Pre-Eklampsia Dan Eklampsia New
Pre-Eklampsia Dan Eklampsia New
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pre-eklampsia dan Eklampsia
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi Pre-eklampsia dan Eklampsia
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala terjadinya Pre-eklampsia dan Eklampsia
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologis Pre-eklampsia dan Eklampsia
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada Pre-eklampsia
dan Eklampsia
6. Untuk mengetahui diagnosa pada penderita Pre-eklampsia dan Eklampsia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Etiologi
Penyebab Pre-Eklampsia sampai saat ini masih belum bisa diketahui secara pasti. Beberapa
faktor yang berkaitan dengan terjadinya Pre-Eklampsia adalah:
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semkain besar kemungkinan terjadinya Pre-
eklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa.
2. Faktor Imunologik
Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Secara imunologik dan diterangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan “Blocking Antibodies” terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak menguntungkan terhadap
Histikopatibilitas.
3. Faktor Hormonal
Penurunan hormon progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron antagonis,
sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang menyebabkan retensi air
dan natrium, sehingga terjadi hipertensi dan edema.
4. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Pre-eklampsia/eklampsia bersifat
diturunkan melalui gen resesif tunggal.
5. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung asam
lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis
Prostaglandin akan menyebabkan terjadinya “Loss Angiotensin Refraktorines”
yang memicu terjadinya pre-eklampsia.
4
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre-eklampsia yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah meningkat lebih tingi, edema
menjadi lebih umum, dan proteinuria bertambah banyak.
5
6. Metabolisme air dan elektrolit
Terjadi disini pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial.
Kejadian ini, yang diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum,
dan sering bertambahnyaedema, menyebabkan volume darag mengurang.
6
a) Tirah baring
b) Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan
c) Pemberian obat antikejang
d) Diuretikum tidak diberikan secara rutin
e) Pemberian glukokortikoid
7
Eklampsia adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah(S>180 mmHg, D>110 mmHg) proteinuria, edema, kejang an penurunan kesadaran.
8
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan
koma.
9
2.13 Pencegahan Eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah, atau frekuensinya dikurangi. Usaha-
usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas:
1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar
semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda
2. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklampsia dan mengobatinya
segera
3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu keatas
apabila setelah dirawat tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga dapat
dihilangkan
10
Pernapasan mungkin kurang dari 14x/menit
g. Keamanan
Kesesuaian Rh mungkin ada
h. Seksualitas
Primmigravida, gestassi multiple, hidramnion. Gerakan bayi mungkin berkurang,
tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada.
i. Penyuluhan pembelajaran
Remaja di bawah 15 tahun dan primmigravida lansia usia 35 tahun atau lebih
berisiko tinggi. Riwayat keluarga hipertensi karena kehamilan.
B. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes presor supine (tes rollever)
Untuk pemeriksaan pada klien berisiko hipertensi karena kehamilan
b. Tekanan arteri rerata(MAP)
90 mmHg pada trimester ke-2 menandakan hipertensi karena kehamilan
c. Hematokrit (Ht)
Meningkat pada perpindahan cairan atau penurunan pada sindrom HELLP
(Hemolisis, peningkatan enzim hepar, hitung trombosit rendah)
d. Hemoglobin (Hb)
Rendah bila terjadi hemolisis
e. Smear perifer
Distensi sel-sel darah atau skistosit pada sindrom HELLP
f. Hitung trombosit serum
Kurang dari 100.000/mm³ pada koagulasi intravaskuler diseminata (KID) atau
pada sindrom HELLP.
g. Kadar kreatinin serum meningkat
h. AST (SGOT), laktat dehidrogenasi (LDH), dan kadar bilirubin serum
i. Kadar asam urat
j. Masa protrombin (PT), masa tromboplastin (PTT), masa pembekuan
k. Berat jenis urin
l. Proteinuria
11
m. Kadar laktogen plasenta manusia
n. Ultrasonografi
12
akan pemantauan
yang ketat dari 2. Bedakan edema 2. Adanya edema
berat badan, TD, kehamilan yang kehamilan pitting
protein urin, dan patologis dan pada wajah, tangan,
edema fisiologis, pantau kaki, area skral, dan
2. Berpartisipasi lokasi dan derajat dinding abdomen,
dalam regimen piting atau edema yang tidak
teraupetik dan hilang setelah 12 jam
pemantauan sesuai tirah baring
indikasi
3. Menunjukkan 3.Perhatikan 3. Mengidentifikasi
hematokrit dalam perubahan pada derajat
batas normal dan kadar Hb/Ht hemokonsentrasi yang
edema fisiologis disebabkan oleh
perpindahan cairan.
Bila Ht kurang dari 3x
kadar Hb terjadi
hemokonsentrasi
13
tahanan vaskuler teratasi dengan plasma, relaksasi
sistemik criteria hasil: vaskuler dengan
NOC penurunan tahanan
1. Melaporkan perifer)
tidak adanya atau
menurunnya 2. Lakukan tirah 2. Meningkatkan
kejadian dipsnea baring pada klien aliran balik vena,
2. mengubah dengan posisi miring curah jantung, dan
tingkat aktifitas kiri perfusi ginjal/plasenta
sesuai kondisi
3. tetap
nomortensif selama 3. Kolaborasi dalam 3. Obat antihipertensi
sisa kehamilan pemberian obat bekerja secara
antihipertensi langsung pada arteriol
untuk meningkatkan
relaksasi oto polos
kardiovaskuler dan
membantu
meningkatkan suplai
darah ke serebrum,
ginjal, uterus dan
arteri spiral
3. Perubahan perfusi Setelah dilakukan NOC
jaringan, tindakan 1. Identifikasi faktor- 1. Merokok,
uteroplasenta keperawatan faktor yang penggunaan obat,
berhubungan selama 3x24 jam mempengaruhi kadar glukosa serum,
dengan hipovolemia diharapkan aktifitas janin bunyi lingkungan,
ibu, interupsi aliran perubahan perfusi waktu dalam sehari
darah (vasospaseme jaringan dapat dan siklus tidur
progresif dari arteri teratasi dengan bangun dari janin
spiral) kriteria hasil: dapat meningkat atau
14
NOC menurunkan gerakan
1. janin
Mendemonstrasika
n reaktivitas SSP 2. Tinjau ulang 2. Pengenalan dan
normal tanda-tanda absurpsi intervensi dini
2. Tidak ada plasenta(mis. meningkatkan
penurunan frekuens Perdarahan vagina, kemungkinan hasil
jantung pada nyeri tekan uterus, yang positif
CST/OCT nyeri abdomen, dan
(contraction stress penurunan aktivitas
test/oxytocin janin)
challenge test)
3. Evaluasi 3. Penurunan fungsi
pertumbuhan janin, plasenta dapat
ukur kemajuan menyertai hipertensi.
pertumbuhan fundus Stress inta uterus
tiap kunjungan kronis dan insufisiensi
uteroplasenta
menurunkan jumlah
kontribusi janin pada
penumpukan cairan
15
aktivitas uterus, diharapkan nyeri an tepat, tingkatkan
ketidaknyamanan akut dapat teratasi ketidaknyamanan
berkenaan dengan dengan kriteria berkenaan dengan
hipertensi atau hasil: aktivitas uterus dapat
infuse oksitosin, NOC lebih intensif pada
hipoksia miometrik 1. Klien tidak klien dengan
(abrupsio plasenta) merasakan nyeri hipertensi
dan ansietas. lagi
2. Klien tampak 2. Anjurkan 2. Klien mungkin
rileks penggunaan teknik tidak
3. Kontraksi uterus relaksasi dan menyelesaikan/berpar
efektif pernapasan tisipasi dalam kelas
terkontrol kelahiran anak, atau
stress dari situasi
dapat menganggu
kemampuannya untuk
mengingatmelakukan
aktivitas ini
3. Diskusikan 3. Pengetahuan
ketersediaan anestesi memampukan klien
dan analgesik membuat pilihan
berdasarkan informasi
dan mempertahankan
rasa terkontrol
4. Kurangi/hentikan 4. Membantu
infuse oksitosin jika mengakhiri respon
adanya respon uterus hipersensitif,
atau penurunan kontraksi tetanik
relaksasi diantara dapat menyebabkan
16
kontraksi rupture uterus
2.15 Rencana Asuhan Keperawatan Eklampsia
A. Pengkajian
a. Data Subyektif
Umur
Biasanya terjadi pada primigravida ˂ 20 tahun atau ˃ 35 tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang
Terjadi peningkatan tekanan darah, edema, pusing, nyeri epigastrium,
mual muntah, pengelihatan kabur
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya
Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklampsia sebelumnya
Pola nutrisi
Jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
Pola sosial spiritual
Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan oleh karenanya
perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
b. Data Obyektif
Inspeksi
Edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
Palpasi
Untuk mengetahui TFU (tinggi fundus uteri), letak janin, lokasi edema
Auskultasi
Mendengarkan DJJ (denyut jantung janin) untuk mengetahui adanya fetal
distress
Perkusi
Untuk mengetahui reflex patella sebagai syarat pemberian SM (jika
refleks +)
17
B. Pemeriksaan penunjang
a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
b. Laboratorium
Protein urin dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt
atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis
urin meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid biasanya ˃ 7 mg/100 ml
c. Berat badan
Peningkatan berat badan lebih dari 1 kg/minggu
d. USG
Untuk mengetahui keadaan janin
e. NST
Untuk mengetahui kesejahteraan janin
18
D. Rencana asuhan keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan Setelah dilakukan NIC
nafas berhubungan tindakan 1. Anjurkan pasien 1. Menurunkan
dengan kejang keperawatan selama untuk risikoaspirasi atau
3x24 jam diharapkan mengosongkan masuknya sesuatu
ketidakefektifan mulut dari benda benda asing ke
jalan nafas dapat atau zat tertentu atau faring
teratasi dengan alat yang lain untuk
kriteria hasil: menghindari rahang
NOC mengatup jika
1.Pasien akan kejang terjadi
mempertahankan
pola pernafasan 2. Letakkan pasien 2. Meningkatkan
efektif dengan jalan pada posisi miring, aliran secret,
nafas paten atau permukaan datar, mencegah lidah
aspirasi dicegah miringkan kepala jatuh dan
selama serangan menyumbat jalan
kejang nafas
3. Tanggalkan 3. Untuk
pakaian pada daerah memfasilitasi
leher atau dada dan usaha bernafas atau
abdomen ekspansi dada
4. Lakukan 4. Menurunkan
penghisapan sesuai risiko aspirasi atau
indikasi aspiksia
19
5. Berikan tambahan 5.Dapat
oksigen atau menurunkan
ventilasi manual hipoksia cerebral
sesuai kebutuhan
2. Risiko tinggi Setelah dilakukan NIC
terjadinya foetal tindakan 1. Monitor denyut 1. Peningkatan DJJ
distress pada janin keperawatan selama jantung janin sesuai sebagai indikasi
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan indikasi terjadinya
perubahan pada risiko tinggi hipoksia,
plasenta terjadinya foetal premature dan
distress pada janin solusio plasenta
dapat teratasi dengan
kriteria hasil: 2. Kaji tentang 2. Penurunan
NOC pertumbuhan janin fungsi plasenta
1.Denyut jantung mungkin
janin normal diakibatkan karena
2.Hasil NST normal hipertesi sehingga
3.Hasil USG normal timbul IUGR
20
5. Kolaborasi dengan 5. USG dan NST
medis dalam untuk mengetahui
pemeriksaan USG keadaan janin
dan NST
21
sehingga aliran
darah ke plasenta
menjadi lancer
22
kolaborasi dengan arteri dan
dokter menyebabkan
penurunan after
load jantung
dengan
vasodilatasi
pembuluh darah,
sehingga tekanan
darah turun.
Dengan
menurunnya
tekanan darah,
maka aliran darah
ke plasenta
menjadi adekuat
4. Gangguan psikologis Setelah dilakukan NIC
(cemas) berhubungan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Tingkat
dengan koping yang keperawatan selama kecemasan ibu kecemasan ringan
tidak efektif terhadap 3x24 jam diharapkan dan sedang bisa
proses persalinan gangguan psikologis ditoleransi dengan
(cemas) dapat pemberian
teratasi dengan pengertian
kriteria hasil: sedangkan yang
NOC berat diperlukan
1.Ibu tampak tenang tindakan
2. Ibu kooperatif medikamentosa
terhadap tindakan
perawatan 2. Jelaskan 2. Pengetahuan
3.Ibu dapat mekanisme proses terhadap proses
menerima kondisi persalinan persalinan
yang dialami diharapkan dapat
23
sekarang mengurangi
emosional ibu yang
maladaptiv
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pre-eklampsia adalah penyakit kehamilan yang belum diketahui penyebabnya, di tandai
dengan adanya hipertensi, edema dan proteinuria. Pre-eklampsia ringan yang tidak segera
ditangani dapat menjadi berat bahkan menimbulkan eklampsia atau kejang pada ibu hamil
dan menyebabkan kematian pada ibu maupun janin. Sampai saat ini pre-eklampsia dan
eklampsia masih menjadi salah satu penyebab utama kematian perinatal. Oleh karena itu
penting bagi ibu untuk mengetahui sejak dini gejala-gejala pre-eklampsia dan eklampsia dan
segera mengobati agar tidak menjadi pre-eklampsia berat maupun eklampsia.
3.2 Saran
Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien pre-eklampsia dan eklampsia untuk
menghindari bertambahnya angka kematian ibu. Selain itu juga dapat dilakukan penyuluhan
tentang pre-eklampsia dan eklampsia dan faktor-faktor yang bisa menjadi predisposisi
terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia supaya masyarakat dapat menghindarinya sehingga
angka kejadian pre-eklampsia dan eklampsia dapat menurun.
25
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, Chrisdiono M, 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Astutu, Sri Lestari Dwi, Sunaryo, Tri, Haryati, Susi Dwi. 2013. Analisis Faktor Resiko Yang
Terjadinya Pre Eklampsia Berat Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga. Jurnal Nasional.
Kementrian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan.
26