Anda di halaman 1dari 6

A) Definisi Akad Mudharabah

Mudharabah bersumber pada adhdharby fl ardhi ialah berangkat dengan tujuan berdagang.
Di istilahkan dengan sebutan qiradh dan bersumber dari alqardhu nan bermakna potonga, sebab
yang punya melakukan pemotongan setengah kekayaannya yang digunakan untuk didagangkan
serta mendapatkan separuh laba.

PSAK 105 mendeskripsikan mudharabah seperti kesepakatan kerja sama dengan orang satu
dan lainnya yang mana orang satu (mempunyai anggaran) memfasilitasi semua anggaran, namun
orang kedua (yang menyimpan anggaran) berperan sebagai yang mengelola serta laba dialokasikan
kepada kedua belah pihak seperti perjanjian diawal, namun apabila terjadi rugi makan akan
dibebankan kepada yang mempunyai anggaran. Jika kerugian dibebankan kepada yang mempunyai
anggaran, apabila selama kerugian tersebut disebabkan atas keteledoran yang puya anggaran.

Jadi dapat disimpulkan, kesepakatan mudharabah ialah sebuah bisnis investasi nan
dilandaskan atas dasar kepercayaan. Kepercayaan adalah komponen yang paling berguna jika terjadi
suatu kesepakatan mudharabah, ialah kepercayaan yang terjadi dari yang punya anggaran ke yang
mengelola anggaran.

Klasifikasi kesepakatan Mudharabah

1. Mudharabah Muthlaqah yaitu mudharabah yang mempunyai anggaran akan meleluasakan


ke yang mengelola anggaran pada pengelola investasinya.
2. Mudharabah Muqayyadah yaitu mudharabah yang mempunyai anggaran akan membatasi
ke yang mengelola anggaran yang mana terkait anggaran, letak tempat, cara, serta/ pokok
investasi maupun bagian usaha.
3. Mudharabah Musytarakah yaitu mudharabah yang mempunyai anggaran akan mengikutkan
aset maupun anggaran pada kerja sama dalam investasi.

B) Prinsip Pembagian Hasil Usaha (PSAK 105 PAR 11)

Pada mudharabah kata profit dan loss sharing belum pas dipakai sebab yang diberi cuma
labanya (profit), tidak terhitung pada ruginya. Kemudian pada penjelasan seterusnya, digunakannya
dasar pembagian hasil dan contohnya semacam pada undang-undang No. 10 Tahun 1998, sebab jika
upaya tersebut tidak berhasil maka kerugian tidak dialokasikan antara yang mempunyai anggaran
dengan yang mengelola anggaran.

Pengalokasian hasil usaha mudharabah bisa dilaksanakan berlandaskan pengakuan


perolehan upaya mudharabah, pada pelaksanaannya bisa diketahui berlandaskan laporan bagi
keuntungan dalam realisasi perolehan hasil keuntungan atas yang mengelola anggaran.

Dengan menjauhkan dari pertikaian pada biaya yang digunakan dengan yang mengelola
anggaran, maka pada kesepakatan mesti dibuat perjanjian atas dana-dana yang mana saja dan yang
bisa dikurangi perolehan.

C) Perlakuan Akuntansi
Akuntansi digunakan untuk yang mempunyai Anggaran
1. Anggaran mudharabah diberikan oleh yang mempunyai anggaran dan dicatat atas
penanaman modal mudharabah ketika melunasi maupun memberikan kekayaan tak
tunai ke yang mengelola anggaran
2. Pengukuran penanaman modal mudharabah
a. Penanaman modal mudharabah dalam wujud tunai yang ditakar sejumlah yang
dilunasi
b. Penanaman modal dalam wujud kekayaan tidak tunai ditakar sejumlah harga
wajar kekayaan tidak tunai ketika diberikan.

Terdapat 2 pertimbangan yang tidak di berfungsikan ukuran hstorical cost digunakan


untuk menakar kekayaan tidak tunai:

a. Menggunakan harga yang disepakati dengan orang yang membuat perjanjian


guna terlaksananya target dari akuntansi keuangan
b. Menggunakan harga yang disepakati (agreed value) dengan orang yang
membuat perjanjian guna harga kekayaan tak tunai mengarah ke aplikasi
rencana faithfulness pada pelaporan

Penanaman modal mudharabah pada wujud kekayaan tak tunai ditakar sejumlah
harga wajar kekayaan tak tunai ketika pemberian terdapat 2 peluang :
a. Apabila harga tercatatnya lebih rendah dari pada harga wajar, sehingga
perbedaannya mesti dicatat laba tangguhan serta diamortisasi setakar dengan
batas kesepakatan mudharabah
b. Apabila harga tercatatnya lebih tinggi dari pada harga wajar, sehingga
perbedaannya dicatat pada kerugian serta dicatat ketika pemberian kekayaan
tak tunai.
3. Depresiasi harga apabila penanaman modal mudharabah pada wujud kekayaan tak
tunai
a. Depresiasi harga sebelum kegiatan dilaksanakan
Apabila harga penanaman modal mudharabah depresiasi sebelum kegiatan
dilaksanakan karena rusak, lenyam maupun alasan lain namun tidak disebabkan
oleh keteledoran yang mengelola anggaran, sehingga depresiasi harga akan
dicatat pada kerugian serta mengurangi jumlah penanaman modal mudharabah
b. Depresiasi harga setelah kegiatan dilaksanakan
Apabila penanaman modal mudharabah lenyap setalah dilaksanakannya
kegiatan dengan tidak adanya keteledoran maupun keluputan yang mengelola
anggaran, sehingga kerugian itu tidak mengurangi besaran penanaman modal
mudharabah tetapi akan diperhtungkan ketika pemberian keuntungan.
4. Kerugian
Adanya suatu kerugian yang terbentuk pada waktu tertentu, sebelum kesepakatan
mudharabah selesai.
Penulisan kerugian yang terbentuk pada waktu tertentu sebelum kesepakatan
mudharabah selesai dicatat menjadi kerugian serta disusun penyingkiran kerugian
pada penanaman modal.
5. Hasil kegiatan
Pada hasil kegiatan yang belum dilunasi yang mengelola anggaran akan dicatat pada
piutang
6. Kesepakatan mudharabah selesai
Ketika kesepakatan mudharabah selesai, perbedaan antara penanam modal
mudharabah sesudah dikurangi penyisihan kerugian penanaman modal, serta
pengembalian penanaman modal mudharabah, dicatat pada laba maupun kerugian
7. Pemaparan
Yang mempunyai anggaran pemilik modal mudharabah pada laporan keuangan
sejumlah harga yang ditulis, ialah harga pemilik modal mudharabah dikurangi
penyisihan kerugian
8. Pengungkapan
Yang mempunyai anggaran mengungkapkan keadaan-keadaan mengenai
mudharabah, namun tidak memiliki batasan dengan:
a. Inti perjanjia kegiatan mudharabah
b. Besaran penanaman modal mudharabah berlandaskan pada tipenya
c. Penyisihan kerugian penanaman modal mudharabah semasa rentang waktu
d. Pengungkapan nan dibutuhkan berdasarkan PSAK No. 101 mengenai Penyajian
Laporan Keuangan Syariah

Akuntansi untuk yang mengelola Anggaran


1. Anggaran yang diperoleh dari yang mempunyai anggaran dalam kesepakatan mudharabah
dicatat ke anggaran syirkah temporer sejumlah uang tunai maupun harga wajar kekayaan
tak tunai yang diperoleh
2. Penakaran anggaran syirkah temporer
Anggaran Syirkah temporer ditakar sejumlah uang tunai maupun harga wajar kekayaan tak
tunai yang diperoleh
3. Distribusi lagi pada anggaran syirkah temporer
Apabila yang mengelola anggaran mendistribusikan kembali anggaran syirkah temporer nan
diperoleh, sehingga yang mengelola anggaran mencatatnya pada kekayaan (penanan modal
mudharabah). Sama dengan akuntansi yang mempunyai anggaran. Serta akan mencatat
perolehan pada bruto sebelum dikurangi pada porsi yang mempunyai anggaran
4. Namun jika yang mengelola anggaran sendiri anggaran mudharabah artinya terdapat
perolehan serta beban yang dicatat serta penulisannya seperti akuntansi biasanya
5. Kerugian yang terjadi karena keteledoran yang mengelola anggaran dan dicatat pada beban
yang mengelola anggaran
6. Terjadi pada saat akhir kesepakatan
7. Penyampaian
a. Anggaran syirkah temporer dari yang mempunyai anggaran sejumlah harga yang dicatat
pada setiap tipe mudharabah, ialah sejumlah anggaran syirkah temporer dikurangi pada
eliminasi kerugian
b. Alokasi keuntungan anggaran syirkah temporer yang telah dihitung namun belum
diberikan ke yang mempunyai anggaran serta disampaikan pada pos pengalokasian
keuntungan tetapi belum disampaikan sebagai kewajiban
8. Pengungkapan
a. Inti akad yang utama dari kegiatan mudharabah
b. Incian anggaran syirkah temporer diperoleh berlandaskan pada tipenya
c. Pendistribusian anggaran bermula dari mudharabah muqayadah. Akan mengungkapkan
mengenai PSAK No. 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah
A) Definisi Akad Musyarakah

Dari Afzalur Rahman, Deputy Secretary General in The Muslim School Trust, menurut
bahasa dari kata al-syirkah yang artinya al-ikhtilath (pembauran) maupun perserikatan kepada
kedua belah pihak ataupun bertambah dari dua pihak. Kemudian antara satu dan lainnya tidak
mudah untuk dibedakan maupun tidak bisa dipisahkan. Musyarakah memiliki arti lain yaitu
sharikah maupun kemitraan maupun syirkah.

PSAK No. 106 mengartikan musyarakah mengenai kesepakatan kolaborasi dengan dua
orang maupun lebih digunakan untuk bisnis yang telah ditentukan, yang mana tiap-tiap orang
menyumbangkan anggaran pada persyaratan yang mengatakan, jika laba akan dialokasikan
berlandaskan pada perjanjian diawal, namun dengan kerugian didasarkan pada banyak tidaknya
alokasi sumpangan pada anggaran. Pihak satu dengan yang lainnya akan memberikan anggaran
yang digunakan untuk membiayai pada kegiatan yang telah ditentukan, pada bisnis yang sudah
lama berdiri maupun yang baru berdiri. Kemudian, jika satu pihak mengembalikkan anggaran itu
diperbolehkan dan bagi keuntungan yang sudah di janjikan diawal secara berurutan maupun
langsung semuanya. Investasi musyarakah bisa berwujud tunai, setara kas, maupun tidak tunai.

Musyarakah ialah kesepakatan dan kolaborasi para pemodal untuk mempersatukan


seluruh anggarannyadan memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Pada musyarakah, para
pemodal bersamaan mengeluarkan anggaran untuk membayar suatu kegiatan yang ditentukan
serta berkolaborasi untuk mengelola suatu kegiatan bersama. Anggaran yang tersedia
dimanfaatkan untuk mencapai target yang sudan ditentukan kedua belah pihak, yang nantinya
tidak dapat dimanfaatkan sebagai keperluan diri sendiri maupun diberikan secara sementara
kepada orang lain dengan tak ada izin pihak lain yang sudah melakukan kesepakatan bersama.

Klasifikasi Akad Musyarakah


Bersumber pada Ulama Fikih
1) Syirkah Al Milk memiliki definisi yang mempunyai secara serempak (co-ownership)
yang wujudnya dapat terlihat, jika dua pihak atau lebih dari dua pihak mendapatkan
kepemilikannya serempak (joint ownership) pada sebuah aset (kekayaannya)
2) Syirkah Al’uqud (Sewa), ialah kemitraan yang terjadi karena perjanjian antara dua
pihak maupun lebih dari dua pihak yang berkoloborasi sehingga tercapai tujuan yang
sama. Lain dari Syirkah al Malik, jika berkoloborasi mitra ini bisa berlaku bagai wakil
pada pihak yang lain. Terdapat beberapa macam dari Syirkah Al’uqud:
a) Syirkah Abdan
Syirkah Abdan ialah kelaborasi dengan dua orang maupun melebihi dari dua
kelompok aktivis yang profesional yang mana sama-sama membuat
perjanjian untuk berkoloborasi menjalankan tugas dan membagi perolehan
yang didapatkan.
b) Syirkah Wujuh

Syirkah Wujuh ialah koloborasi dengan dua orang yang mana tiap-tiap orang
tidak memberikan anggaran.

c) Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘Inan ialah wujud kolaborasi yang mana tempat serta komposisi
orang-orang yang termasuk ialah tak sama, pada kondisi anggaran maupun
kegiatan.
d) Syirkah Mufawwadhah
Syirkah Mufawwadhah ialah wujud kolaborasi yang mana letak tempat serta
komposisi orang-orang yang termasuk ke dalamnya mesti serupa, pada
kondisi profesi, anggaran, laba, agama, maupun kerugian.

B) Penetapan Nisbah Pada Kesepakatan Musyarakah


Bisa dilakukan dengan dua metode:
1. Alokasi laba proporsional yang setakar pada anggaran yang dikeluarkan
Pada metode seperti ini, laba mesti dialokasikan pada pihak dengan
proporsional setakar dengan anggaran yang dibayarkan, tidak melihat apakah
besaran kegiatan yang dilakukan pada pihak yang sama maupun tak sama. Jika ada
pihak memberikan anggaran yang jumlahnya lebih banyak, maka orang tersebut
berhak memperoleh keuntungan nan besar.
2. Alokasi laba yang tidak proporsional pada anggaran yang dikeluarkan
Pada metode seperti ini, Dalam penetapan nisbah yang diperhitungkan tidak
cuma anggaran saja yang diberikan, namun kewajiban, pengetahuan, kompetensi
maupun masa yang cukup lama.

Anda mungkin juga menyukai