
84 %) maka sayap sipil Imron Rosjadi (Politisi tua,
akan menguasai mayoritas absolut dan dalam teori dapat aggota DPR dan mustasyar PBNU) dan Koen Sholehuddin (anggota
mengambil keputusan tanpa memerlukan Syuriyah Jawa Tengah dan
persetujuan militer. utusan PPP di DPRD I). Lihat mingguan Tempo dan Editor, 28-11-
1987.
24. Tentang peranan Kiai Syansuri Badawi, lihat juga bab berikutnya.
143 144
29. Keputusan-keputusan Munas ini diterbitkan dalam PBNU 1988. dan mengembalikannya ke tangan para ulama. Munas Situbondo
Upaya-upaya NU dalam pengem- menegaskan bahwa kekuasaan tertinggi NU berada di tangan Syu-
bangan masyarakat akan dibicarakan dalam bab 8 buku ini. riyah, yang mempunyai hak, jika perlu, memecat pengurus Tanfi-
dziyah.
30. Lihat laporan tentang Muktamar PPP ini dalam Tempo, 9 Di antara para ulama NU kita menemukan orang Banjar,
September 1989 dan Haris 1991 :81-90. Mandailing, Sunda, Madura, Bugis, Sasak, dan Jawa, tetapi jelas
Komposisi pengurus yang dipilih pada muktamar 1984 dan 1989 bahwa yang terakhir inilah yang dominan -secara kultural mau-
diberikan dalam Marijan pun jumlah. Hanya di Jawa Tengah dan Timur (termasuk Ma-
1992:192. Jumlah wakil MI pada kepengurusan tahun 1989 yang dura) serta di Kalimntan Selatan NU memiliki massa pengikut
terdiri dari 17 orang turun yang sebenarnya, sebagaimana ditunjukkan pada Pemilu 1955 dan
dari 9 menjadi 6, dan NU naik dari 5 menjadi 6 orang. 1971.1
Berkali-kali terjadi ketegangan di tubuh NU antara anggota
BAB 5 yang Jawa (termasuk Madura) di satu pihak dan bukan Jawa di pi-
AKAR SOSIAL NU hak lain. Anggota luar Jawa tidak puas dengan peranan pinggiran
PESANTREN DAN TAREKAT yang dimainkan para ulama bukan-Jawa di dalam organisasi ini.
Beberapa ulama terkemuka Sunda, seperti almarhum Abdullah bin
DALAM bab-bab terdahulu kita telah mengikuti berbagai per- Noeh dari Bogor, ternyata meninggalkan NU pada 1950-an karena
kembangan dalam tubuh NU yang sebagian besar dilihat dari pers- ketidaksenangan mereka dengan bias Jawanya yang kuat.2 Orang
pektif Jakarta, yang memusatkan perhatian kepada kehidupan po- non-Jawa yang berhasil mencapai posisi tinggi di NU pada umum-
litik tingkat nasional. Karena pengunduran diri Idham Chalid seca- nya adalah politisi dan bukan ulama; demikianlah misalnya Zainul
ra paksa dan keluarnya NU dari PPP seringkali diinterpretasikan Arifin dan Nuddin Lubis, keduanya orang Mandailing (Sumatera
dalam kaitannya dengan konflik antara para kiai yang berbasis di Utara) dan Idham Chalid, orang Banjar.3 Perkecualian yang me-
pesantren dan politisi yang berbasis di Jakarta, dalam bab ini saya nyolok adalah Ali Yafie, yang lama bercokol di Syuriyah dan
akan mengalihkan fokus perhatian dan menyoroti perkembangan- menjadi wakil Rois Aam peda 1989. Dia bearasal dari Sulawesi
perkembangan yang sama dari perspektif pesantren. Akan menjadi Tengah tetapi diakui oleh para kiai Jawa sebagai ulama NU yang
jelas bahwa memang ada konflik antara kiai dan politisi sebagai sangat berilmu.
tipe-tipe ideal (ideal types), tetapi dalam prakteknya konflik-kon- Walaupun konflik antara para kiai senior dan Idham Chalid se-
flik tersebut juga terjadi di dalam dan membelah dunia pesan- bagian tidak disebabkan oleh ketegangan-ketegangan yang ada an-
tren sendiri. tara Jawa dan non-Jawa, namun konflik ini tentu saja memperbu-
ruk ketegangan-ketegangan tersebut. Idham berasal dari Kaliman-
PESANTREN, KIAI DAN NU tan Selatan, dan kebanyakan sekutunya yang paling dekat adalah
orang luar Jawa.4 Dia pada umumnya dipandang mewakili orang-
Sekarang ini NU sudah mempunyai cabang di seluruh propinsi orang luar Jawa secara umum, dan karena alasan itulah dia didu-
di Indonesia, tetapi yang selalu menjadi basis riilnya adalah pe- kung oleh banyak cabang luar-Jawa ketika dia diserang oleh para
santren-pesantren yang ada di Jawa. NU didirikan sebagai sebuah kiai senior Jawa.
organisasi para kiai Jawa, dan penarikan diri dari politik praktis Di antara para kiai Jawa dan pesantren mereka sendiri juga
merupakan, antara lain, sebuah upaya mengambil organisasi ini masih terdapat urutan hirarkis dalam hal kharisma mereka di da-
dari tangan para politisi profesional yang telah mendominasinya lam NU. Kharisma kiai tergantung kepada kharisma ayah dan para
145 146
pendahulunya yang lain dan, kemudian, juga dipengaruhi kharis- yang akan terjadi ketika putri-putri kiai sudah begitu terdidik se-
ma gurunya. Kiai yang sangat terkemuka biasanya memiliki paling cara modern sehingga mereka menolak untuk dikawinkan dengan
tidak tiga atau empat ulama terkenal dalam silsilah keluarganya, seorang santri yang pendidikan umumnya lebih rendah.
dan beberapa mengakui mempunyai silsilah yang jauh lebih pan- Kelompok elite NU yang sebenarnya terdiri dari keluarga-ke-
jang lagi. Lebih dari itu, sebagian keluarga ulama yang lebih ter- luarga kiai yang relatif kecil jumlahnya, yang mengendalikan pe-
kemuka mengaku sebagai keturunan dari kalangan bangsawan ke- santren besar dan terkait satu sama lain melalui ikatan perkawinan
rajaan Jawa Islam.5 Kualitas pribadi seperti kedalaman pengetahu- dan guru-murid.6 Dalam kelompok elite ini, pesantren Jombang
an dan kekuatan karakter dapat menambah kharisma ini, tetapi ti- -lebih tepatnya, tiga dari empat pesantren besar yang ada di kota
dak mencukupi. Pada akhirnya, satu-satunya jalan bagi "orang Jawa Timur- memegang posisi yang dominan dalam hirarki NU,
awam" yang berilmu untuk dapat diakui sebagai kiai adalah de- yang menyediakan NU tiga Rois Aamnya yang pertama,7 Pesan-
ngan menjadi murid kesayangan seorang kiai, kemudian menjadi tren Tebuireng, yang didirikan Kiai Hasjim Asj`ari itu, mendudu-
menantunya dan akhirnya menjadi penggantinya. Ini bukanlah ke- ki peringkat tertinggi. Tambakberas adalah pesantren Kiai Wahab
jadian yang sangat langka, karena tidak semua kiai mempunyai Chasbullah (yang lebih sering berada di luar daerah), dan Kiai
anak laki-laki yang berminat atau mampu melanjutkan tradisi ke- Bisri Syansuri memimpin pesantren Denanyar. Walaupun para
luarganya dalam pendidikan agama. Seorang kiai yang tak mem- kiai ini mengajak para ulama terkemuka untuk bergabung mendi-
punyai anak laki-laki yang akan menjadi penerusnya akan lebih rikan NU, namun merekalah yang sepanjang hidupnya memegang
memilih putra kiai lain sebagai menantunya, tetapi kalau tidak ada wewenang moral tertinggi di organisasi ini.8
dia akan mengambil seorang santri yang cerdas dari kalangan Terdapat sebuah pesantren keempat terbesar di Rejoso, masih
awam yang dapat diharapkan menjadi penerusnya. di Jombang. Para kiainya adalah keturunan Madura dan sangat
Nampaknya, inilah perkembangan yang dalam jangka panjang berpengaruh di kalangan penduduk desa di Madura dan Jawa Ti-
akan menyebabkan runtuhnya ideologi dunia pesantren, yang me- mur sebagai guru-guru tarekat. Mereka kemudian bergabung ke
nekankan kharisma berdasarkan keturunan (walaupun kadangkala NU dan saling menjalin ikatan perkawinan dengan keluarga kiai
dapat dipindahkan). Ideologi ini pada puncaknya menampilkan ke- Jombang lainnya tetapi tidak pernah menduduki posisi pimpinan
luarga kiai benar-benar sebagai sebuah 'kasta' tersendiri --walau dalam organisasi ini. Kekecewaan tertentu atas predikat sebagai
pun diragukan apakah mereka pernah mendekati wujud kelompok peringkat kedua yang diberikan kepada Rejoso mungkin telah
tertutup semacam itu, kecuali untuk masa singkat di sekitar per- menjadi salah satu alasan kenapa kiai di sana, Kiai Musta'in
gantian abad ini. Hampir tidak ada kiai besar dari generasi terakhir Romli, meninggalkan NU dan bergabung dengan Golkar pada
dan sekarang yang memiliki anak laki-laki yang mempunyai ting- 1970-an. Pada saat itu, tindakannya dianggap tidak kurang dari
kat penguasaan pengetahuan agama yang dapat menyamainya, penghianaan terhadap NU, dan Tebuireng bereaksi dengan mela-
atau bahkan sekadar mempunyai minat kepada ilmu-ilmu agama kukan pembalasan yang sengit.9
sebagai disiplin ilmunya. (Di kalangan kiai dari tingkatan kedua Kharisma kiai dan pesantren lain dalam banyak hal ditentukan
atau ketiga hal ini nampaknya kurang menjadi masalah). Banyak oleh hubungan mereka dengan tiga pesantren besar di Jombang
kiai yang mengirim anak-anaknya ke sekolah umum dan bukan itu. Kiai Hasjim Asj'ari dan juga yang jauh lebih muda, Kiai
ke pesantren, dan kita menemukan lebih banyak anak kiai yang Wahab Chasbullah dan Kiai Bisri Syansuri pernah belajar kepada
menjadi dokter, ahli hukum dan usahawan daripada menjadi ula- seorang kiai 'aneh' dan sangat kharismatik, Kiai Kholil Bang-
ma. Mereka sangat tertarik kepada sisi "bisnis" pesantren, sehing- kalan, di Madura Barat (w.1925), yang masih jauh lebih dihormati
ga sisi "pengetahuan"-nya harus dipercayakan kepada menantu di sana dibandingkan para kiai lain (lihat Junaidi 1988). Akan
yang dipilih dengan baik. Orang mungkin bertanya-tanya, apa tampak bahwa nama harum kiai Kholil setelah wafatnya semakin
147 148
dijunjung tinggi karena kealiman para muridnya ini. Semua kiai Kiai Machfoezh. Dia berpengaruh di kalangan kiai Jawa Timur
yang dapat menunjukkan bahwa dia mempunyai hubungan dengan paling tidak sebagian karena ayah dan kakanya, sebagian mung-
Kiai Kholil akan dapat meraih kehormatan di lingkungan NU. kin juga karena hubungannya dengan Wahid Hasjim. Kiai Ach-
Pada 1980-an, Kiai As'ad Syamsul Arifin merupakan satu-satu- mad Siddiq pernah menjadi sekretaris pribadi Wahid Hasjim ke
nya murid kiai Kholil yang masih hidup, dan karena itu dianggap tika menjabat Menteri Agama. Para putra pendiri NU ini jelas
sebagai kiai yang paling dekat dengan para founding father, se- mendapat kehormatan berkat kharisma ayah mereka; dua orang
bagai adik seperguruan mereka. Dia berhasil memperkuat hu- Menteri Agama NU, Wahid Hasjim dan Wahib Wahab, adalah
bungan ini dengan menceritakan kepada wartawan sebuah cerita putra dari dua Rois Aam yang pertama. Wahid Hasjim meninggal
tentang bagaimana pada 1924 dan 1915, dia, sebagai seorang san- dalam usia muda dalam sebuah kecelakaan mobil; adiknya, Jusuf
tri senior, diutus kepada Kiai Hasjim Asj'ari oleh gurunya, Kiai Hasjim sekarang memimpin pesantren di Tebuireng (walaupun dia
Kholil, dengan pesan simbolik yang kemudian dipahami sebagai sendiri tidak ahli dalam ilmu agama) dan sejak lama menjadi se-
dorongan agar mendirikan sebuah organisasi ulama. 10 orang politisi terkemuka NU. Wahid Hasjim menikah dengan pu-
Murid Kiai Kholil lainnya, yang agaknya lebih tua, adalah tri sulung Kiai Bisri Syansuri, Solehah, yang kebetulan juga meru-
Kiai Ma'shum dari Lasem (Rembang, Jawa Tengah). Kiai Ma'- pakan orang yang sangat berpengaruh di lingkungan NU. Karena
shum ini berasal dari sebuah keluarga yang selama beberapa ge- itu, putra mereka, Abdurrahman Wahid, adalah cucu dari dua
nerasi telah melahirkan para ulama. Antara keluarganya dan ke- pendiri NU. Panggilan akrabnya, Gus Dur, mengingatkan kepada
luarga Kiai Hasjim telah lama terjalin hubungan erat, terlihat jelas hak keturunannya: "Gus" adalah panggilan untuk seorang putra
dalam hubungan timbal balik guru-murid. Kiai Ma'shum juga kiai (Dur tentu saja kependekan dari Abdurrahman). Berbeda de-
melanjutkan pendidikan dengan berguru kepada Kiai Hasjim Asj- ngan banyak keluarga lain, dia melengkapi pendidikan umumnya
'ari, dan menjadi kawan dekat dengan sebayanya, Kiai Wahab dengan belajar bahasa Arab dan fiqh, sehingga hampir tak terelak-
Chasbullah dan Kiai Bisri Syansuri. Putra Kiai Ma`shum, Kiai Ali kan dia akan naik ke posisi puncak di NU.
Ma'shum, menjadi kiai pesantren Krapyak, Yogyakarta, setelah
dipilih oleh pendiri pesantren tersebut, Kiai Munawwir, sebagai KRISIS DITUBUH NU DAN PBSANTREN: TEBUIRENG
menantu kesayangannya dan penggantinya (Mukhdlor 1989). Kiai
Ali Ma'shum terkenal sebagai orang yang benar-benar berilmu, Konflik di tubuh NU pada awal 1980-an telah ditafsirkan se-
dan standar pendidikan di pesantrennya diakui termasuk yang ter- cara berbeda-beda sebagai perbenturan kepentingan antara kiai di
tinggi; namun kharismanya di dalam NU lebih banyak disebabkan pesantren dan politisi profesional di ibukota (atau sama dengan,
oleh hubungan Lasem-Jombang daripada kelebihan pribadinya. antara Syuriyah dan Tanfidziyah), sebagai pencerminan dari kon-
Abdurrahman Wahid melanjutkan tradisi keluarga ini dan belajar flik antara Jawa dan non-Jawa dalam organisasi ini, sebagai kon-
bahasa Arab di pesantren Kiai Ali Ma`shum ketika dia mengikuti flik antara kelompok "akomodasionis" dan kelompok "radikal",
pendidikan menengah di Yogyakarta. Pada 1981 Kiai Ali Ma`- atau antara kalangan pembaru NU dan kalangan konservatif. Ma-
shum dipilih sebagai Rois Aam keempat, dan pada minggu-ming- sing-masing simplifikasi ini, dan juga model-model yang lebih
gu terakhir sebelum wafatnya dia menjadi tuan rumah muktamar canggih dimana sejumlah besar kelompok kepentingan dibeda-be-
1989 yang penting itu. dakan,11 mungkin mempunyai nilai heuristik dalam memunculkan
Teman sebaya para pendiri NU yang lain, walaupun bukan unsur-unsur tertentu dari dinamika ini. Tentu saja ada konflik yang
anggota pendiri, adalah Kiai Mohammad Siddiq dari Jember. Pu- sangat nyata di antara berbagai pasangan kelompok pertentangan
tranya, Kiai Machfoezh Siddiq, menjadi Ketua Umum PBNU pa- (pairs opponent) yang telah disebutkan. Namun, pasangan ke-
da 1930. Rois Aam kelima, Kiai Achmad Siddiq, adalah adik lompok pertentangan ini hanyalah sebagai tipe ideal, karena ketika
149 150
kita mencermatinya lebih dekat pada tingkat lokal, banyak hal nya, sebagaimana banyak kiai lainnya, dia pun mungkin meneri-
yang seolah-olah sudah jelas ini menjadi kabur kembali. Perseli- ma sedikit dana dari maskapai pelayaran KPM untuk setiap ang-
sihan di pesantren Tebuireng, sarang NU, yang diketahui banyak gota jamaahnya yang berangkat ke Jeddah untuk menunaikan iba-
orang, menunjukkan bagaimana pengelompokan-pengelompokan dah Haji ke Mekkah. Berbagai sumber pendapatan ini membuat-
di tingkat nasional membelah pesantren ini, dan bagaimana para nya mampu bukan hanya secara bertahap memperluas pesantren-
pesaing di dalamnya tidak dapat begitu saja dihubungkan dengan nya dan menambah bangunan-bangunan baru, tetapi juga untuk
pesangan kelompok persaingan di atasnya. membeli tanah-tanah di tempat lain.
Pesantren Tebuireng didirikan oleh Kiai Hasjim Asj`ari sekitar Tebuireng merupakan pusat simbolik dan ekonomi yang pen-
pergantian abad ini dan segera menjadi salah satu pesantren terbe- ting. Selama Kiai Hasjim Asj'ari masih hidup, seluruhnya masih
sar di Jawa. Ini adalah pesantren pertama di Jawa yang mengajar- terpusat di tangannya. Tetapi sepeninggalnya, dua kelompok yang
kan kumpulan hadits Shahih Bukhari dan Muslim, sebuah inovasi berbeda mengaku berhak atasnya. Keturunan dan kerabatnya
penting dalam kurikulum pesantren (lihat van Bruinessen 1990b). mungkin menganggap segalanya sebagai milik pribadi Kiai Ha-
Kursus intensif untuk mempelajari kitab-kitab ini diberikan setiap sjim, sementara staf pengajar seniornya mempunyai kepentingan
tahun pada bulan Ramadlan, dan kursus ini menarik peminat yang memandang pesantren sebagai lembaga swadaya yang memiliki
jauh lebih banyak dari santri biasa. Bahkan para kiai muda yang semua asset tersebut. Untuk mencegah terjadinya konflik dan me-
sudah memimpin pesantren sendiri pun akan datang unbuk mem- melihara pesantren, Kiai Hasjim Asj'ari telah mewakafkan seba-
perdalam pengetahuannya dalam salah satu kursus ini. Dalam bi- gian besar miliknya -pesantren dan bangunan-bangunannya serta
dang pembaruan pendidikan pun, pesantren Tebuireng mendahului kebanyakan tanahnya, untuk dikelola keturunannya. Harta yang
kebanyakan pesantren lainnya. Pada 1916 Kiai Hasjim mulai men- diwakafkan termasuk 12 ha sawah, yang ditanami oleh para pe-
jalankan pendidikan bergaya madrasah (yakni menggunakan bang- tani bagi hasil dan memberikan sumbangan yang tidak besar na-
ku dan membuat perjenjangan kelas) di samping sistem halqah mun tetap untuk pembiayaan pesantren. Namun, tidak semua mi-
tradisional, dan pada akhir 1920-an untuk pertama kalinya bebera- lik Hasjim Asj'ari diwakafkan, dan masih beredar desas-desus di
pa mata pelajaran umum ditambahkan di madrasahnya: membaca Jombang tentang dugaan keras adanya ketidakberesan. Desas-desus
dan menulis bahasa Melayu dengan huruf latin, aritmatika, geo- ini nampaknya bersumber dari kekecewaan sebagian staf pengajar
grati dan sejarah Indonesia.12 senior yang menganggap semuanya harus diserahkan kepada pe-
Kiai Hasjim Asj'ari mendanai pemeliharaan pesantrennya ter- santren. Konflik-konflik tersembunyi seperti ini, antara murid ke-
utama dengan mata pencaharian pokoknya sebagai pedagang, ke- sayangan beserta asisten kiai besar di satu pihak dan keturunannya
mudian dengan sumbangan-sumbangan dari para orang tua santri- di pihak lain, adalah sesuatu yang sangat umum terjadi, terutama
nya. Kiai Hasjim Asj`ari terkenal sebagai seorang pedagang yang apabila keturunannya tidak menguasai ilmu agama. Di Tebuireng
sangat berhasil, memperjualbelikan kuda di seluruh Jawa Timur. konflik tersembunyi ini, yang tidak pernah disebut secara terbuka,
Biaya formal pendidikan di pesantren sangat murah, tetapi ketika tentu saja merupakan salah satu faktor yang berperan menyulut
mengunjungi para putra mereka yang belajar di sana, para orang berbagai pertentangan pada pertengahan 1980-an.
tua bersalaman dengan kiai sambil menyelipkan sebuah amplop Sepeninggal kiai Hasjim Asj'ari pada 1947, pesantrennya di-
('salam tempel') yang isinya mungkin mencapai beberapa kali bia- pimpin oleh beberapa orang putranya dan seorang menantunya
ya pendidikan formal. Di samping itu, banyak keluarga NU yang secara bergantian: Wahid Hasjim (1947-50), Karim Hasjim (1950-
menyerahkan zakat fitrahnya kepada kiai.13 Dalam kasus seorang 51), Ahmad Baidlowi (1951-52), Kholiq Hasjim (1952-65) dan
ulama terkenal, seperti Kiai Hasjim Asj'ari, berbagai sumbangan Jusuf Hasjim (sejak 1965 hingga sekarang). Menarik dicatat, pa-
tidak tetap ini pastilah mencapai jumlah yang cukup besar. Akhir- ling tidak dua penggantinya, Karim dan Kholiq, hampir bukan ti-
151 152
pikal orang NU. Ketika NU keluar dari Masyumi dan menjelma- dalam, dan karena itu tugas-tugas pengajaran dijalankan para guru
kan diri sebagai partai politik, Karim tetap bertahan sebagai ang- lain, kebanyakan adalah murid Kiai Hasjim Asj`ari. Kepemimpin-
gota individual Masyumi; pada pemilu 1955 dia bahkan menjadi an dalam masalah-masalah keagamaan berada di tangan Dewan
calon Masyumi untuk DPRD I. Seperti kebanyakan orang Masyu- Kiai, sebuah dewan yang mewakili semua kiai yang mengajar di
mi lainnya, dia bergabung ke Golkar sejak awal, dan bahkan terpi- Tebuireng (dan di dua pesantren tetangganya, Seblak dan Cu-
lih menjadi anggota DPR dengan tiket Golkar pada pemilu 1971, kir).15
ketika NU dan Golkar saling berkonfrontasi sangat keras. Ketika Selama 1980-an dua orang terpenting dari para kiai ini adalah
itu dia tidak mempunyai jabatan resmi lagi di pesantren, meski dia Kiai Syansuri Badawi dan Adlan Aly. Keduanya sangat dihormati
hidup di dekatnya dan mengajar santri Tebuireng di rumahnya. dan dicintai para santri dan alumninya; namun keduanya menaruh
Kholiq adalah kakak Karim; dia adalah seorang tentara (man- hormat, dan berada di bawah pengaruh Moechammad Baidlowi
tan Peta dan baru kembali ke Tebuireng setelah dikembalikan ke dan Jusuf Hasjim karena mereka adalah murid Kiai Achmad Bai-
barak (demobilisasi) pada 1952. Dia juga tidak puas dengan perila- dlowi dan Kiai Hasjim Asj'ari. (Juga, ada alasan yang lebih du-
ku politik NU, dan sikapnya yang semakin kritis terhadap sikap niawi kenapa Moechammad sangat berpengaruh terhadap mereka
akomodatif Kiai Wahab Chasbullah kepada Soekarno, pada akhir- dan kiai lainnya: dia adalah politisi PPP yang berposisi baik dan
nya pecah menjadi konflik terbuka. Hubungan pribadinya dengan mempunyai beberapa posisi menguntungkan yang dapat ditawar-
para politisi Masyumi, di sisi lain, sangat akrab, dan sebagian kan). Kiai Adlan Aly, yang menikah dengan kemenakan perempu-
orang di kubu Masyumi menganggap Tebuireng sebagai "sayap an Kiai Hasjim Asj'ari, menghabiskan kebanyakan tugas meng-
Masyumi di NU".14 Kholiq meninggal pada 1965, dan sejak saat ajarnya di pesantren putri miliknya, Cukir, yang didirikannya ber-
itu Jusuf Hasjim menjadi pimpinan pesantren Tebuireng. Jusuf ju- sebelahan dengan pesantren Tebuireng. Di pesantren induk dia ha-
ga mempunyai latar belakang militer (dia adalah komandan baris- nya mengajarkan pada pelajaran khusus selama bulan Ramadlan.
an Hizbullah selama masa revolusi dan tetap menjadi anggota Dia bukan hanya guru yang menguasai kitab-kitab, tetapi juga
Angkatan Bersenjata selama beberapa tahun), dan selalu terlibat seorang pemimpin tarekat kharismatik yang banyak mempunyai
intens dalam politik. Pada satu ketika, pada awal 1950-an, dia pengikut di kalangan petani.16 Karena paling senior di antara para
bahkan dituduh mempunyai kontak dengan gerakan Darul Islam staf pengajar, dia menjadi pemimpin Dewan Kiai.
dan sempat di penjara sebentar. Sebagai anggota DPR dari 1971- Kiai Syansuri Badawi sangat populer dan berpengaruh di ka-
1982, dia mengukir namanya sebagai salah seorang utusan yang langan santri. Dia berasal dari Cirebon dan juga menjadi salah
paling blak-blakan dan kritis. seorang santri paling cerdas dan disayangi Kiai Hasjim Asj'ari.
Di samping Jusuf Hasjim, selama dua dasawarsa yang lalu ada Namun, dia tidak menikah dengan anggota keluarga ini -menurut
beberapa pribadi lain yang berpengaruh di pesantren ini. Salah se- satu sumber, hanya karena tidak ada anak perempuan yang belum
orang kerabatnya yang memainkan peranan penting di belakang menikah pada waktu dia belajar di Tebuireng. Seadainya dia
panggung adalah Moechammad Baidlowi, kemenakannya. Ayah- menjadi anggota keluarga ini, dia mungkin sudah menjabat pim-
nya, Achmad Baidlowi (yang pernah sebentar memimpin pesan- pinan Tebuireng, karena dia memiliki semua kualitas yang diper-
tren ini, 1951-52), adalah murid dan menantu kesayangan Kiai lukan. Sebenarnya, namanya diusulkan pada 1965, karena paling
Hasjim Asj`ari dan salah seorang guru berpengaruh di Tebuireng berilmu dan berpikiran praktis di kalangan kiai, tetapi secara halus
-dua sebab kenapa putranya sangat dihormati. Perkawinan Moe- dikalahkan untuk memberikan tempat kepada Jusuf Hasjim. Se-
chammad dengan putri Kiai Wahab Chasbullah semakin mem- karang dia harus puas dengan jabatan yang lebih rendah sebagai
perkuat posisinya di NU. Baik Jusuf Hasjim maupun Moecham- pimpinan salah satu bagian pesantren, madrasah Aliyahnya, dan
mad Baidlowi, keduanya tidak menguasai ilmu agama secara men- juga sebagai rektor Universitas Hasjim Asj'ari, lembaga pendidi-
153 154
kan tinggi yang mempunyai hubungan tidak sangat mengikat de- yang menjanjikannya akan terpilih sebagai wakil ketua PPP pada
ngan pesantren Tebuireng. muktamar 1984. Kiai Syansuri Badawi sejak 1977 telah menjadi
Abdurrahrnan Wahid, sebagai putra sulung dari seorang putra anggota DPRD II. Dengan para pemimpin semacam ini, Tebu-
sulung yang diharapkan akan menjadi pemimpin Tebuireng, ter- ireng jelas merupakan pesantren yang sangat terlibat dalam kegiat-
nyata tidak pernah memegang kewenangan tersebut. Setelah kem- an-kegiatan politik.17 Jusuf Hasjim adalah korban paling menyo-
bali dari Timur Tengah pada 1971, dia selama beberapa tahun lok dari "pembersihan" yang dilakukan Naro pada 1982. Nama-
menjadi sekretaris pesantren dan mengajar para santri yang lebih nya dipindahkan dari urutan pertama ke urutan ke-32 (yang tidak
tua. Mereka yang pernah diajarnya mengenangnya sebagai pela- mungkin terpilih) dalam daftar calon dari Jawa Timur. Walaupun
jaran yang tidak konvensional sebagaimana biasanya. Dalam wak- dia dengan setia berkampanye untuk PPP pada tahun itu, dia se-
tu singkat, dia terlibat masalah dengan pamannya dan para peme- gera mendukung keluamya NU secara formal dari PPP selama
gang kewenangan lainnya di pesantren ini, dan nampaknya dengan partai ini masih berada di bawah kendali Naro. Ini membuatnya,
sangat senang hati pindah ke Jakarta ketika dia diminta mengkoor- paling tidak dalam soal ini, beraliansi dengan kemenakannya Ab-
dinir proyek-proyek pengembangan masyarakat yang berbasis di durrahman Wahid dan kawan-kawan, yang berkeyakinan bahwa
pesantren. Di sini pun, dia seringkali bersimpang jalan dengan pa- politik praktis telah mengalihkan banyak energi dan perhatian dari
mannya, Jusuf Hasyim; keduanya memegang jabatan di PBNU, berbagai aktifitas akar rumput yang lebih penting. (Kelompok ini,
dan sama-sama terlibat dalam berbagai aktifitas pengembangan berbeda dengan Jusuf Hasjim, berhati-hati agar tidak membuat
masyarakat. Pada 1980-an, hubungan mereka memburuk menjadi marah penguasa.)
pertengkaran terbuka. Namun, dua politisi Tebuireng lainnya, Moechammad Baidlo-
Sampai pemilu 1987, Tebuireng senantiasa menjadi pendu- wi dan Kiai Syansuri, benar-benar menentang keluamya NU dari
kung setia PPP. Pada masa pemilu, para kiai Tebuireng biasanya PPP. Moechammad Baidlowi adalah salah seorang pendukung
mengeluarkan fatwa yang mewajibkan pengikut mereka memberi- utama faksi Cipete dan pengagum berat Idham Chalid. Paling ti-
kan suara kepada partai ini, sebagaimana yang sebelumnya mereka dak sebagian karena tekanan Moechammadlah sehingga Idham
untuk NU. Ketika Kiai Musta'in Romli dari Rejoso mulai mencabut kembali pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum PB-
mendukung Golkar secara terbuka, para kiai Tebuireng berdiri di NU, dan Moechammad pula yang sampai akhir 1983 tetap memo-
depan dalam usaha meruntuhkan wibawa Kiai Musta'in. (Akan bilisasi cabang-cabang luar Jawa untuk mendukung Idham. Satu
dibicarakan di bawah). Karim Hasjim, yang sebelumnya juga per- dasawarsa setelah Muktamar Situbondo, Moechammad masih me-
nah mendukung Golkar secara terbuka, tidak pernah dihukum de- ngejek gagasan kembali ke Khittah 151-16: "Apa yang mereka mak-
ngan cara yang sama, walaupun kemudian dia tidak memegang ja- sudkan, kembali ke masa di mana kita memakai celana dan dasi
batan apa-apa di NU dan meninggalkan pesantren. Tiga tokoh hukumnya haram? Ketika bepergian dengan berjalan kaki, bukan
Tebuireng (Jusuf Hasjim, Moechammad Baidlowi dan Syansuri naik mobil?" Dengan mengutip mertuanya, Kiai Wahab Chas-
Badawi) memainkan peranan penting di PPP. Yusuf Hasjim adalah bullah, dia menegaskan terjun ke dunia politik tidak pernah me-
anggota DPR selama dua periode pertama orde Baru(1971-1982), rupakan penyimpangan bagi NU. Sebaliknya, kepada politiklah
dan menjadi salah seorang politisi oposisional paling vokal. Karier NU telah berhutang budi atas kemajuannya. Ketika NU menjadi
politik Moecbammad Baidlowi dimulai lebih awal lagi, sebagai partai politik, jumlah cabang NU berlipatganda dengan cepat, di-
anggota DPRGR dari 1966-1972. Pada 1974 dia menggantikan dirikan oleh orang·orang yang memiliki ambisi politik yang me-
seorang anggota DPR yang meninggal dunia, dari pada 1982 dia merlukan sebuah partai.18
kembali terpilih menjadi anggota MPR. Jika tidak karena paman- Kiai Syansuri juga menentans penarikan diri dari politik seba-
nya, Moechammad mempunyai hubungan baik dengan Naro, gai pengkhianatan terhadap berbagai kepentingan umat; pada ta-
155 156
hun berikutnya dia secara nasional menjadi pembela paling vokal kritik penggembosan. Karena alasan ini, Jusuf Hasjim memecat-
agar NU tetap ikut serta dalam politik. Sikap ini selintas agak me- nya dari posisi pimpinan di pesantren.21
ngejutkan karena Kiai Syarrruri adalah salah seorang yang dipilih Moechammad Baidlowi juga ditempatkan di urutan atas dalam daftar
Kiai As'ad sebagai anggota ahlul halli wal oqdi, dan karena itu calon PPP dan terpilih menjadi anggota DPR -banyak orang percaya
dalam pandangan publik dia dianggap berperan aktif dalam me bahwa dia dicalonkan karena keberhasilannya menarik dukungan dari
lahirkan keputusan Situbondo.19 Kiai Syansuri. Namun, walaupun Kiai Syansuri sudah berusaha keras,
Setelah muktamar Situbondo, NU cabang Jombang terbelah PPP mengalami penurunan tajam di Jombang. Sementara pada pemilu
menjadi faksi "khittah" dan faksi "non-khittah". Pada 1985, PB 1977 dan 1982 PPP meraup 40 % suara di sana, persentase ini
NU mengirim instruksi ke cabang Jombang, sebagaimana juga ke- menurun menjadi 25 % pada 1987.22
pada semua cabang lainnya, bahwa orang-orang yang memegang Kiai Syansuri kembali memainkan peranan sentral dalam stra-
jabatan di PPP harus mengundurkan diri dari kepengurusan NU. tegi PPP meraih kembali dukungan suara dari dunia pesantren pa-
Sebagai kelanjutannya, Kiai Shohib Bisri (putra Kiai Bisri Syan- da pemilu 1992. Dia dijadikan calon nomor satu dalam daftar ca-
suri, dan pemimpin pesantren Denanyar) diminta oleh pengurus lon untuk Jawa Timur (Namun, Moechammad Baidlowi diletak-
wilayah untuk menyusun pengurus cabang baru tanpa ada orang kan di posisi yang tak mungkin terpilih, mungkin karena dia ter-
yang merangkap jabatan (dengan kata lain, tanpa Moechammad lalu dekat berhubungan dengan Naro, yang sudah dicampakkan
dan Syansuri Badawi). Namun, sebelum pengurus "khittah" baru pada muktamar PPP 1989). Walaupun kali ini Kiai Syanruri tidak
ini ditetapkan, Moechammad Baidlowi sudah mengantongi kepe- ikut aktif dalam kampanye, partai ini dapat mengembalikan cukup
ngurusan alternatif yang dipilih melalui rapat cabang, pengurus banyak pendukungnya.
non-khittah. Ketuanya adalah Kiai Syansuri, Moechammad sendiri
menjadi mustasyar. Kiai Adlan Aly -yang difigurkan sebagai BLOK KEKUATAN DI TUBUH NU: TAREKAT
mustasyar dalam daftar pengurus yang disusun kedua faksi- se-
mula tagu-ragu, tetapi kemudian memilih bergabung dalam kepe- Setelah cabang NU Jombang "non-khittah" dimarginalisasi-
ngurusan yang beraliansi dengan PPP. Pemerintah daerah menun kan, Kiai Syansuri Badawi, dengan Moechammad Baidlowi yang
jukkan sikap yang sangat tegas bahwa mereka hanya mengakui secara sembunyi-sembunyi berperan di belakangannya, mengalih-
pengurus "khittah", dan menekan faksi non-khittah agar membu- kan tenaganya dari NU ke organisasi tarekat yang berafiliasi de-
barkan kepengunrsan mereka.20 ngan NU, Jam'jah Ahl Al-Thariqah AI-Mu'tabarah Al-Nahdli-
Peristiwa-peristiwa ini dan pemilu 1987 menyebabkan pembelahan yah. Berbagai aliran tarekat sudah lama hadir di Indonesia; namun
tajam dalam kepemimpinan Tebuireng. Jusuf Hasjim tidak sekarang mengalami kebangkitan kembali di Indonesia dan juga
berusaha menyembunyikan penghinaannya terhadap kepengurusan di dunia Islam lainnya lihat van Bruinessen 1994b). Jam'iyah ini,
PPP dan aktif melakukan penggembosan PPP. Kiai Syansuri Ba- sebagai organisasi payung para guru tarekat yang berafiliasi de-
dawi berada dalam konflik kesetiaan. PPP, dalam rangka mem- ngan NU, merupakan saudara terpenting NU, dan tentu saja sa-
perkecil kerugiannya, menempatkan Kiai Syansuri pada urutan ngat berpengaruh Sebagaimana akan kita lihat, organisasi tarekat
pertama daftar calon anggota DPR, tetapi untuk menaati Jusuf Ha- yang umumnya dianggap berorientasi kepada kehidupan akhirat ini
sjim dia menarik pencalonan tersebut. Namun, di bawah tekanan menjadi benteng terakhir politisi NU yang berafiliasi dengan PPP.
Moechammad Baidlowi dan politisi kawakan, Imron Rosjadi, dia Istilah tarekat (Arab: thariqah, "jalan") digunakan untuk me-
kemudian menerima kembali pencalonannya dan aktif berkampa- nyebut baik serangkaian amalan mistik tertentu maupun organisasi
nye untuk partai ini. Pada masa ini, dia mendapatkan banyak liput- orang-orang yang mengamalkan disiplin spiritual ini di bawah
an pers nasional sebagai pendukung PPP paling vokal dan peng- bimbingan seorang guru. Amalan-amalannya terdiri dari membaca
157 158
berbagai bacaan (dzikir, wirid, ratib, wazifah) dan menjalankan Ketika Golkar mulai mencari pendukung di kalangan komuni-
berbagai teknik meditasi, kadang-kadang juga khalwat. Tarekat- tas Muslim pada 1970-an, partai ini memberikan perhatian khusus
tarekat penting berasal dari Timur Tengah atau India dan mempu- kepada para guru tarekat, yang diketahui mempunyai pengikut
nyai jama'ah pengikut di banyak pelasok dunia Muslim. Orang yang banyak dan taat. Salah seorang guru tarekat yang bersedia
harus mempelajari amalan-amalan sebuah tarekat melalui bimbing- bekerjasama pada waktu itu adalah Kiai Musta'in Romli dari Re-
an seorang guru yang berwenang (Syaikh, khalifah, muqaddam) joso, Jombang. Pada 1957, dia menggantikan kedudukan ayahnya
setelah melalui ritual pembai'atan (bai'at, ikrar kesetiaan) seder- sebagai pemimpin pesantren dan jaringan tarekat (Qadiriyah wa
hana. Orang bisa saja menerima pembai'atan menjadi penganut Naqsyabandiyah) yang menyebar di seluruh wilayah Jawa Timur.
sebuah tarekat tanpa terus ikut serta dalam berbagai aktifitas ja- Para pengikutnya terdiri dari puluhan ribu orang desa, yang terga-
ma'ahnya, dan di Indonesia ada banyak orang yang mengikuti ta- bung dalam ratusan kelompok lokal yang secara teratur berkumpul
rekat sebagai disiplin yang semata-mata bersifat individual, Na- untuk menjalankan amalan spiritual di bawah pimpinan seorang
mun, pada umumnya orang tetap berhubungan secara teratur de- badal (wakil) Kiai Musta'in dan kadangkala juga dikunjungi oleh
ngan syaikh atau wakilnya dan ikut serta secara teratur dalam ke- Kiai Musta'in sendiri atau salah seorang khalifahnya. Di antara
giatan-kegiatan jama` ah. para pengikutnya kita juga menemukan orang-orang yang berpen-
Tarekat yang lebih besar (Naqsyabandiyah, Qadiriyah wa didikan umum atau agama yang tinggi, dan beberapa ulama sudah
Naqsyabandiyah, Khalwatiyah, Tijaniyah) telah membangun ja- menjadi badalnya (atau badal ayahnya) -di antaranya Kiai Adlan
ringan pengikut yang besar di indonesia. Sebagian kiai tarekat Aly.
mempunyai sampai puluhan ribu murid; mereka memelihara hu- Dia pernah menjabat sebentar sebagai ketua NU cabang Jom-
bungan dengan para penganut melalui hirarki wakil-wakilnya. Gu- bang pada 1960-an, tetapi sebelum itu pun dia sudah mulai mem-
ru tarekat dipercaya sebagai perantara (wasilah) antara murid de- punyai hubungan dengan kalangan politisi dan militer di Jakarta,
ngan Nabi atau Tuhan; bahkan mereka dapat memberikan bim- yang pada 1963 memberikan bantuan yang murah hati untuk ren-
bingan bagi ruh muridnya, walaupun tanpa perjumpaan fisik. Ka cananya mendirikan sebuah universitas di Jombang -beberapa ta-
rena itu, wibawanya jauh melebihi kewenangan guru biasa. Para hun sebelum Tebuireng mendirikan Universitas Hasjim Asj'ari.
guru tarekat cenderung mempunyai murid lebih banyak daripada Setelah transisi ke Orde Baru, Kiai Musta'in memelihara hubung-
kiai lainnya, dan para pengikut ini cenderung jauh lebih taat. Be- an dengan kalangan penguasa politik Jakarta dan secara perlahan
berapa kiai baru-baru ini mulai mengembangkan tarekat tertentu terseret semakin dekat ke Golkar, dan akhirnya benar-benar ber-
untuk memperkuat pengaruh mereka, gabung pada 1973.
Di samping tarekat internasional yang besar, di Indonesia juga Ketika itu, dia juga menjalankan berbagai upaya untuk meng-
terdapat banyak sekfe mistik Ideal (dengan ajaran-ajaran sinkre- hidupkan kembali Jam'iyah Ahl Al-Thariqah Al-Mu`tabarah, -di-
tisnya) yang menyerupai tarekat. Jam'iyatt Ahl al-Thariqah Al- mana dia menjadi tokoh terkemukanya Pada 1975, Jam'iyah ini
Mu'tabarah didirikan pada 1957 oleh para kiai tarekat Jawa yang mengadakan kongres di Madiun, dihadiri oleh banyak guru tarekat
ingin secara jelas membedakan diri mereka dari berbagai sekte berpengaruh di Jawa Timur dan Tengah, dan Kiai Musta'in dipi-
yang lebih sinkretis dan menegaskan bahwa akidah dan amalan lih sebagai ketua. Hubungan Kiai Musta'in dengan Golkar, yang
mereka sendirilah (yang juga sedang menghadapi serangan kalang- sudah menimbulkan banyak pergesekan di Jombang, pastilah su-
an pembaru) yang mu'tabar (ortodoks). Nama organisasi ini men- dah diketahui para koleganya, tetapi mereka tidak menghalangi pe-
cerminkan maksud apologetisnya (Arab: mu'tabar, "dapat diper- milihan dirinya sebagai ketua. Namun, segalanya berubah ketika
caya").23 Organisasi ini kemudian berkembang menjadi blok yang Kiai Musta'in terlibat aktif dalam kampanye Golkar menjelang
berpengaruh di dalam NU. pemilu 1997. Ini berarti bahwa dia, sebagai ketua organisasi yang
159 160
berafilisai ke NU, berkampanye melawan PPP, partai yang didu- namanya dengan kata "Al-Nahdliyah" untuk menunjukkan bahwa
kung NU. Dalam pandangan sebagian aktifis PPP, tindakan ini jam`iyah
adalah pengkhianatan, dan diputuskan menghukum Kiai Musta'in. ini berinduk ke NU. Di sini Kiai Adlan Aly dipi-
Tindakan hukuman terhadap Kiai Musta'in kelihatannya di- lih sebagai wakil presiden; Kiai Syansuri Badawi muncul pada po-
prakarsai oleh politisi penting PPP di Jombang, Moechammad sisi lainnya. Idham Chalid (dengan siapa Moechammad
Baidlowi (yang masih mempunyai hubungan perkawinan dengan Baidlowi mempunyai hubungan dekat) juga diberi jabatan kehor-
Kiai Mustalin: isteri mereka bersaudara). Moechammad mulai matan dalam kepengurusan ini sebagai ketua. Sejak saat itu ada
mengorganisir sebuah organisasi tarekat alternatif tanpa Kiai Mus- dua Jam'iyah Ahl Al-'Thariqah. Beberapa ulama memelihara hu-
ta'in, dan menggaet badal Kiai Musta`in pindah ke organisasi ba- bungan dengan keduanya, tetapi Jam'iyah Kiai Musta'in Romli
ru ini. Peranan tulang punggung dalam usaha ini dimainkan oleh berangsur-angsur semakin tidak bergigi. Jam'iyah "Nahdliyah" je-
dua orang badal Kiai Musta'in: Kiai Adlan Aly dan Kiai Makky las lebih besar dan dapat mempertahankan kesetiaan kebanyakan
Ma'shum bersama-sama dengan Kiai Syansuri Badawi. Dua kiai tarekat.
orang yang terakhir cukup senang membantu Moechammad, ka- Kongres Jam`iyah berikutnya, yang diadakan beberapa hari
rena mereka baru saja dipilih menjadi anggota DPRD II setempat sebelum muktamar NU di Situbondo, ditandai dengan konflik
berkat dukungan Moechammad yang menempatkan nama mereka yang lain. Sejumlah utusan menginginkan kongres mencoret tare-
di urutan cukup tinggi di dalam daftar calon PPP. Moechammad kat Tijaniyah dari daftar tarekat yang mu'tabarah karena sebagian
juga mendapatkan dukungan dari banyak orang lainnya, termasuk ajarannya, menurut pandangan mereka, sesat.25 Tarekat Tijaniyah
kerabat Kiai Musta'in. pada tahun tahun sebelumnya telah mengalami perkembangan ce-
Namun, tidak seorang pun di antara para murid Kiai Musta'in pat di Jawa bagian Timur, terutama di kalangan orang-orang Ma-
Yang pertama ini yang pernah mencapai status sebagai seorang dura yang berada di wilayah Pasuruan-Probolinggo. Hal ini telah
khalifah, sehingga mereka tidak dapat benar-benar menyatakan di- menyebabkan menurunnya pengikut beberapa kiai lainnya, karena
ri sebagai pengganti Kiai Musta'in. Problem ini dipecahkan oleh tarekat ini tidak menerima kesetiaan ganda. Konflik-konflik yang
syaikh lain dari tarekat yang sama, Kiai Muslikh dari Mranggen, terjadi nampaknya lebih banyak disebabkan oleh persaingan antar
Jawa Tengah, yang tetap menjadi pendukung setia PPP. Dia kiai untuk mendapatkan pengikut daripada perhatian yang serius
memberikan kepada Kiai Adlan Aly pendidikan yang diperlukan atas berbagai ajaran Tijaniyah.
dan menunjuknya sebagai seorang khalifah, yang berhak mem- Tokoh utama pertama yang teriibat dalam konflik ini adalah
bai'at murid-murid baru dan menunjuk badalnya sendiri. Dalam Kiai Badri dari Krakrasan dan Kiai Hasan Syaifurrijal dari Geng-
waktu singkat, mayoritas badal Kiai Musta'in, terutama mereka gong, keduanya di wilayah Probolinggo. Kiai Badri adalah se-
yang pernah belajar di Tebuireng, memindahkan kesetiaan mereka orang penyebar tarekat Tijaniyah yang bersemangat dan berhasil,
kepada Kiai Adlan Aly. 24 sementara Kiai Hasan -pengajar tarekat lain, Naqsyabandiyah-
Tindakan menentang Kiai Musta'in, yang semula merupakan Alawiyah-- adalah korban utamanya, yang kehilangan banyak
penentangan lokal di Jombang, mencapai klimaksnya pada saat pengikut. Kiai Hasan memperoleh dukungan Kiai As'ad Syamsul
muktamar NU tahun 1979 di Semarang. Di sela-sela acara mukta- Arifin, yang melakukan serangan terbuka dengan menerbitkan
mar tersebut, kebanyakan kiai tarekat yang hadir pada kongres kembali sebuah risalah lama yang anti-Tijaniyah. Serangan dibawa
Jam'iyah di Madiun berkumpul kembali dan memiiih pengurus ke kongres Jam'iyah pada 1984, dimana para penentang Tijaniyah
baru. Mereka mengaku mewakili Jam'iyah yang sama tetapi terwakili dengan baik, sementara kiai Tijaniyah sendiri bahkan ti-
menambah dak diundang (Mereka tidak pernah menunjukkan minat besar ter-
hadap kongres pada masa sebelumnya). Walaupun kongres ini ti-
161 162
dak berhasil mengambil keputusan yang tegas tentang posisi tare- merupakan benteng pertahanan NU. Anwar Musaddad (orang
kat Tijaniyah, perdebatan di sini telah memperburuk hubungan an- Sunda) dari Bandung menjadi wakil
tara tarekat ini dengan para penentangnya di Jawa Timur. Rois Aam di bawah Kiai Bisri Syansuri (tetapi tidak diijinkan
Menarik dicatat, kedua tokoh yang terlibat pertentangan yang menjadi penggantinya,
paling sengit, Kiai Badri dan Kiai As'ad, sebenarnya adalah kera- sebagaimana telah kita lihat dalam bab terdahulu). Sekarang ini, kiai
bat dekat: Kiai As'ad adalah paman Kiai Badri. Ini mengingatkan Sunda yang sangat
kepada bagaimana Moechammad BaidIowi dari Jombang, ketika berpengaruh dalam NU adalah Kiai Ilyas Ruchiyat dari Singaparna,
dia mulai menyerang Kiai Musta'in, dengan yakin merekrut dua tasikmalaya. Setelah
orang kerabat Kiai Musta'in menjadi pendukungnya; dan statemen wafatnya Kiai Achmad Siddiq, Munas NU pada Februari 1992
awal pembentukan jam'iyah altetnatif ditanda tangani mereka ber- memilihnya, yang mengejutkan
tiga tanpa melibatkan orang lain secara aksplisit. Ikatan keluarga semua arang- sebagai pemegang jabatan Rois Aam.
paparnya kepada saya, adalah jaminan agar konflik tidak akan
menjadi 3. Namun, Idham Chalid merupakan kasus tersendiri. Dia meniti
tidak terkendalikan. 26 karier sebagai politisi,
tetapi memiliki latar belakang pendidikan pesantren (namun bukan
pesantren NU tetapi di
Pondok Pesantren Modern Gontor), dan dia tahu bagaimana
memikat para kiai Jawa dengan
pengetahuan agamanya.

________________________________________________________ 4. Chalid Mawardi, yang berasal dari Jawa Tengah, merupakan


___________ perkecualian yang paling
________________________________________________________ menyolok.
___________
5. Keluarga Tebuireng misalnya, mengaku sebagai keturunan dari
1. Hampir separoh dari suara NU untuk seluruh Indonesia diperoleh di penguasa kerajaan Islam Jawa
Jawa Timur, Jawa Tengah Tengah, Pajang, abad ke-16, Joko Tingkir (Aboebakar 1957: 41-2).
berhasil mencapai separuhnya. Orang Banjar dan Mandailing (dari Kiai As`ad Syamsul
Kalimantan Selatan dan Arifin menggunakan gelar Raden, yang menunjukkan (pengakuan)
Tapanuli Selatan memberikan dukungan kuat bagi NU, tetapi bahwa dirinya adalah
menurut angka mutlaknya tidak keturunan dari raja Bangkalan atau Sumenep pada masa yang lebih
besar. belakangan (tentang
makna gelar ini lihat van den Berg 1887: 40). Perkawinan antara
2. Ini tidak untuk mengatakan bahwa semua kiai Sunda meninggalkan keluarga bangsawan Jawa
organisasi ini. Wilayah dan ulama terkemuka tampaknya sangat umum terjadi paling tidak
Cirebon, yang secara geografis dan merupakan perbatasan Jawa- sampai akhir abad ke-19.
Sunda, tetap

163 164
6. Ikatan keluarga dan guru-murid antara sejumlah keluarga elite ini dorongan atas berdirinya NU tidak pernah dibantah. Para wartawan
dideskripsikan oleh yang menyebarkan
Dhofir (1980b dan 1981: 61-99). cerita ini termasuk kelompok pendukung Abdurrahman Wahid dan
mungkin mempunyai
7. Istilah ini berubah-ubah dalam perjalanan waktu; semua pimpinan kepentingan untuk menaikkan reputasi Kiai As'ad pada saat itu.
disebut "Rois", tetapi
kemudian Kiai Hasjim Asj'ari dikenang dengan sebutan "Rois 11. Sidney Jones (1984), seorang pengamat yang cerdas dan
Akbar" (Pimpinan Tertinggi), berpengetahuan luas, menyebutkan
sementara para penggantinya diberi gelar "Rois Aam" (Ketua empat kelompok yang terlibat: Para politisi Jakarta yang berada di
Umum). Pemisahan kepengurusan sekitar Idham,
menjadi pengurus eksekutif (Tanfidziyah) yang dipimpin oleh Ketua Politisi wilayah dengan Jusuf Hasjim sebagai tokoh radikalnya,
Umum dan Dewan Ulama Kiai Senior dan kelompok
(Syuriyah) yang dipimpin oleh Rois Aam terjadi ketika NU menjadi progressif yang berminat kepada upaya pengembangan masyarakat
partai politik. (community development).

8. Biografi-biografi kiai ini: Akarhanaf 1950, Aboebakar 1957:61- 12. Berbagai langkah dalam pembaruan pendidikan di pesantren
119, Salam 1963 dan Tebuireng dideskripsikan secara
Soekadri 1979/1980; Zuhri 1972; Masyhuri 1983b dan Wahid t.t. lebih terperinci dalam Aboebakar 1957: 77-101. Lihat juga Dhofier
1982: 100-22;
9. Peristiwa ini dibicarakan secara singkat di bawah, pada bagian yang Soekadri 1979/1980: 41-46.
berkaitan dengan
tarekat. 13. Fiqh Syafi'i mengakui delapan kategori orang yang berhak
menerima zakat (mustahiq),
10. Pesannya memang sangat tidak langsung: As'ad disuruh salah satunya adalah ulama. Kiai biasanya juga mendapatkan
menyerahkan kepada Kiai Hasjim bagian karena dia bertugas
Asj'ari sebuah tongkat dan sebagai penjelasannya dia manbacakan sebagai amil (administrator) zakat dan fitrah. Redistribusi zakat ini
kepadanya ayat-ayat biasanya
Al-Qur'an yang menceritakan kemukjizatan Nabi Musa dan diserahkan kepada kebijaksanaannya.
tongkatnya. Untuk: versi cerita
yang lebih rinci, lihat Yusuf et. al. 1983:78-81; Anam 1985 :66-7. 14. Saya mendengar ungkapan ini untuk pertama kalinya digunakan
Sinansari Ecip oleh M. Dawam Rahardjo.
1989: 3-5. Cerita ini muncul untuk pertama kalinya, setahu saya, Menurut Jusuf Hasjim, konflik saudaranya dengan Kiai Wahab
dalam sebuah artikel lebih bersifat pribadi
pada tahun 1982 yang ditulis Choirul Anam (Merdeka, 7 Agustus daripada politis, tetapi dia juga memberikan kepeda saya beberapa
1982). Kiai As'ad sendiri contoh dari hubungan
adalah sumber tunggalnya, dan pengakuannya bahwa pesan akrab Kholiq dengan Masyumi. Jusuf sendiri juga sangat dihormati
simbolik ini telah memberikan di kalangan Masyumi.

165 166
15. Laporan lebih rinci tentang struktur kewenangan di Tebuireng (wawancara, Jakarta 14 Desenber 1993).
diberikan oleh Dhofier
1982: 100-126 dan Sulistyo 1983. Ada beberapa perbedaan kecil 20. kejadian-kejadian ini dideskripksikan secara agak rinci dalam
antara informasi yang Mochtar 1989:154-6.
mereka berikan dengan apa yang diberikan ketika saya berkunjung Menurut Moechammad Baidlowi, kepengurusannya diminta
ke Tebuireng pada dibubarkan oleh komando militer
bulan Juni 1992. Seblak dan Cukir adalah pesantren "saudara setempat (wawancara, 15 Juli 1993).
perempuan" Tebuireng, yang
secara administratif indepeden, tetapi dengan beberapa 21. Kiai Syansuri dipecat dari jabatannya sebagai kepala Madrasah
perangkapan staf pengajarnya. Aliyah dan tidak
diperbolehkan lagi mengajar secara tetap di sana Namun, dia tetap
16. Ketika Kiai Musta'in Romli dari Rejoso berkampanye untuk menjabat sebegai
Golkar pada pemilu 1977, banyak rektor Universitas Hasjim Asj`ari, yang punya hubungan tidak
pengikutnya yang meninggalkannya dan menjadi pengikut Kiai sangat mengikat dengan
Adlan Aly. Moechammad pesantren Tebuireng, dan setiap bulan puasa dia kembali ke
Baidlowi memainkan peranan penting dalam merekayasa pesantren untuk -sebagaimana
penyebarangan massal ini. Lihat bab biasanya- memberikan pelajaran ekstrakurikuler dalam pengajian
berikutnya. hadits yang banyak diminati.

17. Indikasi lain dari orientasi politik Tebuireng adalah banyaknya 22. Mochtar 1989: 156. Namun, statistik ini tidak dapat dijadikan
alumninya yang terjun indikasi kekuatan relatif dari
ke politik. Pada pemilu 1971, sebagaimana dengan bangga faksi pro- dan anti-khittah di Jombang. Kebanyakan pemilih PPP di
diceritakan Jusuf Hasjm kepada Jombang, memang berlatar
saya, tidak kurang dari 29 alumni Tebuireng yang terpilih menjadi belakang NU; di sana hanya ada beberapa daerah kantong kecil
anggota DPR, melalui pendukung (mantan) Masyumi.
berbagai partai (Wawancara, 30 Sebtember 1992). Kehilangan suara 15 % hanya mewakili sebagian suara kelompok
pro-khittah; tidak diragukan
18. Wawancara dengan Moechammad Baidbwi, Jombang, 15 Juli lagi ada juga para pendukung Khittah yang memilih PPP.
1993
23. Kriteria "kemu'tabarannya" sebagaimana didefinisikan oleh
19. Ahlul hall wal aqdi pd muktamar Situbondo sebenarnya tidak jam'iyah ini adalah sesuai
berhubungan apa-apa dengan dengan akidah ahlus sunnah wal jama'ah dan adanya silsilah yang
keputusan Situbondo; satu-satunya peranan mereka adalah memilih menghubungkannya sampai
pengurus baru. Kiai kepada Nabi tanpa terputus (bdk van Bruinessen 1994b).
Syansuri belakangan bahkan mengaku bahwa dia tidak pernah
memiliki kesan bahwa 24. Ada berbagai deskripsi tentang kejadian-kejadian ini: Dhofier
keputusan muktamar kembali ke khittah berarti memutuskan 1980a: 279-90;
hubungan dengan PPP
167 168
Lombard 1985: 154-7; Mochtar 1989: 144-149; van Bruinessen Hasan tampaknya tidak hanya disebabkan daya tarik tarekatnya
1984c: 180-181. yang semakin kuat. Dimensi politik konflik ini, dan peranan aktif
Semuanya masih fragmentaris dan apa yang tejadi pada tingkat Kiai As'ad dalam kampanye anti-Tijaniyah, membuat para kiai
akar rumput masih Tijaniyah hampir tidak bisa tidak bergabung dengan kelompok Ci
memerlukan analisis. pete peda tahun-tahun setelah muktamar Situbondo.27
Keputusan Situbondo memungkinkan setiap kiai membangun
25. Tarekat Tijaniyah mengaku bahwa pendirinya, Ahmad al-Tijany hubungan yang menguntungkan dengan Golkar tanpa merasa kha-
(w.1815) menerima watir akan mengalami tindakan hukuman, seperti yang ditimpakan
pelajaran langsung dari Nabi, bukan melalui mimpi atau kepada Kiai Musta'in Romli. Demikianlah ancaman perpecahan
perjumpaan batin tetapi dalam baru kelihatannya besar bagi Jam'iyah Ahl Al-Thariqah Al-Mu`-
keadaan biasa. Mereka mengajarkan bahwa membaca wirid mereka tabarah Al-Nahdliyah. Anggota koalisi anti-Musta'in menjadi satu
memberikan pahala lagi, yang berusaha mempertahankan kesatuan di dalam Jam'iyah
yang lebih besar daripada membaca Al-Qur'an, dan semua pengikut dan tetap menjaganya agar dekat dengan PPP. Pada 1987 dan
setianya akan masuk 1988 mereka menyelenggarakan dua pertemuan besar Jam'iyah
sorga. Mereka melarang pengikutnya mengikuti tarekat lain atau untuk menggalang sdidaritas, dimana hanya anggota yang berafi-
menziarahi makam suci liasi dengan PPP yang hadir. Kiai Badri Masduqi hadir secara me-
lain, yang mnyebabkan mereka, dalam banyak kasus, memutuskan nyolok di sana, dengan bangga menunjukkan bahwa tarekat Tija-
hubungan dengan guru niyah merupakan bagian dari Jam'iyah.
terdahulu. Lihat juga Abdurrahman 1988 (1990b) dan van Pada pertemuan-pertemuan inilah Idham Chalid tampil perta-
Bruinessen 1991b. ma kalinya (dan dipublikasikan secara luas) di hadapan umum se-
jak pemecatan dirinya. Pendukung setianya, Moechammad Bai-
26. Wawancara, Jombang, 15 Juli 1993. dlowi, menginginkannya mendapatkan rumah baru di dalam Jam-
'iyah ini setelah NU sendiri membuatnya harus turun secara me-
malukan.28 Idham masih mendapatkan banyak simpati di kalangan
kiai tarekat, yang menerimanya sebagai ketua, walaupun dia sen-
Hal yang sama mungkin juga berlaku atas konflik terbuka diri bukan seorang guru tarekat dan bahkan bukan pengikut tarekat
dan diketahui umum antara Abdurrahman Wahid dan pamannya, tertentu.29 Para penentang Idham curiga bahwa dia akan meman-
Jusuf Hasjim. Hubungan antar kerabat tidak mudah retak sama faatkan organisasi ini sebagai batu loncatan untuk naik kembali ke
sekali; hubungan itu membuat segalanya bisa diatur dan posisi puncak NU. Sebuah koalisi sekutu-sekutu tradisional Idham,
sekaligus mengandung konflik. para kiai tarekat dan pendukung setia PPP, memang bisa menjadi
Dimensi politik dari konflik ini merupakan aspek lain yang la- tantangan berat bagi mereka yang sedang menjabat sebagai pim-
yak diulas. Kiai Badri dan kiai Tijaniyah lainnya selama 1980-an pinan NU.
tetap menjadi pendukung setia PPP dan, sebagaiman kebanyakan Dalam pekan sebelum Muktamar NU ke-28 (November 1989)
kiai Madura, menentang penarikan diri NU dari PPP. Di pihak Jam'iyah ini mengadakan kongresnya yang ketujuh di pesantren
lain, Kiai Sjaifurrijal sejak lebih awal sudah menerima berbagai almarhum Kiai Muslikh, di Mranggen, Semarang.30 Undangan
subsidi dari Golkar -sebagai akibatnya banyak orang tua yang me- sudah dikirim kepada semua mantan anggota termasuk yang ma-
narik anak-anak mereka dari pesantrennya. Bertambahnya penga- sih berafiliasi dengan jam'iyah almarhum Kiai Musta`in Romli.
ruh Kiai Badri yang mengakibatkan menurunnya pendukung Kiai Kongres tarekat ini dibuka oleh Wakil Presiden Sudharmono
169 170
(yang sudah lama membangun basis kekuasaan di lingkungan ta- tanyakan.34
rekat) dan diisi ceramah Menteri Penerangan Harmoko (kontaknya Jam'iyah setelah kongres 1989 ini nampak lebih kuat dan ber-
Idham, yang belakangan semakin akrab dengan dunia pesantren) satu dibandingkan sebelumnya. Sebagian kiai tarekat yang telah di-
dan Jaksa Agung Sukarton, seorang sekutu Sudharmono. undang tidak datang dan tampaknya ikut bergabung ke Jam'iyah
Kongres ini dihadiri hampir tujuh ratus orang dari seluruh ta- saingannya (Jam'iyah Kiai Musta`in Romli) yang berafiliasi de-
nah air, tetapi didominasi peserta Jawa tengah.31 Moechammad ngan Golkar, tetapi pengurus merasa yakin bahwa jam'iyah sai-
Baidlowi tidak terlalu menampakkan diri, sambil diam-diam mem- ngannya ini tidak akan menjadi saingan berat. Adalah benar bah-
pergunakan pengaruhnya; sementara Kiai Syansuri dan koleganya wa keputusan Situbondo tampaknya memberikan legitimasi yang
dari Tebuireng, Kiai Makky Ma'shum, sangat menonjol dalam si- terlambat atas penyeberangan Kiai Musta'in ke Golkar satu dasa-
dang-sidang dan juga di balik layar. Kiai Adlan Aly, yang ketika warsa sebelumnya. Tetapi konsekwensi lain dari keputusan ini
itu merupakan kiai tarekat yang paling senior jika bukan yang pa- adalah: Golkar menjadi tidak lagi sangat memerlukan jam'iyah
ling tua, menjaga jarak dari pertentangan terbuka tetapi kehadir- Kiai Musta'in.35 Karena tidak adanya patronase yang kuat, jam-
annya sendiri jelas lebih memperkuat pengaruh pihak Jombang. 'iyah ini mungkin akan semakin melemah, sementara jam`iyah
Kongres menyerahkan tugas penyusunan pengurus baru kepa- yang berafiliasi dengan NU sudah berkembang begitu kuat sehing-
da panitia yang terdiri dari lima "sesepuh", yang dipilih secara ga tidak dapat lagi diabaikan oleh pemerintah -dan juga pengurus
aklamasi (di antaranya Kiai Adlan Aly, Kiai Makky, Idham dan NU sendiri.
tuan rumah). Pengurus baru ini, sebagaimana sudah diduga, kem-
bali didominasi oleh Tebuireng, dan Idham Chalid tetap sebagai
ketuanya. Kiai Mranggen dan beberapa sekutu dekat juga masuk ________________________________________________________
dalam kepengurusan baru ini. Posisi-posisi terhormat tetapi tidak ________
signifikan diberikan kepada faksi NU yang lain, sebuah upaya ________________________________________________________
yang kentara untuk meredam pertengkaran-pertengkaran sebelum- ________
nya. Kiai Achmad Siddiq, walaupun tidak hadir dalam kongres
ini, dijadikan sebagai penasehat, dan demikian pula ahli Kasyaf
Habib Luthfi dari Pekalongan, yang termasuk kelompok Abdur- 27. Kiai Tijaniyah Madura tampaknya merasa dekat dengan kelompok
rahman Wahid, juga diangkat sebagai penasehat. Kiai Zamroji, Cipete. Namun,
seorang sekutu lama kiai Musta'in dan masih merupakan kiai ber- kiai muda Tijaniyah dari wilayah lain berusaha mengatasi
pengaruh di jam'iyah yang satunya, juga diangkat sebagai pena- pengucilan tarekat
sehat.32 mereka dengan meminta Abdurrahman Wahid menjadi perantara
Perdebatan sengit tentang ke-mu'tabarah-an Tijaniyah tidak mereka denagn
muncul ke permukaan pada kongres ini. Sebelum kongres sudah komunitas Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang lebih besar.
ada kesepakatan untuk membiarkan masalah ini menggantung, se-
bagaimana yang pernah diputuskan oleh Muktamar NU lebih dari 28. Idham menjadi ketua resmi dari jam'iyah ini sejak terjadinya
setengah abad yang lalu ketika perdebatan serupa berkecamuk.33 konflik dengan Kiai
Kiai Tijaniyah menerima undangan untuk berhadir pada kongres Musta'in --atas permintaan pemerintah ceritanya kepada saya.
ini, dan beberapa puluh orang di antaranya datang --termasuk Kiai Namun, dia baru terlibat
Badri Masduqi. Para sekutu Kiai As`ad tidak berpengaruh pada aktif dalam jam'iyah ini pada tahun 1985, yakni, setelah dia
kongres 1989 ini dan ke-mu'tabarah-an Tiljaniyah tidak lagi diper- diberhentikan oleh muktamar
171 172
NU di Situbondo (Wawancara, Jakarta, 22 dan 30 Jaruari 1990). 32. Secara keseluruhan kepengurusan ini terdiri dari 46 orang. Nama
Moechammad Baidlawi, yang mengorganisir kedua pertemuan dan jabatan mereka
Jam'iyah ini, menceritakan disebutkan dalam Muslikh dkk 1990:60-1.
kepada saya bahwa dia harus menghadapi rintangan dari
pemerintah. Kiai yang pesantrennya 33. Muktamar NU keenam, yamg diadakan di Cirebon pada 1931,
dijadikan tanpat pelaksanaan pertemuan pertama mejadi khawatir, mengambil keputusan yang samar
sehingga tentang tarekat Tijaniyah, yakni menahan diri dari mengutuknya
pertemuan ini harus dipindahkan ke alun-alun kota Jombang demi memelihara keharmo-
(Wawancara, Jombang, nisan, tetapi tidak menyatakannya sebagai tarekat yang mu'tabarah
15 Juli 1993). Jelaslah bahwa Idham Chalid tidak kgi dislkai (lihat Pijper 1934:116-8).
penguasa. Disetujui pada tahun 1989 untuk mengikuti keputusan ini dan
menahan diri dari membicarakan
29. Idham adalah seorang guru tarekat, tetapi dia sendiri, seperti lebih jauh tentang ajaran-ajaran tarekat.
beberapa orang lain
yang menjadi pengurus Jam`iyah ini, bukan anggota sebuah tarekat 34. Bebarapa ajaran dan amalan kontroversial tarekat Tijaniyah
yang terorganisir. dipertanyakan secara tidak
Dia secara pibadi mengamalkan amalan yang menyerupai tarekat langsung dalam sidang yang membicarakan masalah akidah dan
(wawancara, ibadah, tetapi Tijaniyah tidak
Jakarta, 22 Januari 1990). disebut secara eksplisit dan rumusan kompromi yang ditemukan
membuat setiap orang merasa
30. Kiai Muslikhlah yang setelah Kiai Musta'in Romly berpindah ke lega, dengan peluang untuk menafsirkan sendiri. Namun, tidak ada
Golkar, memberi wewenang kiai tarekat Tijaniyah yang
kepada Kiai Adlan Aly untuk mengajarkan tarekat, sehingga dipilih menjadi pengurus.
membantunya menarik kembali
badal dan murid Kiai Musta`in ke PPP. Kiai Muslikh, pengarang 35. Idham merasa yakin bahwa para anggota yang tidak puas ini akan
banyak buku tentang tarekat segera kembali
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, meninggal pada tahun 1981. ke pangkuan jami`yahnya atau menjadi tidak berpengaruh lagi,
Adiknya menggantikannya sebagai sebagaimana yang
guru tarekat tetapi dua putranya dan menantu tertuanyalah yang dialami Kiai Musta'in sendiri. Jam'iyah saingan ini tidak pernah
melibatkan diri mereka dalam berafiliasi
Jam'iyah ini. secara formal dengan Golkar, dan harapan untuk mendapatkan
pengakuan sebagai
31. Jumlah peserta terbesar berasal dari propinsi Jawa Tengah (260), organisasi tarekat Golkar dengan segala keuntungan politis dan
Jawa Timur (170), material
Kalimantan (70) dan Sumatera (40). Semua nama beserta alamat yang diperolehnya, menurut pandangan Idham adalah harapan yang
asal dan tarekat yang tidak realistik.
diikuti, disebutkan dalam Muslikh dkk 1990:63-91. Golkar sudah memiliki ikatan organik dengan persatuan tarekat
lainnya, PPTI yang
173 174
semula berhasil di Sumatera; hal ini membuat Golkar tidak disebut-sebut. Nama yang berkali-kali disebut sebagai calon favorit
mungkin mengakui pengganti Kiai Achmad Siddiq adalah Idham Chalid, sementara
organisasi tarekat yang lain. PPTI didominasi oleh kelompok orang beberapaa anggota PBNU muda lainnya disebut-sebut sebagai
yang sangat pengganti Abdurrahman Wahid. Idham Chalid sendiri berkali-kali
berbeda (tidak ada anggota NU, misalnya) dan para pemimpin mengatakan, dalam percakapan pribadi dan di hadapan umum,
Jam'iyah ini tidak bahwa dia meraa cukup dengan kedudukannya di organisasi tare-
mungkin mencapai posisi puncak di dalamnya (Wawancara, 30 kat, dan tidak mempunyai ambisi lebih jauh. Namun, tidak semua
Januari 1990). orang merasa yakin, ini bukanlah untuk pertama kalinya dia mem-
Tentang PPTI, lihat Effendi 1990. berikan pernyataan serupa hanya supaya dibujuk oleh para pendu-
kung setianya agar bersedia menjabat untuk ke sekian kalinya. Dia
BAB 6 bahkan tidak hadir di muktamar karena alasan kesehatan, tetapi
MUKTAMAR NU KE-28 banyak orang yang percaya (namun nampaknya berita ini tidak be-
MENGUJI KHITTAH nar) bahwa dia menginap di sebuah hotel di Yogyakarta, dan secara
teratur mendapatkan keterangan singkat dari para pendukungnya
PADA Nopember 1989 NU menyelenggarakan Muktamarnya dan memberikan pengarahan tentang apa yang akan dilakukan. Se-
yang ke-28 di Pesantren Kiai Ali Ma'shum, Krapyak, yang terle- kutunya, Chalid Mawardi, yang masa jabatannya sebagai duta be-
tak di pinggiran kota sebelah selatan Yogyakarta. Tidak ada kepu- sar Suriah sudah berakhir, memang hadir dan karena itu menim-
tusan penting yang diambil dalam muktamar kali ini. Ia lebih me- bulkan berbagai spekulasi tentang kemungkinannya menjadi peng-
rupakan kesempatan untuk mengevaluasi pengaruh keputusan Si- ganti Abdurrahman Wahid.
tubondo dan kinerja PBNU yang dipilih pada 1984. Hasil peni- Tokoh lain yang tidak hadir namun juga berusaha menanam-
laian mengenai keduanya tampaknya positif; sejumlah besar utusan kan pengaruhnya dalam muktamar ini adalah Kiai As'ad, sahibul
menilai bahwa pemisahan diri dari PPP telah berjalan dengan baik bait Muktamar Situbondo. Kiai As'ad pada kepengurusan sebe-
dan mendukung interpretasi Abdurrahman Wahid tentang keputus- lumnya menjabat sebagai salah seorang dari sembilan mustasyar
an kembali ke khittah 1926. Duet Siddiq-Wahid terpilih kembali (penasehat senior), sebuah posisi yang pada umumnya bersifat ke-
dan dukungan atas program pembaruan mereka semakin kuat; hormatan. Tetapi karena dia secara serius menganggap kedudukan
komposisi pengurus baru lebih kohesif, sehingga lebih memung- yang diberikan kepadanya sebagai tanggung jawab sejarah NU,
kinkan terlaksanannya program tersebut. Dengan demikian, muk- dia memperlakukan dirinya sebagai Mustasyar Aam, penasehat
tamar ini memperlihatkan langkah penting ke arah konsolidasi ke- umum dan merasa bahwa pengurus Tanfidziyah harus bertang-
bijakan-kebijakan NU yang baru dan memperkukuh persatuan.1 gung jawab kepadanya. Tanfidziyah sendiri melihatnya secara ber-
beda, sehingga konflik menjadi tak terelakkan. Lebih dari itu, Kiai
DUET SIDDIQ-WAHID: PENDUKUNG DAN PENENTANGNYA As'ad mengharapkan pengurus Tanfidziyah mengurus patronase
pemerintah untuknya, sebagaimana yang juga dia lakukan pada
Menjelang muktamar dimulai, terpilihnya kembali Kiai Ach- masa kepengurusan Idham. (Kegagalan Idham untuk terus memu-
mad Siddiq dan Abdurrahman Wahid tampak tidak pasti sama se- askan Kiai As'ad lah, menurut sebagian orang, yang menjadi alas-
kali. Beberapa minggu terakhir, pers diramaikan kembali dengan an utama kudeta terhadapnya). Namun, Abdurrahman Wahid me-
kritik terhadap mereka -dan ternyata lebih gencar dari yang terde- ngabaikan begitu saja permintaan patronase itu, sehingga sangat
ngar di dalam muktamar itu sendiri. Para wartawan telah mewa- menjengkelkan sang kiai.
wancarai penentang mereka, dan beberapa calon tandingan yang Berbeda dengan Idham, Kiai As'ad berulangkali memanfaat-
175 176
kan pers untuk mempublikasikan ketidaksenangannya kepada Ab- ka ketahui melalui laporan-laporan pers yang terdistorsi.2 Hubung-
durrahman Wahid. Dengan menyebut perilaku dan pernyataan annya dengan lingkungan luar NU; termasuk penganut aliran ke-
kontroversial Abdutrahman Wahid sebagai sebab kemarahannya, percayaan, orang-orang kristen, Cina dan asing, dirasakan sebagai
Kiai As`ad menginginkan Abdurrahman Wahid dipecat dari jabat- aset bagi NU tetapi pada saat yang sama juga dirasakan sebagai
annya. Di antara pemimpin senior NU, Kiai Masjkur, mantan ke- ancaman terhadap nilai-nilai yang diperjuangkan. Belakangan, dia
tua Umum PBNU, juga mendukung kritik Kiai As'ad terhadap bahkan berani mengkritik umat Islam di hadapan para pendengar-
Abdurrahman Wahid. nya yang beragama Kristen. Dia mengungkapkan apresiasinya ke-
Kiai As'ad diketahui mendapat dukungan dari Menteri Perta- pada Islam Syiah dan teologi rasionalis Mu'tazilah -keduanya
hanan Benny Moerdani. (Kiai As'ad tetap merupakan kontak uta- merupakan hal yang tabu di kalangan NU- serta menyatakan bah-
manya di NU). Moerdani pastilah kurang senang karena Abdur- wa Islam tidak perlu menjadi Arab tetapi dapat secara sah dipri-
rahman Wahid mengambil jalan yang berbeda dengannya. Pada bumisasikan. Dia juga mendorong agar Kitab Kuning dikaji secara
1984, atas permintaan Abdurrahman Wahidlah sehingga dia, yang kritis, bukan hanya dihafalkan dengan penuh takzim, dan itu ber-
pada waktu itu sebagai Panglima ABRI, diundang untuk mengun- arti menggoyang tiang-tiang penyangga kedudukan kiai yang sela-
jungi pesantren Jawa Timur dan berjumpa dengan para kiai NU ma ini berdiri kukuh. Muktamar Krapyak ternyata didahului de-
terkemuka. Pada muktamar Situbondo, yang diadakan menjelang ngan sebuah seminar, atas dukungan NU, di mana kitab-kitab ku-
akhir tahun itu, Moerdani juga mendapat sambutan hangat dan ning dibahas secara kritis dan relevansi sosialnya dipertanyakan.
dia memberikan banyak hadiah kepada Kiai As`ad dan Kiai Ach- Sekelompok kiai, yang berhati-hati terhadap sesuatu yang dirasa-
mad Siddiq. Pada pertengahan 1980-an, Moerdani dan Menteri kan membahayakan, meminta pemboikotan terhadap seminar ter-
Sekretaris Negara Sudharmono, adalah dua orang yang paling ber- sebut, karena berbagai gagasan mengejutkan yang dikemukakan
kuasa setelah Soeharto. Keduanya terlibat persaingan keras untuk pada seminar-seminar (halaqah) sebelumnya oleh beberapa peserta
dapat berkuasa pada periode pasca-Soeharto. Kebanyakan aktor muda yang dengan penuh semangat mempertanyakan pandangan-
politik yang lain bersekutu dengan salah seorang di antara kedua- pandangan yang sudah dianut sejak lama.3
nya, dan Abdurrahman Wahid setelah sempat ragu-ragu akhirnya Tantangan keras terhadap duet Wahid-Siddiq juga muncul da-
berada di kubu Moerdani. Pada 1988 Moerdani, yang pada waktu ri, bisa dimengerti, kalangan warga NU yang masih setia kepada
itu secara terbuka menyatakan ketidaksenangannya kepada Soehar- PPP. Mereka jelas tidak menyukai pemutusan hubungan formal
to, sudah berkurang kekuasaannya. Soeharto tidak lagi mengang- dengan partai ini, dan lebih-lebih upaya Abdurrahman Wahid
katnya sebagai Panglima ABRI, dan menunjuk Try Sutrisno, seba- memperlemahnya pada pemilu 1989. Bahkan di kalangan mereka
gai penggantinya. Namun Soeharto tetap mempertahankan jabatan yang kecewa dengan PPP masa Naro pun ada penolakan yang ke-
Moerdani sebagai Menteri Pertahanan, sementara Sudharmom, di- ras terhadap depolitisasi NU. Sebagaimana telah disebutkan pada
pilih sebagai Wakil Presiden. Jenderal Rudini, mantan Kepala Staf Bab 4, sudah sejak sebelum Munas pada 1987 sekelompok politisi
Angkatan Darat, diangkat sebagai Menteri Dalam Negeri (dan telah berusaha menggeser Abdurrahman Wahid dan mengusulkan
menjadi pesaing serius dalam memperebutkan kekuasaan). Sejak agar NU menjadi partai politik kembali, terlepas dari PPP. Mukta-
saat itu, baik Abdurrahman Wahid maupun Achmad Siddiq ber- mar PPP pada 1989 ditandai dengan kejatuhan Naro dan muncul-
usaha mengambil posisi netral antara Soeharto dan para saingan- nya beberapa anggota NU di posisi-posisi penting. Kenyataan ini
nya, dan itu berarti memutuskan ikatan dengan Moerdani. jelas memperkuat pihak-pihak yang ingin mempertahankan keterli-
Banyak kiai sepuh lainnya yang juga tidak senang terhadap pe- batan NU dalam politik praktis.
rilaku Abdurrahman Wahid yang tidak konvensional dan pernyata- Bagaimanapun juga, di kalangan aktifis NU yang sangat berpi-
an-pernyataannya yang sering provokatif, yang kebanyakan mere- kiran politis seperti Jusuf Hasjim, yang masih menentang kembali
177 178
ke PPP, ada ketidaksenangan terhadap sikap "akomodasionis" ke- orang yang sudah bernegosiasi dengannya.
dua tokoh, Wahid-Siddiq itu. Penerimaan Abdurrahman Wahid Ketika persiapan muktamar 1989 dimulai, Kiai As'ad meng-
atas penunjukkan dirinya sebagai anggota MPR dan bergabung ke usulkan kembali Situbondo sebagai tempat pelaksanaan -sebuah
kelompok Golkar telah merusak kredibilitas sikapnya yang me- tawaran yang murah hati, yang menghabiskan banyak biaya- dan
nolak terlibat dalam politik praktis. Jusuf Hasjim juga kecewa ke- berharap memainkan kembali peranannya sebagai ketua ahlul halli
pada Kiai Achmad Siddiq yang, seperti diceritakannya kepada wal aqdi. Fakta bahwa tidak satupun dari tawaran-tawarannya ini
pers, hampir tidak pernah membicarakan masalah-masalah penting yang dipertimbangkan secara serius menunjukkan bahwa dia bu-
dengan anggota pengurus lainnya dan tidak pernah ada di saat me- kanlah orang berpengaruh di belakang layar sebagaimana diduga
reka memerlukannya. Daripada bertukar pikiran dengan kolega- kalangan pers. Pengurus yang sedang berjalan memilih pesantren
nya, lanjut Jusuf, Kiai Achmad lebih suka menyerahkan masalah- Krapyak karena beberapa alasan. Pemilihan Krapyak ini merupa-
masalah penting langsung kepada Soeharto, tanpa terlebih dahulu kan penghormatan yang terlambat kepada Kiai Ali Ma'shum,
membicarakannya secara terbuka dengan pengurus yang lain. yang dengan cepat diganti pada muktamar Situbondo dan sekarang
Menjelang Munas, penentang yang lain mengedarkan sebuah sering sakit-sakitan. Lebih dari itu, Kiai Ali berulangkali telah me-
pamflet yang menyerang dari arah yang lain, menuduh Abdurrah- lindungi mantan muridnya Abdurrahman Wahid dari para peng-
man Wahid telah melakukan tindakan radikal yang berbahaya. kritik dan musuhnya, dan karena itu pesantrennya tampaknya me-
Pamflet ini menyatakan bahwa Abdurrahman Wahid telah mem- rupakan tempat yang paling mendukung untuk dijadikan tempat
bangkitkan kemarahan presiden karena keterlibatannya dalam pro- penyelenggaraan muktamar. Juga, ada alasan yang baik untuk ti-
tes yang dilancarkan sekelompok Ornop (organisasi non-pemerin- dak menunjuk ahlul halli wal aqdi pada muktamar kali ini. Pendu-
tah) kepada Bank Dunia mengenai sebuah proyek pemerintah yang kung Abdurrahman Wahid yang paling kuat (tetapi tidak selalu
kontroversial.4 Inilah kritik yang memberikan pukulan paling ke- merupakan pendukung Kiai Achmad Siddiq yang otoriter) bukan
ras dan bisa jadi akan sangat membahayakan posisi Abdurrahman dari pihak kiai tetapi dari para pengurus cabang yang pada umum-
Wahid. Seluruh pengurus NU dan utusan muktamar, betapapun nya didominasi orang-orang yang lebih muda. Kebanyakannya
mereka menyukai gagasan-gagasan inovatif Abdurrahman Wahid, adalah mereka yang menyukai gagasannya mengenai pengem-
tidak menginginkan NU kembali masuk ke buku hitam pemerin- bangan masyarakat, di samping para wirausahawan kecil yang
tah. Mereka tidak akan memilih ketua yang dapat membahayakan mendapatkan keuntungan berkat sikap akomodatif NU kepada pe-
hubungan yang sudah membaik dengan pemerintah. Karena itu, merintah. Sementara banyak kiai yang menghawatirkan perubah-
dalam laporannya kepada muktamar, Abdurrahman Wahid menje- an, orang-orang ini menginginkan lebih banyak perubahan, me-
laskan panjang lebar tentang kejadian itu dan menekankan bahwa nyadari bahwa NU merupakan salah satu segmen masyarakat yang
presiden sudah menerima permintaan maafnya. paling terkebelakang. Para utusan dari wilayahlah yang pada 1971
Dengan begitu banyak faksi dan penentang yang berbeda-beda mendukung Subchan menentang veto Kiai Bisri, dan kali ini me-
terhadap kepengurusan yang sedang berjalan, maka prosedur pe- reka kemungkinan besar mendukung Abdurrahman Wahid. Pada
milihan pemimpin baru akan mengalami perubahan besar. Pada minggu-minggu sebelum berlangsungnya muktamar, Abdurrah-
muktamar Situbondo, tugas menyusun kepengurusan baru diserah- man Wahid berkunjung ke pelosok-pelosok tanah air dan me-
kan kepada para kiai sepuh, yang pada kesempatan itu dijuluki ngunjungi pengurus-pengurus wilayah, sambil menjelaskan gagas-
Ahlul halli wal Aqdi. Dalam prakteknya, ini berarti keputusan ber- dan rencana-rencananya kepada mereka. Satu-satunya
ada di tangan kiai As'ad yang secara aklamasi dipilih sebagai ke- calon yang tak bisa dipastikan adalah Idham Chalid, yang sejak
tua tim ahl halli wal aqdi dan memilih anggota lainnya. Dengan lama sangat berpengaruh di kalangan para pengurus wilayah dan
demikian Kiai As'ad dapat membuat kejutan bahkan bagi orang- cabang-cabang.
179 180
Karena itu, tidaklah mengejutkan bila kali ini Abdurrahman yang, sepintas lalu, meninggalkan sidang-sidang juga, mungkin
Wahid, atas nama PBNU, tidak mengusulkan prosedur pemilihan karena terlibat dalam lobbying intens, karena mengetahui bahwa
"Islami" melalui ahlul halli wal aqdi tetapi gabungan dari pemi- keputusan-keputusan penting bukan diambil melalui acara-acara
lihan langsung dan tidak langsung oleh para utusan cabang. Rois yang berlangsung demokratis, tetapi di tempat lain.
Aam beserta wakilnya dan Ketua Umum Tanfidziyah akan dipilih Di sela-sela acara muktamar kesibukan yang ramai terus ber-
secara langsung; bersama-sama dengan empat orang lainnya yang langsung hingga larut malam. Banyak orang yang bukan peserta
dipilih secara langsung mereka menjadi tim formatur yang akan muktamar juga berdatangan ke Krapyak, sebagai pendukung dan
menunjuk para anggota pengurus lainnya. Cara pemilihan ini jelas simpatisan, atau hanya karena rasa ingin tahu. Kota Yogyakarta
akan memberikan kepada ketua umum baru yang terpilih kekua- menjadi mirip pasar raya besar, di mana orang-orang dapat ma-
saan menyeleksi para anggota pengurus yang dapat bekerjasama kan, minum, membeli buku dan T-Shirt serta souvenir lainnya dan
dengannya. Semua orang-dalam mengerti bagaimana frustasinya pada waktu malam mendengarkan ceramah-ceramah yang disam-
Abdurrahman Wahid dengan kepengurusan yang sedang berjalan, paikan da'i-da`i Jawa paling terkenal di tanah air. Suasana tidak
dia merasakan beberapa anggota yang tidak dapat bekerja sama berbeda dengan sebuah acara haul besar, dan bagi banyak orang
sekali atau bahkan memboikot usaha-usaha yang dijalankannya. ternyata mereka yang hadir itu tampak menjadi satu.
Satu-satunya yang menentang prosedur yang diusulkan ini (di luar Acara pembukaan, oleh Soeharto, bukannya tanpa simbolisme
pendukung Kiai As'ad) adalah Jusuf Hasjim, yang mengusulkan -yang pasti sudah direncanskan secara hati-hati. Setelah memba-
pemilihan untuk semua posisi dalam dua tahap -sebuah prosedur cakan pidatonya yang sangat menyejukkan, dia secara resmi mem-
memungkinkan dia lebih banyak berpengaruh. Pada hari pertama buka muktamar ini dengan memukul sebuah bedug besar. Dia
muktamar, para utusan -yang kebanyakan tidak menyadari impli- mengejutkan setiap orang karena memukulnya dengan pola irama
kasi dari kedua usulan ini- secara aklamasi menyetujui prosedur yang khas yang hanya dapat dilakukan oleh santri yang sudah
yang ditawarkan Abdurrahman Wahid. terlatih. Dan hal itu bukannya tidak berpengaruh bagi orang Jawa
yang hadir. Seseorang berkata kepada saya, "berarti dia pasti su-
KEGIATAN-KEGIATAN SAMPINGAN MUKTAMAR dah sering memukul bedug pada masa mudanya, jadi sedikit ba-
nyak dia adalah bagian dari kita", dan yang lain menyetujuinya.
Pemilihan pengurus baru, yang merupakan kegiatan paling Lebih dari itu, bedug yang sangat besar itu ternyata adalah milik
menarik selama muktamar, direncanakan dilangsungkan pada hari keluarga tempat dimana Soeharto dibesarkan sebagai seorang anak
keempat dan terakhir. Tiga hari pertama diisi dengan acara-acara angkat; bedug itu dipinjamkan ke pesantren untuk acara khusus
rutin muktamar: pidato-pidato orang penting, laporan pengurus, ini. (Pesantren sendiri tentu saja juga mempunyai bedug, tetapi
komentar para pengurus wilayah, diskusi tentang berbagai pro- jauh lebih kecil ukurannya). Setelah Soeharto meninggalkan arena
gram dan berbagai masalah agama. Tentu saja, bertemu teman-te- muktamar, bedug tetap berada di tempatnya, kehadirannya yang
man lama dan mencari kenalan baru merupakan kegiatan penting begitu menyolok seolah-olah terus mengawasi sidang-sidang beri-
lainnya. Bagi banyak kiai, terutama yang kurang berpengaruh, kutnya.
muktamar atau Munas NU merupakan kesempatan unik untuk Dari semua tamu penting, Jendral Try Sutrisnolah yang men-
bertemu banyak kolega dan membicarakan masalah-masalah yang dapat sambutan paling hangat --tak mengherankan, karena dia ada-
menyangkut kepentingan bersama. Sebagian nampaknya datang lah orang Jawa pertama dari kebudayaan santri yang menjadi
hanya untuk tujuan-tujuan ini dan bahkan tidak hadir dalam si- Panglima ABRI. Selama dia menyampaikan pidatonya, yang di-
dang-sidangnya, menyerahkan tugas-tugas tersebut kepada anggota sertai ayat-ayat suci, para hadirin mendengarkannya dengan sangat
pengurus wilayah mereka yang lebih muda. Banyak kiai sepuh terpukau; dan ketika dia mengakhiri pidatonya, segera disambut
181 182
dengan shalawat badar.5 Ratusan orang bangkit dari kursi dan me- mereka yang nama-namanya disebut-sebut sebagai pesaingnya. Se-
ngerumuninya, berusaha berjabat tangan dengannya atau meme- bagaimana biasanya, pidatonya dibumbui dengan lelucon-lelucon
luknya. ringan, yang memungkinkannya mengungkapkan pendapat-penda-
Sebaliknya, kehadiran Jenderal Moerdani pada muktamar ini pat yang sangat kritis tanpa terkesan menghina. Saya, katanya, ti-
mendapat sambutan dingin. Karena sedang dalam konflik terbuka dak akan memberikan laporan lisan singkat dan kemudian memin-
dengan Soeharto, dia tidak ikut menemaninya pada acara pembu- ta muktamar memaafkan, karena mengetahui bahwa memberi ma-
kaan, sebagaimana menteri yang lain. Dia datang pada malam ha- af merupakan bagian dari tradisi NU (sebuah sindiran yang tidak
rinya. Lima tahun sebelumnya, di Situbondo, dia disambut penuh sangat kabur kepada penampilan Idham pada muktamar 1979,
semangat oleh muktamar dan secara spontan dipeluk para kiai, yang diabadikan oleh Nakamura). Kali ini PBNU sudah memper-
dalam suasana perayaan atas terjadinya rekonsiliasi antara NU dan siapkan laporan tertulis yang rinci sehingga keberhasilan-keberha-
ABRI. Jika dikontraskan dengan peristiwa itu, penerimaan atas silan dan kekurangan-kekurangannya akan terlihat jelas. Dalam pi-
kehadirannya kali ini akan menjadi terasa lebih dingin. Hampir datonya dia hanya akan menyampaikan beberapa hal penting. Dia
tidak ada reaksi ketika dia masuk dan tampak tidak menarik secara terus terang mengakui bahwa PBNU telah gagal memenuhi
perhatian ketika dia menyampaikan pidatonya (yang mengandung berbagai rencana dan janjinya (misalnya dalam bidang pendidikan
kata-kata keras mengenai keamanan nasional dan pengutukan dan pengembangan masyarakat) karena adanya konflik internal
terhadap para aktifis hak asasi asing, yang secara tidak langsung atau lebih tepatnya, katanya, karena sebagian anggota PBNU begi-
dialamatkan kepada kontak internasionalnya Abdurrahman tu saja menolak menjalankan inisiatifnya. Kebanyakan orang yang
Wahid). Ketika dia mengakhiri pidatonya dengan "assalamu hadir mengerti kepada siapa kata-kata ini dialamatkan: Anwar
'alaikum", sebagaimana yang biasanya dilakukan pembicara Mus- Nurris, Sekretaris Jenderal yang dipaksakan Kiai As'ad kepada-
lim, hampir tidak ada seorangpun yang menjawabnya. Tidak se- nya. Jika kami tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik, kela-
orang pun di antara peserta yang bangkit berdiri dan berusaha me karnya kepada peserta muktamar, maka sebenarnya itu adalah ke-
nyalaminya, sebagaimana yang mereka lakukan kepada semua salahan anda karena anda menyetujui kepengurusan ini di Situbon-
pembicara lainnya. Menjadi jelaslah sudah bahwa dalam konflik- do; Saya berharap agar anda semua lebih berhati-hati dan meng-
nya dengan Soeharto, Moerdani tidak dapat mengharapkan NU ambil pilihan yang lebih baik sekarang.
dan pengikut pedesaannya yang besar akan menjadi basis Implikasi kongkret dari pernyataan kembali ke khittah 1926
kekuasaannya. Baik massa maupun elite NU pada waktu itu sama- masih tetap sangat kabur sehingga berbagai penafsiran yang berbe-
sama cenderung tidak meletakkan harapan kepadanya.6 Lobbinya da-beda dapat muncul secara bersamaan, dan dia meminta muk-
-melalui wakilnya- untuk kepentingan Kiai As'ad Syamsul Ari- tamar agar kembali merenungkannya lebih mendalam. Bagaimana
fm dan faksinya pada hari-hari berikutnya tetap tidak memberikan tepatnya, misalnya, penarikan diri dari politik praktis itu ditafsir-
pengaruh apa-apa. Tidak seseorang pun dari calon favorit Kiai kan? Beberapa kontraktor yang menjadi pengurus NU, kata Ab-
As'ad masuk dalam kepengurusan yang akhirnya terpilih. durrahman Wahid, merasa khawatir kehilangan tender-tendernya
jika NU kembali ke politik. NU -di sini dia menantang Jusuf Ha-
DARI PENGURUS LAMA KE PENGURUS BARU sjim, politisi oposisional itu- harus lebih eksplisit tentang di ma-
na dia menarik garis batas "politik praktis". Gagasan mengubah
Abdurrahman Wahid memanfaatkan kesempatan penyampaian NU menjadi partai politik lain di samping PPP (pertama kali di-
laporannya mengenai kegiatan-kegiatan PBNU, yang diberikan utarakan oleh Mahbub Djunaidi pada Munas 1987), katanya, ada-
pada malam hari pertama, untuk menekankan perbedaan antara lah gagasan yang tidak realistik. Memang benar bahwa Undang-
apa yang ingin diperjuangkannya dan apa yang diperjuangkan oleh Undang Dasar 1945 memungkinkan berapapun jumlah partai, te-
183 184
tapi kehidupan politik dikendalikan oleh Keputusan Presiden (Kep- Wahid dan mereka muak dengan gaya para penentangnya yang
pres) dan Ketetapan-ketetapan MPR, yang secara eksplisit hanya sok suci. Kebanyakan pembicara menyebutkan adanya dinamisme
membolehkan adanya dua partai politik di samping GoIkar. Dia baru yang mereka amati di tubuh NU selama lima tahun berjalan
meminta muktamar menyetujui bahwa penarikan diri dari politik (ini adalah sebuah ungkapan yang jarang digunakan untuk NU se-
praktis itu bersifat menyeluruh dan tanpa syarat. belumnya); kebanyakan mereka sangat mendukung kebijakan-ke-
Tetapi penarikan diri dari politik tidak harus berarti membatasi bijakan baru. Sebagian menambahkan bahwa NU sangat memer-
seseorang untuk beribadah dan berdakwah, lanjutnya. NU mem- lukan para pemimpin yang mampu menterjemahkan gagasan-ga-
punyai sebuah badan khusus untuk dakwah, yang dipimpin oleh gasan kreatif Abdurrahman Wahid ke dalam praktek.
Kiai Syukron Ma'mun (seorang da'i bersuara lantang yang sangat Ada juga beberapa kritik terhadap kinerja PBNU, tetapi kele-
terkenal, berbasis di Jakarta dan diketahui sangat menentang Ab- mahan itu biasanya dinyatakan sebagai akibat tidak adanya kesa-
durrahman Wahid. Oleh sebagian orang ingin diajukan sebagai ca- tuan di PBNU atau karena tindakan individu-individu tertenbu. Sa-
lon tandingan). Tetapi NU lebih dari sekadar sebuah organisasi ke- lah satu utusan mengkritik karena program sangat kabur sehingga
masyarakatan untuk dakwah, organisasi ini mempunyai banyak tidak ada cara untuk mengukur sejauh mana ia telah benar-benar
fungsi-fungsi lain yang perlu dikembangkan lebih jauh (dan, dia terlaksana. Manajemen PBNU sangat lemah, katanya, namun dia
tampaknya ingin menyindir, da'i yang tadi disebut tidak banyak juga mengatakan bahwa PBNU paling tidak telah berjasa membe-
mengerti hal ini), seperti pengembangan perguruan tinggi Islam. rikan kegairahan baru ke dalam NU dan memperbaiki hubungan
Sejak muktamar Semarang tahun 1979, NU telah menyatakan pe- dengan dunia luar. Komentar ini nampaknya dengan rapi me-
nanganan masalah-masalah yang berkaitan dengan keprihatinan so- rangkum pendapat-pendapat kebanyakan utusan wilayah. Sebagian
sial (diterjemahkan ke bahasa Arab menjadi Syu'un Ijtima'jyah sudah mengatakan bahwa, walaupun terdapat kekurangan-keku-
sehingga kedengaran benar-benar Islami) sebagai bagian penting rangan, mereka menginginkan duet Wahid-Siddiq kembali menja-
dari fungsinya. Abdurrahman Wahid mengajak muktamar seka- bat.
rang untuk lebih mempertegas apa makna komitmen kepada ke- Suara-suara yang lebih kritis hampir tak terdengar. PWNU Ja-
giatan-kegiatan sosial ini. Untuk merangsang diskusi mengenai to- karta, yang didominasi kelompok penentang Abdurrahman Wa-
pik ini, PBNU menyediakan sebuah naskah "rencana program li- hid, diduga akan melancarkan serangan terbuka. Tetapi ketika gi-
ma tahun" yang telah dipersiapkan sebelumnya.7 liran berbicara sudah tiba kelompok penentang ini tampaknya be-
Pada muktamar hari kedua, utusan dari berbagai wilayah dibe- gitu kacau sehingga tidak ada yang tampil ke depan. Ketika, sete-
ri kesempatan memberikan komentar, kritik dan sarannya. Ma- lah beberapa wilayah lainnya, seorang utusan Jakarta akhirnya ber-
sing-masing dari kedua puluh enam wilayah diberi waktu selama bicara, dia tampak berhati-hati agar tidak membuat peserta muk-
sepuluh menit. Walaupun pimpinan sidang telah meminta mereka tamar marah, dan kritiknya sama sekali tidak tajam. Sulawesi Se-
tidak menjadikan kesempatan ini sebagai ajang kontes pidato tetapi latan adalah satu-satunya wilayah lain yang menyampaikan kata-
secara faktual beberapa pembicara tidak membicarakan banyak hal kata kritis terhadap Abdurrahman Wahid sendiri, terutama menge-
kecuali mengucapkan kalimat-kalimat kosong. Mereka dicemooh nai dirinya yang terlalu dekat dengan Golkar. Komentar kritis
oleh peserta muktamar, yang memperlihatkan kurangnya-kemam- yang lunak dari utusan resmi wilayah ini mendapatkan dukungan
puan menahan diri (yang kadang-kadang dikatakan sebagai ciri dari seorang utusan Bugis tidak resmi yang, dengan suara yang
khas orang Jawa). "Khutbah Jum'at lagi!", cemooh sebagian; menggema dan agak histeris seperti da'i yang terbakar semangat,
yang lain lagi berteriak tidak sabar, "Intinya saja, pak! ". Mayoritas menyerang Abdurrahman Wahid karena perilaku politiknya dan
peserta adalah orang muda dan gampang bosan. Segera menjadi terutama gagasan-gagasan "nyeleneh"-nya yang terbaca di media
jelas juga, bahwa mereka sangat bersimpati kepada Abdurrahman massa cetak. Apakah Abdurrahman Wahid, dia bertanya secara
185 186
retorik, salah seorang setan yang, secara lahiriah muslim, datang rintah tidak keberatan dia menjadi pimpinan NU untuk masa kepe-
untuk menghancurkan Islam? Ini hanyalah kecelakaan yang agak ngurusan selanjutnya.
memalukan yang justru semakin memperkuat konsensus yang
hampir bulat bahwa AWurrahman Wahid adalah orang yang di-
perlukan NU pada tahap sekarang. Dan juga merupakan peringat-
an bahwa di antara semua orang NU masih banyak yang merasa ________________________________________________________
tidak cocok dengan jalan baru yang dirambah NU. _________
Setelah berbagai komentar dari utusan wilayah ini, Abdurrah- ________________________________________________________
man Wahid dengan maksud mempertahankan diri kembali meng- _________
urutkan secara sistematis kritik-kritik yang dilontarkan terhadapnya
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang paling penting. Dia sa- 1. Kebanyakan isi bab ini sudah dipublikasikan sebelumya, dengan
dar bahwa sebagian gagasan-gagasannya, terutama ketika dilapor- sedikit perubahan,
kan oleh media yang tidak bersimpati, dapat melukai perasaan dalam Jurnal Archipel (van Bruinessen 1991a). Saya berterima kasih
orang lain. Dengan mengambil kiasan yang digunakan oleh Kiai kepada redaksi
Achmad Siddiq pada pidato pembukaannya, dimana NU dapat di- yang mengizinkan saya memanfaatkan bahan yang sama di sini.
umpamakan sebuah kendaraan, dia mengatakan bahwa diperlukan
rem dan pedal gas. Dengan ulama yang selalu menekan rem, di-
perlukan seseorang yang akan menginjak pedal gas dari waktu ke 2. Dengan maksud menetralisir kritik, para sekutu Abdurrahman
waktu jika dia tetap ingin kendaraannya berjalan. Dia mengulangi Wahid memberikan
kembali keyakinannya bahwa NU harus memainkan peranan da- penjelasan tentang apayang sebenarnya ia lakukan dan katakan.
lam masalah-masalah sosial dan ekonomi, kalau tidak kehadiran- Beberapa mingggu
nya akan menjadi tidak relevan. Pemerintah mempunyai beberapa sebelum muktamar, Kiai Imron Hamzah (ketua PWNU Jawa Timur)
program untuk memperbaiki ketimpangan wilayah yang sangat ta- dan Choirul Anam
jam, tetapi pembangunan yang tidak merata tetap berjalan dan In- (Wartawan) menerbitkan sebuah buku dengan judul yang
donesia sedang menyaksikan pertumbuhan bisnis konglomerat mengecohkan "Gus Dur diadili
yang tak terkendali. Ummat Islam harus memberikan sumbangan Para Kiai". Buku ini membicarakan satu persatu dari berbagai
demi terbangunnya jalan tengah, dan di sanalah, tandasnya, terle- pernyataan dan
tak tugas utama NU. tindakan ketua umum PBNU yang sering mengejutkan para warga
Akhirnya, dia menegaskan kembali kepada muktamar bahwa NU, dan kemudian
gagasan-gagasannya dan pendekatan pengembangan masyarakat diberikan penjelasan dan dibela dengan mengutip pernyataan Gus
yang dia ajukan tidak akan membawa NU ke dalam konflik baru Dur sendiri.
dengan presiden. Menanggapi pamflet yang menyatakan bahwa
dirinya telah membuat marah penguasa, dia menerangkan secara 3. Seminar-seminar (halqah) ini dan diskursus yang berkembang di
rinci bagaimana hubungannya dengan protes Kedung Ombo dan sana akan dibicarakan
kenapa dia mengusulkan mengirim surat ke Bank Dunia. Surat secara khusus dalam bab berikutnya.
tersebut dibuat oleh orang lain; dia sudah meminta maaf kepada
presiden; dan presiden dengan senang hati telah menerima per- 4. Sekelompok Ornop telah mengirim ke Bank Dunia sebuah surat
mintaan maafnya. Dia telah mendapatkan jaminan bahwa peme- yang menggambarkan
187 188
secara panjang lebar perlakuan pemerintah terhadap penduduk desa da 1970-an telah berkembang menjadi satu-satunya kekuatan opo-
yang dipindahkan sisional paling penting, seorang pemimpin harus mengkampanye-
karena adanya pembangunan waduk Kedung Ombo (yang kan dirinya dengan mengatakan bahwa dirinya dapat diterima oleh
disponsori Bank Dunia). Pemeritah penguasa. Ini bukanlah untuk pertama kalinya Abdurrahman Wa-
merasa sangat dipermalukan oleh surat tersebut, yang hid menekankan betapa pentingnya, menurutnya, agar NU berada
mengakibatkan diambilnya dalam buku-baik pemerintah. Bersikap oposisional mungkin lebih
tindakan balasan terhadap beberapa Ornop. Gagasan untuk surat heroik, tetapi sikap itu tidak memberikan kepada seorang kebe-
tersebut memang dari basan untuk berbuat sesuatu yang benar-benar dibutuhkan. Keter-
Abdurahman Wahid tetapi suratnya dibuat oleh yang lain dan belakangan sosial dan ekonomi warga yang diwakili NU -inilah
tampaknya jauh lebih radikal tema utamanya- perlu diperbaiki sebelum menjadi terlalu terlam-
dari yang dia maksudkan. Dia harus meminta maaf Lepada presiden bat untuk berlomba dengan yang lain. Muhammadiyah sudah
mengenai surat ini. memperhatikan masalah ini jauh lebih awal, dan bukanlah kebe-
tulan jika Muhammadiyah sudah lama mengambil jarak dari poli-
5. Shalawat ini -doa bersajak yang mengingatkan orang kepeda perang tik praktis. Para anggotanya sekarang telah menjadi bagian dari
Badar, dimana Nabi arus utama dalam kehidupan sosial dan ekonomi bangsa Indonesia;
dan para sahabatnya memperoleh kemenangan atas pasukan musuh mereka terdapat di dalam birokrasi, militer dan lingkungan bisnis.
yang lebih kuat- sangat Warga NU -di luar beberapa kiai yang berhasil dan sebagian po-
populer di lingkungan NU, terutama di Jawa Timur. Popularitasnya litisi di perkotaan- masih saja berada di posisi pinggiran. Membe-
nampaknya dimulai rikan tempat yang layak bagi mereka tanpa dipandang subversif,
sejak kampanye pemilu 1955, ketika ia mulai diperlakukan sebagai dalam pandangan Kiai Achmad Siddiq dan Abdurrahman Wahid,
nyanyian perang. Lihat adalah upaya yang sangat penting artinya. Anggota NU yang lebih
artikel "Shalawat Badar dan Tradisi NU" di harian Kompas, 1 Maret luas cakrawala pemikirannya pada umumnya menyetujui pandang-
1992. an ini, dan mengakui bahwa Abdurrahman Wahid, apapun penda-
pat mereka tentang gagasan-gagasannya yang lain, adalah orang
6. Harus dicatat, pada tahun 1989 posisi Moerdani baik secara yang diperlukan NU pada saat ini. Pemilihan akhirnya memang
nasional maupun di dalam berakhir dengan hasil yang sebelumnya sudah jelas -tetapi bukan
lingkungan NU tampaknya berada di titik rendah. Pada tahun-tahun tanpa kejutan. Para pendukung Idham Chalid melakukan unjuk
berikutnya dia kekuatan yang cukup besar, bahkan di luar dugaan orang-dalam.
menunjukkan dirinya masih sangat berkuasa dan banyak pengamat Mereka mungkin terbantu oleh prosedur pemilihan, yang membe-
menduga bahwa dia kembali rikan bobot relatif lebih besar bagi cabang-cabang dari luar Jawa
berhasil menanamkan pengaruh dibalik-layar atas Abdurrahnm (di mana Idham selalu mendapatkan dukungan yang paling kuat).
Wahid. Penghitungan suara dilakukan per wilayah (propinsi), dan masing-
masing wilayah memiliki suara sejumlah yang sama dengan jum-
7. Program ini dan pengalaman-pengalaman NU dalam lah cabang (kabupaten)nya ditambah satu suara untuk pengurus
pengembangan masyarakat serta berbagai wilayah.8 Tidak ada bobot suara tambahan untuk jumlah anggota
kegiatan sosial lainnya akan dibicarakan pada bab berikutnya. yang diwakili setiap cabang. Dengan prosedur ini diperoleh jum-
lah keseluruhan suara sebanyak 305 suara -hanya 44 suara untuk
Barangkali tampak ironis bahwa di dalam tubuh NU, yang pa- Jawa Timur dan 43 untuk Jawa Tengah, termasuk wilayah Yogya-
189 190
karta.9 Dalam hal ini, jelaslah bahwa NU tidak didominasi orang Sahal memperoleh suara yang terlampau sedikit.
Jawa! (Tetapi masalah-masalah penting, tentu saja, tidak diputus- ` Komposisi anggota PBNU lainnya, walaupun secara formal
kan atas dasar prinsip "satu cabang, satu suara" yang diterapkan merupakan tanggung jawab formatur terpilih, pada umumnya juga
dalam pemilihan ini.) sudah disepakati sebelumnya oleh berbagai faksi, dan tidak banyak
Nama-nama calon harus diajukan oleh cabang-cabang; hanya terjadi perubahan pada saat-saat terakhir. Chalid Mawardi, sekutu
calon yang diusulkan oleh sekurang-kurangnya empat puluh ca- Idham, menjadi salah seorang dari lima wakil ketua. Abdurrah-
bang yang dianggap memenuhi syarat. Penentuan suara juga per man Wahid kali ini memasukkan orang-orang timnya yang menu-
cabang. Untuk posisi ketua umum, hampir semuanya mengusul- rutnya diperlukan: Gaffar Rahman yang dinamis, seorang teman
kan Abdurrahman Wahid. Beberapa cabang mengusulkan nama lama dari Jawa Timur, sebagai Sekretaris Jenderal dan Ma'ruf
Jusuf Hasjim, tetapi dia bahkan tidak mencapai jumlah empat pu- Amin, ulama Banten dari Jakarta, sebagai Katib Syuriyah.
luh pendukung minimum yang diperlukan, sehingga keponakan Kiai As'ad serta para sekutu dan pendukungnya terbukti tidak
nya itu menjadi calon tunggal, dan dipilih secara aklamasi. Ke- banyak atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap hasil mukta-
jutan terjadi dalam pemilihan Rois Aam. Idham Chalid sendiri, mar. Tidak seorang pun dari calon favoritnya yang diberi tempat
walaupun mungkin dia bersungguh-sungguh menyatakan tidak dalam kepengurusan. Dia sendiri kembali diangkat sebagai musta-
mempunyai ambisi lagi, diajukan sebagai calon tandingan, dan syar -tidak berbuat demikian akan merupakan penghinaan yang
pendukungnya memberikan jumlah suara yang mengesankan: 116 terlalu kasar- tetapi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
suara, sebagai tandingan dari 188 suara yang dimenangkan Kiai yang sudah berubah mengurangi kekuasaan dari posisi ini. Kiai ini
Achamd Siddiq yang menjabat sebagai Rois Aam. Posisi wakil tetap saja menyatakan ketidaksenangannya kepada Abdurrahman
Rois Aam diperebutkan antara dua orang kiai yang sama-sama Wahid dan menyatakan dirinya berlepas diri (mufaraqah) dari NU
berilmu dan berwawasan luas: Kiai Sahal Mahfudh dari Jawa Te- selama organisasi ini masih dipimpin AWurrahman Wahid.1O
ngah, salah seorang pelopor pengembangan masyatakat melalui
pesantren (juga kerabat jauhnya Abdurrahman Wahid) dan Kiai MUKTAMAR DALAM KONTEKS INDONESIA
Ali Yafie, yang menetap di Jakarta tetapi berasal dari Sulawesi
Tengah, dan merupakan sekutu lamanya Idham. Ali Yafie meme- Terpilihnya kembali duet Wahid-Siddiq mengindikasikan ada-
nangkan 202 suara, dengan demikian para pendukung Idham ber- nya persetujuan umum atas depolitisasi NU sebagaimana yang te-
hasil menempatkan salah seorang anggotanya di posisi puncak. lah mereka lakukan, dengan pemisahan yang ketat antara NU dan
Hasil perolehan suara ini tentu saja bukan hasil dari keputusan PPP. Para pemimpin baru PPP, Ismail Hasan Metareum dan Ma-
yang bebas dan independen tetapi dipersiapkan melalui proses lob- tori Abdul Jalil, keduanya muncul di Krapyak dan melakukan
bying dan negosiasi yang penuh siasat. Sudah diputuskan oleh ke- pembicaraan pribadi dengan Abdurrahman Wahid. Jika mereka
dua faksi utama, kelompok Siddiq-Wahid dan kelompok Idham, mengharapkan adanya perubahan sikap NU terhadap PPP setelah
tentang siapa-siapa yang akan dipilih, hanya perbedaan jumlah pemecatan Naro, mereka tidak berhasil. Berbagai usulan untuk
suaranya saja yang tetap tidak bisa diramalkan. Perolehan suara mempertahankan paling tidak sebagian keterlibatan NU dalam po-
besar bagi Idham untuk posisi Rois Aam merupakan sebuah ke- litik yang telah dikemukakan selama tahun-tahun sebelumnya bah-
jutan, tetapi mungkin itu tidak berarti lebih dari: sebuah unjuk ke- kan tidak dibicarakan pada muktamar ini. Keputusan di Situbondo
kuatan dan bukan usaha merebut posisi tertinggi. Duet Siddiq- yang memaksa para politisi NU memilih antara jabatan di PPP
Wahid, walaupun secara pribadi lebih menyukai Kiai Sahal atau di NU tidak ditarik kembali atau diubah, dan banyak utusan
Mahfudh, telah meminta sejumlah cabang agar memilih Ali Yafie ternyata menyatakan sangat mendukungnya. Komisi yang membi-
supaya dia dapat menang, tetapi mereka juga tidak ingin Kiai carakan program lima tahun mendatang secara eksplisit mendu-
191 192
kung depolitisasi NU sebab, disimpulkan, depolitisasi tersebut te- raih posisi kepresidenan dengan faksi-faksi tertentu dalam NU.
lah membebaskan energi kreatif untuk menghadapi tantangan-tan- Sudharmono menjalin hubungan erat dengan organisasi tarekat,
tangan lain yang lebih penting.11 Tantangan-tantangan ini dipersep- karena sebelumnya, ketika masih ketua Golkar, dia berhasil me-
sikan pada keadaan pendidikan agama dan pengajaran Islam yang ngajak beberapa kiai tarekat bergabung ke Golkar. Namun, para
tidak memuaskan serta dalam keterbelakangan sosial dan ekonomi pemimpin Jam'iyah Ahl al-Thariqah Al-Mu'tabarah Al-Nahdli-
ummat Islam Indonesia, terutama masyarakat pedesaan yang me- yah, dengan kesetiaan abadi mereka kepada PPP, tidak mungkin
rupakan warga pendukung NU. Muktamar menegaskan kembali menjadi sekutu Sudbarmono. Moerdani dibuat kehilangan muka
bahwa energi itu harus dialihkan ke bidang-bidang ini, dan benar- pada muktamar ini, karena tidak mampu mempengaruhi kompo-
benar mendukung program lima tahun yang menekankan pengem- sisi pengurus baru.
bangan masyarakat dan berbagai aktifitas ekonomi lainnya.12 Ada Adalah sangat umum bagi Menteri Dalam Negeri untuk turut
kritik terhadap berbagai aktititas sosial ekonomi yang sudah di- campur secara terbuka, demi kepentingan stabilitas, dalam berba-
mulai sejak muktamar Situbondo, tetapi bukan mengarah kepada gai urusan partai politik dan organisasi kemasyarakatan, terutama
programnya tetapi kemacetan pelaksanaannya. Para utusan me- ketika mereka dilanda konflik.14 Karena itu, bukanlah sesuatu
nuntut agar kinerja pengurus lebih baik. Kali ini para utusan lebih yang ganjil seandainya Rudini, yang sedang menjabat Mendagri,
banyak menekankan pentingnya aktifitas-aktifitas ini dibandingkan melakukan tekanan terhadap para pemimpin NU dan memberikan
yang mereka tekankan di Situbondo, dan mereka berharap agar arahan mengenai solusi macam apa yang dia harapkan. Namun dia
lingkupnya pun semakin diperluas. tetap secara sengaja memilih bersikap netral, konsisten dengan
Daripada berbicara tentang depolitisasi, mungkin lebih berhar- citra yang lebih demokratis yang sedang dia bangun. Dia tidak
ga berbicara tentang perubahan NU kepada bentuk dan gaya po- tampak sangat mengesankan, walaupun -atau justru karena- dia
litik yang berbeda. Aktifitas-aktifitas akar rumput, yang dimaksud- bersikap netral.
kan melengkapi pendekatan pembangunan pemerintah yang ber- Dua orang yang tampak sangat berpengaruh dalam muktamar
watak atas-bawah (top-down), merupakan sebuah bentuk mobili- ini adalah Soeharto dan Try Sutrisno. Try sudah sejak naik ke po-
sasi yang dalam jangka panjang mungkin akan memberikan dam- sisi tertinggi dalam hirarki ABRI selalu membentuk citra dirinya
pak yang lebih besar daripada lobbying parlemen dan politik pa- sebagai tentara santri dan membangun popularitasnya dengan me-
tronase. Sebagian program nampaknya bertujuan untuk mencipta- ngunjungi mesjid-mesjid dan memberikan khutbah-khutbah spon-
kan sebuah kelas usahawan santri yang berbasis di desa yang, jika tan. Apapun keraguan yang dimiliki para pemimpin NU yang le-
berhasil, mungkin akan memberikan dampak cukup berarti terha- bih berpengalaman terhadap dirinya, popularitasnya di kalangan
dap politik tingkat lokal. semua warga NU tampaknya tak tertandingi. Ada kebanggaan di
Walaupun melepaskan diri dari politik partai, tidak ada peno- kalangan umat Islam yang saleh bahwa untuk pertama kalinya
lakan bahwa NU dengan puluhan juta pendukung merupakan salah salah seorang dari orang semacam mereka telah mencapai posisi
satu dari sedikit kekuatan sipil yang tersisa dan diperhitungkan di puncak. Mereka melimpahinya dengan rasa cinta, tanpa ada indi-
Indonesia, Kehadirannya sendiri adalah sebuah fakta politik, dan kasi rasa ragu atau pengambilan jarak secara kritis. Jelaslah bahwa
baik para pemimpinnya maupun pendukungnya yang terlibat da- dari semua pesaing dalam perebut kekuasaan, Try mendapatkan
lam pertarungan kekuasaan sangat sadar akan fakta ini. Karena itu, simpati yang sangat mendalam pada saat itu.
tidaklah mengejutkan bahwa semua aktor utama dalam pertarung- Namun, penampilan yang paling mengesankan pada mukta-
an suksesi nasional menampakkan diri dalam muktamar ini.13 mar ini adalah penampilan Soeharto. Setelah berhasil melakukan
Selain dukungan Benny Moerdani bagi Kiai As'ad, tidak ada depolitisasi Islam, yang menghukum NU karena sikapnya yang
aliansi langsung yang tampak antara pihak-pihak yang ingin me- kurang akomodatif pada 1970-an, sekarang dia memproyeksikan
193 194
citra yang lebih baik hati, terutama kemurahan hatinya kepada Jakarta memeliki 44 suara, Sumatera 74, Kalimantan 34, Sulawesi
NU. Soeharto akhir-akhir ini mengambil beberapa tindakan yang 39, Bali 6 (!) dan Indonesia
bersahabat dengan Islam, seperti menaikkan status pengadilan Is- bagian timur lainnya 21 suara. Jelaslah bahwa jumlah rata-rata
lam dan mengadakan kompilasi hukum Islam untuk kepentingan cabang di luar Jawa jauh
pengadilan ini. Pada tahun-tahun berikutnya, dia bahkan lebih me- lebih kecil daripada di Jawa.
nampilkan diri sebagai seorang muslim, menunaikan ibadah haji
ke Mekkah pada 1991 dan menyeponsori berdirinya Ikatan Cende- 10. Pada bulan Maret 1990 dia berhasil dibujuk kembali ke NU dan
kiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). Pada muktamar Krapyak, menerima jabatannya sebagai
Soeharto menumbuhkan rasa syukur di kalangan para utusan, kare- Mustasyar, tetapi teatp menentang kepemimpinan Abdurrahman
na keramahannya dan dia meninggalkan kesan sebagai orang yang Wahid. Pada tanggal 4 Agustus
secara kultural dekat dengan NU. Citra dirinya sebelumnya seba- 1990 dia meninggal dunia.
gai seorang penganut aliran kepercayaan yang anti-Islam secara
efektif terhapuskan ingatan tentang sikap konfrontatifnya terhadap 11. Laporan komisi ini dimuatkan dalam PBNU 1990:132-65.
umat Islam pada masa sebelumnya (di mana dia selalu muncul Komentar yang dikutip ada pada halaman
dipuncaknya) benar-benar dilupakan. Jika persetujuan rakyat harus 143.
memainkan peranan dalam semua persaingan menggapai kekua-
saan di masa mendatang, jelaslah Soeharto telah mendapatkannya 12. Program ini, latar belakang historis dan implementasinya sejak
paling tidak dari warga NU ini. tahun 1989 akan dibicarakan
dalam bab berikutnya.

________________________________________________________ 13. Namun, signifikansi kehadiran mereka harus dilihat secara


_____________ proporsional. Sudah umum terjadi
________________________________________________________ muktamar (kongres) organisasi besar akan dibuka oleh seorang
_____________ menteri. Soeharto dan Moerdani
juga datang pada muktamar Situbondo, dan Soeharto juga
8. Sebagaimana telah dikatakan di atas, struktur NU dan organisasi membuka muktamar Muhammadiyah.
nasional yang diakui lainnya
sejajar dengan struktur administratif negara. Dengan demikian, 14. Demikianlah pada tahun 1986 Menteri Dalam Negeri (waktu itu)
setiap wilayah (propinsi) Supardjo Rustam "menyelesaikan"
memiliki sejumlah -cabang sesuai dengan jumlah kabupatenya. kripis kepemimpinan di tubuh PDI yang tidak dapat dituntaskan
Tidak bisa terdapat lebih dari sendiri oleh faksi-faksi yang
satu cabang di kabupaten yang sama, sekalipun satu cabang tersebut bersaing dan akhirnya memilihkan sebuah kepengurusan baru.
menjadi begitu besar
sehingga tidak dapat ditata seluruhnya. BAB 7
WACANA PENTING DI AKHIR I98O-AN (I)
9. Sisa suara lainnya dibagi untuk seluruh wilayah sebagai berikut: NU DAN MASALAH KEAGAMAAN
Wilayah Jawa Barat dan
KETIKA menarik diri dari politik praktis, Nahdlatul Ulama me-
195 196
negaskan kembali bahwa sejak semula ia adalah sebuah jam'iyah serangkaian peraturan yang berkaitan dengan perilaku. Banyak as-
diniyah, organisasi keagamaan, namun bahkan pada tahun-tahun pek kehidupan sehari-hari -ibadah, kehidupan keluarga, transaksi
ketika ia menjadi partai politik pun dimensi keagamaan ini senan- ekonomi- yang menjadi sasaran aturan-aturan yang ditetapkan se-
tiasa menyertainya. Sebagai sebuah organisasi yang dipimpin oleh cara agak terperinci dalam karya-karya fiqh standar. Ketika ada
ulama, NU selalu menganggap memberikan bimbingan dalam ma- keraguan atau berhadapan dengan kasus baru, para ahli fiqh di-
salah keagamaan kepada pengikutnya sebagai tugas utamanya. undang untuk dimintai pendapat dan jawaban atau fatwa mereka
Bimbingan ini biasa dalam bentuk pemberian fatwa, yang diberi- dianggap sebagai jawaban yang otoritatif (walaupun tidak meng-
kan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu. Pada setiap ikat).
muktamar dan Munas NU, para ulama terkemuka biasanya ber- Fatwa selalu dalam bentuk jawaban-jawaban terhadap perta-
kumpul dan mendiskusikan berbagai masalah keagamaan, sebagi- nyaan tertentu; pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin diajukan
an di antaranya menghasilkan keputusan-keputusan yang jelas-te- oleh searang mukmin, pemerintah ataupun badan-badan hukum
gas dan bisa langsung diterapkan, tetapi banyak pula yang bersifat lainnya. Apabila ulama lokal tidak dapat mencapai kata sepakat
abstrak dan sangat teoritis. Mungkin dapat diduga bahwa, setelah tentang masalah tertentu, tidak jarang bagi mereka meminta fatwa
"kembali ke khittah 1926" dan pengakuan atas Syuriyah sebagai kepada kolega mereka yang mereka anggap lebih terpelajar. Di
pemegang kewenangan tertinggi di dalam NU, diskusi tentang negara-negara Muslim klasik, pejabat-pejabat khusus yang disebut
masalah-masalah keagamaan juga semakin ramai. Demikianlah mufti diberi tugas untuk mengeluarkan fatwa. Pada masa Daulah
yang terjadi, tetapi yang lebih mengesankan adalah adanya berba- Utsmaniyah, di setiap kota penting diangkat seorang mufti, semen-
gai upaya untuk mengubah sifat diskusi ini dan juga tema-tema tara pemerintah pusat diberi nasehat oleh seorang mufti besar atau
yang didiskusikan. Ada banyak keluhan, di kalangan warga NU Syaikh al-Islam. Kota suci Mekkah dan Medinah mempunyai
muda, bahwa masalah-masalah agama yang didislrusikan seringka- mufti untuk masing-masing mazhab, sampai penaklukan kaum
li tidak relevan, sementara masalah-masalah sosial dan politik yang Wahabi. Syaikh al-Islam dan mufti ditunjuk oleh negara dan satu
bersifat mendesak tetap terabaikan. Selama akhir 1980-an dan aspek penting dari tugas-tugas mereka adalah memberikan legiti-
awal 1990-an, berbagai upaya serius dilakukan untuk mengem- masi keagamaan atas kebijakan-kebijakan pemerintah. Kapan saja
bangkan sebuah wacana baru, untuk menerapkan dan memperluas pemerintah meminta fatwa mengenai sebuah kebijakan, pejabat-
cakupan penalaran fiqh tradisional ke wilayah-wilayah masalah pejabat ini diharapkan akan mengeluarkan fatwa yang secara me-
yang baru, dan untuk membuat diskusi lebih sistematis dan rele- yakinkan mendukung keputusan yang ingin diambil pemerintah.1
van. Lembaga ini sudah sejak lama juga terdapat di Asia Tenggara.
Kebanyakan kerajaan Melayu dulu masing-masing mempunyai
PERTANYAAN KEAGAMAAN DAN JAWABAN OTORITATIF: mufti (di Malaysia masih ada sampai sekarang). Seringkali mereka
FATWA adalah orang luar yang belajar di tanah Arab atau keturunan Arab.
Pejabat keagamaan tertinggi di kerajaan-kerajaan Jawa adalah
Dari berbagai pengetahuan agama, fiqh merupakan pengetahu- penghulu, yang menggabungkan fungsi seorang mufti dan qadli
an yang dianggap paling penting di lingkungan NU; dan penerap- hakim). Di kerajaan-kerajaan tertentu, seperti Banten dan Aceh,
an fiqh yang paling umum adalah dalam pembuatan fatwa, kete- pejabat-pejabat ini mempunyai pengaruh nyata terhadap masalah
tapan otoritatif. Dalam banyak kasus, fatwa tidak berkaitan dengan politik dan kehidupan sehari-hari, tetapi memberi legitimasi keaga-
apa yang harus diyakini seseorang tetapi lebih berkaitan dengan maan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah pun merupakan
bagaimana orang harus melakukan atau tidak melakukan sesuatu. bagian dari tugas mereka.
Memang, Syari'ah, "hukum Islam", pada dasarnya merupakan Setelah Indonesia merdeka, peranan melegitimasi kebijakn-
197 198
kebijakan pemerintah dengan fatwa semula diberikan melalui mu- mereka tampaknya lebih dekat kepada kehidupan sehari-hari dan
syawarah ulama nasional atau regional yang sewaktu-waktu di- secara lebih meyakinkan mencerminkan keprihatinan masyarakat
adakan. Fatwa yang dikeluarkan ulama pada musyawarah tahun umum.4
1953, yang menganugerahkan gelar waly al-amr al-dlaruri bi'l- Tidak semua ahli fiqh menggunakan metode yang sama dalam
syaukah kepada pemerintah, sudah dlbicarakan secara singkat da- mengeluarkan fatwa (ini adalah salah satu sebab kenapa masing-
lam Bab 2. Kemudian pada 1950-an, panglima militer Jawa Te- masing organisasi Islam besar memiliki lembaga fatwanya sendiri:
ngah meminta diadakan sebuah rapat ulama regional, dan kepada Keabsahan fatwa pihak lain kadang-kadang dipersoalkan). Ada
rapat ini dia meminta agar para ulama tersebut atas dasar agama perbedaan formal yang menyolok antara fatwa ulama tradisionalis
mengutuk gerakan Darul Islam. Pada 1965, beberapa panglima dan modernis. Ulama tradisionalis dalam mengeluarkan fatwa me-
militer meminta ulama mengeluarkan fatwa yang memperboleh- reka peda umumnya merujuk kepada karya-karya standar dari
kan pembunuhan orang-orang komunis. Pada 1975 pemerintah mazhab fiqh Syafi'i (5, sementara ulama modernis lebih banyak
membentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga menjalan- langsung merujuk kepada ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits. Para
kan fungsi sebagai pemberi legitimasi. Bagian terpenting dari MUI ulama modernis dalam kadar tertentu memperbolehkan pengguna-
ini adalah badan fatwa. Kebanyakan fatwanya secara langsung an penalaran rasional, sementara ulama tradisionalis cenderung -
berkatan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dan dalam ben- selama masih memungkinkan- kepada penerapan harfiyah hu-
tuk jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh kum-hukum fiqh yang ditetapkan para ulama besar di masa lalu.
pemerintah.2 Fatwa ulama tradisionalis biasanya berupa jawaban yang sangat
MUI hanyalah salah satu dari beberapa badan yang menge- singkat (kadang-kadang seringkas jawaban "ya" atau "tidak"),
luarkan fatwa di Indonesia. Kebanyakan organisasi besar Islam di yang disertai rujukan atau kutipan dari sebuah kitab otoritatif yang
Indonesia mempunyai lembaga pembuat fatwa sendiri-sendiri, tidak lagi diberi penafsiran -seolah-olah makna harfiyahnya tidak
yang fatwanya seringkali lebih dipegang teguh daripada fatwa problematis. Di sisi lain, fatwa ulama modernis seringkali dalam
MUI karena mereka dipercaya lebih independen terhadap peme- bentuk essei yang utuh dimana berbagai argumen diberikan dan
rintah. Mengenai isu-isu kontroversial, seperti kontrasepsi atau kemudian ditarik kesimpulannya.6 Fatwa MUI secara berhati-hati
permainan dalam bentuk lotere, berbagai badan fatwa ini berkali- mendasarkan diri kepada buku-buku fiqh serta Al-Qur'an dan
kali mengeluarkan fatwa-fatwa yang sangat berbeda dan bahkan Hadits, dan mengikuti penyajian didaktif yang umum dipakai
mungkin saling bertentangan.3 Bahkan, organisasi-organisasi Islam dalam fatwa ulama modernis -tidak diragukan, cara penyajian ini
yang relatif independen pun dari waktu ke waktu terus berada didasarkan atas asumsi bahwa kebanyakan orang yang skeptis
dalam tekanan serius pemerintah untuk mengeluarkan fatwa yang harus didekati dengan kejituan fatwa.
mendukung kebijakan-kebijakan pentingnya, seperti Keluarga Be- Di lingkungan NU, fatwa dikeluarkan dalam beberapa tingkat-
rencana. an, dari tingkat cabang sampai nasional. Setiap orang dapat secara
Sebegian besar fatwa yang dikeluarkan ulama tidak berkaitan pribadi meminta fatwa kepada seorang kiai lokal. Yang agak lebih
dengan isu-isu kontroversial tetapi hanya masalah furu' atau perila- terlembega, di banyak kota, terutama di Jawa Timur, ada perte-
ku sehari-hari. Di samping fatwa yang dikeluarkan MUI dan ber- muan rutin yang dikenal dengan Majlis Bahtsul Masail (sidang un-
bagai organisasi Islam lainnya, orang juga dapat memperoleh fat- tuk membahas berbagai masalah). Di sini para ulama lokal terke-
wa melalui rubrik tanya-jawab yang dimuat di berbagai majalah muka membicarakan berbagai masalah penting yang berkaitan de-
Islam. Sebagian ulama bahkan mengisi program siaran di radio-ra- ngan agama dan mengeluarkan fatwa. NU mengorganisir bahtsul
dio, dimana dia menjawab pertanyaan-pertanyaan para pendengar- masail itu di tingkat cabang dan wilayah. Fatwa yang paling tinggi
nya; mungkin karena sifat langsung dari media ini maka fatwa adalah yang dikeluarkan oleh para tokoh ulama NU pada Mu-
199 200
syawarah Nasional (Munas) Alim Ulama. Fatwa-fatwa dari muk- bang. (Walaupun dia masih muda, para kiai lain mendengarkan-
tamar sebelumnya telah dikumpulkan dan diterbitkan menjadi satu nya karena ayahnya, almarhum Kiai Bisri Musthofa, merupakan
untuk dijadikan sebagai karya rujukan.7 Fatwa-fahva ini merupa- salah seorang ulama yang paling dihormati di Jawa Tengah.) Ke-
kan keputusan, dari banyak keputusan selama muktamar-mukta- tika dia menjadi pengurus Syuriyah NU Jawa Tengah, dia meng-
mar sebelumnya, yang masih diingat dan dirujuk dari waktu ke ungkapkan harapan kepada sesama pengurus agar Syuriyah tidak
waktu. hanya memberikan jawaban ya atau tidak kepada pertanyaan yang
Fatwa ulama "tradisionalis" jarang bersifat inovatif; kaum tra- dikemukakan atau mengambangkannya (mauquf). Dia mengingin-
disionalis menolak iljtihad, penafsiran sendiri atas Al-Qur'an dan kan berbagai problem dilihat dari berbagai sudut pandang, dan jika
Hadits. Sebelum mengumumkan fatwa mereka, para ulama biasa- perlu diterangkan oleh para ahli dalam bidang lain seperti ekono-
nya merumuskan kembali problem-problem baru dalam hubung- mi, kedokteran atau teknik sebelum para ahli fiqh menyampaikan
annya dengan problem-problem lama yang fatwanya sudah ada di fatwanya. Masalah-masalah yang akan dibicarakan harus dirumus-
salah satu kitab pegangan. Sudah ada fatwa yang berkenaan de- kan sedemikian rupa sehingga terjadi perenungan serius; dan akan
ngan berbagai rincian ibadah dan banyak masalah-masalah yang lebih menggairahkan jika pembicaraan tidak hanya menyangkut
tak ditemui dalam kehidupan sehari-hari, tetapi -sebuah keluhan satu masalah saja, tetapi sejumlah masalah yang berbeda-beda na-
yang sering terdengar sekarang- berbagai masalah sosial, ekono- mun berkaitan erat satu sama lain.
mi, politik dan moral yang mendesak pada zaman sekarang cen- Pada muktamar Situbondo, diputuskan untuk mengikuti model
derung diabaikan.8 Dalam kadar tertentu, tidak diragukan lagi, hal diskusi-diskusi keagamaan yang dirintis oleh Kiai Musthofa Bisri
ini dikarenakan masalah-masalah terakhir ini sulit diterjemahkan di Jawa Tengah, dan mengembangkannya lebih jauh. Salah satu
ke dalam wacana fiqh tradisional. Sebab lain -yang paling tidak prakarsa yang diambil sebagai hasil dari keputusan ini adalah dis-
sama pentingnya- adalah rasa enggan yang begitu besar di kalang- kusi halqah, yang akan disoroti pada bagian akhir bab ini. Di
an ulama untuk menyentuh masalah-masalah yang peka. samping itu ada serangkaian majlis bahtsul masail yang diorganisir
Namun, sebagian ulama muda NU sudah dan terus melakukan Syuriyah Jawa Timur dengan maksud tegas untuk mencoba pende-
berbagai upaya untuk memperluas cakupan fatwa dan meningkat- katan-pendekatan baru ini untuk memecahkan problem-problem
kan kualitas penalaran yang mereka jadikan dasar perumusannya. yang tidak lazim.
Banyak kiai muda yang telah belajar di Mesir atau Saudi Arabia Salah satu yang patut dikenang dari beberapa kali penyeleng-
dan sudah berkenalan dengan mazhab lain di samping mazhab garaan majelis ini adalah yang, diselenggarakan pada 1991, mem-
Imam Syafi'i. Mereka juga membaca buku-buku fiqh Hanbali bicarakan masalah operasi penggantian jenis kelamin, sebuah po-
atau Maliki -mazhab para guru paling terkemuka di Mekkah- di kok yang mempesona khalayak Indonesia. Untuk memahami ma-
samping karya-karya klasik fiqh Syafi'i, sehingga pandangan me- salah ini secara mendalam, Syuriyah wilayah bukan hanya meng-
reka lebih luwes. Kebanyakan ulama tradisional menolak talfiq, undang seorang ahli bedah (yang menjelaskan apa persisnya yang
mengambil pendapat berbagai mazhab secara eklektik, memilih dilakukannya secara fisiologis), tetapi juga seorang penyanyi popu-
mana yang lebih mengenakkan; tetapi mereka sependapat bahwa ler yang baru saja menjalani operasi ganti kelamin dan menceri-
apabila mazhab Syaft'i tidak memberikan jawaban yang jelas, ma- takan kepada mereka tentang perasaannya sebelum dan sesudah
ka orang dapat mengambil jalan lain dengan memanfaatkan salah operasi.10
satu dari pendapat mazhab sunni yang lain.9 Muktamar NU yang pertama kalinya berusaha menerapkan
Salah seorang dari para kiai muda yang pertama kali berupaya cara baru dalam membahas problem-problem keagamaan ini ada-
memperkenalkan perubahan-perubahan dalam pola-pola sidang lah muktamar Krapyak 1989. Masalah-masalah yang akan dibahas
bahtsul masail tradisional adalah Kiai Musthofa Bisri dari Rem- bukanlah masalah-masalah sembarangan yang tidak saling berkait-
201 202
an sebagaimana pada muktamar sebelumnya, tetapi beberapa manusia diperolehkan bila diperlukan secara medis dan tidak ada
rangkaian masalah yang saling berhubungan secara dekat, yang te- cara penyembuhan lain.
lah secara cermat dirumuskan sehingga menuntut perenungan se- Masalah kedua berkaitan dengan euthanasia. PBNU jelas ber-
rius. Percobaan ini tidak sepenuhnya berhasil. Kebanyakan ulama harap dapat merangsang diskusi mendalam mengenai pokok per-
yang ikut serta dalam diskusi-diskusi tersebut nampaknya belum soalan ini dan mengemukakan beberapa kasus hipotetis yang me-
mampu atau mau terlibat dalam diskusi rasional sebagaimana yang narik. Apakah pengobatan mahal bagi seorang pasien yang sudah
diharapkan. Mereka senang bila dapat menempatkan kembali ber- tidak mungkin sembuh (yang biayanya bahkan melampaui ke-
bagai masalah, walaupun tidak tepat, dalam wacana lama kitab- mampuan keuangan keluarganya) dapat dihentikan atas permin-
kitab fiqh mereka yang ada. taannya sendiri? Atau jika seorang pasien yang berada dalam ke-
adaan koma yang lama tanpa ada harapan akan siuman kembali?
MASALAH-MASALAH KEAGAMAAN PADA MUKTAMAR Atau, karena rasa belas kasihan, kepada seorang korban kecela-
1989 kaan yang dapat dipastikan akan mengalami kelumpuhan fisik dan
mental jika dia tetap hidup? Di manakah, lanjut pertanyaan ini,
Pada hari ketiga muktamar Krapyak, para peserta dibagi ke Islam meletakkan garis pembatas antara hidup dan mati, dan apa-
dalam empat komisi, salah satunya adalah komisi fatwa (yang kah tanda-tanda lahiriah yang dapat digunakan untuk menentukan
dinamakan masail diniyah, "masalah-masalah keagamaan"). Ma- seseorang masih hidup atau sudah meninggal? Jawaban terhadap
salah-masalah yang akan didiskusikan (yang sebelumnya sudah serangkaian pertanyaan ini tidak memerlukan diskusi lama: dise-
diseleksi PBNU) sudah dikirim ke semua cabang sebelum mukta- pakati bahwa Islam memerintahkan perlindungan terhadap kehi-
mar, dengan demikian para ulama yang ingin melibatkan diri da- dupan dalam semua keadaan dan karena itu euthanasia benar-
lam diskusi ini dapat mempersiapkan diri. Hanya sejumlah kecil benar dilarang.
ulama, kurang dari dua puluh, yang benar-benar terlibat dalam Dalam masalah-masalah ini dan juga yang lainnya, diskusinya
diskusi-diskusi ini, mereka bahkan dibagi lagi menjadi dua kelom- tetap sangat bersifat juridis-formal. Pertimbangan-pertimbangan
pok supaya tersedia lebih banyak waktu untuk masing-masing ma- etis, yang mungkin sudah tercakup dalam rumusan beberapa per-
salah. Masalah-masalah yang harus mereka bicarakan terbagi ke- tanyaan di atas, tidak dapat mempengaruhi diskusi. Di samping
peda empat kelompok: masalah ibadah (terutama yang berkaitan itu, juga tidak ada usaha menarik jawaban-jawaban melalui pe-
dengan haji), keluarga, kesehatan, dan masalah ekonomi.11 nalaran logis dari prinsip-prinsip dasar. Jawaban-jawaban dicari
Dua masalah "kesehatan" yang diangkat mengingatkan kepada dalam bentuk kutipan dari kitab-kitab fiqh standar, dan nampak ti-
perdebatan etis yang ramai di Barat; namun penekanan pertanyaan dak dianggap perlu untuk memberikan alasan kenapa kutipan-ku-
dan jawabannya berbeda. "Apakah sebuah surat wasiat yang me- tipan tersebut relevan dengan kasus yang sedang dibicarakan.12
wariskan salah satu organ tubuh untuk ditransplantasikan- kepada Karena itu, hanya pertanyaan-pertanyaan (atau beberapa aspeknya)
yang memerlukannya dapat dikatakan sah, dengan pertimbangan yang memang sudah termuat dalam wacana fiqh klasik saja yang
bahwa salah satu syarat sahnya wasiat adalah bahwa benda yang dapat dijawab. Dalam kenyataannya, sebagian pertanyaan tersebut
diwariskan itu benar-benar hak penuh seseorang?" Jawaban atas hanya dianggap tidak lebih dari latihan menterjemahkan hal-hal
pertanyaan ini -setelah didiskusikan dan diperkuat dengan nash- baru ke dalam istilah-istilah yang sudah biasa dipahami. Salah satu
nash- negatif, karena menurut syari'ah organ tubuh bukanlah mi- pertanyaan tentang ekonomi, misalnya, berkaitan dengan pasar
lik seseorang tetapi milik Allah semata. Namun, para ulama me- modal (yang baru-baru ini dibuka dan ternyata banyak menarik
mutuskan menambahkan kepada jawaban ini, hampir sebagai ga- minat). Setelah mendengarkan penjelasan singkat dari direktur pa-
gasan yang datang kemudian, bahwa transplantasi organ tubuh sar modal sendiri, para ulama memutuskan bahwa transaksi ini
203 204
mengandung apa yang disebut dengan gharar (resiko rugi). Sekali bahwa wajib hukumnya membunuh para pengikut Kemal. Fatwa ini
label hukum ini dilekatkan pada sebuah fenomena, maka fatwa- dijawab dengan fatwa-tandingan
nya sudah jelas, karena gharar diharamkan dalam fiqh Syafi'i.13 yang ditandatangani deh lebih dari 150 mufti lokal yang bergabung
Satu-satunya pertanyaan yang menyebabkan diskusi melam- dengan kaum nasionalis
paui wacana fiqh tradisional yang sempit adalah yang berkaitan (Lewis 1968: 252).
dengan penerapan zakat. Daripada didistribusikan dalam bentuk
uang dan/atau barang, dapatkah zakat juga dibelanjakan untuk in- 2. Tentang MUI dan sebagian fatwanya tihat Bruinessen 1990a,
vestasi produktif atas kepentingan mereka yang berhak menerima- Bruinessen, "Islam-State
nya? Ringkasnya, apakah yang harus diberikan kepada orang mis- Relations" (akan terbit); dan Mudzhar 1990. Tidak satua fatwa MUI
kin, ikan atau kailnya? Mungkin karena di dalam kitab fiqh belum merupakan respons atas
ada pertanyaan serupa ini, mungkin karena ada beberpa contoh permintaan pemerintah. Ternyata ada satu atau dua fatwa, yang
kongkret dan berhasil yang dapat diutarakan dan paternalisme para diminta oleh selain pemerintah
ulama yang berkumpul, argumen-argumen yang lebih rasional dan dan bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintab.
bersifat moral lebih banyak digunakan daripada yang bersifat for-
mal semata. Masalah ini menyentuh inti keprihatinan banyak ula- 3. Salah satu kasusnya yang mmarik adalah masalah Porkas, yang
ma muda, keprihatinan akan fungsi sosial dan ekonomis NU, pen- kemudian diperbaharui menjadi
carian sebuah jawaban Islam atas kemiskinan dan keterbelakang- SDSB, yang dianggap pemerintah sebagai sumber penting untuk
an. Secara signifikan, diskusi tersebut tetap tidak mencapai kesim- pendanaan olah raga. MUI semula
pulan yang tegas (terlepas dari ketetapan sementara bahwa suatu mengeluarkan fatwa yang menyatakan Porkas sebagai perjudian dan
pemanfaatan alternatif atas zakat harus disetujui oleh mereka yang karena itu haram, tetapi
berhak menerimanya). Dalam bidang komitmen sosial inilah para kemudian, dapat dipastikan karena tekanan pemerintah, fatwa ini
ulama kemudian merasakan dorongan sangat kuat untuk mengem- dicabut kembali. Ketua
bangkan gagasan-gagasan yang melampaui batas-batas fiqh tradi- komisi fatwa MUI Prof. Ibrahim Hosen, secara pribadi
sional yang sempit. mempublikasikan fatwanya sendiri yang
menyatakan bahwa Porkas tidak termasuk dalam kategori perjudian
________________________________________________________ yang dilarang, dan karena
_________________ itu diperbolehkan. Sekelompok ulama Jawa Barat dengan marah
________________________________________________________ menerbitkan fatwa-tandingan yang
_________________ menyatakan bahwa Porkas dan permainan sejenisnya adalah haram.
Mayoritas sangat besar ulama
1. Fatwa bisa menyangkut isu-isu politik yang penting seperti Indonesia secara pibadi menganut pandangan yang terakhir ini,
pernyataan perang dengan negara tetapi tidak satupun
tetangga atau eksekusi para pemberontak. Fatwa penting terakhir organisasi Islam besar, yang enggan membuat marah pamerintah,
dari syaikh al-Islam Daulah berani mengeluarkan fatwa yang
Utsmaniyah, pada tahun 1920, adalah pengutukan keras terhadap mengharamkannya.
pemberontakan nasionalis
mustafa Kemal Pasha (yang mengakibatkan lahirnya Turki 4. Tentang berbagai koleksi fatwa Indonesia yang teleh saya lihat,
Modern). Fatwa tersebut menyatakan buku yang semula berasal
205 206
dari tanya-jawab melalui radio yang diasuh oleh ulama tradisionalis
Jakarta, Sjafi'i Hadzami 9. Kiai Sahal MahfUdh yang sejak tahun 1992 menjabat sebagai wakil
(1971-86) dan Mustaghfiri Asror di Semarang (1983) adalah yang Rois Aam NU, dengan bangga
paling sering membalas memperlihatkan kepada saya rak buku yang berisi buku-buku fiqh
masalah-masalah di luar bidang agama yang ketat. yang menjejeri ruang tamunya,
ketika saya mengunjunginya pada bulan Januari 1994. "Dan tidak
5. Yang terpenting dari karya-karya ini dibicarakan dalam Bruinessen satupun di antaranya kitab
1990b: 244-50. Walaupun fiqh Syafi'i" ungkapnya, "karena saya sudah menghapalnya di luar
NU pada prinsipnya menerima keempat madzhab fiqh ortodoks, kepala, dan saya meletakkannya
fatwanya hampir selalu didasarkan di ruang belakang. Sekarang sudah waktunya kami memperluas
atas karya-karya fiqh Syafi`i. Hanya dalam kasus-kasus wawasan".
perkecualian dilakukan dengan
memperbandingkan karya-karya dari beberapa madzhab, seperti 10. Fatwa yang dihasilkan bersifat konservatif dan melarang operasi
Bidayat al-Mujtahidinnya Ibn ganti kelamin dalam situasi
Rusyd (sebuah kitab klasik) dan Al-Fiqh 'ala al-Madzhahib al- biasa, tetapi popularitas Dorce, sang penyanyi, di lingkungan NU
Arba'ahnya 'Abd al-Rahman semakin meluas setelah
al-Jazairi (sebuah karya modern). kebadirannya dalam majelis tersebut.

6. Ada gunanya membadingkan kumpulan fatwa Majelis Tarjih 11. Masalah-masalah yang disodorkan kepada para ulama ini
Muhammadiyah (Muhammadiyah, 19-67) diterbitkan dalam PBNU 1989c: 3-36,
atau karya Ustadz Umar Hubeis dari Al-Irsyad (1975) dengan fatwa- jawaban-jawabannya yang disertai kutipan-kutipan nash
fatwa ulama NU yang aLan pendukungnya terdapat dalam PBNU
dibicmakan di bawah. 1990: 16-64.

7. Tiga jilid buku kecil berjudul Ahkam al-Fuqaha ini telah diterbitkan 12. Metode penarikan fatwa tradisional" sekarang mendapat kritik
dan diterbitkan ulang bahkan dari kalangan NU
oleh beberapa penerbit dan dapat didpatkan dengan mudah. Ada sendiri, di mana mereka yang lebih berpendidikan merasa bahwa
juga buku yang memuat kumpulan teks-teks otoritatif
fatwa yang dikeluarkan melalui bahtsul masail tingkat cabang di (Al-Qur'an, Hadits dan kitab-kitab fiqh klasik) harus dipahani
Jombang dan Kudus. dalam konteks sosial dan
historisnya sendiri dan ketetapan-ketetapan baru harus
8. Ini bukanlah kasus yang hanya terjadi di kalangan tradisionalis mencerminkan semangatnya, bukan
Indonesia; sebuah studi pengertian harfiayahnya. Lihat bagian berikutnya.
tentang fatwa yang dikeluarkan para ulama al-Azhar, Mesir
(Lazarus Yafeh 1981) juga 13. Kategori ini mencakup semua transaksi yang hasilnya tidak jelas
mengemukakan hal yang sama. Isi Majallah al-Azhar tidak lebih sebelumnya, baik karena
menantang atau inovatif dari adanya unsur untung-untungan yang mengikat di dalamya ataupun
isi buku-buku kumpulan fatwa ulama tradisionalis Indonesia. karena ketidakpastian dalam
207 208
sebuah kontrak. Lihat Juynboll 1925 :268. yang berusaha membuat bahtsul masail menjadi lebih relevan dan
lebih rasional. Dia dan beberapa yang lain, seperti Kiai Muchith
UPAYA MEMPERLUAS WACANA FIQH Muzadi dari Jember dan Kiai Sahal Mahfudh, juga dekat dengan
para pemikir kritis yang lebih muda.
Di kalangan generasi muda NU ada ketidakpuasan yang terus Salah satu orang muda NU yang sangat berpengaruh dalam
berkembang terhadap bentuk maupun substansi kebanyakan fatwa diskusi-diskusi yang diselenggarakan akhir-akhir ini (dan banyak
yang dikeluarkan ulama senior. Mereka mengeluhkan bahwa ter- dikagumi oleh para santri yang lebih tua) adalah Masdar F. Mas-
lalu banyak problem yang dibicarakan sangat tidak relevan dan 'udi. Sebagai lulusan pesantren dan IAIN yang dikenal karena ga-
problem-problem sosial penting diabaikan karena para ulama gasan-gagasannya yang provokatif, dia telah berbuat banyak un-
menghindarkan diri bersentuhan dengan isu-isu yang peka. Hasrat tuk merangsang studi kritis (pengkajian) sebagai ganti penghafal-
akan pemikiran Islam yang lebih relevan secara sosial dan politik an pasif (pengajian) terhadap kitab-kitab klasik yang sudah sejak
juga melahirkan kritik terhadap bentuk fatwa tradisional, yang lama menjadi bagian dari tradisi yang tak pernah dipertanyakan.
menggunakan kitab-kitab otoritatif tanpa melakukan penafsiran le- Dia tentu saja tidak akan menampakkan sama sekali tradisi, teta-
bih lanjut atau kontekstualisasi dan tanpa menerangkan kenapa pi cenderung kepada suatu penafsiran baru yang radikal dan krea-
kutipan-kutipan yang diberikan tersebut relevan dengan kasus yang tif. Walaupun dia sendiri tidak dianggap sebagai kiai, dia menda-
ada. Menarik, kritik semacam ini tidak datang dari warga NU mu- patkan beberapa kiai muda yang mau mendengarnya dan berdisku-
da yang telah mengenyam pendidikan modern, tetapi warga muda si dengannya, walaupun dia juga dihadang kemarahan sebagian
berpendidikan pesantren yang lebih cerdas. Ketidakpuasan ini ti- kiai senior.
dak menjelmakan dirinya sebagai gerakan pembaruan yang teror- Masdar memperkenalkan dan mengorganisir diskusi-diskusi
ganisir di dalam NU. Jadi sampai sekarang gerakan ini masih kritis mengenai kitab-kitab klasik (yang dikenal sebagai kitab ku-
terpenggal-penggal dan tanpa berbentuk, berkembang melalui per- ning) di Kantor PBNU pada 1987. Di bawah payung Syuriyah,
cakapan-percakapan informal, dan lebih menyebar melalui komu- dan dengan menghadirkan beberapa anggota Syuriyah, kitab ku-
nikasi lisan daripada tulisan. Jaringan informal dunia pesantren ning terkenal dijadikan sasaran analisis tekstual dan kontekstual
terbukti sangat efisien dalam penyebaran gagasan-gagasan, bah- oleh dosen-dosen muda IAIN dan para pengkritik lainnya. Disku-
kan yang bertentangan dengan sistem gagasan dominan yang di- si-diskusi ini harus dihentikan setelah mendapat protes-protes dari
anut para kiai yang sudah mapan. Tradisionalisme pesantren dan para kiai berpengaruh, yang tidak berkenan dengan suasananya
otoritarianisme kiai jelas tidak menghalangi munculnya arus-arus yang tidak sopan dan merasa bahwa hal-hal yang selama ini dijun-
pemikiran tandingan. Kenyataannya, saya sering terpesona oleh jung tinggi telah dilanggar. Namun, diskusi-diskusi kritis menge-
kemandirian berpikir dan sikap kritis generasl muda pesantren di- nai kitab kuning terus berlanjut dalam berbagai bentuknya. Salah
bandingkan para lulusan sekolah bertipe modern di Indonesia. satu lembaga yang memfasilitasinya adalah sebuah organisasi non-
Pemikiran kritis dan pencarian alternatif-alternatif sudah men- pemerintah (Ornop), P3M, yang didirikan pada 1983 untuk meng-
dapatkan perlindungan, patronase dan rangsangan sejak Abdurrah- koordinir pengembangan masyarakat melalui pesantren.14 Masdar
man Wahid menduduki posisi berpengaruh di tubuh NU. Bagai- menjadi staf P3M sejak kelahirannya, dan lembaga ini mungkin
manapun juga, kehadiran Abdurrahman Wahid begitu menyolok memberikan sumbangan bagi semakin menguatnya pengaruhnya
dan sangat dominan sehingga orang dengan gamblang terlalu me- di kalangan generasi muda pesantren. Majalah empat-bulanan Pe-
lebih-lebihkan sumbangan pribadinya. Terlalu sedikit orang muda santren yang diterbitkan P3M sejak 1984 hingga 1993 juga telah
NU yang berpikir dalam alur-alur yang sama, tanpa menjadi pen- merangsang sikap yang lebih kritis terhadap studi-studi skriptural
dukungnya. Kiai Musthofa Bisri yang sudah disebut sebagai orang tradisional dengan menyertai setiap isu yang diangkat dengan tin-
209 210
jauan pustaka secara kritis terhadap sebuah kitab kuning. Gagasan habiskan sebagian masa hldupnya yang aktif di Irak dan sebagian
ini sejak saat itu diikuti oleh beberapa majalah lain yang diterbit- lagi di Mesir: sebagaimana diketahui dengan baik oleh para kiai,
kan pesantren. Sejak 1988, P3M telah memungkinkan Masdar penalaran hukumnya pada periode Iraqi (dikenal sebagai al-qaul
menjaga agar lingkungan studi (halqah) para kiai muda (dengan be- al-qadim [pendapat lama], yang diwakili oleh karyanya Al-Risa-
berapa kiai senior) terus berjalan, dimana diusahakan untuk mem- lah) berbeda dalam beberapa hal dari penalaran hukumnya pada
perluas wacana fiqh yang sudah mapan dan menyoroti problem- periode Mesir yang lebih belakangan (dikenal sebagai al-qaul al-
problem kemasyarakatan yang sejak lama telah terabaikan oleh pa- jadid [pendapat baru], yang terdapat dalam karya matangnya Al-
ra ulama NU. Umm).15 Kedua qaul tersebut dianggap sah dan tidak ada yang
Halqah ini diorganisir dengan bantuan P3M dan Rabithah al- lebih unggul di antara keduanya. Ini hanya dapat berarti, ungkap
Ma'ahid al-Islamiyah (RMI), sebuah perhimpunan pesantren NU. Masdar, bahwa perbedaan antara qaul "lama" dan "baru" mencer-
Beberapa kiai senior seperti Kiai Sahal Mahfudh dan Kiai Imron minkan konteks sosial, ekonomi dan politik antara Iraq dan Mesir
Hamzah (Rois Syuriyah Jawa Timur) memberikan perlindungan pada masa Syafi'i.
mereka tetapi kebanyakan pertanyaan-pertanyaan dan gagasan-ga- Argumen ini nampaknya berhasil meyakinkan banyak kiai
gasan yang diusulkan berasal dari Masdar. Halqah pertama diada- bahwa konteks telah memainkan peranan dalam perumusan kitab
kan pada 1988, di Pesantren Watucongol, Muntilan, Jawa Te- yang paling dihormati sekalipun. Adalah hal yang wajar jika ar-
ah, ketika di sana diselenggarakan muktamar RMI. Halqah ini gumen ini tidak diterima dengan gampang, ia menyatakan peno-
dilakukan untuk memahami kitab kining sacara kontekstual tema lakan terhadap sikap taqlid dan mengutamakan kebebasan yang
yang menjadi benang merah yang membentang dalam seluruh aca- lebih besar dalam penafsiran. Ia langsung menohok identitas ke-
ra-acara halqah berikutnya. Masdar dan teman-temannya meng- agamaan NU, yakni sikap taqlid kepada empat mazhab ortodoks
angkat isu penerapan harfiyah kitab-kitab klasik otoritatif dan me- (dan, dalam prakteknya, terutama mazhab Syafi'i). Pertanyaan
nganjurkan agar ajaran-ajaran ulama besar zaman lampau hendak- yang diajukan adalah: haruskah sikap taqlid kepada mazhab itu
nya dikaji dalam konteks sosial dan historisnya. Bukannya bersi- dilihat sebagai taqlid kepada serangkaian aturan-aturan hukum
kap taqlid kepada apa yang tertulis dalam kitab (qaul), tetapi me- yang tak dapat diubah (mazhab qauli), atau sebagai ketaatan ke-
mahami dan menerapkan metode analisis dan penalaran (manhaj) pada metode yang dipakai dalam menetapkan aturan-aturan hu-
mereka ke dalam konteks situasi yang baru. kum tersebut (mazhab manhaji)? Para pembaru muda tentu saja
Pemahaman kontekstual terhadap ajaran-ajaran Islam meru- sangat membela pengertian taqlid yang kedua, dan dalam jangka
pakan sebuah tema yang banyak didiskusikan di lingkungan Mus- beberapa tahun saja secara perlahan berhasil memperoleh dukung-
lim liberal di Indonesia pada akhir 1980-an, yang menarik karena an dari sebagian ulama senior.
memberi peluang bagi penafsiran yang lebih luwes atas ajaran- Halqah berikutnya, yang diadakan beberapa bulan setelah
ajaran tersebut dan mengarah kepada penyesuaian terus-menerus muktamar Krapyak, mulai membicarakan pokok persoalan lain-
kepada berbagai keadaan yang senantiasa berubah. Kontekstualisasi nya, yakni metode penerapan fatwa berdasarkan nash-nash yang
menyatakan relatif apa yang dianggap mutlak oleh kaum tradisio- ada (istinbath al-ahkam). Cara kerja penetapan fatwa tradisiollal,
nalis literalis dan fundamentalis. yang telah dbicarakan di atas, mendapatkan kritik tajam. Mencari
Gagasan pembacaan kontekstual atas kitab kuning ini semula kutipan dari sebuah kitab fiqh semata, tanpa analisis lebih jauh,
dipahami sebagai respons terhadap diskusi-diskusi di luar ling- tampaknya membuat pemecahan masalah yang ada dirasakan sa-
kungan NU, tetapi gagasan ini dijelaskan kepada para peserta hal- ngat tidak memuaskan. Lebih dari itu, banyak masalah yang tetap
qah dalam istilah-istilah yang membuatnya terdengar akrab bagi tak terpecahkan dengan prosedur ini karena masalah-masalah ter-
para kiai. Bapak pendiri Mazhab Syafi'i, Imam Syafi'i, meng- sebut tidak dbicarakan dalam semua kitab klasik otoritatif atau
211 212
karena terdapat dua pendapat yang saling berlawanan. Sarannya usul mengenai bagaimana menetapkan hukum mengenai masalah-
yang jelas-tegas (tetapi kontroversial), sejalan dengan cita-cita me- masalah yang dalam kitab-kitab fiqh Syafi'i sendiri diputuskan de-
ngembangkan pemahaman kontekstual, adalah menganalisis situa- ngan fatwa-fatwa yang saling bertentangan atau sama sekali tidak
si yang ada dan kemudian menggunakan metode (manhaj) para diputuskan.16 Usulan-usulan ini diambil langsung dari diskusi-dis-
pendiri mazhab untuk sampai kepada kesimpulan. Ini jelas sama kusi halqah. Unsur baru yang terpenting adalah konsep pengam-
artiriya dengan memberikan kebebasan yang lebih besar bagi pe- bilan keputusan secara kolektif (jama'i) untuk memutuskan pro-
nafsiran dan keluwesan dalam pembuatan keputusan mengenai blem-problem yang tidak diputuskan dalam kitab-kitab fiqh yang
masalah-masalah keagamaan. Dengan demikian, ia menohok ke ada. Walaupun penggunaan istilahnya dihindari, ini sama dengan
akar-akar pemahaman yang umum dianut mengenai mazhab, dan pengakuan atas ijtihad, walaupun dengan pembatasan bahwa para
itu adalah inti kepribadian NU. ulama terkemuka harus sependapat mengenai keputusan yang di-
Istilah istinbath al-hukm itu sendiri mengandung arti bahwa ambil. Setelah terlibat pembicaraan yang mendalam, para kiai
Hukum (dalam arti Maksud Ilahi) itu sendiri sudah ada, dan ting- yang ambil bagian dalam diskusi tersebut menyatakan diri mereka
gal dicari sampai ketemu. Dalam teorinya, tidak ada tempat bagi sepakat dengan usulan ini -walaupun sebagian mereka jelas mera-
pendapat atau penalaran manusia biasa. Dalam pandangan kaum sakan bahwa dasar-dasar pandangan dunia mereka sendiri sedang
tradisionalis, hanya para ulama besar masa lalu (yang meletakkan digoyang.
dasar-dasar empat mazhab ortodoks) yang memiliki pengetahuan Usulan-usulan ini merupakan langkah penting yang selangkah
dan kemampuan intelektual untuk melakukan ijtihad, penafsiran lebih maju dari keputusan muktamar NU pertama mengenai pro-
independen terhadap sumber-sumber Hukum (Al-Qur'an dan Sunnah). blem adanya ketetapan-ketetapan hukum yang saling bertentangan
Generasi berikutnya harus mengikuti jejak-jejak mereka (taqlid). di dalam kitab-kitab fiqh. Ada jawaban yang menyatakan bahwa
Kitab-kitab dari empat mazhab ortodoks menurut teorinya ti- keputusan diambil dengan mengikuti hirarki kitab-kitab fiqhnya
dak mengandung banyak hal baru selain penjelasan-penjelasan atas saja.17 Usulan tersebut mempertahankan jawaban ini sebagai suatu
ketetapan-ketetapan hukum para pendirinya. Kaum pembaru dan cara yang dapat diikuti dalam memilih antara beberapa pendapat
modernis telah menolak prinsip taqlid dan banyak fiqh tradisional, yang bertentangan dan menambahkan pemilihan pendapat-penda-
sambil menyeru kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits, yang ha- pat yang paling menguntungkan kepentingan orang banyak (mash-
rus ditafsirkan melalui penerapan ijtihad yang bebas (oleh para ula- lahah) sebagai prosedur alternatifnya -sebuah prosedur yang
ma yang pengetahuannya memadai). NU dan organisasi-organisasi memberi ruang bagi penafsiran yang benar-benar bebas. Jika ada
Islam tradisionalis lainnya (seperti Perti) didirikan justru untuk masalah-masalah yang jawabannya tidak terdapat sama sekali da-
mempertahankan sistem mazhab dari serangan kaum pembaru. lam kitab-kitab fiqh, orang terlebih dahulu harus berusaha mene-
Kelompok "kontekstualis" lebih berhati-hati dalam merumuskan mukan masalah-masalah yang cukup serupa dan menetapkan ke-
kritik mereka terhadap tradisi, tetapi usulan mereka untuk meng- putusan hukum dengan cara analogi (ilhaq, "menggolongkan" se-
gantikan mazhab qauli dengan mazhab manhaji tidaklah sangat buah problem baru ke dalam sebuah kategori problem yang sudah
berbeda dari ajakan kaum reformis kepada pembukaan kembali ada). Jika tidak ada problem serupa yang dapat ditemukan dalam
pintu ijtihad, namun lebih moderat kitab-kitab, maka pengambilan keputusan hukum secara kolektif
Saiah satu aspek dari usulan ini tidak lama kemudian dima tadilah yang akan diljalankan.
sukkan, walaupun dengan enggan, ke dalam arus utama resmi pe- Walaupun pendekatan dalam pengambilan keputusan ini
mikiran keagamaan NU. Pada Munas yang diadakan di Bandar mungkin tampak sangat wajar, dapat dibenarkan dan tidak radikal
Lampung pada Januari 1992, salah satu masalah keagamaan yang bagi orang luar, ia sangat kontroversial karena merupakan ancam-
didiskusikan adalah masalah istinbath al-hukm ini. Ada beberapa an terhadap posisi kiai tradisional. Jenis pengetahun yang dimiliki
213 214
para kiai tradisional, yang terdiri dari ketetapan-ketetapan harfiyah Jelaslah dari permukaan bahwa tidak ada yang berjalan mu-
yang terdapat dalam kitab-kitab klasik, benar-benar mengalami pe- dah. Walaupun ada semangat egaliter yang jelas pada masa awal
nurunan nilai dengan adanya pendekatan baru ini. Tidak banyak Islam, para ulama di sepanjang sejarah kebanyakan berada di pi-
kiai biasa yang mungkin pernah merenungkan bagaimana para pe- hak mereka yang kaya dan berkuasa, dan ini tercermin dalam ki-
ngarang kitab-kitab tersebut sampai kepada ketetapan hukum me- tab-kitab fiqh. Akan sulit membujuk kiai untuk berani menjauh
reka. Pemahaman kontekstual mungkin memerlukan keahlian-ke- dari sikap konservatif yang umum terdapat dalam kitab-kitab fiqh.
ahlian yang berbeda dengan keahlian yang dimiliki rata-rata kiai. Para pengorganisir halqah berharap agar pemahaman yang lebih
Sebuah usulan lain yang erat kaitannya dikemukakan dalam baik terhadap perkembangan sosial dan ekonomi dan distribusi ha-
halqah yang sama, dan merupakan ancaman lain terhadap marta- sil pembangunan yang timpang, akan membantu mendekati mere-
bat diri kiai. Dikatakan, untuk mengeluarkan fatwa yang tepat me- ka, dan meyakinkan kiai tentang perlunya sebuah fiqh keadilan
ngenai masalah-masalah kontemporer, diperlukan keahlian yang sosial. Para ahli dari luar seperti ahli sosiologi pedesaan Loekman
lebih dari pengetahuan hukum Islam semata. Sebelum memberi- Soetrisno, ahli statistik Soetjipto Wirosardjono dan sejarawan
kan fatwa kiai harus mendengar pendapat para ahli dari masing- Onghokham diundang ke halqah untuk menyumbangkan pandang-
masing spesialisasi, dalam kasus yang berkaitan dengan masalah an-pandangan mereka mengenai problem-problem yang didiskusi
kesehatan harus mendengarkan pendapat ahli kesehatan, dalam kan.
masalah ekonomi harus mendengarkan pendapat ekonom, dan se- Salah satu majelis halqah yang diadakan pada Januari 1992
terusnya. Gagasan ini (yang sebelumnya telah disuarakan oleh Kiai membicarakan masalah tanah, termasuk isu peka pengambilan
Musthofa Bisri) dapat dengan mudah dipandang sebagai sebuah tanah oleh negara untuk tujuan-tujuan pembangunan dan penggu-
pelanggaran atas kompetensi unik kiai dalam "menemukan hu- suran para penghuninya. Proyek Kedung Ombo (bendungan besar
kum". Namun, ada cukup banyak peserta yang setuju dengan ga- di Jawa Tengah yang menyebabkan banyak penduduk digusur dari
gasan ini, dan berkali-kali dipraktekkan sejak saat itu. (Dua kasus tanah mereka tanpa ganti rugi yang memadai) banyak menyita
sudah disebutkan di bagian awal bab ini: diskusi tentang pasar mo- perhatian dalam diskusinya, dan kebanyakan ulama sudah menge-
dal pada muktamar Krapyak, dan bahtsul masail Jawa Timur me- tahui kasus-kasus serupa yang lebih kecil di wilayah mereka ma-
ngenai operasi ganti kelamin). sing-masing. Mereka tidak berhasil menjembatani kesenjangan an-
Majelis-majelis halqah berikutnya memusatkan perhatian ke- tara perasaan instinktif mereka terhadap masalah keadilan sosial
pada topik yang berkaitan dengan masalah sosial dan politik, da- dan wacana mengenai hak tanah di dalam kitab-kitab fiqh yang
lam rangka merespons keluhan-keluhan yang sering terdengar ada -tetapi paling tidak mereka menjadi semakin sadar akan per-
yang mengatakan bahwa ada banyak fatwa tentang hal-hal yang lunya mengembangkan suatu cara untuk membicarakan isu-isu ter-
tidak sangat penting, tetapi hampir tidak ada fatwa mengenai ber- sebut secara lebih bermakna.
bagai problem kemasyarakatan yang mendesak. Ada yang menga- Majelis halqah yang lain (Mei 1992) membicarakan tentang
takan bahwa para pengorganisir halqah mempunyai tujuan ganda. hubungan antara zakat dan pajak. Masdar sendiri menulis sebuah
Pertama, mereka ingin membuat ulama semakin sadar dan peka buku provokatif tentang pokok persoalan ini (Mas' udi 1991). Da-
terhadap problem-problem sosial dan ekonomi. Pada saat yang sa- lam buku ini, dia berpendapat bahwa pajak yang dipungut oleh ne-
ma mereka ingin memperluas wacana fiqh yang ada, sehingga gara modern telah menggantikan zakat, dan karena itu tidak perlu
mampu mengungkapkan problem-problem masyarakat yang se- lagi mengeluarkan zakat apabila pajak sudah dibayarkan dengan
dang berkembang dan menyatakan solidaritas kepada mereka yang baik. Ini bukanlah sebuah pandangan yang baru, walaupun belum
lemah dan tertindas sebagai sebuah keprihatinan keagamaan yang pernah diungkapkan sebelumnya oleh orang NU. Dia menerus-
sah. kan pandangannya dengan lanjutan yang lebih tidak lazim bahwa
215 216
pembayaran pajak dan tujuan pemanfaatannya harus tunduk kepa- dalam mengorganisir diskusi-diskusi ini; apakah mungkin ia bagi-
da imperatif moral zakat. Kebanyakan kiai yang hadir dalam hal- an dari agenda tersembunyi kaum Zionis, yang dimasukkan oleh
qah tersebut menolak cara penalaran Masdar tetapi mendukung Friedrich Naumann Stijctung, lembaga penyandang dana P3M.19
kesimpulannya. Kiai Wahid Zaini, kiai muda Madura yang ce- Namun, kebanyakan peserta mengungkapkan kepuasan mereka
merlang dari Probolinggo dan menjabat sebagai ketua RMI, men- karena diskusi-diskusi tersebut telah memperluas cakrawala pemi-
dapatkan lebih banyak dukungan atas pernyataannya bahwa pajak kiran mereka.
meski tidak identik dengan zakat tetapi merupakan sebuah bentuk Walaupun jumlah pesertanya sedikit, halqah telah memberi
kekayaan kolektif, dan karena itu rakyat harus mempunyai ke- dampak penting. Sebagian diskusi dilaporkan di media cetak, se-
kuatan kontrol yang benar-benar terhadap pembelanjaannya. hingga menimbulkan perdebatan di lingkungan yang lebih luas-
Jumlah peserta dalam halqah-halnah ini bervariasi. Di samping terutama di kalangan generasi muda. Lebih dari itu, usulan-usulan
Masdar dan beberapa intelektual muda NU lainnya dan para ahli mengenai metode pengambilan keputusan hukum (istinbath al-
yang diundang, biasanya hadir antara dua puluh sampai tiga puluh hukm) yang lebih fleksibel dan bahtsul masail yang lebih canggih,
kiai, kebanyakan masih muda. Beberapa kiai senior, seperti Kiai yang telah muncul pada halqah-halqah yang terdahulu, dibawa ke
Sahal Mahfudh dari Kajen (Pati) dan Aziz Masyhuri dari Dena- hadapan Munas Alim Ulama NU di Bandar Lampung pada Fe-
nyar (Jombang), hadir secara teratur dan dengan demikian mem- bruari 1992 dan -setelah perdebatan intens- disetujui. Demikian-
berikan legitimasi dan perlindungan terhadap proyek ini, sembari lah, gagasan-gagasan baru disuntikkan ke dalam arus utama pemi-
pada saat yang sama memberikan pengaruh yang memoderatkan kiran tradisional. Ada Kemungkinan di masa depan yang dekat
diskusi-diskusinya. Sebagian kiai lain tampaknya hadir terutama kelompok halqah akan berulangkali mempersiapkan bahan-bahan
untuk menjaga agar tidak menimbulkan bid'ah yang berbahaya. diskusi yang diselenggarakan pada musyawarah-musyawarah NU
(sebagian kiai senior sangat curiga terhadap seluruh upaya meng- yang lebih resmi dan muktamar-muktamar. Dengan demikian, ia
kaji kitab kuning secara kritis dan mengembangkan wacana yang akan berfungsi sebagai saluran komunikasi (dan sebagai saringan)
lebih relevan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, dan antara generasi muda, yang sedang mencari tanpa kenal lelah ga-
mengkhawatirkan adanya pengaruh "orientalis"). Masdar menulis gasan-gagasan Islam yang memiliki relevansi yang lebih besar de-
paper-paper diskusi untuk setiap halqah, dia berusaha membangun ngan masyarakat kontemporer, dan kaum ortodoks NU yang ma-
kaitan antara dimensi sosiologis dan dimensi fiqh dari problem pan.
yang akan dibahas. Paper-paper diskusi ini disebarkan, dan para Beberapa pesantren telah meminta bantuan P3M untuk meng-
peserta biasanya mempersiapkan diri mereka dengan mencari ba- organisir halqah serupa, sebagian mungkin untuk menaikkan posi-
han-bahan yang relevan dalam kepustakaan. Tidak semua diskusi si pesantren-pesantren itu sendiri. Perdebatan intelektual sedang di-
mencapai hasil-hasil yang tidak kabur, tetapi kenyataan bahwa gemari, walaupun bukan tanpa menimbulkan kontroversi-kontro-
problem-problem tertentu sudah didiskusikan itu sendiri sudah me- versi. Salah satu contohnya, pesantren Kasugihan, Cilacap, yang
rupakan capaian penting. Pada 1991 sebuah evaluasi terhadap hal- terkenal karena mengkhususkan diri dalam pengajaran kitab Ihya
qah diadakan selama ini. Hasil evaluasi ini memperlihatkan bahwa 'Ulumuddin-nya Al-Ghazali, telah menyelenggarakan tiga kali
para peserta memiliki persepsi dan kesan yang sangat beragam halqah yang ditujukan untuk mengembangkan pemahaman kon-
mengenai pengalaman ini.19 Beberapa peserta muda mengungkap- tekstual atas berbagai aspek dari kitab yang sangat dihormati ini.
kan rasa frustrasi mereka karena kiai yang lebih tua begitu saja Di antara para pesertanya aalah beberapa dosen muda IAIN yang
menolak mendengarkan argumen-argumen yang dikemukakan da- berpendidikan baik, dari latar belakang NU tetapi belum dikenal
lam halqah. Responden lain, searang kiai setengah baya, sangat kiai. Orang-orang muda ini mendominasi kebanyakan diskusi dan
bertanya-tanya apakah P3M mempunyai motif-motif tersembunyi mengutarakan pandangan-pandangan yang sangat kritis, yang me-
217 218
nimbullran reaksi keras di kalangan kiai yang hadir, yang meng- ________________________________________________________
anggap kitab al-Ghazali benar-benar sakral. Ketidaksenangan me- ______________
reka mengakibatkan tidak berlanjutnya rangkaian halqah ini dan,
pada waktu itu, perdebatan pun berakhir. Namun, peristiwa ini ha- 14. Tentang jenis pengembangan masyarakat ini dan peranan P3M,
nyalah sebuah gerak mundur yang bersifat temporer, karena pemi- lihat bab berikutnya.
kiran kritis dan memihak kepada pembaruan telah berpengaruh
luas di kalangan generasi muda, termasuk banyak kiai masa de- 15. Kita menemukan perkemabangn ini dalam pemikiran Imam
pan. Syafi`i ini disebut, misalnya, dalam
Halqah yang diorganisir oleh Masdar F. Mas'udi dari P3M pidato yang disampaikan KH Ali Ma'shum ketika dia menjabat
merupakan forum yang paling kentara dimana pembaruan terha- sebagai Rois Aam NU, "Imam
dap praktek fiqh yang ada diperjuangkan, tetapi tidak berarti satu- Syafi'i sosok ulama panutan," dalam Ma'shum 1993:136-143, pada
satunya. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, terutama da- hal. 138
lam diskusi-diskusi informal di kalangan santri tua dan mahasiswa
berlatar belakang NU, perdebatan dan pencarian sebuah wacana 16. Teks usulan-usulan ini disediakan bagi para peserta dalam bentuk
benar-benar hidup. Banyak di antara orang muda yang ini su- buku kecil: Sistem
dah berpengalaman dalam berbagai kegiatan pengembangan ma- Pengambilan Keputusan Hukum dan Hirarki Hasil Keputusan
syarakat, dan memiliki kepedulian kepada masalah-masalah ke- Bahtsul Masail. Materi Musyawarah
adilan sosial dan ekonomi. Organisai mahasiswa yang berafiliasi Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama 1992 (Jakarta: Sekretariat
ke NU, PMII, selama beberapa tahun ini telah menjadi salah satu Jendral PBNU, 1992).
organisasi mahasiswa paling dinamis dalam hal perdebatan intelek-
tual. Kontras dengan mahasiswa Islam modernis, anggota PMII 17. Prioritas tertinggi diberikan kepada padapat-padapat yang terdapat
biasanya mempunyai penguasaan yang lebih baik terhadap ilmu baik dakm kitab Minhaj
tradisional, tetapi bacaan mereka jauh lebih luas dari kurikulum al-Thalibin karya Nawawi maupun Al-Muharrar karya Rafi'i;
tradisional semata. Sementara para mahasiswa modernis masih ba- urutan berikutnya adalah
nyak dipengaruhi para pengarang seperti Maududi dan Sayyid pendapat-pendapat yang terdapat dalam karya Nawawi saja, yang
Qutb, mahasiswa PMII memperlihatkan minat yang besar kepada hanya terdapat dalqm kitab
para pengarang yang lebih radikal, seperti Hassan Hanafi, filosuf Rafi'i, yang dipegang oleh mayoritas ulama, yang dipegang oleh
Mesir itu. Diskusi-diskusi di lingkungan mereka akhir-akhir ini kebanyakan ulama yang
menjurus ke pokok persoalan keterbelakangan Dunia Ketiga, ke- berilmu, dan akhirnya padapat yang dipegang oleh kebanyakan
adilan ekonomi dan hak asasi -termasuk pertanyaan yang sulit ulama yang saleh (lihat Ahkam
tentang hak-hak perempuan dalam Islam. Perdebatan di lingkung- al-fuqaha, vol. I:7-8). Tentang kitab-kitab fiqh yang disebutkan
an mahasiswa ini akan semakin memberikan tekanan kepada para lihat Bruinessen
ulama di Syuriyah untuk menyoroti masalah-masalah yang sama 1990b :245-6.
dan memikirkan kembali banyak pandangan fiqh yang sudah ma-
pan. 18. Laporan Lokakarya evaluasi dan perencanaan halqah (Laporan
intem, Jakarta : P3M/RMI, 1991).
________________________________________________________
______________
219 220
19. Friedrich Naumann Stiftung menyeponsori berbagai kegiatan rupakan pihak pertama yang menganggap pesantren sebagai jalur
pengembangan masyarakat P3M, potensial. Namun, langkah kongkret pertama diambil oleh Depar-
tetapi ternyata menolak mendanai diskusi-diskusi ini karena tidak temen Agama yang, dibawah kendali Menteri Agama bukan NU
termasuk dalam batasan pertama, Mukti Ali (menjabat 1971-78), mulai mensponsori pro-
kerja pengembangan masyarakat yang mereka anut. yek-proyek peningkatan pendapatan (income generating) di pesan-
tren.
BAB 8 LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan
WACANA PENTING DI AKHIR 1980-an (II) Ekonomi dan Sosial) resmi berdiri pada 1971 dan segera menjadi
NU DAN PROBLEM SOSIAL-EKONOMI salah satu organisasi non-pemerintah (ornop), yang bergerak da-
lam pengembangan masyarakat paling penting di Indonesia. Ia
KEPUTUSAN NU meninggalkan politik praktis dan penegasan berkembang dari sebuah proyek bantuan Friedrich Naumann Stif-
kembali dirinya sebagai organisasi keagamaan (jam'iyah diniyah) tung (FNS), Jerman (yang berafiliasi dengan Partai Liberal), yang
semata, tentu saja tidak berarti bahwa ia bermaksud menarik diri dimulai pada 1969, dan FNS terus menjadi sponsor luar negerinya
sama sekali dari urusan-urusan duniawi. Lebih tepat, tindakan ter- yang paling penting. Staf LP3ES direkrut dari kalangan aktifis Or-
sebut berarti peralihan dari satu bentuk gerakan politik kepada de Baru yang secara longgar dikenal sebagai "Angkatan 66". Di-
bentuk lain. Sejak keputusan Situbondo, para pemimpin NU tetap rekturnya yang pertama adalah Nono Anwar Makarim, pemimpin
terlibat aktif dalam kegiatan politik sebagaimana sebelumnya, wa- redaksi surat kabar milik para aktifis mahasiswa, KAMI. Keba-
laupun tidak melalui jalur-jalur parlemen. NU pun tetap saja men- nyakan aktifis ini berasal dari kalangan yang berlatar belakang
jadi penyalur kepentingan-kepentingan material para pendukung- sosial jauh dari dunia pesantren, dan terbentuknya jaringan (link-
nya. Hal ini sudah berlangsung sejak 1952, terutama melalui pa- ing) mereka dengan pesantren sama sekali bukan proses yang
tronase politik; selama 1980-an yang lebih ditekankan adalah upa- berjalan dengan sendirinya
ya-upaya pengembangan masyarakat melalui pesantren dan berba- Pada sebuah seminar tentang partisipasi dalam pembangunan,
gai usaha pengembangan ekonomi yang disponsori NU. Berbagai yang diselenggarakan secara bersama oleh LP3ES dan Majalah
eksperimen pengembangan masyarakat di dalam dan sekitar bebe- Mingguan IEMPO (usaha lain dari para intelektual muda Orde
rapa pesantren terpilih sebenarnya sudah dimulai pada 1970-an, Baru), untuk pertama kalinya pesantren disebut sebagai jalur po-
walaupun bukan atas bantuan NU. Secara signifikan, pada Mukta- tensial bagi upaya-upaya pembangunan tingkat lokal. LP3ES ke-
mar Sitobondo, yang menyatakan meninggalkan politik praktis, mudian memulai sebuah program penelitian mengenai pesantren
NU untuk pertama kalinya mendorong upaya-upaya pengembangan dan potensinya bagi pembangunan. Dawam Rahardjo, seorang
mayarakat ini dan sejumlah orang terlibat di dalamnya mendapat ekonom muda yang kelak menjadi salah seorang intelektual Mus-
jabatan di PBNU. lim liberal Indonesia paling terkemuka, diserahi tanggung jawab
memegang program ini. Dawam adalah satu-satunya orang di
KONSEP PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI LP3ES yang sempat mengenal pesantren; pada usia mudanya dia
PESANTREN pernah belajar sebentar di Krapyak dan melalui berbagai kegiatan
sebelumnya di HMI, dia mengenal paling tidak beberapa orang
Prakarsa pertama untuk menggelar berbagai kegiatan yang yang berlatar belakang pesantren. Menyadari bahwa untuk menda-
berhubungan dengan pengembangan masyarakat di pesantren ber- patkan akses ke pesantren dia akan memerlukan dukungan ling-
asal dari luar NU. LP3ES Jakarta, dalam upaya mencari akses ke kungan NU, dia mengajak Zamroni, aktifis mahasiswa sebayanya,
masyarakat bawah (grassroot) dan pembangunan bawah-atas, me- bekerjasama. Zamroni adalah salah seorang tokoh NU terkemuka
221 222
di samping Subchan yang ambil bagian dalam demontrasi-de- LP3ES terlebih dahulu harus mencari tahu apa yang dapat mereka
monstrasi mahasiswa tahun 1966, yang menjadi ketua front aksi pelajari dari pesantren dan apa yang dibutuhkan sebelum membuat
bersama mahasiswa, KAMI. Karena itu, dia dapat bertindak se- rencana aksi kongkret. Dawam dan kawan-kawannya mulai de-
bagai perantara antara para pendukung Orde Baru dan warga NU. ngan sebuah survei terhadap berbagai jenis pesantren. Mereka me-
Melalui Zamroni, beberapa orang muda NU direkrut ke dalam neliti isi dan metodologi pendidikan, pola kewenangan di pesan-
proyek tersebut. tren, penerimaan santri serta hubungan pesantren dengan masyara-
Titik berangkat Dawam Rahardjo adalah apresiasi yang lebih kat luas.5
positif terhadap pesantren dan potensinya -mengenai hal ini dia le- Sebagai langkah berikutnya, LP3ES berusaha menciptakan hu-
bih optimis daripada kebanyakan teman-temannya. Dia pernah bungan yang lebih baik antara para intelektual-kota-modern dan
membaca pandangan Rabindranath Tagore tentang pendidikan, dunia pesantren, pertama-tama dengan menyelenggarakan sebuah
dan juga berkenalan dengan gagasan-gagasan DR. Soetomo, tokoh sarasehan yang mempertemukan kedua dunia tersebut (pada
Nasionalis Indonesia, yang bahkan sejak sebelum kemerdekaan 1974), kemudian merekrut orang-orang pesantren untuk terlibat
sudah memuji pesantren sebagai lembaga pendidikan dasar pri- dalam proyeknya. Nashihin Hasan dan Abdullah Syarwani terma-
bumi yang mandiri.2 (Gagasan-gagasan serupa tapi lebih radikal, suk para aktifis yang paling awal direkrut dari pesantren (nama
dari Ivan Illich, waktu itu belum dikenal di Indonesia, tetapi cukup yang terakhir pada waktu itu menjabat sebagai sekretaris pondok
populer pada 1980-an) Ketika mengingat kembali pandangan-pan- di Tebuireng), dan mereka terus memainkan peranan-peranan da-
dangan di kemudian hari, Dawam berpikir tentang pesantren se- lam upaya pengembangan masyarakat pada akhir 1970-an dan
bagai "centre of excellence" yang terkait dengan lingkungan pede- awal 1980-an. Orang yang direkrut agak belakangan adalah Ab-
saannya, dan percaya bahwa kiai, sebagai bagian dari elite desa, durrahman Wahid, yang sebenarnya datang ke Jakarta untuk be-
dapat bertindak sebagai "agen perubahan".3 kerja di LP3ES tetapi segera terlibat dalam begitu banyak kegiat-
Ternyata terdapat beberapa contoh historis pesantren yang ber- an lain di sana sehingga keterlibatan langsungnya dalam proyek
fungsi sebagai agen perubahan, dan contoh-contoh ini kemudian pengembangan masyarakat di atas tetap agak marjinal.6
sering dikutip sebagai sumber inspirasi. Setelah kembali dari Mek- Namun, putra mahkota NU yang lain, Fahmi Saifuddin (pu-
kah pada akhir abad ke-19, Muhammad Arsyad al-Banjari tidak tera Saifuddin Zuhri), menjadi terlibat secara mendalam dalam
hanya mendirikan sebuah mesjid dan sekolah di Martapura (Kali- berbagai upaya pengembangan masyarakat. Sebagai orang yang
mantan Selatan) tetapi juga menggali sebuah parit yang panjang terdidik sebagai dokter, dan secara umum dikenal sebagai orang
untuk pengairan dan membuka sebuah lahan pertanian yang luas. muda yang berpikiran sangat cemerlang di NU, Fahmi hampir ti-
Di Jawa pun pesantren seringkali dibangun jauh dari daerah yang dak mewakili dunia pesantren, tetapi latar belakang keluarganya
sudah didiami orang, dengan membuka hutan atau, menyertai membuatnya gampang masuk dan mempengaruhi lingkungan NU.
pembukaan perkebunan tebu dan pabrik gula yang meluas ke arah Dia menjadi salah seorang pemikir dan aktifis yang paling me-
selatan dan berusaba menanamkan norma moral mereka kepada nonjol, dan memainkan peranan kunci dalam menjadikan kegiat-
masyarakat di sana. Kiai Hasjim Asj'ari diceritakan sengaja men- an-kegiatan ini diterima sebagai program resmi NU.
dirikan pesantren Tebuireng (yang berarti "tebu hitam") di dekat
pabrik gula Cukir, di sebuah wilayah yang penuh dengan peram- UPAYA PEMERINTAH MENGALIRKAN PEMBANGUNAN
pokan, perjudian, adu jago, serta pelacuran. Dan sedikit demi se- KE PESANTREN
dikit berhasil menghilangkan ekses-ekses buruk dari perbuatan
dosa, atau mungkin hanya pendosanya, dari wilayah tersebut.4 Sementara LP3ES, terutama pada masa awalnya, menahan di-
Dengan menempatkan diri pada posisi tersebut, para aktifis ri untuk tidak melakukan campur tangan langsung di pesantren dan
223 224
memusatkan diri kepada penelitian dan komunikasi, pemerintah bahwa lulusannya akan rugi dibandingkan dengan lulusan pesan-
mengambil tindakan yang lebih bersifat campur tangan (interven- tren yang mengikutinya.
sionis), yang pertama kali tampak pada masa Mukti Ali menjabat Keputusan menteri ini sangat effektif meletakkan pesantren di
sebagai Menteri Agama. Mukti Ali, Menteri Agama Orde Baru bawah tekanan, dan dalam kadar tertentu mengakibatkan terjadi-
yang pertama, adalah 'orang luar' dalam dunia politik Jakarta, nya penyeragaman arah pesantren. Ia berangkali punya pengaruh
mendapat pendidikan di luar negeri, dan menjadi guru besar ilmu lain yang menyeluruh, yakni menarik dunia pesantren menjadi se-
perbandingan agama, yang berpikiran pembaru di IAIN Yogya- makin dekat dengan masyarakat Indonesia secara luas dan mem-
karta. Para intelektual muda Muslim mengenalnya sebagai se- bantu mobilitas sosial para santri. Namun, dunia pesantren tidak-
orang pemikir independen dan liberal, yang tidak hanya bersikap lah seluruhnya senang dengan keputusan tersebut. Sebagian peng-
toleran tetapi juga mensponsori perdebatan terbuka dan menghor- amat mengeluhkan bahwa kurikulum madrasah, di mana 70 %
mati pandangan-pandangan yang menyimpang dari kebiasaan. Di- waktu pengajaran diperuntukkan bagi pengetahuan umum dan ha-
harapkan, dia akan menyebarkan gagasan-gagasannya tentang nya 30 % yang diperuntukkan bagi pelajaran agama, hanya meng-
pembaruan keagamaan dan kemasyarakatan. Lebih dari itu, salah hasilkan lulusan yang tidak mempunyai pengetahuan yang mema-
satu tugas yang jelas harus dia tangani adalah mendefinisikan kem- dai dalam keduanya. Banyak kalangan lain yang menganggap "ke-
bali hubungan departemennya dengan NU dan dunia pesantren pa- putusan bersama" tersebut sebagai lonceng kematian otonomi pe-
da umumnya. Berbeda dengan kebanyakan (mantan) aktifis maha- santren.
siswa di atas, Mukti Ali pernah berkenalan langsung dengan dunia Untuk mempermudah pesantren menyesuaikan diri dengan ku-
pesantren -dia pernah belajar di sebuah pesantren terkenal di rikulum madrasah yang sudah dibakukan, "keputusan bersama"
Tremas, Pacitan. Dia juga mempunyai pikiran yang sudah baku menyertakan pula bantuan pemerintah dalam bentuk penempatan
mengenai apa yang bernilai dalam dunia pesantren dan apa yang staf pengajar tambahan dengan biaya dari Departemen Pendidikan
harus diubah. (untuk mata pelajaran umum) dan Departemen Agama. Para guru
Dia sendiri ingat sebagai langkah pertama yang paling penting ini, jelas, tidak begitu tergantung kepada kiai daripada para guru
adalah tindakan yang direncanakan menyatukan dunia pesantren ke yang dipilih dan digaji oleh kiai sendiri. Bisa juga terjadi Depar-
dalam sistem pendidikan nasional (dan karena itu memungkinkan temen Agama, yang tidak lagi dikuasai NU, menunjuk seorang
para lulusan pesantren melakukan mobilitas sosial). Keputusan guru dari kalangan pembaru untuk ditenpatkan di pesantren yang
Bersama Tiga Menteri (yakni, Menteri Dalam Negeri, Menteri berafiliasi dengan NU. Tidak sulit membayangkan konflik-konflik
Pendidikan, dan Menteri Agama, yang dikeluarkan pada 1974)7 yang dapat dan sudah terjadi dalam situasi semacam ini.
menetapkan bahwa mulai saat itu ketiga tingkat pendidikan ma- Tidak hanya kiai yang nampak kehilangan sebagian otonomi-
drasah (ibtida'iyah, tsanawiyah dan aliyah) disetarakan dengan nya, sebagian yang lain juga merasakan penyeragaman arah pen-
SD, SMP dan SMA, yang membuat perpindahan antara kedua je- didikan madrasah dan pemberian ijazah juga merupakan ancaman
nis pendidikan ini bisa dilakukan. Kebijakan ini secara implisit terhadap kemandirian santri. Sebagian kiai, seperti Kiai Hamam
sama dengan campur tangan yang sangat jauh ke dalam kurikulum Ja'far dari Pabelan, walaupun menawarkan kurikulum modern di
madrasah, untuk penyetaraan tingkatan itu mensyaratkan dimasuk- pesantren mereka secara sengaja hendak memberikan ijazah ke-
kannya mata pelajaran-mata pelajaran umum dan standardisasi pada para santrinya, agar mereka tidak akan merasa tergoda untuk
kurilrulum. Pesantren gaya-lama yang tidak memberikan pendidi- menjadi pegawai negeri.
kan gaya-madrasah tidak terpengaruh apa-apa; pesantren-pesantren Namun, cita-cita Mukti Ali bukanlah agar santri pindah ke se-
ini tidak memberikan ijazah sama sekali. Pesantren lain juga bebas kolah umum dan menjadi pegawai negeri, tetapi agar mereka
untuk tidak mengikuti kurikulum madrasah, tetapi hal ini berarti kembali ke desa masing-masing sebagai arang yang berguna,
225 226
memberikan sumbangan atas perkembangan moral dan ekonomi AWurrahman Wahid lah yang mendekati LP3ES agar menye-
masyarakat desa. Untuk tujuan ini, dia yakin, pesantren -terutama barluaskan upaya-upayanya dan sekaligus memilihkan beberapa
yang tidak menawarkan kurikulum madrasah- harus mengajarkan pesantren yang beratiliasi dengan NU. Pesantren besar An-Nuqa-
berbagai keterampilan praktis kepada santri di samping pengetahu- yah di Guluk-guluk (Madura Timur) dan pesantren Maslakul Hu-
an agama. Departemen Agama memulai sebuah proyek pelatihan da di Kajen (Pati) merupakan pilihan yang paling menguntungkan,
yang mengajarkan berbagai keterampilan teknis sederhana dan ke- karena keduanya memiliki kiai yang sangat tulus (KH Sabai Mah-
giatan-kegiatan peningkatan pendapatan (seperti memelihara ikan fudh dan KH AWul Basith), yang secaia aktif terlibat dalam eks-
tambak dan beternak ayam) di beberapa pesantren terpilih. Proyek perimen-eksperimen fersebut. Di kedua pesantren ini, upaya-upaya
percontohan lain yang dirintis Departemen Agama berkaitan de- pengembangan yang diarahkan kepada masyarakat sekiCar yang sa-
ngan kegiatan-kegiatan pemeliharaan kesehatan dan kepramukaan.
Proyek-proyek ini tidak sangat berhasil, karena tidak banyak kiai
yang bersemangat menyambut gagasan tersebut. Kiai Bisri Syam- ngat misldn dan hanya sebagian kecil yang diarahkan kepeda para
suri, Rois Aam NU, akhirnya menandai akhir dari berbagai perco- santri mereka sendiri. Pesan$en NU lain yang menerima bantuan
baan ini dengan pernyataan pedas. Dia menyatakan benar-benar ti- IP3ES pada tahurrolhun awal adalah, aoSara lain, pesarrtren Tebu-
dak mengerti bagaimana Menteri Agama sampai kepada pikiran iaeng (mendirikan perpustakaan santri), Cipasung dekat Tasikma-
mengubah pesantren menjadi kandang ayam.8 Di beberapa pesan- laya (menyediakan air basih), Paiton (Probolinggo) dan Blok
Agung (Banyuwangi).
Berbeda dengan wacana belakangan yang menghubungkan or-
tren dimana proyek-proyek ini tetap dijalankan, konflik kepemirn nop dengan pendekatan "bawah-atas" sebagai alternatif terhadap
pinan muncul antara kiai dan peminplin program. Konflik-konflik kebijakan-kebijakan pembangunan "atas-bawah" yang dijalankan
ini mencerminkan tidak hanya ketidaksetujuan terhadap sasaransa- pemerintah, Proyekproyek LP3ES saat itu pada umumnya sejajar
saran implisit program tetapi ju%a perbenturan antara dua jenis ke- dengan, atau perluasan dari, programprogram pemerintah. PT(F
pemimpinan yang berbeda, dengan pandangan hidup yang berterr gram di pesanaen pun temyata lebih menyerupai program LP3ES
tangan. lainnya, yang ditujukan kepada para wiraswastawan kecil. Pro-
gramgrogram tersebut urnumnya terdiri dari tiga komponen: pe-
LP3ES, P3M DAN "PESANTREN PFMBANGUNAN· ngembangan keterampilan dan sikap (kewiraswastaan), pengenal-
an teknologi tepat guna, dan peningkatan pendapatan -yang terdiri
Eksperimen praktis pertama LP3ES dengan proyek pengem- dari berbagai program yang serupol dengan program Mukti Ali.
bangan masyarakat yang berbclsis di pesantren dimulai di pesantren Untuk program pengeralan teknologi tepat guna LP3ES be
Pabelan pada akhir 1970-an. Kiai Pabelan, Hamam Ja'far, pernah kerjasama dengan sel;elompde aktifis mahasiswa Institut Teknolo-
belajar di pesantren modern Gontor, dan menerapkan metode dan gi Bandung (ITB), yang mendirikan sebuah ornop untuk pengem-
isi pendidikan Gontor di pesantrennya, dengan sangat menekankan bangan teknologi tepat guna, Yayasan Mandiri. Anggota yayasan
kemandirian santri. Sebagaimana Gontw, pesantren Pabelan lebih Mandiri, sebagian tinggal dan bekerja di pesantren dalam waktu
berafiliasi dengan mantan Masyumi daripada dengan NU. Kiai yang cukup lama, berusaha memperkenalkan berbagai teknologi
Hamam membuka pesantrennya bagi para aktifis LP3ES dan ber- tepat guna yang mereka kerml, yang paling berhasil adalah peng-
sedia bekerjasama menjalankan berbagai eksperimen. Pada sebagi- guTlililtl ferro-semen untuk atap dan beberapa jenis pompa untuk
an besar periode 198(Fan, dia tetap merupakan salah seorang "kiai mendapatkan air bersih. Pektihan kewiraswastaan dalam proyek
pembangunan" paling terkemuka. ini di antaranya betisi pembentukan usaha bersama di pesantren.
227 228
Di Kajen dan Guluk-guluk, usaha bersama simpan pinjam juga di- tren terbesar di Jakarta; Kiai Hamam Ja'far dari pesantren Pabe-
dirikan di desa-desa sekitarnya sebagai sarana untuk melatih orang lan; Habb Chirzin, pemimpin muda Muhammadiyah yang berpe
ngalaman dalam onwp; serta AWullah Syarwani dan Nashihin
Hasan, dua "orang iapangan", yang secara praktis aktif dalam pro-
desa dalam mengelola modal.9 yek-proyek awal pengernbangan masyarakat melalui pesantren.
Berkat bantuan lembaga dana dari luar ne%eri, jumhh poyek Tokoh NU paling terkemuka yang menjadi anggota pengurus ada-
pengemban%an masyarakat yang kecil yang dilaksanakan di dalam lah Jusuf Hasjim dan Kiai Sahal Mahfudh, keduanya dianggap
dan sekitar pesantren seolra bertahap bertambah. Friedrich Nau- berperan lebih aktif ketimbang kebanyakan anggota pengurus yang
mann Stiftung (FNS), salah satu lembaga dana luar negeri, sangat lain.
berharap keberhasilan pelaksanaan pengembangan masyarakat di Walaupun P3M secara empatik tidak berafiliasi dengan NU,
peantren dan mendanai hampir semua program LP3ES yang di- kelompok sasaran dari kegiatan-kegiatannya sedikit banyak adalah
laksanakan untuk pesantren. (Lembaga dana luar negeri besar lairr warga NU juga. Semua proyeknya ditempatkan di pesantren. Pe-
nya, NOVIB Belanda, secara terpisah mendanai beberapa proyek latihan manajemen dan pengorganisasian merupakan komponen
di pesantren yang berafiliasi dengan Masyumi, yang paling terke- utamanya; kegiatan lain meliputi pelatihan komunikasi lisan dan
nal adalah "pesantren pertanian" Darul Fallah, Bogor). Namun, tertulis, koperasi, teknologi tepat guna, eksperimen dengan jenis
menurut anggaran dasamya, FNS tidak bisa mendanai suatu pro- pendidikan alternatif, dan Oebih belakangan) diskusi halqah yang
yek lebih dari sepuluh tahun. Inilah salah satu alasan kenapa pada telah dibicarakan pada bab sebelumnya.
tahun 1983 sebuah onwp baru untuk pengembangan masyarakat Setelah periode awal yang sangat memberi harapan dan penuh
melalui pesantren, yang diberinama P3M, didirikan. LP3ES tidak kepercayaan kepada potensi "emansipatoris" pesantren (yang ter-
menghentikan program pesantrennya, terapi untuk sepuluh tahun cermin dalam berbagai bulisan dalam Rahardjo 1985 dan dalam
berikutnya kebanyakan bantuan FlVS untuk dunia pesantren disa- Ziemek 1986), perkembangan selanjutnya disusul dengan ketidak-
lurkan melalui P3M. P3M adalah singkatan dari Perhimpunan puasan dan keraguan di kalangan banyak aktifis muda yang ber-
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat. Di antara para pendi- partisipasi dalam proyekproyek tersebut dan merasa terhalangi
rinya kita menemukan beberapa orang yang juga terlibat dalam deh hubungan-hubungan hirarkis di dunia pesantren. Kesangsian
proyek LP3ES, tetapi P3M lebih merupakan usaha bersama ka-
langan NU dan Masyumi, tanpa kehadiran beberapa intelektual
"sekuler" dan non-Muslim sebagaimana yang terdapat dalam serius munxll mengenai peluang keberhasilan proyekproyek pe-
LP3ES. (Sebagian informan saya, ternyata, percaya bahwa P3M n%embangan rnasyarakat melalui pesantren tersebut.'0
didirikan pertam-tama agar kalangan Masyumi dapat mengerr Di beberapa pesantren munxll konflik-konflik kepentingan
dalikan sepenuhnya proyekproyek pengembangan masyarakat yang menyold< antara kiai dan pesantren di satu pihak dan desa-
melalui pesantren dan mencegah campurtangan "kaum liberal" di desa sekitar di pihak lain. Para aktifis muda pada umumnya ber-
maksud bekerja untuk, dan memobilisasi, orang-orang paling mis
kin di wilayah garapannya -dan itu bisa berarti perombakan tatan-
dalamnya). Nama-nama pengunrPnya adalah Dawam Rahardjo an sosial yang berlaku. Mereka sering merasa kecewa karena kiai
dan juga Adi Sasono, yang juga aktifis ornop berpengalaman (dan tidak punya keinginan untuk ikut serta dalam transformasi sosial
penduliung Masyumr?; Kiai Sdeh Islcandar, seorang mantan akti- semacam itu, dan berusaha keras mempertahankan dan jika mung-
fis Masyumi yang mendirikan "pesantren pertanian" Darul Fallah; kin memperkuat posisi kepemimpinan dan kekuatan ekonominya
Tuty Alawiyah, seorang mubaligah ferkernd dan pimpinan pesan- sendiri. Dalam berbagai proyek yang berbasis di pesantren barang-
229 230
kali ada kontradiksi inheren antara sifat hirarkis dunia pesantren Wahab Chasbullah, lihat Soebagijo 1972:24.
dan tujuan melayani kepentingan orang-orang miskin. Banyak ak-
tifis muda menjadi sangat skeptis atau bahkan sinis terhadap motif- 3. Bdk. analisis yang sama dari Clifford Geertz, yang beberapa tahun
motif tersembunyi kiai untuk memlapatkan proyek-proyek terse- sebelumnya mengidentifikasikan
but. Di pihak lain, beberapa kiai merasa bahwa para aktifis ini sa- kiai sebagai perantara yang berada di tempat strategis antara
ma sekali melupakan kepentingan pesantren sebagai pusat pendt masyarakat desa dan dunia yang
dikan dan kegiatan keagamaan. lebih luas (Geertz 1960a).

4. Dalam sebuah percakapan dengan Dawam Rahardjo pada 26


Agustus 1992, dia menunjuk dua kasus
ini sebagai bukti potensi pesantren sebagai agen perubahan.
________________________________________________________ Keduanya telah menjadi contoh
______________ standard, yang sering diceritakan kembali, dan berangsur-angsur
________________________________________________________ semakin dibumbui, dalam
______________ banyak kesempatan.

1. Bagian berikut ini didasarkan atas banyak wawancara, selama 5. Hasil pertama dari penelitian ini diterbitkan dalam Dawam
bertahun-tahun, dengan orang- Rahardjo 1973, Prasodjo et. al
orang yang melalui caraya masing-masing terlibat dalam upaya- 1974, dan Rahardjo (ed) 1974.
upaya pengembangan masyarakat,
terutama KH Abdul Basith, M.M. Billah, Dawam Rahardjo, 6. Ketidak-rukunan pribadi antara Abdurrahman Wahid dan Dawam
Driyantono (Toni Pangcu), Fahmi D. Rahardjo segera muncul ke
Saifuddin, Habib Chirzin, KH. Hamam Ja'far, Helmy Aly, KH Jusuf permukaan. Masa kerjasama yang singkat ini, dimana masing-
Hasjim, Mokhtar Abbas, Prof. masing merasa diremehkan oleh
A. Mukti Ali, Mun'im Saleh, dan Said Budairy. yang lain, meninggalkan perasaan sakit hati yang mengganggu
hubungan mereka sejak saat itu.
2. Lihat perdebatan tentang "pendidikan nasional" antara Soetomo dan Walaupun memiliki gagasan dan sikap yang serupa, mereka tidak
"pelopor pembaratan" dapat bekerjasama. Ketika
Sutan Takdir Alisjahbana pada 1935-36, dicetak ulang dalam mereka menjadi orang yang memainkan peranan publik yang
Mihardja 1997, terutama artikel semakin penting, rasa permusuhan
Soetomo "Nationaal-Onderwijs-Congres" (hal. 43-51). Soetomo pribadi mereka juga mempengaruhi organisasi dimana mereka
memuji pesantren sebagai lembaga menjadi anggota terkemukanya.
yang menanamkan semangat kerjasama, dan dimana anak-anak dari
berbagai latar belakang sosial 7. Menteri Amir Machmud, Sjarief Thayeb, dan A. Mukti Ali.
yang beragam diperlakukan sama. Soetomo, yang berlatar belakang Menteri Dalam Negeri dilibatkan
priyayi, sampai kepada karena para guru sekolah dasar negeri ditunjuk oleh pemerintah
apresiasinya yang positif terhadap pendidikan pesantren melalui setempat dan menerima gaji
hubungannya dengan Kiai dari dalam negeri.
231 232
nisasi untuk terlibat dalam pengembangan masyarakat. Pengurus
8. Mukti Ali beranggapan bahwa reaksi Kiai Bisri bisa begitu negatif P3M dan juga kebanyakan kiai tampaknya memiliki pandangan
karena prakarsa tersebut yang berbeda-beda mengenai bagaimana NU harus melayani ke-
datang dari luar NU (Wawancara, 22 Januari 1994). Pada tahun- pentingan umat -patronase dalam berbagai bentuknya dikenal le-
tahun itu, bisa dimengerti, bih awal.
para pemimpin NU curiga terhadap prakarsa-prakara baru yang Namun, gagasan bahwa pengembangan masyarakat adalah ke
berasal dari Departemen Agama, prihatinan sah atau bahkan wajib bagi NU bukanlah sesuatu yang
yang mereka pandang sudah bersih dari pengaruh NU. Dalam baru. Para bapak pendiri pun, sebagaimana kita lihat, telah men-
retrospeksi, banyak orang lain cantumkan "usaha memajukan pertanian, perdagangan dan kera-
yang juga percaya bahwa campurtangan ini, betapapun baik jinan" ke dalam anggaran dasar organisasi ini.11 Pada akhir 1930-
maksudnya, mempunyai dampak negatif an, di bawah kepemimpinan Machfoezh Siddiq, NU merintis upa-
terhadap kualitas intelektual pendidikan peantren. ya yang cukup serius untuk mendirikan koperasi, Syirkah Mu'-
awanah, di kalangan anggotanya. Pendudukan Jepang tampaknya
9. Tinjauan-tinjauan terhadap berbagai program pengembangan mBLi telah menyebabkan upaya-upaya ini layu sebelum berkembang.
pmben diberikan dalam tulisan Arief Penekanan yang sangat kuat kepada perjuangan politik selama re-
Mudatsir, Ison Basuni dan Irchamni Sulaiman dalam Rahardjo (ad) volusi dan periode Soekarno terus mengalihkan perhatian dari pe-
19BS, dan dalam Saifuddin 1988:36-47. ngembangan masyarakat bawah. Bukanlah suatu kebetulan bahwa
proses depolitisasi gradual yang dimulai pada tahun 1970-an ber-
10. Lihat kritik tajam dalam Kuntowijoyo 1988. Pengarang ini yang jalan beriringan dengan munculnya kembali minat baru kepada
sangat dihormati sebagai sejarawan masalah-masalah tersebut.
Muslim ini tidak berafiliasi dengan NU, dan banyak yang merasa Ungkapan pertama dari minat baru ini mungkin harus ditemu-
tidak senang dengan kritiknya. kan dalam keputusan yang disetujui muktamar Semarang pada
Namun, beberapa orang muda yang terlibat secara aktif dalam 1979. Keputusan-keputusan ini menghimbau agar NU lebih ber-
berbagai proyek ini pun memberikan partipasi secara berarti dalam pembangunan nasional dan membe-
kritik yang bahkan lebih tajam. rikan sumbangan bagi "proses demokratisasi, upaya menghapus-
kan kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, upaya untuk
11. Lihat pasal 3.f, dikutip pada bab 1 di atas. menegakkan rule of law dan membela keadilan, upaya untuk me-
melihara sumber daya alam dan melindunginya dari polusi, peng-
NU DAN "SYU'UN IJTIMA'IYAH" rusakan dan penyalahgunaan dan lain-lain." (PBNU 1979: 6). Se
cara signifikan sasaran-sasaran ini yang pada saat itu diungkapkan
Departemen Agama maupun ornop, LP3ES dan kemudian sebagai kembali kepada "semangat 1926" (istilah Khitthah belum
P3M, sudah berusaha melaksanakan kerja pengembangan di dan diciptakan saat itu). Semua rekomendasi ini tetap sangat abstrak
melalui pesantren, yang tetap merupakan basis terpenting NU. Se- dan nampaknya tidak ada penafsiran yang diterima dengan suara
bagaimana telah kita saksikan LP3ES harus merekrut orang-orang bulat tentang bagaimana hal itu diterjemahkan ke dalam praktek.
yang berafiliasi dengan NU untuk mendapatkan akses ke dunia pe- Mereka yang getol dengan pengembangan masyarakat, yang ba-
santren. Di P3M, beberapa anggota NU memegang posisi pen- rangkali membantu merumuskannya, jelas berpikir tentang kegiat-
ting. Namun, keterlibatan mereka adalah atas nama pribadi, bukan an-kegiatan mereka sendiri, tetapi apa yang mereka pikirkan masih
sebagai wakil NU. Memakan waktu lama bagi NU sebagai orga- merupakan pandangan minoritas. Kebanyakan kiai sama sekali ti-
233 234
dak percaya bahwa NU harus terlibat dalam berbagai kegiatan najemen dan kepemimpinan, berusaha merangsang kegiatan-ke-
sosio-ekonomi. giatan peningkatan pendapatan dalam bidang pertanian dan indus-
Pada tahun-tahun berikutnya, ada banyak upaya agar gagasan tri rumah tangga, dan mendirikan kelompok-kelompok usaha ber-
ini dapat diterima, paling tidak prinsipnya. Dengan menggunakan sama. Berbeda dengan LP3ES, Lakpesdam tidak bekerja terutama
ungkapan bahasa Arab -sehingga terdengar lebih Islami- Syu'un melalui pesantren tetapi di komunitas-komunitas lokal yang
Ijtima'iyah (kepedulian sosial), mereka yang getol dengan pe- umumnya dianggap anggota NU. Dukungan dana luar bagi ke-
ngembangan masyarakat dan sebagian simpatisannya, seperti Kiai nyakan kegiatan Lakpesdam disediakan oleh Asia Fondation.
Achmad Siddiq, berusaha mempopulerkan konsep keterlibatan da- Lakpesdam belum berbuat banyak selain sejumlah kecil pro-
lam pengembangan kehidupan sosial dan ekonomi sebagai tujuan yek percontohan di berbagai bagian buku Jawa dan masing-ma-
sah NU. Kekaburan istilah ini membantu membuatnya diterima, sing satu proyek di Lombok dan Sulawesi Selatan Sasaran pro-
namun tetap saja tidak terjadi kebulatan pendapat mengenai apa yek-proyek ini adalah produsen kecil dalam bidang kerajinan dan
persisnya yang dimaksud dengan "kepedulian sosial" itu. pertanian semi-tradisional: produsen tempe dan krupuk, peternak
Rekomendasi-rekomendasi tentang syu'un ijtima'iyah yang ayam dan kambing dan petani tambak.
dirumuskan pada Munas 1983 berkaitan dengan pemudahan pelak- Pengalaman proyek tambak Lakpesdam mengilustrasikan dile-
sanaan ibadah haji, pengawasan makanan dan minuman untuk ma yang tak terelakkan dalam pengembangan masyarakat. Pe-
menjamin kehalalannya, bimbingan bagi mereka yang baru me- ngembangbiakan udang untuk ekspor merupakan aktifitas ekonomi
meluk Islam, dan persoalan-persoalan serupa (PBNU 1984: 26-7). yang berkembang dengan cepat, dan semakin banyak daerah pan-
Namun, rangkaian rekomendasi lainnya mendukung sejumlah pro- tai yang dipenuhi dengan berderet-deret tambak. Hasil tertinggi di-
yek percontohan dalam bidang pendidikan, koperasi, bantuan hu- peroleh dengan pengembangbiakan intensif dalam kolam-kolam
kum dan penyediaan air bersih. Muktamar Situbondo memperli- buatan modern, di mana arus masuk dan keluar air dapat diatur
hatkan kemenangan kelompok yang getol dengan pengembangan secara cermat. Tambak tradisional tidak dapat bersaing dengan
masyarakat, dan hal itu tercermin dalam program-program kerja tambak modern ini, dan penalaran ekonomi akan menyatakan
yang memuat bab-bab panjang tentang kerja-kerja (karitatif) sosi- bahwa petani tambak tradisional akan dapat bertahan dalam jangka
al, upaya-upaya ekonomi (kerja pengembangan desa mandiri) dan panjang hanya apabila mereka sesegera mungkin beralih ke perta-
perbaikan kondisi buruh (PBNU 1985a: 146-51). Beberapa bulan nian tambak modern yang berteknologi tinggi. Tetapi Lakpesdam
setelah Muktamar Situbondo, PBNU mendirikan sebuah ornop cukup cepat menyadari bahwa bukan hanya teknik-teknik intensif
untuk pengembangan masyarakat, Lakpesdam, yang diberi tugas modern tetapi juga teknik-teknik semi-intensif sangat diperlukan,
menerjemahkan rekomendasi-rekomendasi Situbondo tentang Syu- baik dalam keterampilan maupun modal, bagi penduduk sasaran.
un ijtima'iyah ke dalam praktek.12 Penanggung jawab utamanya Lakpesdam menyuntikkan modal kecil (dalam bentuk dana berpu-
di PBNU adalah Fahmi Saifuddin, dan anggota-anggota staf direk- tar -revolving fund) dan memilih teknologi yang sangat sederhana
rut dari orang-orang NU yang sudah memiliki pengalaman dalam dan relatif murah, yang disebut "tradisional plus", dengan harapan
kegiatan pengembangan masyarakat. Kebanyakan mereka adalah akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan tarap
yang sudah pernah bekerja di program LP3ES (seperti Abdullah hidupnya. Nampaknya, langkah tidak akan mungkin membantu
Syarwani, yang sebentar menjadi direktur Lakpesdam) atau di or- petani tambak mengejar ketertinggalan relatif mereka, walaupun
nop besar lainnya; beberapa yang lain (Mustafa Zuhad, Ichwan mungkin membantu mereka bertahan untuk beberapa waktu.
Syam) sebelumnya aktif di organisasi mahasiswa NU, PMII.
Kegiatan-kegiatan awal Lakpesdam tidak berbeda dengan ke- SYU'UN IJTIMA'IYAH SEJAK MUKTAMAR KRAPYAK
giatan banyak ornop Indonesia serupa: memberikan pelatihan ma-
235 236
Muktamar Krapyak selangkah lebih maju ketimbang Mukta- dan organisasi-organisasi nasional atau internasional, tetapi akan
mar Situbondo dalam mendefinisikan bagaimana NU harus meru- dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya ketergan-
muskan tugas sosial dan ekonominya. Atas permintaan PBNU, se- tungan baru atau "dominasi ekonomi oleh kelas tertentu".13
buah kelompok kecil aktifis pengembangan masyarakat (di anta- Usaha paling penting dalam rangka mengimplementasikan
ranya M.M. Billah, yang waktu itu direktur Lakpesdam telah me program untuk mendorong peningkatan ekonomi ini adalah pen-
nyiapkan sebuah naskah untuk program pengembangan masyara- dirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) NU, yang menyediakan
kat NU, yang akan didiskusikan di Muktamar. Naskah yang me- kredit kecil kepada para wiraswastawan kecil dan petani yang ber-
reka hasilkan berbeda dengan yang pernah didiskusikan pada muk- latar belakang NU. BPR-BPR ini bukanlah bank bebas bunga, se-
tamar NU; ia berisi pembahasan yang sangat berbeda dengan macam bank Islam yang dijalankan dengan sistem bagi hasil, te-
pembahasan fiqh yang sudah biasa dihadapi para kiai. Kontras be- tapi bank simpan pinjam biasa, yang menarik persentase bunga.
sar antara isi naskah ini dan masalah-masalah keagamaan yang Bunga, sebagaimana sangat diketahui, merupakan isu peka yang
biasanya didiskusikan hampir tidak dapat dipikirkan. telah melahirkan pertentangan pendapat di kalangan ulama, tetapi
Naskah program aksi ini memberikan tinjauan menyeluruh dalam kasus ini kebanyakan ulama NU diam-diam menyetujuinya
tentang pembangunan yang tidak merata dalam skala dunia dan ju- Dalam prakteknya, PBNU dapat merujuk kepada sebuah keputus-
ga dalam skala nasional, tenang keambrukkan struktur-struktur an yang diambil muktamar NU terdahulu yang memperbolehkan
tradisional, pertambahan penduduk dan kemerosotan kualitas ling- bunga bank (milik pemerintah) dan juga usaha-usaha NU sebe-
kungan hidup. Naskah ini mengkritik pendekatan atas-bawah yang lumnya untuk mendirikan bank.14
secara konsisten dipakai pemerintah, dan mengungkapkan bahwa Bank pertama dalam rangka pelaksanaan program tersebut di-
koperasi-koperasi resmi dan lembaga-lembaga pembangunan lain- buka di Sidoarjo pada Maret 1990. Ia merupakan usaha patungan
nya dalam prakteknya telah mengalirkan dana dari sektor pedesaan NU dengan pengusaha Cina Muslim yang simpatik dan mapan,
ke sektor perkotaan. Sebagai gantinya, naskah tersebut sangat me- yang menyumbangkan pengalaman manajemennya dan juga sa-
nekankan pendekatan bawah-atas, partisipasi aktif dan proyek-pro- ham material untuk modal awal. Abdurrahman Wahid mengung-
yek yang bertujuan kepada pertumbuhan berkelanjutan (PBNU kapkan bahwa waktu itu dia sedang mencari dukungan dari para
1989c: 73-100). konglomerat besar Indonesia untuk memdirikan sekitar dua ribu
Banyak utusan tampaknya tidak akrab dengan bahasa ornop cabangnya dalam masa depan yang dekat.
yang radikal ini, dan banyak bagian naskah yang ditolak, paling Iklim politik saat itu rupanya mendukung bagi upaya-upaya
tidak bentuknya. Program yang akhirnya disetujui (PBNU 1990: tersebut. Soeharto, karena memprihatinkan tentang kesenjangan
132-158) dimulai dengan uraian panjang lebar dan menghindari yang terus melebar antara yang kaya dan yang miskin dan me-
masuknya pernyataan-pernyataan yang peka dalam naskah. Na- nyongsong Pemilu 1992, secara terbuka telah menghimbau kepada
mun, substansi proposal (jenis kegiatan-kegiatan sosial dan ekono- para pengusaha besar Cina terkemuka agar melakukan sesuatu un-
mi yang ditawarkan) tetap terjaga. Mengakui bahwa massa peng- tuk mempersempit kesenjangan ini dan dengan demikian akan mence-
ikut NU termasuk dalam kelompde paling lemah secara ekonomi gah terjadinya "kecemburuan sosial" dan konflik keras. Dia
dan kebanyakan tinggal di pedesaan, program menghendaki dija- menganjurkan pemindahan saham dari bisnis konglomerat kepada
lankannya kegaitan-kegiatan ekonomi yang akan menguntungkan koperasi-koperasi, yang dia yakini mewakili kelompok-kelompok
kelompok ini: pengembangan industri pedesaan berskala kecil, berpendapatan rendah (Lihat Tempo, 10 Maret 1990).
usaha bersama kecil dan proyek-proyek peningkatan kesejahteraan Abdurrahman Wahid mendekati dunia usaha Cina dan meng-
sosial, seperti rumah-rwnah sakit, panti-panti asuhan dan organi- usulkan kepada mereka panitia bersama untuk menemukan
sasi gotong royong. Bantuan akan dicari dari kelas-kelas sosial lain cara yang berguna untuk menyalurkan kemampuan teknis dan da-
237 238
na kepada para wiraswastawan pribumi berskala kecil. Ide ini ce- guna namun usaha-usaha tersebut, dalam masa depan yang dekat,
merlang. Banyak usahawan Cina juga merasa khawatir tentang ba- hanya mungkin berjalan dalam skala kecil. Diperhadapkan dengan
haya kesenjangan yang terus melebar antara mereka sendiri de- skala kebutuhan riil, proyek-proyek tersebut mungkin terasa terlalu
ngan mayoritas umat Islam yang miskin, dan mereka sangat ingin kecil. (Tentu saja, hal yang sama juga berlaku atas berbagai pro-
menciptakan citra yang lebih dapat diterima, dengan melibatkan yek pengembangan masyarakat). Pelatihan orang-orang agar me-
diri dalam program yang diusulkan kepada mereka tersebut. Lebih miliki kemampuan teknis dan sikap yang diperlukan akan memer-
dari itu, Abdurrahman Wahid merupakan salah seorang yang di- lukan waktu, dan pada awalnya tidak dapat dilakukan dalam skala
percayai oleh komunitas Cina. besar. Akan menarik melihat apakah usaha patungan NU dengan
Pada Juni 1990, NU menandatangani sebuah kesepakatan de- pemilik modal Cina lainnya akan dapat terus bertahan.
ngan Bank Summa (milik Group Astranya William Soerjadjaja)
untuk mendirikan lebih banyak Bank Perkreditan Rakyat -sebe-
lumnya disebut-sebut jumlah 2.000 buah. NU dan Summa men-
dirikan usaha patungan, Nusumma, dengan syarat-syarat yang sa- ________________________________________________________
ngat menguntungkan NU.15 Bank Summa akan menyediakan mo- ___________
dal dan juga menangani pelatihan orang-rang NU untuk menjadi ________________________________________________________
staf BPR. Nusumma dengan demikian tidak hanya berguna bagi ___________
anggota NU yang memerlukan kredit, tetapi juga memainkan pe-
ranan dalam pengalihan kemampuan teknis modern ke lingkung-
an NU. NU sejak awal akan memegang kendali atas Nusumma, 12. Nama Lakpesdam adalah singkatan dari Lajnah Kajian dan
dan saham Summa dalam perusabaan ini secara bertahap akan di- Pengembangan Sumberdaya Manusia.
kurangi lebih jauh (lihat Laporan Khusus dalam Tempo, 9 Juni
1990). 13. "Nahdlatul Ulama dalam meningkatkan solidaritas sosial
Jumlah BPR yang benar-benar didirikan oleh Nusumma hanya perekonomian perlu mengadakan
9 buah, dengan modal awal yang juga sama kecilnya, masing-ma- pendekatan dengan kelompok-kelompok lain yang bergerak di
sing 250 juta rupiah. Namun, upaya ini dapat dikatakan berhasil. bidang ekonomi, baik dalam negeri
Setelah dua tahun berjalan, empat di antaranya sudah menghasil- maupun luar negeri, dan hendaknya dilaksanakan dengan cara
kan untung dan tiga lainnya sudah mencapai titik impas (break seefektif mungkin untuk
even point).16 Perluasan jumlah BPR dan skala operasinya mung- menghindari terjadinya dominasi ekonomi oleh golongan tertentu
kin terhambat karena keruntuhan kerajaan bisnis Soerjadjaja. Bank dalam rangka perekonomian
Summa yang dilanda banyak hutang, bangkrut ketika Bank Sen- Pancasila (PBNU 1990:158).
tral memutuskan tidak lagi menyokongnya, dan likuidasinya me-
maksa Soerjadjaja menjual sebagian besar asset Astra. Namun, 14. Lihat Majalah migguan Tempo dan Editor, 10 Maret 1990. Wakil
mengejutkan, Nusumma tetap bertahan tanpa gangguan besar, ber- Rois Aam, Ali Yafie, merujuk
kat dukungan kelompok Jawa Pos Surabaya, yang membeli sa- kepada sebuah fatwa dari Muktamar NU di Banten (Menes, 1938)
ham Summa di Nusumma. yang mengesahkan bank. Saya
Pengalaman dengan Nusumma menunjukkan bahwa bentuk belum menemukan teks fatwa ini; pendapat-pendapat para ulama
kerjasama antara modal modern besar dan usaha pribumi kecil, nampaknya tidak bulat dan
dengan pengalihan kemampuan teknis dan teknologi mungkin ber-
239 240
keputusannya tidak diterbitkan. Namun, pada tahun sebelumnya, pada masa sebelumnya sudah memutuskan berusaha mengubah
muktamar ke-12, masih sistem bukan dengan jalan menentangnya tetapi dengan melibat-
menganjurkan agar tidak mendepositokan uang di rekening bank kan diri di dalamnya. Pada 1980-an, banyak arang islam yang le-
(Ahkam al-fuqaha' II :70-1). bih setia, dengan melihat perkembagan UMNO di Malaysia,
Padaa 1950-an para pemimpin NU mendirikan bank Nusantara di
Jakarta dan Bank Haji di mengikuti tebdan mereka dan memutuskan untuk bekejll melalui
Semarang. Kedua bank ini bangkrut karena lemahnya manajemen. atau bersama Gdkar. Puncak logis dari kecenderungan ini adakh
brdkinya ICMI, ketika orang-orang Islam yang setia dari berba-
15. NU ambil bagian dalam usaha ini melalui PT yang khusus gsli latar belakang (tetapi yang paling menyolok Masyumi) ber-
didirikan untuk tujuan tersebut, PT gabung dengan birokrasi negara. Secara tak terelakkan, terdapat
Duta Perintis. Seluruh saham perusahaan ini dikontrol oleh ketua dua sisi dari kejasama sernamm ini. Pada satu sisi, ICMI dalam
umum dan Rois Aam NU. Iradar tertentu mungkin berperan dalam proses islamisasi birokrasi
dan sejumlah tindakan pemerintah yang "pro-Islam", pada sisi
16. Musthofa Z Mughni "Transformasi Sosial Ekonomi Kerakyatan : lain, ia mewakili pengorganisasian umat oleh negara. Memang,
(Pengalaman NU)", makalah terdapat banyak pemikir dan aktifis bebas dalam ICMI, tetapi ke-
disampaikan pada Sarasehan Generasi Muda NU II di Malang, 10 giatan-kegiatan "bawah-atas" tidak nampak sangat berhasil. Dalam
Oktober 1992. barryak hal, ICMI menyerupai "belang hijau" di dalam KORPRI,
dan tidak jelas apakah ia akan pernah dapat berfUngsi sebagai
AKHIRUL KALAM bagian dari masyarakat sipil (civil society), yang otonom dari ne-
gara.
AWurrahman Wahid sejak semula menyatakan diri tidak akan
TERDAPAT cara pandang terhadap keputusan "Kernbali ilrut serta dalam ICMI dan memilih tetap independen. Ketika dia,
ke Khithah 1926". Sebagai sebuah partai politik, dan kemudian bersama-sama dengan para aktifis politik dan hak asasi (banyak di
sebagai faksi tersendiri dalam PPP, NU mewakili kekuatan politik anolranya bukarrMuslim) mendirikan Fonun Demokrasi, hal ini
yang besar, kekuatan terakhir yang tersisa dan mampu menantang umumnya dipandang sebagai alternafifnya terhadap ICMI. Dia
Golkar. Setelah pemisahan diri secara formal dari PPP, banyak ambil bagian da]am Forum Demokrasi sebagai pribadi, bukan se-
dari kekuatan politik ini menguap, dan tantangan aksternal Orde bagai Ketua Umum NU, dan dalam kenyataannya banyak pemim-
Baru paling serius pun hilang. NU tidak lagi merupakan aktor po- pin NU lain yang menjadi anggota ICMI. Walaupun demikian, je-
litik di DPR, tetapi DPR pun sebelumnya sudah semakin tidak h bahwa pilihannya juga mem;erminkan kepentingan mayoritas
menjadi tempat dimana keputusan-keputusan penting dibuat. Pada warga NU. Karenajumlah sarjana yang berlatar belakang NU ke-
saat yang sama NU memperoleh bobot politik lain. Tidak banyak cil, jelaslah bahwa NU akan selalu dapat diabailan pengaruhnya di
orang yang memberi dampak begitu besar kepada wacana politik dalam ICMI, seba%aimana yang telah dialaminya di dalam Ma-
Indonesia antara 1984 hingga 1994 sebagaimana Abdurrahman syumi. Kepentingan langsung warga NU barangkali lebih baik di-
Wahid, dan para penguasa militer dan sipil tampaknya semakin kryani dengan pengembangan masyarakat dan demokratisasi di
memperhitungkan NU ketimbang sebelumnya.
Tentu saja, bukan hanya NU yang mengalami perubahan. Se-
mua politik Islam di Indonesia sudah berubah dengan diberlaku- tingkaI lokal, dengan kaEa bin dengan tumbuhnya masyaralcat
kannya asas tunggal Banyak anggota mantan Masyumi bahkan sipil. Tidak adanya masyarakat sipil jelas sangat merugilcan dalam
241 242
kasus-kasus sennmm irrsiden Nipah. Insiden tersebut hanya dapat katan kualitas penerbitah buku Islam lainnya. Tetapi, jika di ling-
tejadi karena peniekaDin atas-bawah yang kaku dalam semua pn, Irungan lain minat yang semakin berkembang kepada dimensi-
yek pembangunan dan keangkuhan pemerintah seterrrpat, yang ti- dimensi intelektual Islam lersebut cenderung menjauhkan dari po-
dak berada dalam kendali'suatu perwakilan dari bawah. Inriden litik dan kepedulian polltik, kita menemukan bahwa di kalangan
tersebut juga rnenjelaskan bahwa dalam situasi-situasi kritis, kiai para pemildr mnda NU upaya mengembangkan wacana Islam ba-
bisa bangkit ke depan sebagai wakil yang semata-mata alarniah ru, yang didasarkan atas fiqh tradisional tetapi mampu menjurus-
dan terpercaya dari rakyat, dan tampak sebagai satu-satunya orang lomnya kepada keprihatinan-keprihatinan sosial, ekonomi dan poli-
yang mampu menjembatani kesenjangan antara rakyat dan peme- tik kontemporer Viqih kerakyatan, demikian kadang-kadang ia di-
rintah Pada tinglcat akar rumput, kiai mungkin berkali-kali bertirr sebut sambil tersenyum, aDlu teologi pembangunan). Mereka
dak sebagai satu-satunya wakil masyarrtkat. AkanLah NU mampu membuka diri kepada pengaruh beragam corak intelektual, Mus-
memainkan peranan senrpa pada tingkat propinsi dan nasional? lim maupun bukan-Muslim, tetapi pada saat yang sama tetap me-
Keputusarrkeputusan Situbondo mengakibatkan semakin ter- n%akar dalam tradisi dan tidak membuang idenfitas Aswaja mere-
desentralisasinya NU. Kiai dan pengurus cabang setempat tidak ka Dan ini membuktikan bahwa Islam tradisional dapat memain-
lagi menerima patronase dari atas melalui jalur-jalur NU, sebagai- kan peranan kreatif dalam dunia modern.
mana peda masa Idham Chalid. Te&pi mereka segera menemukan
bahwa setelah NU tidak lagi dicurigai, merelca dapat langsung ber- AKHIRUL KALAM
negosiasi dengan bupati, gubernur aEau komandan militw. Hal ini
membuat mereka bahkan lebih independen dari PBNU dari peda
sebelumnya. Jika PBNU tidak menemulcan pengganti patrorrtse TERDAPAT cara pandang terhadap keputusan "Kernbali
politik masa lampau, sebuah peranan banr yang membuatnya ke Khithah 1926". Sebagai sebuah partai politik, dan kemudian
kembali penting pada tingkat wilayah dan cabangnya, NU mung- sebagai faksi tersendiri dalam PPP, NU mewakili kekuatan politik
kin akan menjadi sebuah organisasi (jam'iyah) yang sangat long- yang besar, kekuatan terakhir yang tersisa dan mampu menantang
gar dan lemah sekalipun masih dapat mempertahankan kesetiaan Golkar. Setelah pemisahan diri secara formal dari PPP, banyak
primordial jarna`ahnya Barangkali melalui upaya rintisan pening dari kekuatan politik ini menguap, dan tantangan aksternal Orde
katan kesejahteraan sosial dan elaonomi umat, yakni bertindak se- Baru paling serius pun hilang. NU tidak lagi merupakan aktor po-
begai penghubung dengan sektor-sektor masyarakat lainnya (bis- litik di DPR, tetapi DPR pun sebelumnya sudah semakin tidak
nis, politik, agama) dan mehlui pemeranan diri sebagai penyalur menjadi tempat dimana keputusan-keputusan penting dibuat. Pada
saat yang sama NU memperoleh bobot politik lain. Tidak banyak
suara dari bawah, maka PBNU akan menemukan fungsi-fungsi- orang yang memberi dampak begitu besar kepada wacana politik
aya Yang paling penting. Indonesia antara 1984 hingga 1994 sebagaimana Abdurrahman
Wahid, dan para penguasa militer dan sipil tampaknya semakin
Pemutusan hubungan dengan politik praktis juga membebaskan memperhitungkan NU ketimbang sebelumnya.
banyak energi untuk upaya-upaya pengembangan kehidupan inte- Tentu saja, bukan hanya NU yang mengalami perubahan. Se-
mua politik Islam di Indonesia sudah berubah dengan diberlaku-
lektual. Tiaak hanya di dalam NU saja depolitisasi telah merang- kannya asas tunggal Banyak anggota mantan Masyumi bahkan
sang "intelektualisasi" wacana Islam. Hal yang sama juga terjadi pada masa sebelumnya sudah memutuskan berusaha mengubah
di lingkungan Muslim lainnya, yang diperlihatkan oleh munculnya sistem bukan dengan jalan menentangnya tetapi dengan melibat-
jurnal-jurnal semacam 'Ulumul Qur'an dan Islamika dan pening- kan diri di dalamnya. Pada 1980-an, banyak arang islam yang le-
243 244
bih setia, dengan melihat perkembagan UMNO di Malaysia, dak berada dalam kendali'suatu perwakilan dari bawah. Inriden
tersebut juga rnenjelaskan bahwa dalam situasi-situasi kritis, kiai
mengikuti tebdan mereka dan memutuskan untuk bekejll melalui bisa bangkit ke depan sebagai wakil yang semata-mata alarniah
atau bersama Gdkar. Puncak logis dari kecenderungan ini adakh dan terpercaya dari rakyat, dan tampak sebagai satu-satunya orang
brdkinya ICMI, ketika orang-orang Islam yang setia dari berba- yang mampu menjembatani kesenjangan antara rakyat dan peme-
gsli latar belakang (tetapi yang paling menyolok Masyumi) ber- rintah Pada tinglcat akar rumput, kiai mungkin berkali-kali bertirr
gabung dengan birokrasi negara. Secara tak terelakkan, terdapat dak sebagai satu-satunya wakil masyarrtkat. AkanLah NU mampu
dua sisi dari kejasama sernamm ini. Pada satu sisi, ICMI dalam memainkan peranan senrpa pada tingkat propinsi dan nasional?
Iradar tertentu mungkin berperan dalam proses islamisasi birokrasi Keputusarrkeputusan Situbondo mengakibatkan semakin ter-
dan sejumlah tindakan pemerintah yang "pro-Islam", pada sisi desentralisasinya NU. Kiai dan pengurus cabang setempat tidak
: lain, ia mewakili pengorganisasian umat oleh negara. Memang, lagi menerima patronase dari atas melalui jalur-jalur NU, sebagai-
terdapat banyak pemikir dan aktifis bebas dalam ICMI, tetapi ke- mana peda masa Idham Chalid. Te&pi mereka segera menemukan
giatan-kegiatan "bawah-atas" tidak nampak sangat berhasil. Dalam bahwa setelah NU tidak lagi dicurigai, merelca dapat langsung ber-
barryak hal, ICMI menyerupai "belang hijau" di dalam KORPRI, negosiasi dengan bupati, gubernur aEau komandan militw. Hal ini
dan tidak jelas apakah ia akan pernah dapat berfUngsi sebagai membuat mereka bahkan lebih independen dari PBNU dari peda
bagian dari masyarakat sipil (civil society), yang otonom dari ne- sebelumnya. Jika PBNU tidak menemulcan pengganti patrorrtse
gara. politik masa lampau, sebuah peranan banr yang membuatnya
AWurrahman Wahid sejak semula menyatakan diri tidak akan kembali penting pada tingkat wilayah dan cabangnya, NU mung-
ilrut serta dalam ICMI dan memilih tetap independen. Ketika dia, kin akan menjadi sebuah organisasi (jam'iyah) yang sangat long-
bersama-sama dengan para aktifis politik dan hak asasi (banyak di gar dan lemah sekalipun masih dapat mempertahankan kesetiaan
anolranya bukarrMuslim) mendirikan Fonun Demokrasi, hal ini primordial jarna`ahnya Barangkali melalui upaya rintisan pening
umumnya dipandang sebagai alternafifnya terhadap ICMI. Dia katan kesejahteraan sosial dan elaonomi umat, yakni bertindak se-
ambil bagian da]am Forum Demokrasi sebagai pribadi, bukan se- begai penghubung dengan sektor-sektor masyarakat lainnya (bis-
bagai Ketua Umum NU, dan dalam kenyataannya banyak pemim- nis, politik, agama) dan mehlui pemeranan diri sebagai penyalur
pin NU lain yang menjadi anggota ICMI. Walaupun demikian, je-
h bahwa pilihannya juga mem;erminkan kepentingan mayoritas suara dari bawah, maka PBNU akan menemukan fungsi-fungsi-
warga NU. Karenajumlah sarjana yang berlatar belakang NU ke- aya Yang paling penting.
cil, jelaslah bahwa NU akan selalu dapat diabailan pengaruhnya di
dalam ICMI, seba%aimana yang telah dialaminya di dalam Ma- Pemutusan hubungan dengan politik praktis juga membebaskan
syumi. Kepentingan langsung warga NU barangkali lebih baik di- banyak energi untuk upaya-upaya pengembangan kehidupan inte-
kryani dengan pengembangan masyarakat dan demokratisasi di
lektual. Tiaak hanya di dalam NU saja depolitisasi telah merang-
sang "intelektualisasi" wacana Islam. Hal yang sama juga terjadi
tingkaI lokal, dengan kaEa bin dengan tumbuhnya masyaralcat di lingkungan Muslim lainnya, yang diperlihatkan oleh munculnya
sipil. Tidak adanya masyarakat sipil jelas sangat merugilcan dalam jurnal-jurnal semacam 'Ulumul Qur'an dan Islamika dan pening-
kasus-kasus sennmm irrsiden Nipah. Insiden tersebut hanya dapat katan kualitas penerbitah buku Islam lainnya. Tetapi, jika di ling-
tejadi karena peniekaDin atas-bawah yang kaku dalam semua pn, Irungan lain minat yang semakin berkembang kepada dimensi-
yek pembangunan dan keangkuhan pemerintah seterrrpat, yang ti- dimensi intelektual Islam lersebut cenderung menjauhkan dari po-
245 246
litik dan kepedulian polltik, kita menemukan bahwa di kalangan KH Bisri Sjansuri Denanyar, Jombang
para pemildr mnda NU upaya mengembangkan wacana Islam ba- KH Abdullah Ubaid Surabaya
ru, yang didasarkan atas fiqh tradisional tetapi mampu menjurus- KH Nahrawi Thahir Malang
lomnya kepada keprihatinan-keprihatinan sosial, ekonomi dan poli- KH Amin Abdus Syukur Surabaya
tik kontemporer Viqih kerakyatan, demikian kadang-kadang ia di- KH Masjhuri Lasem
sebut sambil tersenyum, aDlu teologi pembangunan). Mereka KH Nahrawi Surabaya
membuka diri kepada pengaruh beragam corak intelektual, Mus- *KH Amin (Praban) Surabaya
lim maupun bukan-Muslim, tetapi pada saat yang sama tetap me- *KH Hasbullah Surabaya
n%akar dalam tradisi dan tidak membuang idenfitas Aswaja mere- *KH Syarif Surabaya
ka Dan ini membuktikan bahwa Islam tradisional dapat memain- *KH Yasin Surabaya
kan peranan kreatif dalam dunia modern. *KH Nawawi Amin Surabaya
*KH Abdul Hamid Jombang
*KH Dahlan Abdul Kahar Mojokerto
LAMPIRAN II *KH Abdul Majid Surabaya

PARA PENDIRI NAHDLA'TUL ULAMA Mustasyar KH Rd Asnawi Kudus


(Penasehat) KH Ridwan Mujahid Semarang
Komposisi pengurus pertama, yang konon dibentuk pada rapat KH Mas Nawawi Sidogiri, Pasuruan
pendirian KH Doro Munthaha Bangkalan
NU pada bulan Januari 1926 di rumah Kiai Wabab Chasbullah di Syekh Ahmad Ghana'im Surabaya
Surabaya (Orang Mesir)
(mengikuti Aboebakar 1957:472 dan Anam 1985 :69-70). Syuriyah KH Rd Hambali Kudus
semuanya
terdiri dari para ulama, Tanfidziyah terdiri dari bukan-ulama
B. Tanfidziyah
A. Syuriyah
Ketua H. Hasan Gipo Surabaya
Rois Akbar KH Hasjim Asj'ari Tebuireng, Jombang Penulis M. Sadiq Sugeng Judodiwirjo Surabaya
Wakil Rois KH Dachlan Surabaya Bendahara H. Mohamad Burhan Surabaya
Katib Awal KH Wabab Chasbullah Surabaya
(Sekretaris I) Pembantu H. Saleh Sjamil Surabaya
Katib Tsani KH. Abdul Halim Leuwimunding, H. Ihsan Surabaya
Cirebon H. Ja'far Alwan Surabaya
(Sekretaris II) H. Usman Surabaya
H. Achzab Surabaya
A'wan KH Mas Alwi Abdul Aziz Surabaya H. Nawawi Surabaya
(Anggota) KH Ridwan Abdullah Surabaya H. Dahlan Surabaya
KH Said Surabaya H. Muhammad Mangun Surabaya
247 248
*Abdul Hakim Surabaya Resolusi
*K. Zein Surabaya
*H. Ghazali Surabaya Rapat Besar Wakil-Wakil Daerah (Konsul 2) Perhimpunan
+H. Sidiq Surabaya NAHDLATOEL OELAMA seluruh Djawa-Madura pada
tanggal 21-22 Oktober
Penasehat *H. Abdul Kahar Surabaya 1945 di SURABAIA.
*H. Ibrahim Surabaya
Mendengar :
Nama-nama yaqg diawali dengan tanda asteriks (*) tidak diberikan bahwa di tiap-tiap Daerah di seluruh Djawa-Madura ternjata
oleh betapa besarnja
Aboebakar tetapi hanya oleh Anam, yang merujuk kepada sebuah hasrat Ummat Islam dan Alim Ulama di tempatnja masing-
buku karya KH masing untuk
Abdul Halim, salah seorang pendiri. Anam, juga dengan mempertahankan dan menegakkan AGAMA,
menggunakan sumber KEDAULATAN NEGARA
yang sama, memberikan sebuah daftar para ulama yang hadir pada REPUBLIK INDONESIA MERDEKA.
rapat pendirian
NU (1985:1n). Kecuali KH Ma'shum dari Lasem, semua mereka yang Menimbang :
hadir a. bahwa untuk mempertahankan dan menegakkan Negara
termasuk dalam daftar anggota pengurus ini. Republik
Indonesia menurut hukum Agama Islam, termasuk sebagai
LAMPIRAN III satu
kewadjiban bagi tiap 2 orang Islam.
TEKS RESOLUSI NU TENTANG JIHAD FI SABILILLAH b. di Indonesia ini warga Negaranja adalah sebahagian besar
TAHUN 1945 DAN 1946 terdiri dari
Ummat Islam.
Teks berikut ini, nampaknya adalah sebuah leaflet yang dibagi-
bagikan
segera setelah rapat 21-22 Oktober di Surabaya, dimuat kembali Mengingat :
sebagai lampiran a. bahwa oleh fihak belanda (NICA) dan Djepang yang
no XIV dalam Anam 1985 datang dan berada
disini telah banjak sekali didjalankan kedjabatan dan
kekedjaman jang
mengganggu ketenteraman umum.
b. bahwa semua jang dilakukan oleh mereka itu dengan
Resolusi N.U. Tentang maksud melanggar
Djihad fi Sabilillah Kedaulatan Negara Republik Indonesia dan Agama dan
ingin kembali
BISMILLAHIRROHMANIR ROCHIM
249 250
mendjadjah disini maka dibeberapa tempat telah terjadi fatwa Kiai Hasjim Asj'ari yang dia keluarkan sebelum resolusi ini
pertempuran atau, lebih
jang mengorbankan beberapa banyak djiwa manusia. mungkin, resolusi yang lebih radikal yang disetujui pada muktamar
c. bahwa pertempuran2 itu sebahagian besar telah dilakukan NU ke-16
oleh Ummat pada bulan Maret 1946 (bdk. Haidar 1992:355n). Tambahan penting
Islam jang merasa wadjib menurut hukum Agamanja untuk Zuhri
mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanja kepada teks di atas adalah :
d. bahwa didalam menghadapi sekalian kedjadian2 itu pertu
mendapat "(4) Ummat Islam terutama warga Nahdlatul 'Ulama wajib
perintah dan tuntunan jang njata dari Pemerintah Republik mengangkat
Indonesia senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak kembali
jang sesuai dengan kedjadian kedjadian tersebut. menjajah
Indonesia.
(5) Kewajiban tersebut adalah suatu "Jihad" yang menjadi kewajiban
Memutuskan : tiap-
1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik tiap orang Islam (fadlu `ain) yang berada dalam jarak radius 94 KM
Indonesia supaja (Jarak di
menentukan suatu sikap dan tindakan jang njata serta mana ummat Islam diperkenankan sembahyang jamak dan qasar).
sepadan terhadap Adapun
usaha-usaha jang akan membahajakan Kemerdekaan dan mereka yang berada di luar jarak tersebut berkewajiban membantu
Agama dan saudara-
Negara Indonesia terutama terhadap fihak Belanda dan kaki saudaranya yaqg berada dalam jarak radius 94 KM tersebut." Teks
tangannja. utuh dari
2. Supaja memerintahkan melandjutkan perdjuangan bersifat resolusi yang disepakati pada muktamar ke-16 adalah sebagai berikut
"sabilillah" :
untuk tegaknja Negara Republik Indonesia Merdeka dan
Agama Islam.

Surabaja, 22-10-1945 "RESOELUSI"


HB.NAHDLATOEL OELAMA
MOEKTAMAR NAHDLATOEL 'OELAMA' ke-XVI jadi
diadakan di
Teks ini agak berbeda dari ringkas-ringkas resolusi seperti yang POERWOKERTO moelai malam hari Rebo 23 hingga malam
diberikan Sabtoe 26 Rb.
Aboebakar (1957:539) dan Saifuddin Zuhri (1979:636-7). Nampaknya 'oetsni 1365, bertepatan dengan 26 hingga 29 Maret 1946.
teks
Anamlah yang merupakan dokumen asli; Zuhri tampaknya mengacu Mendengar :
kepada
251 252
Keterangan2 tentang soeasana genting jang melipoeti lingkaran 94 Km. dari tempat masoek dan kedoedoekan
Indooesia sekarang moesoeh.
disebabkan datangnja kembali kaoem pendjadjah, dengan 2. Bagi orang-orang jadi berada diloear djarak lingkaran tadi
dihantoe oleh kaki kewadjiban
tangannja jang menjeloeondoep ke dalam masjarakat itu djadi fardloe kifayah (yang tjoekoep, kalau dikerdjakan
Indonesia; sebagian
sadja).
Mengingat : 3. Apa bila kekoetan dalam No.1 beloem dapat mengalahkan
a. Bahwa Indonesia adalah negeri Islam. moesoeh,
b. Bahwa Oemmat Islam dimasa laloe telah tjoekoep maka orang-orang jang berada diloear djarak lingkaran 94
menderita kedjahatan Km. wadjib
dan kezholiman kaoem pendjadjah; berperang djoega membantoe No.1, sehingga moesoeh
kalah.
Menimbang : 4. Kaki tangan moesoeh adalah pemetjah kegoelatan teqat
a. Bahwa mereka (Kaoem Pendjadjah) telah mendjalankan dan kehendak
kekedjaman, ra'jat, dan haroes dibinasakan, menoeroet hoekoem Islam
kedjahatan dan kezholiman dibeberapa daerah daripada sabda
Indonesia. Chadist, riwajat Moeslim.
b. Bahwa mereka telah mendjalankan mobilisasi (Pengerahan
tenaga Resoloesi ini disampaikan kepada :
peperangan) oemoem, goena memperkosa kedaoelatan 1. P.J.M. Presiden Repoeblik Indonesia dengan perantaraan
Repoeblik Delegasi
Indonesia; Moe'tamar.
2. Panglima Tertinggi T.R.I.
Berpendapatan : 3. M.T. Hizboellah.
4. M.T.Sabilillah.
Bahwa oentoek menolak bahaja pendjadjahan itoe tidak 5. Ra'jat Oemoem.
moengkin dengan
djalan pembitjaraan sadja; LAMPIRAN IV

Memoetoeskan : PRINSIP DAN TUJUAN NU


1. Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe MENURUT ANGGARAN DASAR TAHUN
'ain (jang 1930, 1952, 1979 DAN 1984
harus dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki,
perempoean, I. Statuten dari perkoempoelan "Nahdlatoel-'Oelama" di Soerabaja
anak-anak, bersendjata atau tidak (bagi orang jang berada (1930)
dalam djarak
Fatsal 2
253 254
Adapoen maksoed perkoempoelan ini jaitoe: "Memegang dengan
tegoeh II. Anggaran Dasar Partai "Nahdlatul-'Ulama" (1952)
pada salah satoe dari madzhabnja Imam ampat, jaitoe Imam
Moehammad bin
Idris, Asj-Sjafi'i, Imam Malik bin Anas, Imam Aboehanifah An- Pasal 2 Azas dan tudjuan
Noe'man, atau
Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerdjakan apa sadja jang Nahdlatul-'Ulama berazas agama Islam dan bertudjuan:
mendjadikan a. menegakkan Sjari'at Islam, dengan berhaluan salah satu dari pada
kamaslahatan agama Islam." 4
madzhab : Sjafi'ie, Maliki, Hanafi dan Hambali.
Fatsal 3 b. melaksanakan berlakunja hukum-hukum Islam dalam masjarakat.

Oentoek mentjapai maksoed perkoempoelan ini maka diadakan Pasal 3 Usaha


ichtiar:
a. Mengadakan perhoeboengan diantara 'Oelama'-'Oelama' jang Untuk mentjapai tudjuan dalam pasal 2 diatas diadakan ichtiar
memadzhab terseboet dalam fatsal 2; dengan djalan:
b. Memeriksa kitab-kitab sebeloemnja dipakai oentoek mengadjar, a. Menjiarkan agama Islam dengan djalan tabligh-tabligh, kursus-
soepaja kursus
dikatahoei apakah itoe dari pada kitab-kitabnja Ahli Soennah wal dan penerbitan-penerbitan.
Djama'ah atau kitab-kitabnja Ahli Bid'ah. b. Mempertinggi mutu pendidikan dan peladjaran Islam.
c. Menjiarkan Agama Islam di atas madzhab sebagai tersebut dalam c. Menggiatkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar dengan djalan jang
fatsal sebaik-
2, dengan djalanan apa sadja jang baik. baiknja.
d. Berichtiar memperbanjakkan Madrasah-Madrasah jang berdasar d. Menggiatkan usaha-usaha kebadjikan (sosial).
Agama e. Memperat perhubungan diantara Umat-Islam terutama Ulamanja:
Islam. f. Memperhatikan tentang perekonomian Umat-Islam.
e. Memperhatikan hal-hal jang berhoeboengan dengan masdjid2, g. Menjadarkan Umat Islam dalam ketata-negaraan.
langgar2 h. Mengadakan kerdja-sama dengan lain-lain organisasi dan
dan pondok2, begitoe djoega dengan hal-ahwalnja anak-anak jatim golongan
dan dalam usaha mengudjudkan masjarakat Islamijah.
orang-orang jang fakir miskin. i. Memperdjuangkan tudjuan Nahdlatul-'Ulama didalam badan-
f. Mendirikan badan-badan oentoek memadjoekan oeroesan badan
pertanian, pemerintahan, dewan-dewan perwakilan rakjat dan didalam segala
perniagaan dan peroesahaan, jang tiada dilarang oleh sjara' Agama lapangan masjarakat.
Islam.

255 256
III. Anggaran Dasar Nahdlatul-'Ulama (keputusan muktamar NU ke lapaqgan bagi seluruh Rakyat untuk menuju kesejahteraan Ummat
XXVI di di
Semarang, 1979) dunia dan keselamatan kehidupan ukhrowi.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan terciptanya pembangunan
Pasal 2 Asas dan tujuan ekonomi
1. Nahdlatul-'Ulama berasaskan Islam. yang meliputi pelbagai sektor dengan mengutamakan tumbuh dan
2. Nahdlatul-'Ulama bertujuan: berkembangnya koperasi.

a. Menegakkan syariat Islam menurut haluan Ahlussunnah wal


Jamaah,
ialah Ahlil Madzahibil Arba'ah (Hanafi, Maliki, Syafi`ie dan IV. Anggaran dasar Nahdlatul Ulama (hasil keputusan Muktamar
Hambali); XXVII di
b. Mengusahakan berlakunya ajaran Ahlussunnah wal Jamaah dalam Situbondo, 1984)
masyarakat.
Pasal 2 Asas
Pasal 3 Landasan perjuangan
Nahdlatul Ulama berasaskan Pancasila.
Landasan perjuangan Nahdlatul-'Ulama adalah Pancasila dan
Undang- Pasal 3 Aqidah
undang Dasar 1945.
Nahdlatul Ulama sebagai Jam'iyah Diniyah Islamiyah beraqidah
Pasal 5 Usaha-usaha Islam
menurut faham Ahlussunnah wal Jama'ah dan mengikuti salah satu
1. Di bidang Agama, mengusahakan terwujudnya masyarakat Islam madzhab
dengan empat: Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali.
melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar, serta meningkatkan
ukhuwah Pasal 4 Tujuan
Islamiyah baik Nasional maupun internasional.
2. Di bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah
mengusahakan dan
terwujudnya penyelenggaraan peodidikan dan pengajaran serta mengikuti salah satu madzhab empat di tengah-tengah kehidupan,
pengembangan kebudayaan yang memadai bagi seluruh Rakyat, dalam wadah
dan negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
mengusahakan terlaksananya Pendidikan Islam secara intensif bagi Undang-
Jama'ah Nahdliyyien. Undang Dasar 1945.
3. Di bidang sosial, mengusahakan terwujudnya keadilan sosial di
segala Pasal 6 Usaha

257 258
1. Di bidang agama, mengusahakan terlaksananya ajaran Islam lam: Wemer Kraus (ed.), Islamische mystische Bruders-
dalam chaften im heutigen Indonesien, hal 131-144. Hamburg:
masyarakat dengan melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar serta Institut fur Asienkunde.
meningkatkan Ukhuwah Islamiyah.
2. Di bidang pendidikan pengajaran dan kebudayaan, mengusahakan Aboebakar, H.
terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta 1957 Sedjarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim dan Karangan Ter-
pengembangan kebudayaan berdasarkan agama Islam untuk siar. Jakarta: Panitya Buku Peringatan.
membina
manusia yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan Adnan, Haji Abdul Basit
trampil, 1982 Kemelut di NU: antara kyai dan politisi. Solo: CV Maya-
berkepribadian serta berguna bagi agama, bangsa dan negara. sari.
3. Di bidang sosial mengusahakan terwujudnya keadilan sosial dan
keadilan Ahmad S.H., Al Ustaz H. Idris
hukum di segala lapangan bagi seluruh rakyat untuk menuju 1984 Fiqh Syafi'i: Fiqh Islam menurut mazhab Syafi'i. Cetakan
kesejabteraan ummat di dunia dan keselamatan kehidupan di kelima Jakarta: Karya Indah.
akherat.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan terciptanya pembangunan Akarhanaf
ekonomi 1950 Kiai Hasjim Asj'ari, bapak ummat Islam Indonesia 1871-
yang meliputi berbagai sektor dengan mengutamakan tumbuh dan 1947. N.p.[Djombang].
berkembangnya koperasi.
Alfian
1970 Sekitar lahirnja "Nahdhatul Ulama" (NU). Paper read at the
PUSTAKA TERPILIH Seminar Sedjarah Nasional II (Jogjakarta, 26-29 Agustus 1970).
1971 Hasil pemilihan umum 1955 untuk Dewan Perwakilan
Abdurrahman, Moeslim Rakyat (D.P.R.). Jakarta: LEKNAS.
1978 Sufisme di Kediri, Sufisme di Indonesia [=Dialog, edisi
khusus], hal 23-40. Jakarta: Litbang Departemen Agama. All, Fachry & Iqbal Abdurrauf Saimima
1981 Mengenal ciri pesantren di Jawa Timur; dalam: Pesantren: 1981 Merosotnya Aliran dalam Partai Persatuan Pemabangunan,
Profil kyai, pesantren dan madrasah [=Warta-PDIA No.2], Prisma X no 12, 24-43.
hal 9-38. Jakarta: Litbang Departemen Agama.
1988 Tijaniyah, tarekat yang dipersoalkan?, Pesantren no.4 Vol Amelz
V, 80-89. 1952 H.O.S. Tjokroaminoto: Hidup dan perjuangannja. Djakar-
1990a Zur heutigen sozialen Bedeutung der islamischen Bruders- ta: Bulan Bintang.
chaften in Java: einige Feldforschungsnotizen, dalam: Wer-
ner Kraus (ed.), Islamische mystische Bruderschaften im Anam, Choirul
heutigen Indonesien, hal 75-90. Hamburg: Institut fur 1985 Pertumbuhan dan perkembangan Nahdlatul Ulama. Sala:
Asienkunde. Jatayu.
1990b Die Tijaniyya in Indonesien: orthodox oder haretisch?, da- 1990 Gerak langkah Pemuda Ansor, sebuah percikan sejarah
259 260
kelahiran. Surabaya: AULA. Benda, Harry J.
1958 The crescent and the rising sun: Indonesian Islam under the
Anderson, Bennedict R O'G. Japanese
1972 Java in a time of revolution: occupation and resistance, occupation 1942-1945. The Hague and Bandung: W. van Hoeve.
1942-1946. Ithaca and London: Cornell University Press
1977 Religion and politics in Indonesia since independence, da- Berg L.W.C. van den
lam: Religion and social ethos in Indonesia, hal 21-32. 1886 Het Mohammedaansche godsdienstonderwijs op Java en
Clayton, Vict. Monash University, 1977. Madoera eel de
daarbij gebruikte Arabische boeken, Tijdschrift voor Indische
Anonymous Taal-
1986 Report from East Java, Indonesia no 41, 135-49. Land- en Volkenkunde 31, 518-55.
1988 Peranan Hizbullah dalam perang 10 November 1945, Aula 1887 De inlandsche rangen en titels op, Java en Madoera. Batavia:
X, no. 10 (Desember). Landsdrukkerij.

Anshari, H. Endang Saifuddin Poland B.J


1981 Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan sejarah konsensus nasional 1971 The struggle of Islam in modern Indonesia. The Hague:
antara Martinus
nasionalis Islami dengan nasionalis "sekular" tentang dasar negara Nijhoff.
Republik Indonesia 1945-1959. Bandung: Pustaka.
Bousquet, GH.
As'ad, Aliy 1938 La politique musulmane et coloniale des Pays-Bas. Paris: Paul
1981 Ke-NU-an, 3 jilid. Yogyakarta: Pengurus Wilayah Ma'arif NU Hartmann.
Daerah
Istimewa Yogyakarta. Bowen, John R.
1993 Muslims through discourse. Princeton, NJ: Princeton University
Asj'ari, K.H. Hasjim Press
1971 Qonun Asasi Nahdlatul 'Ulama: Kudus: Menara.
Bruinessen, Martin van
Asror, Mustaghfiri 1985 Islam en politiek in Indonesie: spanningen en herorientaties,
1983 Tanya jawab soal agama Islam di R.R.I. di stasiun R.R.I. Internationale Spectator 39 no. 8, 484-494.
Semarang. 1990a Indonesia's ulama and politic; caught between legitimising
Semarang: Toha Putra. the status quo and searching for alternatives, Prisma - The
Indonesian Indicator No. 49, 52-69.
Baidlawi, Masduki & Ma'shum, Saifullah 1990b Kitab Kuning: Books in Arabic script used in the pesantren
1991 Kembali ke Pesantren (Kenangan 70 tahun KH. Achmad milieu. Comments on a new collection in the KITLV library,
Sjaichu). Jakarta: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 146, 226-
Yayasan Al Hamidiyah. 269.
1991a The 28th congress of the Nahdlatul Ulama: Power struggle
261 262
and social concerns, Archipel 41, 185-200.
1991b Tarekat and tarekat teachers in Madura. Paper presented to Choirie, A. Effendy & Anam, Choirul (ed.)
the workshop "Madurese culture and society: continuity and 1991 Pemikiran PMII dalam berbagai visi dan persepsi. Su-
change", KITLV, Leiden, 7-11 October 1991. rabaya: Penerbit Majalah Nahdlatul Ulama Aula.
1992a Tarekat dan politik: Amalan untuk dunia atau akherat?,
Pesantren IX no. 1, 3-14. Coulson, Noel J.
1994a Pesantren and kitab kuning: Continuity and change in a 1965 The concept of progress and Islamic law, dalam: Robert F.
tradition of Islamic learning, Dalam: Wolfgang Marschall Bellah (ed.), Religion and progress in modern Asia, hal 74-
(ed), Texts from the islands: Oral and written traditions of 92. New York: The Free Press.
Indonesia and the Malay world [Ethnologica Bernica, 4],
hal 121-145. Beme. University of Beme. Cribb, Robert
1994b The origins and development of Sufi orders (tarekat) in 1990 Problems in the historiography of the killings in Indonesia,
southeast Asia, Studia Islamika - Indonesian Journal for dalam: Robert Cribb (ed.), The Indonesian killings 1965-
Islamic Studies, Vol. I, No. 1, 1-23. 1966, hal 1-43. Clayton, Vict.: Monash University.
1994c Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia: survei historis, 1991 Gangsters and revolutionaries: the Jakarta people's militia
geografis dan sosiologis. Edisi revisi Bandung: Mizan. and the Indonesian Revolution, 1945-49. Sydney: Allen and
akan terbit Islam-state relations in Indonesia, 1945-1990, dalam: C. Unwin.
van Dijk & A.H. de Groot (ed), Islam and State. Leiden:
Brill. Crouch, Harold
akan terbit Traditions for the future: The reconstruction of trsditio- 1988 The army and politics in Indonesia. Revised edition. Ithaca
nalist discourse within NU, dalam: Greg Barton & Greg & London: Cornell University Press.
Fealy (ed.), NU, Traditional Islam and Modernity. Monash
University Centre of Southeast Asian Studies Dhofier, Zamakhsyari
1980a The pesantren tradition. Unpubl Ph.D. diss., Australian
Budairy, Sa'id National University, Canberra.
1984 K.H. Bisi Syansuri: tegar dengan prinsip, Pesantren (Ja 1980b Kinship and marriage among the Javanese kyai, Indonesia
karta) Nomor Perdana, 54-67. 29, 47-58.
1982 Tradisi pesantren: Studi tentang pandangan hidup kyai.
Cahyono, Heru Jakarta: LP3ES.
1992 Peranan ulama dalam Golkar 1971-1980: dari pemilu 1984 KH. A. Wahid Hasyim rantai penghubung peradaban pesan-
sampai Malari. Jakarta: Sinar Harapan. tren dengan peradaban Indonesia modern, Prisma XIII, no
8, 73-81.
Chirzin, M. Habib
1981 Impak dan pengaruh kegiatan Pondok Pabelan sebagai Dijk, C. van
lembaga pendidikan dan pengembangan masyarakat desa, 1980 Major developments in Indonesia in the first half of 1980:
dalam: Pesantren: Profil Kyai, pesantren dan madrasah, the general elections ad and two speeches by Suharto, Re-
hal 69-78. Jakarta: Badan Litbang Agama, Departemen view of Indonesian and Malaysian Affairs 14 no 2 125-
Agama RL 152.
263 264
1981 Rebellion under the banner of lslam. The Darul Islam in Feillard, Andree
Indonesia. The Hague: Martinus Nijhoff. 1993 Les oulemas indonesiens aujourd'hui: de l'opposition aune
1983 Survey of major developments in Indonesia - June 1982 to nouvelle legitimite, Archipel 46, 89-110.
June 1983: The Nahdatul Ulama crisis and the general ses-
sion of People's Congress, Review of Indonesian and Ma- Feith, Heberth
laysian Affairs 17, 230-279. 1957 The Indonesian elections of 1955. Ithaca, NY: Cornell Mo-
1984 Major political developments in Indonesia in the second half dern Indonesia Project.
of 1983 and the first half of 1984: The Nahdatul Ulama 1962 The decline of constitutional democracy in Indonesia Itha-
prepares for a national congress, Review of Indonesian and ca and London: Cornell University Press.
Malaysian Affairs 18 no 1, 131-157. 1963 Dynamics of Guided Democracy, dalam: Ruth T. McVey
(ed.), Indonesia, hal 309-409. New Haven: Southeast Asia
Djajadiningrat, Pangeran Acbmad Studies Yale University.
1908 Het leven in een pesantren, Tijdschrift voor het Binnen- Fox, James and Pradjarto Dirjosanjoto
landsch Bestuur 34, 1-22. 1989 The memories of village santri from Jombamg in East Java,
dalam: R.J. May and William J. O'Malley (ed.), Observing
Effendy, Bisri change in Asia. Essays in honour of J.A.C. Mackie, hal.
1990 An Nuqayah: gerak transformasi sosial di Madura. Jakarta: 94-110. Bathurst: Crawford House Press.
P3M.
Frederick, William H.
Effendi, Djohan 1989 Visions and heat: the making of the Indonesian revolution.
1990a PPTI: eine konfliktreiche Tarekat-Organisation, dalam: Athens: Ohio University Press.
Wemer Kraus (ed.), Islamische mystische Bruderschaften
im heutigen Indonesien, hal 91-100. Hamburg Institut fur Geertz, Clifford
Asienkunde. 1960a The Javanese kijaji: the changing role of a cultural broker,
1990b Uber nichtortodoxe und synkretistische Bruderschaften im Comparative Studies in Society and History 2, 228-49.
gegenwartigen Indonesien": dalam: Wemer Kraus (ed.), 1960b The religion of Java. New York: The Free Press of
Islamische mystische Bruderschaften im heutigen In- Glencoe.
donesien, hal 101-130. Hamburg: Institut fur Asienkunde. 1965a The social history of an Indonesian town. Cambridge,
Mass: The M.I.T. Press.
Federspiel, Howard M. 1965b Modernization in a Muslim society: The Indonesian case
1973 The military and Islam in Sukarno's Indonesia, Pacific dalam: Robert F. Bellah (ed.) Religion and progres in
Affairs 46, 407-20. modern Asia, hal. 93-108. New York: The Free Press.
1976 Sukarno and his Muslim apologists: a study of accom- 1968 Islam observed. Religious development in Morocco and
modation between traditional Islam and an ultranationalist Indonesia. New Haven and London: Yale University Press.
ideology, dalam: Donald P Little (ed.), Essays an Islamic
civilization presented to Niyazi Berkes, hal. 89-102. Leiden: Hadzami, K.H. M. Sjafi'i
Brill. 1971-86 Taudlihul adillah. VII jilid. Kudus: Menara / Jakarta:
Perguruan Al-'Asyirotussyafi'iyah.
265 266
Haidar, M. Ali Iskandar, Mohammad
1991 Nahdatul 'Ulama dan Islam di Indonesia: pendekatan fikih 1993 Kyai Haji Ajengan Ahmad Sanusi: Tokoh kyai tradisional
dalam politik. Disertasi, IAIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jawa Barat, Prisma XXII no. 2, 71-85.
Jakarta.
Jenkins, David
Hamka 1984 Suharto and his generals: Indonesian military politics
1982 [1950] Ayahku. Riwayat hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah 1975-1983. Ithaca: Cornell Modern Indonesia Project.
dan perjuangan kaum agama di Sumatera. Cetakan ke-4.
Jakarta: Umminda. Jones, Sidney
1984 The contraction and expansion of the "umat" and the role of
Hamzah, K.H. Imron & Anam, Drs Choirul the Nahdlatul Ulama in Indonesia, Indonesia No. 38, 1-20.
1989 Sebuah dialog mencari kejelasan: Gus Dur diadili kiai-kiai.
Surabaya: Jawa Pos. Juynboll, Th.W.
1925 Handleiding tot de kennis van de Mohammedaansche wet
Haris, Syamsuddin volgens de leer der Sjafi'itische school. 3e druk. Leiden:
1990 NU dan Politik: Perjalanan Mencari Identitas, Jurnal Ilmu Brill
Politik (Jakarta) 7, 29-42.
Junaidi, Arifin
Haryono, Abu Syam 1988 Kiai Khalil Misteri dari Bangkalan, Amanah 42 (12-25 Pe-
1981 Pendidikan Nahdlatul Ulama'. Untuk mengenal dan bruari), supplement.
menghayati perjuangan Nahdlatul Ulama. 3 jilid. Surabaya:
Cahaya Ilmu. 1989 K.H.A. Wahab HasbuIlah: Dari Nahdlatul Wathan hingga
Hassan, Kamal Nahdlatul Ulama, Amanah no. 84, supplement.
1980 Muslim intellectual response to New Order modernization
in Indonesia Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kahin, Audrey R. (ed.)
[originally a Columbia University Ph.D. dissertation, 1975]. 1985 Regional dynamics of the Indonesian revolution. Honolulu.
University of Hawaii Press.
Hubeis, Umar
Fatawa: tanya jawab masalah muslimin. 2 jilid. Surabaya: Kahin, George McTuman
Pustaka Progresif. 1952 Nationalism and revolution in Indonesia. Ithaca and Lon-
don: Cornell University Press.
Hughes, John
1967 Indonesian upheaval. New York: David McKay Company. Kartodirdjo, Sartono
1973 Protest movements in rural Java. Kuala Lumpur: Oxford
Irsyam, Mahrus University Press.
1984 Ulama dan partai politik: upaya mengatasi krisis. Jakarta:
Yayasan Perkhidmatan. Kepartaian
267 268
1954 Kepartaian dan parlementaria Indonesia. Jakarta: Kemen- 1966 The Transition to Guided Democracy: Indonesian politics,
terian Penerangan. 1957-1959. Ithaca, NY: Modern Indonesia Project Cornell
University.
Korver, A.P.E. 1972 Islamic courts in Indonesia. A study in the political bases of
1982 Sarekat Islam 1912-1916. Amsterdam: Historisch Semina- legal institutions. Berkeley etc.: University of California
rium van de Universiteit. Press.

Kramer, Martin Lewis, Bernard


1986 Islam assembled: The advent of the Muslim congresses. 1968 The emergence of modern Turkey. 2nd ed. London: Oxford
New York: Columbia University Press. University Press.

Kuntowijoyo Liddle, William


1987 The Indonesian Muslim middle class in search of identity, 1978 Indonesia 1977: The New Order's second parliamentary
1910-1950, dalam: L. Blusse, A. Booth et. al., India and In- election Asian Survey 18 no. 2.
donesia from the 1920s to the 1950s: the origins of
planning, hal. 177-196. Leiden: Brill. Lirboyo, Badan Pembina dan Kesejahteraan Pondok Pesantren
1988 Menuju kemandirian: pesantren dan pembangunan desa, 1991 Tiga tokoh Lirboyo: KH. Abdul Karim, KH. Marzuqi Dah-
Prisma XVII no 1, 102-115. lan, KH. Mahrus Ali. Kediri: Pondok Pesantren Lirboyo.

Kwantes, R.C. Lombard, Denys


1978 De ontwikkeling van de nationalistisch beweging in Ne- 1985 Les tarekat en Insulinde, dalam: A. Popovic & G. Veinstein
derlandsch-Indie. Bronnenpublikatie. Tweede stuk medio (ed), Les ordres mystiques de l'Islam, hal. 139-163. Paris:
1923-1928. Groningen: Wolters-Noordhoff. EHESS.

Landay, Jacob M. Lucas, Anton


1990 The politics of Pan-Islam: Ideology and organization. Ox- 1991 One soul, one struggle: region and revolution in Indonesia.
ford: Clarendon Press. Sydney: Alien and Unwin.

Latief, M. Sanusi Lyon, M.L.


1988 Gerakan Kaum Tua di Minangkabau. Dissertasi, IAIN Sya- 1980 The Hindu revival in Java: politics and religious identity,
rif Hidayatullah, Jakarta. dalam: J.J. Fox (ed.), Indonesia: The making of a culture,
hal. 205-221. Canberra: Research School of Pacific Studies,
Lazarus-Yafeh, Hava The Australian National University.
1981 Contemporary religious thought among the 'ulama of al-
Azhar, dalam: idem, Some religious aspects of Islam, hal. Maarif, A. Syafi'i
90-104. Leiden: Brill. 1988 Islam dan politik di Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1965). Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Lev, Daniel S. Press.
269 270
Mayor Polak, J.B.A.F.
Machfoedz, Maksoem 1973-77 De herleving van het Hindoeisme op Oost-Java I-II.
1983 Kebangkitan ulama dan bangkitnya ulama. Surabaya: Amsterdam Anthropologisch-Sociologisch Instituut.
Yayasan Kesatuan Ummat.
McDonald, Hamish
Marijan, Kacung 1980 Suharto's Indonesia. Blackbum, Victoria: Fontana.
1991 Respons NU terhadap pembangunan politik Orde Baru Jur-
nal Ilmu Politik (Jakarta) 9, 41-55. McVey, Ruth T.
1992 Quo vadis NU. Setelah kembali ke Khittah 1926. Jakarta: 1983 Faith as the outsider: Islam in Indonesian politicS dalam:
Penerbit Erlangga. James P. Piscatori (ed.) Islam in the political process, hal.
199-225. Cambridge: Cambridge University Press.
Ma'shum, KH. Ah
1983 Kebenaran argumentasi Ahlussunnah wal Jama'ah (ter- Medan, Abdul Aziz
jemahan bebas Hujjah Ahlussunnah wal Jama'ah oleh K.H. 1987 Laskar Hizbullah dan perang 1O November, Aula IX no. 1
Abmad Subki Masyhady). Pekalongan: Udin Putra. (Januari) and 2 (Februari).

1993 Ajakan suci: Pokok-pokok pikiran tentang NU; ulama dan Minhardja Achdiat K. (ed.)
pesantren. Editor: Ismail S. Ahmad, Yoenus Noor & Na- 1977 Polemik kebudayaan. 3rd edition. Jakarta: Pustaka Jaya.
dirin. Yogyakarta: Lajnah Ta'lif wa Nasyr NU DIY.
Mochtar, Hilmy
Mas'udi, Masdar F. 1989 Dinamika Nahdlatul Ulama. Suatu studi tentang elite ke-
1991 Agama keadilan: risalah zakat (pajak) dalam Islam. Ja- kuatan politik Islam di Jombang Jawa Timur. Tesis sarjana
karta: Pustaka Firdaus. S-2, Fak Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogya-
karta
Mas'udi, Masdar F. (ed.)
1992 Fiqh permusyawaratan/perwakilan rakyat. Jakarta: P3M, Moosmuller, Alois
RMI dan Pesantren Cipasung. 1989 Die pesantren auf Java. Zur Geschichte der islamischen
Zentren und ihrer gegenwartigen gesellschaftlichen und
Masyhuri, H.A. Aziz kulturellen Bedeutung. Frankfurt am Main: Peter Lang.
1983a NU dari masa ke masa. N.p. [Denanyar, Jombang]
1983b AI maghfurlah KHM Bishri Syansuri: cita-cita dan peng- Mortimer, Rex
abdianya. Surabaya: Al Ikhlas. 1974 Indonesian communism under Sukarno. Ithaca: Cornell
University Press.
n.d Pokok-pokok kesepatan Ahlusunnah wal Jama'ah. De-
nanyar, Jombang. Mudatsir; Arief
1983 Subchan ZE: Buku menarik yang belum selesai, Prisma XII,
May, Brian no 10, 59-72.
1978 The Indonesia tragedy. London: Routledge & Kegan Paul 1984 Dari Situbondo menuju NU baru: sebuah catatan awal, Pris-
271 272
ma XIII, nomor ekstra, 130-142 (English translation in Pris- 1973 The madernist Muslim movement in Indonesia. Kuala
ma-the Indonesian Indicator no 35, 1985, 161-177). Lumpur etc., Oxford University Press.
1992 Subchan Z.E. dalam konstelasi politik pasca 1965, Prisma, 1987 Partai Islam di pentas nasional, 1945-1965. Jakarta: Gra-
edisi khusus 20 tahun Prisma 1971-1991, 200·216. fiti, [translated from: Masjumi: its organization, ideology
and political role in indonesia, unpublished M.A. thesis
Mudzhar, Muhammad Atho Cornell University, 1960].
1993 Fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia: Sebuah studi ten-
tang pemikiran hukum Islam di Indonesia, 1975-1988. Ed- Padmosugondo, H. Imam Sudarwo
si dwibahasa. Jakarta:INIS. 1988 Lima undang-undang bidang pembangunan politik, dileng-
kapi dengan pembahasan RUU-nya. Jakarta: Koperasi Pe-
Muhammadiyah gawai Negeri BP-7 Pusat.
1967 Himpunan putusan majlis tarjih Muhammadiyah. Jogja-
karta: PP Muhammadiyah. Penders,Chr. L.M. (ed. & trl)
1977 Indonesia: Selected documents on colonialism and natio-
Mukhdlor, A. Zuhdi nalism, 1830-1942. St. Lucia: University of Queensland
1989 KH Ali Ma'shum: perjuangan dan pemikiran-pemikiran- Press.
nya. Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama [PBNU]
Munir, Abdul & Ahmad Arwani Bauis n.d. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Nahdilatul
1989 Pokok-pokok ajaran NU dan masa depan umat. Solo: Ra- Ulama keputusan Muktamar NU ke XXVI d Semarang.
madhani. Jakarta: PBNU.
1960-80 Ahkam al-fuqaha' muqarrarat mu'tamarat nahdlah al-
Muslih, KHMS, Luthfil Hakim et.al. 'ulama wa musyawaratiha, 3 jilid. Semarang: Toha Putra/
1990 Hasil Muktamar VII Jam'iyah Ahlith Thoriqoh Al Mu' Kudus: Menara.
tabaroh An-Nahdliyyah. Mranggen: Pondok Pesantren "Fu- 1979 Keputusan Muktamar N.U. ke XXVI tannggal 10-16 Rajab
tuhiyyah". 1399 H/5-II Juni 1979 M di Semarang tentang program
Dasar Pengembangan Nahdlatul Ulama 5 Tahun. Jakarta:
Nakamura, Mitsuo PBNU.
1981 The radical traditionalism of the Nahdlatul Ulama in Indo- 1984 Laporan penyelengaraan musyawarah nasional Alim
nesia: a personal account of the 26th National Congress, Ulama Nahdlatul Ulama pada tanggal 18-21 Desember
June 1979, Semaran& Southeast Asian Studies (Japan) 19, 1983 di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbon-
187-204. do. Jakarta: PBNU.
1985a Hasil Muktamar Nahdlatul Ulama ke 27 Situbondo: Nah-
Noeh, Z.A. dlatul Ulama kembali ke Khittah 1926. Semarang: Sumber
1985 Waliyyul Amri Dlaruri Bissyaukah, antara fakta historis dan Barokah.
politik, Panji Masyarakat no 456 (21 Januari 1985), 63-65. 1985b Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Nahdlatul
Ulama. Jakarta: Lajnah Ta'lif wan Nasyr, PBNU.
Noer, Deliar 1985c Khitthah Nahdlatul Ulama. Jakarta: Lajnah Ta'lif wan
273 274
Nasyr, PBNU. 1974 Profil pesantren: Laporan hasil penelitian Pesantren Al-
1988 Keputusan Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama dan Kon- Falak dan delapan pesantren lain di Bogor: Jakarta:
bes NU di Cilacap. Semarang: Sumber Barokah. LP3ES.
1989a Pedoman umum Muktamar Nahdlatul Ulama ke-28 di
Pondok Pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta. Pringgodigdo, A.K.
Jakarta: Tim Teknis Muktamar Nahdlatul Ulama ke-28. 1950 Sedjarah pergerakan rakjat Indonesia. Jakarta (12th print-
1989b Laporan pertanggungjawaban pengurus besar Nahdlatul ing: Dian Rakyat, 1991).
Ulama periode 1984-1989. Jakarta: Tim Teknis Muktamar
Nahdlatul Ulama ke-28. Qowa'id
1989c Bahan-bahan pembahasan Muktamar Nahdlatul Ulama 1992 Tarekat Shiddiqiyyah: antara kekhusyukan dan gerakan,
ke-28 di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogya- Pesantren No. 1/Vol. IX, 89-96.
karta. Jakarta: Tim Teknis Muktamar Nahdlatul Ulama ke-
28. Radi, Umaidi
1990 Hasil-hasil Muktamar Nahdlatul Ulama ke-28 di Pondok 1984 Setrategi PPP 1973-1982: suatu studi tentang kekuatan
Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, 25-28 No- politik Islam tingkat nasional. Jakarta: Integrita Press.
pember 1989. Jakarta: PBNU.
Rahardjo, M. Dawam
Pijper, G.F. 1973 Kyai, pesantren dan desa: suatu gambaran awal, Prisma II
1934 De opkomst der Tidjaniyyah op Java, dalam: G.F. Pijper, no. 4, 80-95.
Fragmenta Islamica, hal. 97-121. Leiden: Brill.
1937 De strijd om de monogamie, Koloniale Studien 21, 476- Rahardjo, M. Dawam (ed.)
490. 1974 Pesantren dan pembaharuan. Jakarta: LP3ES.
1977 Het reformisme in de Indonesische archipel, dalam: G.F. 1985 Pergulatan dunia pesantren: membangun dari bawah.
Pijper, Studien over de geschiedenis van de Islam in Jakarta: P3M.
Indonesia, 1900-1950, hal. 97-145. Leiden: Brill.
Roeder, O.G.
Pluvier, J.M. 1971 Who's who in Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
1953 Overzicht van de ontwikkeling van de nationalistische
beweging in Indonesie in de jaren 1930 tot 1942. 's Said, Saleh
Gravenhage en Bandoeng: W. van Hoeve. n.d. Kyai Mas Mansur: Membuka dan menutup sedjarahnja.
Surabaja: Usaha Penerbitan "Budi".
Pranowo, M. Bambang
1991 Traditional Islam in contemporary rural Java, dalam: M.C. Saifuddin, Fahmi D.
Ricklefs (ed.), Islam in the Indonesian social context, hal. 1988 Peranan pondok pesantren untuk mewujudkan ketahanan
39-54. Clayton: Centre of Southeast Asian Studies, Monash masyarakat desa. Essay (tugas karya perorangan), Jakarta:
University. Lembaga Pertahanan Nasional, Markas Besar Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia.
Prasodjo, S. dkk
275 276
Salam, Solichin
1963 KH. Hasjim Asj'ari: ulama besar Indonesia. Djakarta: Sinansari Ecip, S. (ed.)
Djaja Murni. 1989 NU dalam tantangan. Jakarta: Al Kautsar.
1988 Butir-butir mutiara hikmah. Jakarta: Kuning Mas.
Sitompul, Einar Martahan
Saleh, Tmam Anshori 1989 NU dan Pancasila: Sejarah dan peranan NU dalam per-
1986 Nahdlatul Ulama lepas dari kemelut. Yogyakarta: PD juangan umat Islam dalam rangka penerimaan Pancasila
Lukman Offset. sebagai satu-satunya asas. Jakarta: Sinar Harapan.

Sarwani, Abdullah Snouck, Hurgronje, C.


1981 Pengembangan masyarakat desa melalui Pondok Pesantren 1889 Mekka. 2. Band: Aus dem heutigen Leben.'s Gravenhage:
An-Nuqayah, Guluk-Guluk, Madura, dalam: Pesantren: Nijhoff.
Profil Kyai, pesantren dan madrasah, hal. 63-67. Jakarta: 1923 Verspreide Geschriften. Deel III. Bonn/Leipzig: Schroeder.
Badan Litbang Agama, Departemen Agama RI. Soebagijo L.N.
1972 K.H. Mas Mansur; pembaharu Islam di Indonesia. Jakatta:
Schrieke, B.J.O. Gunung Agung.
1919 Aanteekeningen over Madura. Handschrift no. 885, KITLV, 1982 K.H. Masykur; sebuah biografi. Jakarta: Gunung Agung.
Leiden.
Soekadri, Heru.
Schulze, Reinhard 1979/ Kyai Haji Hasyim Asy'ari Jakarta: Departemen Pendidikan
1990 Islamischer Internationalismus im 20. Jahrhundert: Unter- 1980 dan Kebudayaan.
suchungen zur Geschichte der islamischen Weltliga. Lei-
den: Brill. Sourdel Dominique
1977 Khalifa. (i) The history of the institution of the Caliphate.
Shiraishi, Takashi Encyclopaedia of Islam, 2nd edition vol. IV, 937-947.
1986 Islam and communism: An illumination of the people's Leiden: Brill.
movement in Java, 1912-1926. Ph.D. thesis, Cornell
University. Staf Umum Angkatan Darat-I
1961 Tiga partai besar Indonesia. Jakarta.
Shiddiq, Ch.M. Machfoezh
n.d. Debat tentang Idjtihaad dan Taqlied. Soerabaia: H.B.N.O. Steenbrink, K.A.
1974 Pesantren, madrasah, sekolah: recente ontwikkelingen in
Siddiq, K.H. Achmad Indonesisch Islamonderricht. Ph.D. dissertation, Katholieke
1979 Khitthah Nahdliyah. Surabaya: Balai Buku Universiteit van Nijmegen.
1985 Islam, Pancasila dan ukhuwwah Islamiyah. Semarang:
Sumber Barokah. Sulastomo
1992 Pemikiran KH. Achmad Siddiq. Penyunting Abu Nahid dan 1989 Hari-hari yang panjang 1963-1966. Jakarta: CV Haji
kerabat Aula. Surabaya: Yayasan Majalah Aula. Masagung.
277 278
Prisma XIII nomor ekstra, 3-9 (English translation in
Sulistyo, Hermawan Prisma - The Indonesian Indicator no 35, 1985, 3-10).
1983 Dasar-dasar kepemimpinan di pesantren. Studi kasus n.d. Bisi Syansuri: Biografi singkat pecinta dan penganut hukum
Tebuireng. Skripsi sarjana FISIP Universitas Indonesia, fiqh. Typescript (photocopy in the author's possession).
Jakarta.
Walkin, Jacob
Suprapto, Bibit 1969 The Moslem-communist confrontation in East Java, 1964-
1987 Nahdlatul Ulama: eksistensi peran dan prospeknya. 1965, Orbis XIII no 3, 822-847.
Malang: Lembaga Pendidikan Ma'arif, Cabang Kabupaten
Malang. Ward, Ken
1968 Some comments on Islamic reactions to recent develop-
Suryadinata, Leo ments in Indonesia, Review of Indonesian and Malaysian
1982 Political parties and the 1982 general election in Indonesia. Studies 2 no.2 37-46a.
Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. 1970 The foundation of the Partai Muslimin Indonesia Ithaca:
Cornell Modern Indonesia Project.
Tempo 1974 The 1971 election in Indonesia. An East Java case study.
1981 Apa & Siapa; sejumlah orang Indonesia 1981-1982. Jakar- Clayton, Vict: Monash University.
ta: Grafiti.
1984 Apa & Siapa: sejumlah orang Indonesia 1983-1984. Jakar- Wertheim, W.F.
ta: Grafiti. 1959 Indonesian society in transition. A study of social change.
1986 Apa & Siapa: sejumlah orang Indonesia 1985-1986. Jakar- Brussel: A. Manteau en's Gravenhage: W. van Hoeve.
ta: Grafiti. 1969 From aliran to class struggle in the countryside of Java,
Pacific Viewpoint 10, 1-17.
Tim Tujuh
1983 Pokok-pokok pikiran tentang pemulihan khittah Nahdlatul Willis Jr, Avery T.
Ulama 1926. Jakarta: Tim Tujuh Pemulihan Khittah NU 1977 Indonesian revival. Why two million came to Christ. South
1926. Pasadena, Cal: William Carey Library.

Wahid, Abdurrahman Young, Kenneth R.


1974 Pesantren sebagai subkultur, dalam: M. Dawam Rahardjo 1990 Local and national influences in the violence of 1965, dalam:
(ed.), Pesantren dan pembaharuan, hal. 39-60. Jakarta: Robert Cribb (ed.) The Indonesian killings 1965-1966.
LP3ES. Studies from Java and Bali, hal. 63-99. Clayton, Vict.:
1984a Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia dewasa ini, Prisma Monash University.
XIII no 4, 31-38 (English translation dalam: Taufik Ab-
dullah & Sharon Siddique (ed.) Islam and society in Yunus, H. Mahmud
Southeast Asia, hal. 175-186. Singapore: Institute of 1979 Sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Cetakan kedua
Southeast Asian Studies 1986). Jakarta: Mutiara.
1984b Massa Islam dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
279 280
Yusuf, Slamet Effendi, Mohamad Ichwan Syam & Masdar Farid
Mas'udi Biografi Penulis
1983 Dinamika kaum santri: menelusuri jejak & pergolakan Dr Martin van Bruinessen,
internal NU. Jakarta: Rajawali. lahir di Schoonhoven
Belanda pada 1946.
Zamroni, H.M. Belajar fisika teoritis dan
1991 PMII dan proses Orde Baru dalam: A. Effendy Choirie & matematika di Universitas
Choirul Anam (ed.) Pemikiran PMII dalam berbagai visi Utrecht.
dan persepsi, hal. 90-100. Surabaya: Penerbit Majalah Pada 1978 ia berhasil
Nahdlatul Ulama Aula. mempertahankan disertasi
doktornya Agha, Shaikh and
Ziemek, Manfred State, hasil penelitiannya
1986 Pesantren dalam perubahan sosial. Jakarta: P3M. tentang gerakan sosial
keagamaan minoritas Kurdi
Zuhri Saifuddin. di Turki, Iran dan Irak.
1972 Almaghfurlah K.H. Abdulwahab Chasbullah. Bapak dan Mulai menapakkan kaki di
pendiri Nahdlatul-'Ulama. Jakarta: Yamunu. Indonesia pada 1980
1974 Guruku. Orang-orang dari pesantren. Bandung: PT Alma- meneliti kemiskinan kota
arif. dan gerakan Islam, lalu
1979 Sejarah kebangkitan Islam dan perkembangannya di menjadi konsultan
Indonesia. Bandung: Almaarif. metodologi pada Lembaga
1981 Kaleidoskop politik di Indonesia. Jilid I. Jakarta: Gunung Ilmu Pengetahuan Indonesia
Agung. (LIPI) untuk sebuah
1987 Berangkat dari pesantren. Jakarta: Gunung Agung. penelitian besar tentang
Pandangan Hidup Ulama
Indonesia.
Pada 1991 ditunjuk INIS
sebagai dosen Pasca Sarjana
IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Karyanya Tarekat
Naqsyabandiyah di
Indonesia diterbitkan
MIZAN Bandung (1992).
Kini mengajar pada
Faculteit der Letteren
Universiteit Utrecht
Belanda.

281 282
283

Anda mungkin juga menyukai