Anda di halaman 1dari 31

APLIKASI MODEL COMMUNITY AS PARTNER DAN FAMILY CENTERED

NURSING DALAM PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGKAJIAN


KOMUNITAS PADA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KENAKALAN
REMAJA

Disusun untuk Memenuhi tugas


Mata Kuliah Filsafat Keperawatan
Disusun oleh:
Nurul Laili (NIM : 22020116410035)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah kenakalan remaja atau yang disebut dengan Adolensence delinquency
merupakan masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.
Polda Metro Jaya menyampaikan bahwa pada tahun 2012 kasus kenakalan remaja
mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu sebesar 36,66 %.
Hasil penelitian Yayasan Kesuma Buana menunjukkan bahwa sebayak 10.3% dari
3,594 remaja di 12 kota besar di Indonesia telah melakukan hubungan seks bebas,
berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 %
remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks bebas. Jumlah penyalahguna
narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok
teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%,
perempuan 21%.
Kenakalan remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal, baik
lingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga. Aspek moral dan kepribadian
remaja tidak dapat berkembang tanpa ada dukungan dari masyarakat dan khususnya
keluarga. Cara-cara yang dilakukan oleh orang tua untuk mendidik remaja merupakan
bentuk dari pola asuh orang tua. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga harus
sesuai dengan tahap perkembangan remaja, karena remaja banyak belajar dari orang
tua bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku yang baik, jika pola asuh yang
diterapkan tidak sesuai dengan norma yang berlaku, maka remaja akan bertindak dan
berperilaku sesuai dengan kehendaknya tanpa ada batasan benar atau salah.
Kenakalan remaja tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan ada beberapa faktor
pencetusnya. Annemaree, dkk (2009) menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan
terjadinya kenakalan remaja adalah remaja yang memiliki harga diri dan motivasi
yang rendah, kurangnya pengetahuan orang tua tentang tahap perkembangan remaja,
kemampuan sosial yang kurang dan nilai-nilai anti sosial, remaja yang menderita sakit
atau ketidak mampuan secara fisik, memiliki orang tua yang berpisah (broken home),
jumlah keluarga yang banyak, pengabaian orang tua terhadapa anak, kurang adanya
kontrol atau pengawasan dari orang tua, serta kondisi ekonomi keluarga yang kurang.
Haryanto (2011) menyebutkan bahwa dampak kenalan remaja adalah remaja
tidak menghormati dan berbicara kasar pada orang tua, mudah dipengaruhi oleh hal-
hal yang negatif, memiliki kepribadian yang buruk, gangguan kejiwaan, orang tua
menanggung malu, memiliki masa depan yang suram, dan meningkatnya angka
kriminalitas.
Berdasarkan faktor-faktor kenakalan remaja dan dampak yang ditimbulkan oleh
kenakanalan remaja, maka perawat perlu mengkaji sesuai dengan peran perawat,
khususnya perawat komunitas. Peran perawat komunitas adalah mengidentifikasi
faktor penyebab dari suatu masalah keperawatan sebelum melakukan intervensi sesuai
kewenangannya dan bertanggungjawab membantu komunitas untuk tetap stabil
mempertahankan kesehatannya dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial.
Alender, Rector, dan Warner, 2010; Stanhope dan Lancaster, 2004; Hitchcock,
Schubert dan Thomas, 1999 menyebutkan peran utama perawat komunitas adalah
advokat, pemberi asuhan keperawatan, manajer kasus, penemu kasus, konselor,
pendidik dan perencana kesehatan.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya peran perawat terdiri dari penemu kasus atau
fenomena dan pemberi asuhan keperawatan. Salah satu wujud peran perawat adalah
melakukan pengkajian. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat harus menggunakan
model pengkajian yang sesuai dengan fenomena yang ditemukan. Berdasarkan
fenomena kenakalan remaja, maka penulis menggunakan model pengkajian
Community as Partner yang didasarkan pada Nueman’s model. Model pengkajian
Community as Partner sangat cocok diterapkan karena masalah kenakalan remaja
tidak hanya disebabkan oleh individunya saja, tetapi juga disebabkan oleh faktor
lingkungan di masyarakat, fokus model Community as Partner adalah pemberdayaan
masyarakat, sehingga individu dan lingkungan sekitarnya sangat berkaitan erat dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sedangkan Family Certered Nursing yang
didasarkan pada Friedman Model cocok digunakan dalam pengkajian pola asuh orang
tua, penulis menggunakan model pengkajian tersebut karena pola asuh orang tua
berkaitan erat dengan masalah kenakalan remaja, selain itu pola asuh orang tua tidak
terdapat dalam pengkajian Community as Partner, sehingga perlu dilakukan blended
antara model Community as Partner dan Family Certered Nursing.

Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan model


Community As Partner dan Family-Centered Nursing dalam pengembangan
instrumen pengkajian komunitas pada pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan tentang pola asuh orang tua, kenakalan remaja, penyebab,
dampak dan pencegahannya.
2. Menjelaskan tentang model Community As Partner
3. Menjelaskan tentang model Family-Centered Nursing
4. Menyusun instrumen pengkajian pada pola asuh orang tua dengan kenakalan
remaja.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kenakalan Remaja


Istilah kenakalan remaja mengacu kepada suatu rentang perilaku yang luas, mulai
dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran hingga tindakan-
tindakan kriminal (Santrock, 2004). Dalam pengertian yang lebih luas tentang
kenakalan remaja ialah perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak
remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-
norma agama (Sudarsono, 2004).
Kartono (2006) menyebutkan kenakalan remaja adalah gejala sakit (patologis)
secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu pengabaian sosial,
sehingga anak remaja mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang. Kenakalan
remaja yaitu kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat
asosial bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan
hukum yang berlaku dalam masyarakat (Willis, 2005). Berdasarkan pengertian yang
dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja
adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja yang melanggar atau tidak sesuai dengan
norma yang berlaku dalam masyarakat baik norma hukum, sosial, susila dan agama.
Jensen (Sarwono, 2006), bentuk-bentuk kenakalan remaja dibagi menjadi empat
jenis yaitu:
1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti: perkelahian,
memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain dan lain-lain.
2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti: perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, Kenakalan
yang bersifat anti sosial, yakni perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan
dengan nilai atau norma sosial yang ada di lingkungan hidupnya (Gunarsa, 2007).
Kenakalan amoral dan anti sosial tidak diatur oleh undang-undang sehingga tidak
dapat dikategorisasikan sebagai pelanggaran hukum seperti: berbohong, atau
memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan, menipu diri sendiri, pelacuran,
penyalahgunaan obat, berpakaian tidak pantas, keluyuran atau pergi sampai larut
malam, dan bergaul dengan teman yang dapat menimbulkan pengaruh negatif.
4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai
pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara
minggat dari rumah atau membantah perintah mereka.
Ekowarni (1993) menyatakan bahwa sebagian besar pelanggaran di Sekolah
dilakukan oleh remaja usia 16 tahun sampai 19 tahun. Jensen (1985, dalam Sarwono,
2008) juga mengatakan bahwa ada empat aspek kenakalan remaja:
a. Perilaku yang melanggar hukum. Seperti melanggar rambu-rambu lalulintas,
mencuri, merampok, memperkosa dan masih banyak lagi perilaku-perilaku yang
melanggar hukum lainnya.
b. Perilaku yang membahayakan orang lain dan diri sendiri. Seperti kebut-kebutan
dijalan, menerobos rambu-rambu lalulintas, merokok, narkoba dan lain
sebagainya.
c. Perilaku yang menimbulkan korban materi. Seperti mencuri, memalak, merusak
fasilitas sekolah maupun fasilitas umum lainnya dan lain-lain.
d. Perilaku yang menimbulkan korban fisik. Seperti tawuran antar sekolah dan atau
berkelahi dengan teman satu sekolah dan lain sebagainya.
2.2 Penyebab Kenakalan Remaja
Annemare, dkk (2009) menyebutkan bahwa kenakalan remaja bisa disebabkan
oleh:
1. Faktor individu
a. Psikososial : remaja yang memiliki harga diri dan motivasi yang rendah
beresiko untuk melakukan perbuatan yang melanggar norma.
b. Fisik : remaja yang menderita penyakit tertentu dan mengalami
ketidakmampuan dapat menyebabkan remaja berputus asa dan akhirnya
melakukan perbuatan yang menyimpang seperti menggunakan obat-obat
terlarang untuk mendapatkan sensasi kesenangan.
c. Tingkah laku (behaviour) : remaja yang hiperaktif dan agresif, remaja yang
pasif dan dengan kemampuan akademik yang rendah, serta remaja yang
sering menarik diri atau melakukan isolasi sosial dengan lingkungannya.
2. Faktor keluarga
a. Orang tua yang berpisah (bercerai)
b. Jumlah anggota keluarga yang besar
c. Adanya kekerasan dalam rumah tangga
d. Pengabaian anak oleh orang tua
e. Kurang adanya kontrol atau pengawasan dari orang tua
f. Pendidikan orang tua yang rendah, sehingga tidak mengetahui tentang
perkembangan remaja
g. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang
3. Faktor sosial
a. Hubungan yang tidak harmonis antara guru dan siswa
b. Tingkat kejahatan yang tinggi
c. Banyak pelaku penyalahgunaan obat-obatan terlarang
2.3 Dampak Kenakalan Remaja
Dampak yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja menurut Haryanto (2011)
adalah
1. Dampak di dalam keluarga : Penentangan, pemberontakkan, atau pembangkangan
merupakan ciri khas remaja yang selalu memusingkan orang tua dan keluarga.
Selain melakukan penentangan, anak – anak remaja juga seringkali terlihat seolah
– olah tidak menghormati atau menghargai orang tua, sering memotong
pembicaraan, tidak sabar, acuh tak acuh, mengabaikan tata krama dan memiliki
sopan santun yang rendah.
2. Dampak di lingkungan sekolah : tempat pendidikan anak – anak dapat menjadi
sumber terjadinya konflik – konflik psikologis yang pada prinsipnya
memudahkan anak menjadi nakal.
3. Dampak di lingkungan masyarakat : sering terjadi kejahatan seperti pembunuhan,
penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan dan pencurian.
2.4 Pencegahan Kenakalan Remaja
Annemare, dkk (2009) menyebutkan bahwa upaya pencegahan terjadinya
kenakalan remaja secara umum adalah
1. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
2. Mengetahui kesulitan – kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja
dengan melakukan komunikasi yang baik
3. Membangun harga diri yang tinggi pada remaja
4. Menanamkan nilai-nilai moral dalam keluarga
5. Mentaati aturan norma yang berlaku di masyarakat
6. Remaja berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang positif seperti mengikuti
kegiatan ekstra di sekolah dan ikut aktif dalam organisasi pemuda di masyarakat
7. Menyediakan pelayanan konseling khusus remaja baik di lingkungan sekolah
maupun di tempat pelayanan kesehatan.
2.5 Pola Asuh Orang Tua
Santrock (2002) mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau
metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua untuk membimbing dan mendidik
agar anak-anaknya dalam proses interaksi, sehingga dapat tumbuh menjadi individu-
individu yang dewasa secara sosial. Ulwan (2009) menyampaikan jika remaja
diperlakukan oleh kedua orang tuanya dengan perlakuan kejam, dan pemberian label-
label negatif maka yang akan muncul adalah citra diri negatif pada remaja dan ini
merupakan pola asuh yang buruk.
Irawati (2009) dan Ulwan (2002) mengatakan bahwa setidaknya ada tiga aspek
pola asuh orang tua, ketiga aspek tersebut adalah:
1. Komunikasi antara orang tua dan anak merupakan interaksi yang dilakukan di
dalam keluarga, komunikasi yang dibangun dengan baik, akan menciptakan
suasana keluarga yang harmonis, sehingga dapat memberikan dampak yang positif
pada perkembangan remaja
2. Kewibawaan orang tua, orang tua yang mampu menjaga sikap atau menempatkan
posisi di depan anak-anaknya, dapat melatih remaja dalam mengendalikan diri.
3. Keteladanan orang tua (uswah khasanah), sebagai orang tua harus dapat
memberikan contoh yang baik untuk anak-anaknya, karena orang tua adalah
tempat pertama kali seorang anak menerima pendidikan. Selain memberikan
contoh yang baik, orang tua dituntut untuk dapat menerapkan pola asuh yang tepat
di dalam keluarga.
Gaya pola asuh memiliki dua elemen penting, yaitu : parental responsiveness
(respons orang tua) dan parental demandingness (tuntutan orang tua).
1. Parental responsiveness (respons orang tua). Respons orang tua adalah orang tua
yang secara sengaja dan mengatur dirinya sendiri untuk sejalan, mendukung dan
menghargai kepentingan dan tuntutan anaknya.
2. Parental demandingness (tuntutan orang tua). Tuntutan orang tua adalah orang tua
menuntut anaknya untuk menjadi bagian dari keluarga dengan pengawasan,
penegakkan disiplin dan tidak segan memberi hukuman jika anaknya tidak
menuruti. Selain respons dan tuntutan, gaya pola asuh juga ditentukan oleh faktor
yang ketiga, yaitu kontrol psikologis (menyalahkan, kurang menyayangi atau
mempermalukan).
Berdasarkan hasil penelitian Baumrind (dalam Sigelmen, 2002) dikatakan
terdapat 3 jenis pola asuh yaitu: otoritatif, otoritarian dan permisif. Kemudian
Maccoby & Martin menambahkan satu jenis pola asuh lagi dengan pola asuh
uninvolved/neglectful (1983, dalam Boyd & Bee, 2006).
1) Otoritatif; orang tua otoritatif lebih flexibel dalam mengendalikan dan
menggunakan kontrol, tetapi mereka juga menerima dan responsif. Orang tua tidak
hanya membuat peraturan yang jelas dan secara konsisten melakukannya, tetapi juga
menjelaskan rasionalisasi dari peraturan mereka dan pembatasannya. Anak yang
dididik dengan cara otoritatif umumnya cenderung mengungkapkan agresivitasnya
dalam tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang bersifat
sementara.

2) Otoritarian; pola asuh ini mengkombinasikan tingginya demandingness/ control


dan rendahnya acceptance/responsive. Orang tua memaksakan banyak peraturan,
mengharapkan kepatuhan yang ketat, jarang menjelaskan mengapa anak harus
memenuhi peraturan-peraturan tersebut, dan biasanya mengandalkan taktik kekuasaan
oleh orang tua kepada anak, tetapi orang tua juga mendorong dan memotivasi anak
untuk hal-hal yang positif, sehingga nantinya akan membuat anak sangat berguna
untuk masa yang akan datang.
3) Permisif; pola pengasuhan ini mengandung demandingness/control yang rendah
dan acceptance/responsive yang tinggi. Orang tua permisif membuat beberapa
pengendalian pada anak-anak untuk berperilaku matang, mendorong anak untuk
mengekspresikan perasaan dan jarang menggunakan kontrol pada prilaku mereka.
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif,
tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan
kurang matang secara sosial.
4) Uninvolved; merupakan orang tua yang mengkombinasikan rendahnya
demandingness/control dan acceptance/responsive yang rendah pula. Secara relatif
tidak melibatkan diri pada pengasuhan anak dan tidak terlalu peduli pada anak-anak.
Colbert & Martin (1997) menemukan bahwa anak-anak dari pola asuh
uninvolved cenderung tidak memiliki kompetensi baik secara sosial maupun
akademik dan cenderung terlibat dengan kenakalan remaja serta perilaku antisosial
pada saat mereka remaja.
Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah (Edwards 2006) :
1. Pendidikan orang tua
Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi
persiapan mereka menjalankan pengasuhan, sehingga orang tua akan lebih siap
menjalankan peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-
tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
2. Lingkungan
Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, sehingga lingkungan juga
ikut serta dalam pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.
3. Budaya
Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam
mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat di sekitarnya dalam mengasuh anak.
Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah
kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat
dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh
anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap
anaknya (Anwar, 2000).
Fungsi keluarga dalam menerapkan pola asuh terhadap anak dalam keluarga pola
asuh di atas harus disesuaikan dengan jelas antara hak dan kewajiban anak; tetapi
terutama hak anak. hak anak yang dimaksud ialah bermain, belajar, kasih sayang,
nama baik, perlindungan, dan perhatian penuh.
Berdasarkan pendekatan sosio-kultural, dalam konteks bermasyarakat, keluarga
memiliki fungsi berikut :
a. Fungsi Biologis. Tempat keluarga memenuhi kebutuhan seksual (suami–istri)
dan mendapatkan keturunan (anak); dan selanjutnya menjadi wahana di mana
keluarga menjamin kesempatan hidup bagi setiap anggotanya. Secara biologis,
keluarga menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan,
sandang, dan papan dengan syarat-syarat tertentu. Berkaitan dengan fungsi ini,
pola asuh anak di bidang kesehatan juga harus mendapat perhatian para
orangtua.
b. Fungsi Pendidikan. Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan
keluarga sebagai “institusi” pendidikan, sehingga terdapat proses saling belajar
di antara anggota keluarga. Dalam situasi ini orangtua menjadi pemegang
peran utama dalam proses pembelajaran anak-anaknya, terutama sebelum
dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan, bimbingan dan
pendampingan, dan teladan nyata serta dalam bidang pergaulan anak tetap
dikontrol.
c. Fungsi Religius. Para orangtua dituntut untuk mengenalkan, membimbing,
memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya
mengenal kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan. Di sini para orangtua
diharuskan menjadi tokoh inti dan panutan dalam keluarga, untuk menciptakan
iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya. Berkaitan dengan pola asuh
anak di bidang agama, ajari anak sejak dini untuk berperilaku dan berkata
jujur serta belajar hidup sederhana itu menjadi modal utama dalam
perkembangnnya,
d. Fungsi Perlindungan. Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk
menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan
negatif yang mungkin timbul. Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan
keluarga.Selama ini dalam mendidik anak, banyak orangtua mendidik anak-
anak mereka dengan sabar dan telaten, agar anak menurut sesuai dengan yang
diinginkan. Namun tidak jarang pula mereka menggunakan cara-cara yang
sedikit otoriter, agar anak tidak bandel dan menurut apa yang kita perintah.
Fungsi perlindungan juga menyangkut pola asuh orangtua di bidang
kesehatan.
e. Fungsi Sosialisasi. Para orangtua dituntut untuk mempersiapkan anak untuk
menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini,
keluarga berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan
kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya
dapat dimengerti oleh anak yang akan membuat anak berpikir dan berbuat
positif di dalam dan terhadap lingkungannya
f. Fungsi Kasih Sayang. Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi
lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai
dengan status dan peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga
itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap
anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
g. Fungsi Ekonomis. Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan
kesatuan ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan
pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik
penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga. Penuhi segala keperluan
anak yang berkaitan dengan masa depannya termasuk biaya pendidikan.
h. Fungsi Rekreatif. Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan
anggota keluarga lainnya apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat
perasaan damai, jauh dari ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu
merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari dan merasa nyaman
tinggal dirumah sendiri ketimbang keluyuran di luar rumah hal ini akan timbul
jika peran ibu di dalam rumah tangga berfungsi dengan anak dijadikan
sahabat, dalam suasana apapun Ibu tak pernah lepas tangan dari anak-anaknya.

i. Fungsi Status Keluarga. Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah
menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini menunjuk pada kadar
kedudukan (status) keluarga dibandingkan dengan keluarga lainnya, untuk
dapat memberi kesempatan berkembang bagi setiap anak diperlukan pola asuh
yang tepat dari orangtuanya, hal ini mengingat anak adalah menjadi tanggung
jawab orangtuanya baik secara fisik, psikis maupun sosial.
2. 4 KONSEP MODEL
1. Community as Partner Model
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas;
analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga
tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi
(Hitchcock, Schubert, Thomas; 1999). Fokus pada model ini adalah komunitas
sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman
memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada
dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari
berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis
pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance
defense (lihat gambar 1).
Gambar 1. Community as Patner Model
Sumber : Anderson Elizabeth & McFarlane Judith, (2008). Community as Partner:
Theory And Practice In Nursing. Third edition oleh Lippincott Williams & Wilkins
hal: 158.
Klien dalam model Community as Partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistem.
Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih
karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Ekstrasistem meliputi delapan subsistem
yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan
pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Anderson
& McFarlane, 2000; Allender & Spradley, 2005; Ervin, 2002; Helvie, 1998;
Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004;). Delapan
subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang
lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan
mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas
untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan anak-anak adalah contoh dari line of
resistance.
Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model
community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas
dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari bagian utama yaitu
inti dan delapan subsistem yang mengelilingi intinya merupakan bagian dari
pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
2. Family- Centered Nursing
Praktik keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing) didasarkan
pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk perawatan individu dari
anggota keluarga dan dari unit yang lebih luas. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah
komunitas dan masyarakat, mempresentasikan perbedaan budaya, rasial, etnik, dan
sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial,
ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan pengkajian dan perencanaan,
implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan keluarga (Hitchcock, Schubert,
Thomas, 1999). Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-
centered nursing salah satunya menggunakan Friedman Model. Pengkajian dengan
model ini melihat keluarga sebagai subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley,
2005). Proses keperawatan keluarga meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Suprajitno (2004) menyatakan bahwa asuhan keperawatan keluarga difokuskan
pada peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga, dimana keluarga merupakan
sistem sosial karena memiliki dua orang atau lebih yang memiliki peran sosial yang
berbeda dengan ciri saling berhubungan dan ketergantungan antarindividu. Sehingga
peningkatan kesehatan dilakukan melalui perbaikan dinamika hubungan internal
keluarga, struktur dan fungsi keluarga yang terdiri atas afektif, sosialisasi, reproduksi,
ekonomi dan perawatan kesehatan bagi anggota keluarga untuk merawat anggota
keluarganya yang sakit dan bagi anggota keluarga yang lain agar tidak tertular
penyakit, serta adanya interdependensi antar anggota keluarga, dan meningkatkan
hubungan keluarga dengan lingkungannya. Keluarga diharapkan mampu melakukan
pemeliharaan kesehatan para anggotanya, maka dari itu keluarga harus melakukan 5
tugas kesehatan keluarga. Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004) menyebutkan ada
5 tugas kesehatan keluarga yang harus dijalankan, terdiri dari :
1. Mampu mengenal masalah kesehatan
2. Mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3. Mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4. Mampu mempertahankan suasana di rumah yang sehat atau memodifikasi
lingkungan untuk menjaminkesehatan anggota keluarga
5. Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga
BAB III
PEMBAHASAN
Aplikasi model yang sangat cocok diterapkan pada masalah pola asuh orang tua
dengan kenakalan remaja adalah bended Model Community as Partner dan Family
Centered Nursing. Fokus pengkajian pada Model Community as Partner meliputi dua
domain besar yaitu intrasistem dan ekstrasisitem, dimana intrasistem merupakan
sekelompok individu yang memiliki karakteristik satu atau lebih, sedangkan
ektrasistem terdiri dari delapan subsistem yang meliputi lingkungan fisik, komunikasi,
transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan
kesehatan dan sosial, dan rekreasi. Kedua domain tersebut, baik intrasistem maupun
ekstrasistem sangat berpengaruh dan memiliki keterkaitan yang erat terhadap masalah
kenakalan remaja.
Remaja yang melakukan kenakalan berarti sama halnya dia mengalami sakit baik
secara sosio, spiritual, psikologi dan cultural, hal tersebut menunjukkan bahwa garis
pertahanan diri remaja sudah terpapar dengan adanya stressor yang dapat berpengaruh
terhadap keberlangsungan perkembangan remaja, untuk itu perlu dilakukan
pengakajian yang lebih mendalam untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan
permasalahan yang muncul.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap munculnya kenakalan
remaja, salah satunya adalah faktor keluarga yaitu pola asuh orang tua, sehingga
perawat perlu melakukan blended model antara model community as partner dan
family centerd nursing, untuk mendapatkan fokus data pola asuh orang tua terhadap
munculnya kenakalan remaja, karena pola asuh orang tua tidak terdapat dalam
pengkajian model community as partner, selain itu perlu kita ketahui bahwa keluarga
merupakan tempat pertama kali seorang remaja mengenal pendidikan yang dapat
mempengaruhi pola pikir remaja, jika pola asuh yang diterapkan sesuai, maka kasus
kenakalan remaja dapat dicegah, untuk itu perlu dilakukan pengkajian secara
mendalam terhadap pola asuh orang tua melalui pendekatan family centered nursing.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Community as Partner sangat cocok diterapkan pada masalah kenakalan remmaja
karena masalah kenakalan remaja tidak hanya disebabkan oleh individunya saja,
tetapi juga disebabkan oleh faktor lingkungan di masyarakat, sehingga semua yang
ada di lingkungan masyarakat saling keterkaitan. Sedangkan Family Certered
Nursing dengan pendekatan model Friedman cocok digunakan dalam pengkajian pola
asuh orang tua, penulis menggunakan model pengkajian tersebut karena pola asuh
orang tua berkaitan erat dengan masalah kenakalan remaja, selain itu pola asuh orang
tua tidak terdapat dalam pengkajian Community as Partner, sehingga perlu dilakukan
blended antara model Community as Partner dan Family Certered Nursing.

Saran
Pemilihan model dan teori dalam aplikasi pengkajian keperawatan harus
disesuaikan dengan fenomena yang ada di masyarakat, karena dengan hasil
pengkajian yang sesuai akan mempermudah perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan selanjutnya yaitu menentukan diagnosa, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Selain itu penggabungan model dan teori juga dapat dilakukan pada dua atau
lebih model keperawatan yang disesuaikan dengan fenomena di masyarakat.
Aplikasi Model Community As Partner Dan Family Centerd Nursing Dalam Pengembangan Instrumen Pengkajian Komunitas Pada
Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja

Core :
1. Sejarah :waktu berdirinya temt tinggal dan lama tinggal remaja, perubahan Intervensi dan Implementasi:
yang ada Pencegahan primer, skunder,
2. Demografi :jenis orang2 yg tinggal, jmlh populasi muda dan tua, di tuna dan tersier.
wisma, sendiri dan yang berkeluarga, populasi homogen atau tidak
Pengkajian 3. Etnis:indikator perbedaan kelompk etnis dan tanda perbedaan kultur
Community As keelompok
4. Nilai/kepercayaan:adakah tempt ibadah masing2 agama, konflik agama,
Partner
remaja ikut aktif kegiatan keagamaan Diagnosa: Aktual, Resiko dan
Potensial.

Delapan Subsistem Pengkajian Family Centerd


Nursing
1. Lingkungan fisik
2. Kesehatan &pelayanan social
3. Ekonomi
4. Transportasi & keamanan Keluarga : data social, budaya,
5. Politi&pemerintahan data lingkungan, struktur dan
6. Komunikasi fungsi keluarga, stress dan
7. Pendidikan koping, pola asuh keluarga.
8. Rekreasi

Kisi-kisi Pengkajian
NO TOPIK SUB TOPIK SUB-SUB TOPIK ITEM PENGKAJIAN SUMBER DATA
METODE

S O W DS
1. Core (Inti) Sejarah - A p a k a h b e √ r d√ i To r k oi h nm a syy a raa k a t
l i n g k u n g a n t e m p a t
dan perpustakaan
tinggal remaja sudah
lama
- Berapa lama remaja
dan keluarga tinggal
di sana
- A d a k a h p e r u b a h a n
kondisi sebelum dan
s e s u d a h r e m
menempati
lingkungannya
- S i a p a k a h y a
m e n g e t a h u i s e j a r a h
tempat tersebut
Demografi Data umum - B e r a p a √ m a c a √m / R je m e a nj a i , sk e l u a r g
orang yang tinggal di
d a n
lingkungan tersebut
-B e r a p a masyarakat j u
penduduk yang berusia
muda dan tua
-B e r a p a j u
penduduk yang tinggal
di tuna wisma, tinggal
s e n d i r i d a n j u m l a h
p e n d u d u k y
berkeluarga
- Ras a y pa t angd inggal i
lingkungan tersebut
-A p a k a h p o p u l
homogen
Etnis - -adakah i ndikator
p √
erbedaan √ R e m a j
kelompok atnis
k e , l u t ao r k g
- - perbedaan apa yang
t e r l i h a t p a d a masyarakat
k u l t u r
kelompok
Nilai/kepercayaan - Adakah gerega, m asjid √ Remaja dan tokoh
d a n k u i l d i l i n g a n
agama
tersebut
- Apakah homogen
- A p a s e r i n g t e r j a d i
konflik agama,
- A p a k a h r e m a j a a k t i f
dlm kegiatan keagamaan
2. Subsistem Lingkungan fisik - Bagaimana kondisi √ R e n a j a , k e l u
komunitas, d a n
- Bagaimana kualitas
masyarakay
udara,
tumbuhan,perumahan,
orang dan hewan
- B e r a p a k a h l u a s
tempat tinggal
K e s e h a t a n - d Aa d a nk a h b u k t i r e m a j a √ √ R e m a j a , p e r a
pelayanan sosial y a n g m e n g a l a m i k o n d i s i ( d i
penyakit akut atau kronik sakit/puskesmas)
- A p a k a h o b a t y a n g
dipakai masih tradisional
- A p a k a h d i s a n a a d a
klinik, rumah sakit, kantor
p r a k t i s i k e
p e l a y a n a n k e s e
umum, pusat emergency,
perawatan rumah, fasilitas
pelayanan s p osial, elayanan
k e s e h a t a n m e n t a l b a g i
remaja
- A p a k a h s e m u
pelayanan tersebut mudah
dijangkau/diakses
Ekonomi -A p a √k a√ √h R e m a j a , t k e l u ae r g a , r
komunitas berkembang atau RT/RW
daerah yang kumuh
-A p a k a h d i s a n a a d a
i n d u s t r i , t o k o - t o k o , t e m p a t
pekerjaan
- Berapakah rata-rata angka
pengangguran
T r a n s p o r t a s i d a n - B a g a i m a n a s e√
s e o r a n g√ R e m a j
keamanan mendapatkan kendaraan
R T / R W
- A p a k a h k e n d a r a a n
yang dipakai milik sendiri masyarakat
atau kendaraan umum
- A p a k a h j e
k e n d a r a a n y a n g d i p a k a i
bus, motor atau taxi
- A p a k a h a j a j a l u r
khusus untuk pejalan kaki
dan sepeda
- A p a k a h a d a b e n t u k
p e l a y a n a n k e a m
seperti polisi, kebakaran,
sanitasi
- A p a k a h a
pemantauan kualitas udara
- A p a k a h b e n t
k r i m i n a l y a n g a d a d i
lingkungan tersebut
- A p a k a h m a s y a r a k a t
merasa aman

P o l i t i - k A p a k a h a dda t a n√da a - n √ Toko masyarakat,


pemerintahan tanda aktivitas politik
RT/RW
s e p e r t i p o s t e r a t a u
pertemuan
- A d a k a h b e n t u k
p a r t a i p o l i t i k y a n g
dominan
- A p a k a h b e n t u k
p e m e r i n t a h a
masyarakat yuridis
- Apakah masyarakat
i k u t t e r l i b a t d a l a m
pengambilan keputusan
d i u n i t p e m e r i n t a h a n
lokal
Komunikasi - A p a k a h a d √a t e m √p a t R e m a j
u m u m o r a n g - o r a
keluarga
berkumpul
- Surat kabar apa yang
biasa d ipakai
o o leh rang-
orang
- A p a k a h o r a n g - o r a n g
mempunyai tv atau radio
- A p a k a h m e r e k
meliahat atau mendengar
- Apakah orang-orang
m e n g g u n a k a n c a r a
formal atau informal
dalam berkomunikasi
Pendidikan - - apakah a s da ekolah √ √ K e p a l a s e
dilingkungan tersebut
remaja
- - a p a k a h a d a
perpustakaan
- -apakah ada papan
u n t u k m e m b e r i k a
i n f o r m a s i p e n d i d i k a n
d a n b a g a i m a n a c a r a
memfungsikannya
- -bagaimana
r e p u t a s i r e m a
sekolah
- -berapa angka rata-
rata siswa yang drop
out
- - a p a k a h a d
e k s t r a k u r i k u l
sekolah
- -bagaimana remaja
memanfaatkannya
- - a p a k a h a d
pelayanan kesehatan di
sekolah
- -apakah a p da erawat
sekolah
Rekreasi - D i √ m √a n R a e km aa hj
b i a s a n y a r e
keluarga
bermain
- Apa b entuk
r ekreasi
yang sering dikunjungi
- Siapa s y ajai ang kut
serta atau berpartisipasi
- A p a s a j a f a s i l i t a s
r e k r e a s i
disediakan
3. Keluarga Fungsi keluarga - Fungsi afeksi - A p a k a h o r a n g t u a
m e n g a j a r k a n
menumbuhkembangkan
k a s i h s a y a n g d a l a m
keluarga

- Fungsi sosialisasi
Apakah orang t s ua udah
m e r e n c a n a k a n
menciptakan lingkungan
kelurga sebagai wahana
p e n d i d i k a
sosialisasi y p ang ertama
pada anak
- F u n g s i p - e r aA w p aa kt aa h n o r a n g t u a
kesehatan s u d a h m e m e n
k e b u t u h a n k e s e h a t a n
primer dalam keluarga
-
-
- Fungsi reproduksi - A p a k a h o r a n g t u a
s u d a h m e m b e r i k
p e n d i d i k a n r e p r o d u k s i
s e s u a i t a h a p t u m b u h
kembang anak
- Fungsi ekonomi -
- Apakah penghasilan
k e l mu ea nr cg ua k u p i
d a l a m m e m e n
k e b a u n t g u g h o a t n a
keluarga
Stres dan koping - S t r e - s K o e rl u jh a nn g r k e am a j a
pendek berkaitan d t engan ugas-
tugas dari sekolah
- Ketakutan keluarga
y a n g t i d a k d a p a t
- S t r j e a s nmembantu
s go kr a
menyelesaikan masalah
panjang remaja

-
A p a k a h k e l u a r g a
s e r i n g m e l a k u
- R e s p o n diskusik ea l mu tau a r g usyawarh
a
d a n r e m a j a d at el ra hm a dma ep n y e l e s a i k a n
stressor masalah

- A p a k a h o r a n g t u a
s u d a h m e m a n
perkembangan remaja,
- Strategi koping b a i k d i s e k o l a h , d i
r u m a h m a u p u n d i
l i n g k u n g a n s e k i t
dengan bertanya pada
guru ataupun tetangga.
Pola asuh keluarga Jenis pola asuh apakah
yang diterapkan dalam
keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Anderson & McFarlane (2008). Community as partner: theory and practice in


nursing. Sixth edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Annemaree, Kevin, Stephen, John. 2009. Adolescent Reputations and Risk. New
York : Business Media.
Edward, Drew, C. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur: Panduan Orangtua untuk
Mengubah Masalah Perilaku Anak. Bandung: PT. Mirzan Utama.
Friedman M.M., Bowden V.R., Jones E.G.. (2003). Family nursing research, theory,
& practice. Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Gunarsa, S.D. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, E.B. 1973. Adolecent Development. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd.
Hurlock, E.B. 1991. Child Development. 6th. Ed. (Alih Bahasa oleh Tjandrasa, M;
dan Zarkasih, M.). Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Hurlock, E.B. 1992. Developmental Psycology : A Life Span Approach, fifth edition.
Mc Graw Hill.
Irawati Istadi. 2009. Mendidik Dengan Cinta. Bekasi: Pustaka Inti.
Kartono, K. 2006. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Santrock, J. W. 2003. Adolescence : Psikologi Perkembangan. Edisi 6. Penerjemah:
Sarah. B. Adelar dan Shinto Saragih. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sarwono, W. S. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik. Jakarta :
EGC.
Ulwan, Abdullah Nasih. 2002. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Amani.
Zarkhasi, Khamim. 2005. Orangtua Sahabat Anak dan Remaja. Yogyakarta: Cerdas
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai