5. Persiapan Sampel
Sampel dicuci bersih, lalu diambil isi bagian dalamnya. Isi bagian
dalam ini dihaluskan dengan blender. Sampel yang telah dihaluskan
dengan blender masukan beacker gelas dan siap untuk ditimbang.
No Sampel Destruksi Pb
1. Tanah di sawah Basah -
Gorang-Gareng
2. Tanah di sawah Basah -
Gitadini
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, logam berat Pb yang ada di
tanah sawah Gorang-Gareng dan sawah Gitadini pada destruksi
basah tidak menunjukkan hasil positif, karena setelah dilakukan
analisis kualitatif, warna yang muncul adalah warna hijau
kekuningan untuk destruksi basah. Sampel dinyatakan positif
apabila warna yang muncul adalah warna merah tua.
2. Organik 1,1
×100 %=0,011 %
100
2. Organik 0,7
×100 %=0,007 %
100
(3) Kesimpulan :
Setelah diamati dan dianalisa bahwa hasil tanah yang diambil
di Sawah Gorang-Gareng dan Sawah Gitadini tersebur jenis
tanahnya adalah tanah organik. Dilihat dari perbandingan yang
diamati bahwa yang mengendap (anorganik) lebih kecil
presentasenya daripada yang mengapung (organik). Berarti
tanah tersebut subur, dapat dilihat dan diamati di lapangan
bahwasannya ada makhluk hidup yang terdapat di tanah
tersebut.
b. Porositas pada tanah
(1) Lokasi Pengambilan Sampel :
Sawah Gorang-Gareng (Amina) dan Sawah Gitadini (Non
Amina)
Tanggal Pengambilan : Rabu, 26 November 2018
Waktu Pengambilan : 10.00
(2) Hasil Pengukuran
Diamati mulai jam 11.00 – 11.10 tanah yang sudah diberi
aquadest 100 ml dan disaring mendapatkan air sebanyak 90 ml
dan 85ml.
Hasilnya : Sawah Gorang-Gareng (Amina)
90
×100 %=90 %
100
85
×100 %=85 %
100
(3) Kesimpulan
Dari hasil diatas porositas yang ada pada tanah tercemar
tersebut tinggi. Kemungkinan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan tanah tersebut porositasnya tinggi yaitu
kandungan bahan organik, struktur tanah, tekstur tanah.
Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air,
maka porositas tanahnya semakin kecil, begitu juga sebaliknya.
Porositas tanah yang tinggi tidak baik untuk diberi tanaman,
sebab jika tanaman tersebut tidak membutuhkan air yang
banyak menjadikan kondisi lingkungan mikro di sekitar
tanaman menjadi lembab akibatnya mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman. Selain itu tanaman mudah
rusak bila tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut
dalam kondisi tercekam kelebihan air yang dapat menyebabkan
pembusukan akar tanaman. (Hakim, 1986).
BAB II
PENGAMBILAN SAMPEL TANAH
DAN
IDENTIFIKASI TELUR CACING
2. Metode
a. Pengambilan sampeel tanah terganggu ( Distrub Soil Sample )
3. Landasan Teori
a. Pengambilan sampel tanah dapat ditujukan dalam berbagai hal
diantaranya sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui karakter fisik, kimia dan biologis tanah.
2) Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah (melalui kajian
status unsur hara )
3) Untuk mengetahui tingkat pencemaran tanah.
4) Untuk menentukan pengelolaannya apakah tanah tersebut
tercemar.
b. Metode pengambilan sampel tanah
1) Undistrubed Soil Sample ( Tanah utuh)
2) Undistrubed Soil Agregate (Agregat utuh)
3) Distrub Soil Sample (Tanah tidak utuh)
6. Cara Kerja
a. Buat denah sampling tanah.
contoh untuk tanah 1 m2 :
1 2
3 4
b. Bersihkan dan ratakan permukaan tanah dari rumput atau serasah.
c. Gunakan alat cangkul/sekop/bor tanah untuk menggali tanah.
d. Gali tanah hingga kedalaman tertentu ( 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50
cm).
e. Ukur suhu tanah pada masing-masing kedalaman tertentu.
f. Buatlah tabel
g. Pada salah satu kedalaman tanah ambil sampel tanah dengan teknik
simple random sampling pada denah yang sudah dibuat.
h. Masukan sampel tanah ke dalam kantong plastik/plastik klip.
i. Beri label dan informasi (seperti lokasi, tanggal pengambilan,
kedalaman tanah, waktu pengambilan, nama pengambil).
7. Hasil Pembahasan
a. Tabel Hasil :
Tabel 2.1 Hasil Pembahasan Parameter Fisik Tanah
1 Suhu 29 °C 27 °C 25 °C 24 °C
Coklat Coklat
Coklat Coklat
2 Warna Gelap Gelap
3. pH 6,9 5,9 5,8 5,5
4. Kelembapan 15 % 25 % 50 % 65 %
b. Kesimpulan :
Kedalaman suatu tanah dapat mempengaruhi suhu, pH, warna
dan kelembapan dari tanah. Semakin dalam tanah yang digali suhu
tanah semakin kecil. Karena lapisan tanah bagian atas terkena
radiasi matahari, sedangkan yang bawah tidak maka dari itu suhu
di dasar tanah semakin kecil. Begitu juga warna tanah yang semula
berwarna coklat menjadi coklat gelap hampir berwarna
hitam.Kedalaman tanah mempengaruhi hasil pH. Semakin ke
bawah (dalam) maka pH semakin mendekati asam karena adanya
unsur hara, dan untuk kelembapan udara sangat dipengaruhi oleh
kandungan uap air yang ada diudara. Dalam hal ini, suhu udara
akan menentukan tinggi rendahnya kelembapan udara.
3. Cara Kerja
a. Sambungkan kabel mikroskop ke stop kontak dengan
menggunakan kabel olor.
b. Nyalakan mikroskop dengan menekan on-off.
c. Letakkan preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.
d. Atur lensa obyektif sehingga mendapatkan gambar yang jelas.
e. Amati dan cocokan dengan gambar di atlas parasitologi
kedokteran.
4. Hasil Pembahasan
a. Nematoda
1) Nematoda Usus
a) Ascaris lumbricoides
c) Necator americanus
Gambar 3.1 : Telur cacing Necator americanus
e) Ancylostoma caninum
h) Trichuris trichiura
2) Nematoda Jaringan
a. Wuchereria bancrofti (cacing rambut)
b. Brugia malayi
Gambar 11.1 : Cacing dewasa Brugia malayi
c. Brugia timori
d. Loa-Loa
b. Trematoda
1) Trematoda Hati
Fasciola hepatica (Cacing Hati)
2) Trematoda Usus
Fasciolopsis buski
3) Termatoda paru-paru
Paragonimus westermani
Gambar 16.1 : Telur cacing Paragonimus westermani
(1) Hospes : Manusia, harimau, kucing
(2) Penyakit : Paragonimiasis
(3) Hospes perantara : Keong air tawar(Semisulcospira,
Thiara) sebagai hospes pertama
Ketam (Eriocheir, Potamon) atau
udang air (Astacus, Cambarus) seb-
agai hospes perantara kedua.
(4) Cara Infeksi : Metaserkaria yang masuk ke dalam
tubuh manusia yang mengkonsumsi
kepiting.
(5) Diagnosis : Teluar dalam sputum atau tinja.
(6) Morfologi telur cacing Paragonimus westermani:
Telur berukuran 80-120 x 50-60 mikron
Bentuk oval
Memiliki operculum khas yang berdinding tebal
Berwarna kuning kecoklatan
Berisi sel-sel ovum yang belum matang
Gambar 16.2 : Cacing dewasa Paragonimus westermani
(7) Morfologi cacing dewasaParagonimus westermani:
Bersifat hermaprodit. Sistem reproduksinya
ovivar.
Bentuknya menyerupai daunberukuran 7 – 12 x
4 – 6 mm dengan ketebalan tubuhnya antara 3 –
5 mm.
Memiliki batil isap mulut dan batil isap
perut.Uterus pendek berkelok-kelok.Testis
bercabang, berjumlah 2 buah.
Ovarium berlobus terletak di atas testis.
Kelenjar vitelaria terletak di 1/3 tengah badan.
4) Trematoda Darah
Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni
Schistosoma haematobium
c. Cestoda
1) Ordo Pseudophyllidea
Diphyllobothrium latum
Gambar 20.1 : Telur cacing Diphyllobothrium latum
(1) Hospes definitif : Manusia
(2) Hospes reservoir : Beruang, anjing, kucing
(3) Hospes perantara : Cylops dan diaptamus , Ikan
air tawar
(4) Penyakit : Diphyllobothriasis
(5) Cara infeksi : Makan ikan mengandung
plerocercoid yang dimasak
kurang matang.
(6) Diagnosis : Telur dalam tinja
(7) Morfologi telur cacing Diphyllobothrium latum :
Mempunyai operculum pada ujung yang
satu dan ujung yang lain terdapat knob like
yang merupakan penebalan dinding telur.
Berukuran 70 × 45 mikron
2) Ordo Cyclophyllidea
Taenia saginata
Hymenolepis nana
Gambar 23.1 : Telur cacing Hymenolepis nana
(1) Hospes : Manusia , tikus
(2) Penyakit : hymenolepis nana
(3) Cara infeksi : Tertelan telur hymenolepis
nana, auto infeksi
(4) Diagnosis : Telur dalam tinja
(5) Morfologi telur cacing Hymenolepis nana:
Berukuran 30-47 u.
Berbentuk bulat.
Bagian dalam telur terdapat 4 buah penebalan
yang berlanjut sebagai 4 buah filament.
Mempunyai lapisan yang jernih dan lapisan
dalam yang mengelilingi onkosfer dengan
penebalan pada kedua kutub.
Hymenolepis diminuta
Echinococcus granulosus
Gambar 26.1 : Telur cacing Echinococcus granulosus
(1) Hospes : Manusia, anjing, karnivora lain
(2) Penyakit : Ekinokokosis, hidotidosis
(3) Cara infeksi : Infeksi terhadap manusia terjadi
lewat transfer telur cacing dan ta-
ngan ke mulut dari makanan yang
terkontaminasi oleh feses anjing.
(4) Diagnosis : Menemukan skoleks yang dikeluar-
kan dari cairan kista dengan reaksi
casoni.
(5) Morfologi telur cacing Echinococcus granulosus:
Telur sukar dibedakan dengan telur taenia.
Setiap telur berbentuk ovoid dengan berdiameter
30-40 mikron.
Di dalam telur terdapat hexacanth embrio, yaitu
embrio yang memiliki 3 pasang kait.
2. Metode
SNI 1965 : 2008 (Gravimetri)
3. Landasan Teori
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen merupakan selisih antara
massa/berat (contoh : tanah basah), sebelum pengeringan dan
massa/berat (contoh : tanah kering) setelah dikeringkan sampai
mencapai massa/berat yang tetap pada 105oC. Ada dua cara penetapan
kadar air tanah yaitu pada perbandingan dua massa (gravimetri) atau
dua volume (volumetri).
5. Prinsip Kerja
Penentuan kadar air tanah dilakukan sesegera mungkin.
6. Cara Kerja
a. Timbang dan catat berat cawan kering yang kosong.
b. Masukkan sampel tanah ke dalam cawan. tentukan Tentukan berat
cawan yang terisi, catat nilai tersebut.
c. Masukkan sampel pada oven pengering selama 4 jam pada suhu
110oC +(-5oC) hingga beratnya konstan (tetap). Setelah 2 waktu
berturut-turut (lebih dari satu jam) pengeringan selisihnya kurang
dari 0,1%.
d. Keluarkan cawan dari oven pengering biarkan menjadi dingin pada
temperatur ruangan dan cawan dapat dipegang dengan tangan.
e. Masukkan cawan pada desikator untuk mengurangi penyerapan
yang besar pada kelembapan dari atmosfer selama pendinginan.
f. Lakukan penimbangan dan catat hasil tersebut.
7. Hasil Pembahasan
Menggunakan metode gravimetri
(W 1−W 2)
Kadar air ( % )= × 100 %
(W 1−W 0)
Keterangan :
d1 : W0 = 62,1579 gr
W0
: Berat cawan kosong
W1 = 82,1592 gr
W1 : Berat cawan + sampel awal (sebelum di oven)
W2 = 81,4429 gr
W2 : : Berat cawan + sampel awal (setelah pendinginan)
Hasil
d2 : Kadar air ?
d3 :
( 82,1592−81,4429 )
Kadar air ( % )= ×100 %
( 82,1592−62,1579 )
0,7163
¿ ×100 %
20,0013
¿ 3,58 %
Kesimpulan
Bahwa kadar air di dalam tanah tersebut lumayan bagus, kadar
air dalam tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik, makin
tinggi kadar bahan organik tanah akan semakin tinggi kadar airnya.
Jadi tanah yang berada di gazebo kampus kesehatan lingkungan
magetan cocok untuk pertumbuhan tanaman, karena kadar air
disana lumayan cukup bagus .