Anda di halaman 1dari 4

RESUME

PENGELOLAAN KELAS
Tentang
PENDEKATAN IKLIM SOSIO-EMOSIONAL

Oleh:
Viky Agustian
17053039

Dosen Pengampu:
Oknaryana, S.Pd., M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
PENDEKATAN IKLIM SOSIO-EMOSIONAL

A. Asumsi yang Mendasari Pendekatan Iklim Sosio-Emosional


Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah proses belajar mengajar yang
baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan peserta
didik maupun antar peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya
iklim sosio-emosional yang baik.
Carl A Rogers mengemukakan pentinya sikap tulus dari guru (realness, genuiness,
congruence), menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance,
prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sentiri (emphatic
understanding).
Haim C. Ginot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk
membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang
ia lihat dan rasakan, serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternative
penyelesaian.
William Glasser mengemukakan bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan
peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi, menganalisis dan menilai
masalah, menyusun rencana pemecahannya, mengarahkan peserta didik agar committed
terhadap rencana yang telah dibuat, memupuk keberanian menanggung akibat kurang
menyenangkan, serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang
lebih baik.
Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memikul tanggungjawab,
memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya dan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menghayati tata aturan masyarakat.
Menurut Permana (2013) pendekatan sosio-emosional ini mendasarkan pada asumsi:
a. Kegiatan pengajaran yang efektif mensyaratkan kondisi sosio-emosional yang baik
atau adanya jalinan hubungan interpersonal yang baik antara pihak yang terlibat
dengan kegiatan pengajaran itu
b. Guru menjadi kunci utama dalam pembentukan kondisi sosio-emosional yang sehat
Pendekatan sosio-emosional dalam pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menciptakan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas. Sosio-
emosional yang positif berarti ada hubungan yang positif antaraguru dengan peserta
didik. Dalam pendekatan ini guru menjadi kunci dalam pembentukan hubugnan pribadi
dn peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.

Secara umum, tujuan pendekatan sosio-emosional sama dengan tujuan penerapan


pendeketan yang lain, yaitu menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif. Tapi
perbedaan pendekatan sosio-emosional adalah menekankan pada terciptanya iklim atau
suasana emosional dan hubungan social yang positif dalam kelas, artinya ada hubungan
yang baik, hubungan yang positif antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan
siswa.

Agar pendekatan sosio-emosional dalam kelas berjalan dengan baik, harus terdapat
sikap: keterbukaan antara siswa dan guru (adanya sikap bersahabat guru Degnan siswa),
saling menjaga hubugnan baik (guru bersikap adil, objektif, tidak menuntut siswa, tidak
menghukum siswa didepan kelas, dan memberikan penghargaan serta hadiah bagi siswa
yang berperilaku positif), kebebasan dalam beraktifitas dan saling memenuhi kebutuhan
antara guru dengan siswa

B. Unsur-Unsur dalam Pendekatan Iklim Sosio-Emosional


1. Tipe kepemimpinan
Tipe kepemimpinan guru yang menekankan kepada sikap demokratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan antara guru dan siswa dengan dasar
saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu terciptanya
iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar yang optimal. Siswa
akan belajar secara produktif, baik saat guru ada maupun tidak ada. Guru berperan
sebagai panutan, teladan dan role model bagi peserta didik.

2. Sikap Guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
sabra dan bersahabat, dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat
diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah laku siswa, bukan
membenci siswa itu sendiri.guru harus dapat berlaku adil dalam bertindak. Guru
dapat menciptakan kondisi yamg menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya,
sehingg ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.

3. Suara Guru
Suara guru turut mempunyai pengaruh dalam belajar. Suara yagn melengking tinggi
atau senantiasa tinggi atau demikian rendah, sehingga tidak terdegnan oleh siswa
secara jelas dari jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan
seperti itu juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan.
Suara yang relative rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan
kedengarannya rileks akan mendorng siswa untuk memperhatikan pelajaran. Mereka
yagn lebih berani mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri dan
sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa
yang mendenganrnya. Hal yang penting dari ini semuanya adalah proses
pembelajarannya akan semakin terarah.

4. Pembinaan Hubungan Baik


Pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas
sangatlah penting. Dengan terciptanya gubungan baik guru dan siswa senantiasa
gembira, penuh gairah dan semangant, bersikap optimistic, realistic dalam kegiatan
belajar mengajar yagn sedang dilakukan serta terbuka terhadap hal-hal yang aka nada
pada dirinya.

Anda mungkin juga menyukai