Anda di halaman 1dari 27

“GAYA KEPEMIMPINAN REKTOR TERHADAP

PENINGKATAN KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS


ISLAM SYEKH YUSUF ”

Disusun Oleh :

AHMAD KRISNA 1601010011


ADMINISTRASI NEGARA IV C SORE

ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF
Jalan Maulana Yusuf No.10, Babakan, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118,
Indonesia. Telp : (021) 5527061

2018
BAB 1

1.1 PENDUHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses alamiah yang selalu di alami setiap manusia,
begitu juga kampus merupakan tempat pendidikan dimana mahasiswa belajar.
Berdasarkan UUD 1945 pada alinea ke empat yang menyatakan bahwa “mencerdaskan
kehidupan bangsa”. Dalam pernyataan ini mempunyai makna, bahwa setiap warga
berhak untuk mendapati pendidikan dalam pembelajaran. Universitas merupakan adalah
tinggi yang meurpakan wadah pendidikan bagi mahasiswa. Untuk menunjang
pendidikan tersebut terdapat tenaga pengajar yang mempunyai kualitas yang baik dalam
proses ngajar mengajar. Yaitu dosen yang mempunyai standar kompeten yang baik,
dimana, yang pertama,dosen harus mempunyai kompetensi atau kemampuan dalam hal
pengelola pembelajaran. Kedua, kompetensi kepribadian atau standar kewibawaan,
kedewasaan, dan keteladanan. Ketiga, kompetensi profesional atau kemampuan dosen
untuk menguasai konten dan metodologi pembelajaran. Keempat, kompetensi sosial
atau kemampuan dosen untuk melakukan komunikasi sosial, baik mahasiswa maupun
masyarakat luas. (https://www.duniadosen.com/mengajukan-sertifikasi-dosen-uln/)
Salah satu perguruan tinggi yang ada di Indonesia tepatnya di kota Tangerang
yaitu universitas islam syekh yusuf yang berkontribusi di dunia pendidikan. Unis juga
dalam hal ini berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, unis mempunyai
visi dan misi yaitu diantaranya “ mewujudkan penyelenggaraan dan peningkatan mutu
proses pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable quaillty
improvement) didukung oleh mutu kompetensi dan kinerja dosen serta pendayaguanaan
sumber-sumberdaya pendidikan yang efisien. Dimana visi unis lebih mengedapankan
terhadap kompetensi dan kinerja dari dosen yang berdasarkan tridarma perguruan tinggi
(pendidikan, penelitian, dan pengabdian di masyarakat).
Pernyataan ini sesuai dengan isi Undang-Undang Republik Indonesia No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1, yang menyatakan bahwa dosen adalah
pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Saat ini kinerja dosen terkait kompetensi yang dimiliki juga banyak dikeluhkan
oleh masyarakat, termasuk mahasiswa itu sendiri, mulai dari kedisiplinan dosen sampai
kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran yang kurang memuaskan, dan dari
penguasaan materi ajar yang tidak berubah. (Rochmat Mulyono, 2005 : 2-3).
Adapun untuk melihat keberhasilan dosen sebagai pendidik dalam proses
pembelajaran adalah dengan mempertimbangkan kualitas kinerja dosen secara
individual yang terkait dengan kompetensi dosen atau secara kelembagaan dan dengan
mempertimbangkan keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi. Secara umum,
indikator yang dipakai dalam menentukan baik tidaknya kinerja dosen adalah ijazah dan
Tridharma perguruan tinggi (pengalaman mengajar, penelitian, dan pengabdiannya
kepada masyarakat).
Di Universitas Islam Syekh Yusuf, sebagaimana di perguruan tinggi yang lain,
terdapat beban tugas akademik bagi dosen yang sudah terjadwalkan dan dilaksanakan,
adapun tugasnya antara lain mengacu pada tridarma perguruan tinggi yaitu (pendidikan,
penelitian, dan pengabdian di masyarakat). Berdasarkan itu dosen mempunyai tugas
untuk melaksanakan pendidikan yang meliputi:
a) melaksanakan perkuliahan/tutorial dan menguji,
b) menyelenggarakan kegiatan pendidikan di kelas, praktik keguruan, dan
teknologi pengajaran
c) membimbing seminar mahasiswa,
d) membimbing Kuliah Kerja Kemasyarakatan (KKK),
e) membimbing tugas akhir mahasiswa,
f) menguji tugas akhir mahasiswa,
g) mengembangkan bahan pengajaran,
h) membina kegiatan mahasiswa dan kemahasiswaan,
i). Dalam bidang penelitian tugas dosen meliputi:
a) menghasilkan karya penelitian,
b) menerjemahkan atau menyadur buku ilmiah,
c) mengedit atau menyunting karya ilmiah,
d) membuat rancangan , dan karya seni, dan
e) menyampaikan orasi ilmiah dan menjadi pembicara seminar.
Dalam bidang pengabdian masyarakat tugas dosen yaitu implementasi dari teori
yang sudah di pelajari dan dikembangkan dalam pengabdian kepada masyarakat
contohnya seperti penyuluhan dan proses belajar mengajar yang diterapkan di
masyarakat. Berdasarkan pengamatan peniliti, dosen di UNIS Tangerang ini bahwa ada
1-2 orang atau lebih terkait dengan kompentsi dosen dalam mengajar kurang baik. hal
itu dilihat dari :
1. Segi pembelajaran di kelas seperti metode yang digunakan dosen dalam
pengajaran membosankan sehingga mahasiswa tidak tertarik mendengarkan
karena metode yang digunakan hanya itu- itu saja.
2. Tidak ada inovasi dalam hal pembelajaran hal seperti kurangnya kemampuan
dosen yang mengandalkan power point saja. Dan mahasiswa terkadang disuruh
untuk mendengarkan saja dan menulis apa yang ada di power point.
3. Dalam hal penilaianya pun terdapat dosen yang kurang objektif terhadap
mahasiswa, yang menyebabkan mahasiswa kecewa dan malas lagi untuk
belajar dengan dosen tersebut. Keadaan ini tentu berimplikasi terhadap mutu
prosses pembelajaran dan menurunya kinerja dosen.

Untuk hal itu rektor Universitas Islam Syekh Yusuf berupaya dalam menjaga
mutu kulaitas dosen. Upaya yang dilakukan oleh rektor UNIS dalam menjaga mutu
kualitas dosen dengan menggunakan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung,
secara langsung dengan cara terjun langsung mengamati kinerja dosen dan adapun
secara tidak langsung yaitu melihat dengan cara laporan hasil kinerja dosen dan apakah
dosen tersebut sudah melakukan pengabdian terhadap masyarakat dan melakuakan
pengajaran sesuai dengan aturan dan tridarma perguruan tinggi sesuai dengan ( UU No,
12 Tahun 2012, pasal 1 ayat 9 ). Rektor pun tidak hanya melakuakan pengawasan saja
tetapi, untuk meningkatkan kualitas dosen rektor mengharuskan agar dosen UNIS
mempunyai hasil riset yang menghumpuni dan mempunyai sertifikat dosen, yaitu
dimana sertifikat dosen adalah program dari kemristekdikti yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, dan memperbaiki kesehjateraan dosen, dengan
mendorong dosen untuk secara berkelanjutan dengan meningkatkan
profesioanlismenya, yaitu sesuai dengan (PP No. 37 Tahun 2009 Pasal 2 Tentang Dosen
dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ).Adapun untuk hal itu rektor juga
biasanya mengadakan pelatihan untuk dosen di UNIS yaitu. Melakukan workshop
tentang pelatihan penelitian dan seminar pendidikan.
Rektor merupakan pemimpin di perguruan tinggi. rektor selaku orang yang
bertanggung jawab atas pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi, rektor
mempunyai beban dan tanggung jawab atas kualitas dosen di UNIS ini agar terlaksana
proses pendidikan itu sendiri. Untuk hal itu rektor mempunyai tugas yaitu salah satunya
meningkatkan kualitas institusinya, dalam hal meningkatkan kualitas institusinya itu
dilihat dari sisi akademiknya itu sendiri.yaitu dengan cara meningkatkan kualitas dosen.
Dimana dosen mempunyai perananan yang sangat penting dalam hal akademik dan
menciptakan lulusan terbaik. Untuk itu rektor harus membina tenaga edukatif salah
satunya, agar meningkatnya kualitas di perguruan tinggi itu sendiri.
Untuk itu berdasarkan uraian diatas permasalahan atau kendala yang ditemukan
dalam upaya peningkatan mutu kualitas dosen di Universitas Islam Syekh Yusuf.seiring
juga bertambahnya mahasiswa di Univeristas Islam Syekh Yusuf Maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul: “GAYA KEPEMIMPINAN REKTOR
TERHADAP PENINGKATAN KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS ISLAM
SYEKH YUSUF ”.
BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR & HIPOTESIS

2.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi
pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam
menjalankan ke-pemimpinannya.

Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) kepemimpinan di terjemahkan kedalam istilah


sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola, interaksi, hubungan
kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan
persepsi dari lain- lain tentang legitimasi pengaruh. Miftah Thoha (2010: 9) kepemimpinan
adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku
manusia baik perorangan maupun kelompok.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai
karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis
Yamin dan Maisah (2010: 74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses
yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan
untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik- teknik manajemen.
George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah
aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya.

A. Dale Timple (2000: 58) mengartikan Kepemimpinan adalah proses pengaruh


sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam usaha
mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin
juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga
dapat dikatakan kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama besar organisasi.

Menurut Sudarwan Danim (2004: 56) kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada
individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) kepemimpinan
adalah suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola
anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan
bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita
sebut sebagai pemimpin.

Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan


bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan,
mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian
pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan. Pemimpin pertama-tama harus
seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri
para bawahannya. Secara sederhana pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu
mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan
pemimpinnya itu.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara seorang


pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin salah satunya
tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan situasi
sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk melaksanakan
apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin
tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola
kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.

2.2 Gaya Kepemimpinan

Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam


memimpin bawahannya, dan perilaku pemimpin tersebut disebut dengan gaya
kepemimpinan. Dimana gaya kepemimpinan tersebut banyak mempengaruhi keberhasilan
seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Gaya artinya sikap, gerakan,
tingkah laku, sikap yang elok, gerak- gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk
berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan
pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula
dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang disukai dan
sering diterapkan oleh seorang pemimpin.

Seorang pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling tepat yakni
yang dapat memaksimalkan kinerja dan mudah dalam menyesuaikan dengan segala
keadaan dan kondisi dalam organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam
mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari
tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun tidak tampak oleh bawahannya.
Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah,
keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari prilaku seseorang.
Sehingga gaya kepemimpinan yang paling tepat ialah suatu gaya yang dapat
memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan, dan mudah menyesuaikan
dengan situasi. Oleh sebab itu gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu yang
mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama dan yang
mementingkan hasil yang dicapai. Menurut Kartini Kartono, gaya kepemimpinan terbagi
dalam 6 gaya antara lain:\
a. Kharismatik
Gaya kharismatik ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar
biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat
banyak jumlahnya dan pengawal- pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang
pun orang tidak mengetahui benar-benar sebabnya, mengapa orang itu memiliki
kharisma yang begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan gaib (Supernatural
Power) dan kemampuan-kemampuan yang super human, yang diperoleh sebagai
karunia yang Maha Kuasa.
b. Paternalistis
Yaitu kepemimpinan yang kebapak-bapakan, dengan sifat dia menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak atau belum dewasa, atau anak sendiri yang
perlu dikembangkan. Dia bersikap terlalu melindungi. Dia hampir-hampir tidak
pernah memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan imajinasi.
Gaya kepemimpinan semacam ini seolah menunjukkan bahwa dirinya paling tahu
dan paling benar dalam mengambil suatu keputusan.
c. Militeristis
Gaya ini hampir memiliki kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang otoriter.
Perbedaannya gaya semacam ini lebih keras. Sekeras militer lalu bawahannya selalu
diancam dengan sanksi-sanksi jika ia tak mau menuruti keinginannya.

d. Liazez Faire
Pada gaya kepemimpinan laizez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam setiap kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin
symbol, dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. Dia tidak mempunyai
kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan
koordinasi kerja, dan tidak berdaya menciptakan suasana kerja yang kooperatif.

e. Demokrasi

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan


yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para
pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administrator-administrator yang mampu
menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Terdapat koordinasi
pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal. Dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini terletak
bukan pada personal individu pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok atau anggotanya.

f. Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah seseorang yang sangat egois, egoismenya yang sangat
besar akan mendorongnya memutar balikkan fakta atau kenyataan yang sebenarnya
sehingga sesuai dengan apa yang secara subyektif diinterpretasikan sebagai
kenyataan. Akan tetapi, efektifitas kepemimpinan yang otoriter sangat dikaitkan
dengan kekuasaan untuk mengambil tindakan yang positif belum tentu dapat tercapai
dan berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, namun kekuasaan
mengambil tindakan yang punitive itu tidak lagi dimilikinya, ketaatan para bawahan
segera mengendor dan disiplin kerja pun akan merosot.

2.3. Kinerja Dosen


Rivai (2004: 309) mendifinisikan kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai
dengan perannya dalam perusahaan (organisasi). Berdasarkan definisi tersebut, kinerja
dosen adalah perilaku nyata yang ditampilkan seorang dosen sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan sesuai perannya sebagai tenaga fungsional akademik.
Simanjuntak (2005: 1) mengartikan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atau
pelaksanaan tugas tertentu. Berdasarkan definisi tersebut kinerja dosen adalah tingkat
pencapaian hasil atau pelaksanaan tugas seorang dosen dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai tenaga fungsional akedemik pada suatu program studi.
Sudarmayanti (1996: 14) wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan norma atau etika. Berdasarkan definisi tersebut kinerja dosen adalah
hasil kerja yang dicapai oleh seorang dosen, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan norma atau etika.
Prawirosentono (1999: 2) memberikan batasan kinerja sebagai hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan norma
atau etika.
Berdasarkan definisi tersebut kinerja dosen adalah hasil kerja yang dicapai oleh
seorang dosen, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan norma atau etika.
Sedangkan Rogers dalam Mahmudi (2007: 6) mendefinisikan kinerja adalah hasil
kerja (outcomes of work), karena hasil kerja memberikan keterkaitan yang kuat
terhadap tujuan-tujuan strategic organisasi, kepuasan pelanggan dan kontribusi
ekonomi.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa kinerja dosen
adalah hasil kerja yang dicapai oleh dosen dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan
wewenang dan tanggung-jawabannya sebagai tenaga fungsional akdemik.
Keberhasilan suatu kinerja individu dipengaruhi banyak faktor, baik faktor
internal (dari dalam) maupun eksternal (dari luar). Natapriatna (2001: 16) mengutip
pendapat Lower yang memberikan gambaran lima faktor yang mempengaruhi kinerja
individu sebagai berikut: (1) harga diri. (self esteem), (2) pengalaman masa lampau
(past experience), (3) situasi aktual (actual situation), (4) kepribadian individu
(personality), (5) hubungan dengan yang lain (communications from other).
Berdasarkan definisi tersebut kinerja dosen dapat dipengaruhi oleh lima factor
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Harga diri. (self esteem), sering menjadi motivasi dosen dalam mencapai sukses di
program studi ia mengabdi. Dosen akan merasa harga dirinya jatuh manakala
tidak mempunyai prestasi yang spektakuler selama mengabdi pada suatu program
studi tertentu.
b. Pengalaman masa lampau (past experience), sering menjadi tolok ukur seorang
dosen dalam melaksanakan tugasnya. Pengalaman tersebut berupa pengalaman
selama ia dipimpin oleh ketua program studi lain, maupun pengalaman ia
memimpin di suatu program studi atau pengalaman ia memimpin organisasi lain.
c. Situasi aktual (actual situation). Kondisi di sebuah program studi sering
mempengaruhi kebijakan dan kinerja dosen. Dimana dosen harus menyesuaikan
diri dengan kondisi yang terjadi saat itu.
d. Kepribadian individu (personality), seringkali kinerja dosen di pengaruhi oleh
factor kepribadiannya. Jarang sekali mereka dapat me lepaskan diri dari karakter
dan pembawaan yang ada pada dirinya.
e. Hubungan dengan yang lain (communications from other). Komunikasi antar
warga kampus sering berpengaruh terhadap kinerja dosen. Mengingat kinerja
dosen sangat tergantung dari kinerja dosen lain dan karyawan serta stake holder
yang ada. Dosen yang mampu menjalin komunikasi yang baik dengan warga
kampus akan mencapai sukses dalam kinerjanya dan sebaliknya.
Dessler (1998: 26-28) menyebutkan enam cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan penilaian terhadap kinerja seseorang (dosen ), yaitu: (1) penilaian dilakukan
oleh ketua progaram studi (pimpinan) terdekat, (2) penilaian dengan menggunakan
penilaian teman kerja, (3) penilaian dilakukan oleh komisi penilai( BPM), (4) penilaian
diri yang dilakukan oleh yang dinilai, (5) penilaian dilakukan oleh mahasiswa, dan (6)
penilaian melalui umpan balik. Dalam penelitian ini penilaian kinerja dosen dilakukan
oleh dosen itu sendiri.
Madgopes dalam Natapriatna (2001: 18) menyebutkan tujuh indikator kinerja,
yaitu: (1) produktivitas, (2) kualitas kerja, (3) inisiatif, (4) kerja tim, (5) pemecahan
masalah, (6) tekanan, dan (7) motivasi. Berdasarkan pendapat tersebut kinerja dosen
dapat diukur dari:
a. Produktivitas yang dihasilkan oleh dosen selama bertugas pada suatu program
studi dari waktu ke waktu, dapat dilihat dari banyaknya capaian yang dapat
direalisasikan dosen atas program kerja dari program studi yang telah disusun
bersama warga kampus.
b. Kualitas kerja dosen dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya selama
bertugas pada program studi tertentu.
c. Banyaknya inisiatif dosen dalam mencari strategi untuk merealisasikan program
kerja yang dicanangkan oleh program studi tertentu.
d. Kerja sama dengan dosen, karyawan dan masyarakat dalam merencanakan dan
melaksanakan tujuan program studi.
e. Keberhasilan dosen dalam setiap kegiatan program studi terutama dalam mencari
solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapinya selama melaksanakan
tugasnya.
f. Kemampuan dosen dalam mengatasi tekanan dan intervensi dari pihak luar dan
atasan,
g. Kemampuan dosen dalam membangkitkan dan mengelola motivasi yang ada
dalam dirinya dan lingkungannnya.
Sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan atau pegawai swasta (yayasan), kinerja
dosen dapat diukur melalui (1) tanggung jawab, (2) prakarsa, (3) ketabahan, (4)
kejujuran, (5) kerja sama, (6) tingkah laku, (7) perencanaan, (8) pengawasan dan
pengendalian, (9) pengambilan keputusan dan (10) pembinaan staf. (Martoyo, 1998: 97-
98).
Dalam penilaian kinerja perguruan tinggi disebutkan fungsi dosen dalam
mendukung kinerja program studi, yaitu: (1) dosen sebagai educator (pendidik), (2)
dosen sebagai peneliti, (3) dosen sebagai pengabdi kepada masyarakat, (4) dosen
sebagai pembimbing mahasiswa (guidance), (5) dosen sebagai pemimpin (leader), (6)
dosen sebagai inovator (7) dosen sebagai motivator (Depdiknas; 2007).
Dosen sebagai edukator (pendidik), memiliki kemampuan kegiatan berikut: (1)
prestasi sebagai pengajar dan pendidik (untuk 12 SKS persemester), (2) membimbing
mahasiswa, (3) menhasilkan buku ajar (4) menghasilkan buku bertaraf ISBN, (5)
mengelola kegiatan secara mandiri dan kelompok dosen, (6) mengikuti perkembangan
Iptek, (7) memberi contoh mengajar/ bimbingan yang baik.
Dosen sebagai peneliti, harus memiliki kemampuan berikut: (1) menyusun
program penelitian secara mandiri dan kelompok, (2) melaksanakan penelitian internal
dan eksternal, (3) menghasilkan karya-karya penelitian internal dan eksternal, (4)
menghasilkan karya-karya publikasi berskala nasional dan internasional.
Dosen sebagai tenaga pengabdian kepada masyarakat, memiliki kemampuan
meliputi: (1) mengelola kegiatan pengabdian kepada masarakat, (2) menyusun proposal
pengabdian kepada masyarakat, baik internal maupun eksternal, (3) melaksanakan
pengabdian kepada masyarakat, (4) menghasilkan karya-karya pengabdian kepada
masyarakat.
Dosen sebagai administrator, memiliki kemampuan pengelolaan administrasi
meliputi: (1) kegiatan belajar bengajar, (2) penelitian, (3) pengabdian kepada
masyarakat, (4) kegiatan tridarma perguruan tinggi, (5) angka kredit untuk jenjang
karier dosen, (6) persuratan.
Dosen sebagai Pemimpin (Leader), meliputi: (1) Memiliki kepribadian yang kuat,
(2) Memahami kondisi rekan dosen sejawat, karyawan dan mahasiswa dengan baik, (3)
Memiliki visi dan memahami misi program studi, (4) Kemampuan mengambil
keputusan, (5) Kemampuan berkomunikasi.
Dosen sebagai inovator, meliputi: (1) Kemampuan mencari / menemukan gagasan
baru untuk kemajuan program studi, (2) Kemampuan melaksanakan pembaharuan di
program studi.
Dosen sebagai motivator, meliputi: (1) Kemampuan mengatur linkungan kerja
(fisik), (2) Kemampuan mengatur suasana kerja (non fisik), (3) Kemampuan
menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kinerja dosen dalam penelitian ini adalah presatsi / hasil kerja yang dicapai oleh dosen
dalam kurun waktu tertentu sebagai wujud tanggung jawabnya terhadap tugas dan
kewajibannya yang dibebankanya.
Indikator yang dijadikan parameter kinerja dosen, adalah kemampuan dosen,
antara lain: (1) berprestasi sebagai dosen (2) mengembangkan diri sebagai staf
akademik, (3) mengikuti perkembangan Ilmu pengetahuan teknologi, (4) menyusun
program kerja, (5) mengoptimalkan sumber daya program studi.(6) mengelola
adminitrasi tridarma perguruan tinggi (7) melaksanakan tugas tridarma perguruan
tinggi, (8) melakasanakan tugas penunjang lainnya (9) berkepribadian yang kuat, (10)
memiliki visi dan memahami misi program studi, (11) mengambil keputusan, (12)
menemukan gagasan baru.

2.4 Kerangka berfikir

Permasalahan Gaya kepemimpinan Rektor Terhdap Peneingkatan Kinerja


Dosen Di Universitas Islam Syekh Yusuf

1. Metode yang digunakan dosen dalam mengajar membosankan

2. Tidak ada inovasi dalah hal pembelajaran

3. Penilaian dosen yang kurang objektif

Gaya Kepemimpinan ( X) Kinerja Dosen ( Y )


1) Kharismatik 1. produktivitas,
2) Paternalistis 2. kualitas kerja
3) Militeristis 3. inisiatif,
4) Liazez Faire 4. kerja tim,
5) Demokrasi 5. pemecahan masalah,
6) Otoriter 6. tekanan, dan
7. motivasi.

HIPOTESIS
Terdapat pengaruh positif gaya kepimpinan rektor terhadap
peningkatan kinerja dosen di Universitas Islam Syekh Yusuf
2.5 HIPOTESIS
Margono (2004). Menjelaskan bahwa hipotesis berasal dari kata hypo dan thesis.
Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis ialah suatu
pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Hipotesis merupakan suatu
kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan.
Dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang
akan di teliti dan akan di buktikan kebenaranya melalui metode dan teknik yang di
gunakan. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : “ Gaya Kepemimpinan Rektor
Terhadap Peningkatan Kinerja Dosen Di Universitas Islam Syekh Yusuf “
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Universitas Islam Syekh Yusuf sebuah perguruan tinggi yang berlokasi di kota
Tangerang, Unis menjadi salah satu pelopor pendidikan saat tahun 1966 di Banten. Universitas
Islam Syekh Yusuf memilik 6 fakultas dan 12 prodi untuk ( S1 ) dan 3 program Magister ( S2 ).
UNIS didirikan pada tanggal 14 April 1966.
Nama Universitas Islam Syekh Yusuf diambil dari nama seorang ulama dan pejuang
nasionalis di Indonesia yaitu Syekh Yusuf. UNIS adalah salah satu tempat kawasan pendidikan
dimana terdapat proses belajar mengajar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar terdapat dosen sebagai tenaga pengajar untuk
menciptakan lulusan mahasiswa terbaik dan berprestasi. Dosen merupakan tenaga pendidik,
dimana dosen memiliki peran penting dalam kehidupan perkuliahan bagi seorang mahasiswa
serta dalam pengajaran yang dilakukan oleh dosen materi yang disampaikan dapat dipahami
atau tidak oleh mahasiswa.
Setiap Universitas menginginkan mempunyai tenaga kinerja dosen yang baik yang sesuai
dengan visi UNIS yaitu salah satunya “mewujudkan penyelenggaraan dan peningkatan mutu
proses pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable quaillty improvement)
didukung oleh mutu kompetensi dan kinerja dosen serta pendayaguanaan sumber-sumberdaya
pendidikan yang efisien”.

3.2 Metode Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang pada dasarnya menggunakan
pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para
ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan
menjadi permasalahanpermasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran (verifikasi) atau penilaian dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
Menurut Sugiyono (2015:2) metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara lebih jelas
mengenai masalah-masalah yang diteliti dalam bentuk hubungan sebab akibat
menginterprestasikan serta menjelaskan data secara sistematis.
Menurut Sugiyono (2014:6) Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan
suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi.

Dengan demikian melalui penelitian kualitatif deskriptif ini peneliti hanya berusaha untuk
menggambarkan permasalahan dan gap antara teori dan kenyataan di lapangan “Kepemimpinan
Rektor Terhadap Kinerja Dosen Universitas Islam Syekh Yusuf”

3.2 Populasi dan Sampel

A. Populasi
Melakukan sebuah penelitian berarti memerlukan data mengenai jumlah obyek yang akan
diteliti disuatu tempat yang dapat disebut dengan populasi.
Menurut Sugiyono (2016 : 90) mengatakan : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah ang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.
Adapun objek populasi dalam penelitian ini adalah Dosen UNIS Tangerang dan mewakili
lembaga pendidikan formal yang melakukan kegiatan belajar mengajar di Universitas Islam
Syekh Yusuf Tangerang. Dimana peneliti mendapatkan jumlah populasi yang akan dijelaskan
pada tabel 3.3

TABEL 3.3
POPULASI DOSEN UNIS TANGERANG
NO KOMPOSISI JUMLAH

1 FISIP 30

2 FEB 59

3 FKIP 27

4 FT 42

5 FAI 29

6 FH 33

JUMLAH 225

4. Sampel
Menurut Sugiyono (2010:118) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Berdasarkan tinjauan peneliti ke lokasi yaitu Universitas Islam Syekh Yusuf di Kota. Tangerang
Maka Dosen yang dijadikan populasi sebanyak 225 dosen, dengan perhitungan menggunakan
rumus Slovin dengan tingkat kelonggaran sebesar 10%

Rumus Slovin

N
n=
1+ N ( e )2

Keterangan:

N = Jumlah Populasi

n = Jumlah Sampel

e = Standar eror dari kemampuan sampel dalam mewakili populasi (standar eror 10%)

Adapun perhitungan besarnya sampel sebagai berikut:

Dengan menggunakan rumus pendekatan Slovin diatas akan didapatkan jumlah sampel sebanyak
1.072 Mahasiswa, maka kelayakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

N
n=
1+ N (e) ²

225 225
n=
1+225 ( 0,1 ) ²
= n=
3.25
= 69.23 (Dibulatkan menjadi 70 Dosen )

Berdasarkan perhitungan diatas, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 70 orang yakni dosen yang berada di Universitas Islam Syekh Yusuf.

.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dalam penelitian kuantitatif, teknik
pengumpulan data yang digunakan relevan dengan kepentingan data primer yang diperlukan
penggaliannya dilapangan, karenanya digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data dilakukan dengan


mempelajari dan menganalisa buku-buku atau bahan-bahan tertulis lainnya yang
hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

b. Studi lapangan (field research), yaitu kegiatan pengumpulan data dengan cara
melakukan penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara :

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara


mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala yang terjadi
pada lokasi penelitian.

2. Dokumentasi, membaca dokumen-dokumen diperpustakaan.

3. Penyebaran Angket , yaitu pengumpulan data dengan mengajukan


pernyataan tertutup kepada responden guna memperoleh keterangan
mengenai masalah – masalah yang sedang dibahas. Selain itu penyebaran
angket yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengedarkan suatu daftar
pertanyaan tertulis disertai jawaban sebagai instrument untuk memperoleh
data penelitian, daftar pertanyaan tersebut diberikan kepada responden
yang terkait dalam pelaksanaan pengelolaan fasilitas terhadap efektifitas
belajar mahasiswa. Mengingat penelitian ini adalah penelitian asosiatif
maka angket adalah alat atau teknik utama yang digunakan

.5. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


Uji Validitas dan Reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pengetesan suatu
instrumen (alat ukur) dalam pengambilan data untuk penelitian itu valid dan reliable. Untuk
mengetahui lebih lanjut pengujian ini dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

A. UJI VALIDITAS

Menurut Sugiyono (2016 : 137) : “Hasil peneltian yang valid, yaitu terdapat kesamaan data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukut apa yang hendak diukur.”

Oleh karena itu, untuk mengetahui setiap butir dalam instrumen tu valid atau tidak, digunakan
analisis item yaitu mengkolerasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumla tiap
skor butir. Kuesioner penelitian dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara
signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasinya menggunakan korelasi product moment
pearson, dengan keputusan uji sebagai berikut :

- Bila r hitung > r tabel, maka Ho ditolak. Artinya valid

- Bila r hitung < r tabel, maka Ho diterima. Artinya tidak valid

B. UJI RELIABILITAS

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat
dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (slit half) dengan rumusan sebagai
berikut :

2rb
ri =

1 + rb

Dimana : ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment belahan pertama dan kedua

.6. TEKNIK ANALISA DATA

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Secara umum, teknik analisi data untuk penelitian
kuantitatif menggunakan metode statistic dibantu oleh program computer, seperti SPSS
(Statistical Product and Solution Service), MS excel, dan lain-lain. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisa suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas, selanjutnya digunakan statistik inferensial yang digunakan untuk
menganalisis data sampel, dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi di mana sampel
diambil.

Menurut Sugiyono (2016 : 107) mengatakan : “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian.”

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya :

SB = Sangat Bagus diberi skor 5

B = Bagus diberi skor 4

S = Sedang diberi skor 3

TB = Tidak Bagus diberi skor 2

STB = Sangat Tidak Bagus diberi skor 1

Adapun tahapan–tahapan dalam analisis data, meliputi:

1. Koefisien Korelas

Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier (searah
bukan timbal balik) antara dua variabel atau lebih. Korelasi product moment, digunakan untuk
mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variable bila data kedua variable
berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut sama. Adapun
teknik pengujian korelasi menggunakan rumus product moment, menurut Sugiyono (2007:228)
sebagai berikut:

r xy =
∑ xy
√∑ x 2 y 2
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi product moment antara X dengan Y

Y = subyek dalam variabel dependen yang diperdiksi variabel.

Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan.

X = subyek variabel independent yang mempunyai nilai tertentu.

TABEL 3.6

PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI

KOEFESIEN KORELASI

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2017:184)


2. Koefisien Determinasi

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan Koefisien Determinasi, yang
besarnya adalah kuadrad dari koefisien korelasi (r2). Koefisien detetminasi merupakan angka
yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen secara bersama-
sama atau lebih dengan satu variabel dependen. Nilai r2 dapat dijelaskan dengan menggunakan
rumus:

r2 = (r2) x 100

Keterangan:

r2 = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi

3. Regresi Linear

Analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya
nilai dalam variabel dependen melalui menaikkan atau menurunkan nilai variabel independent.
Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal satu variabel bebas
dengan satu variabel terikat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

^
¿=a +bX
Y ¿

Keterangan :

¿^
Y¿ = Variabel terikat

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b(+) maka naik,
bila (-) maka terjadi penurunan.
X = Variabel bebas

Untuk mencari besarnya nilai a dan b dihitung dengan rumus sebagai berikut :

2
n ∑ X 2 −( ∑ X i ) ¿ n ∑ X Y − ( ∑ X ) ( ∑ Y )
i ii i i
a=(∑ Y i) ∑ X 2 −(∑ Xi)(∑ Xi Yi)¿
() ¿b= 2
¿¿
i ¿ n ∑ X 2 −( ∑ X i )
i

Harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi. Bila koefisien korelasi tinggi, maka harga b
juga besar, sebaliknya bila koefisien korelasi negatif maka harga b juga negatif, dan sebaliknya
koefisien korelasi positif maka b juga positif.

4. Uji Hipotesis

Selanjutnya untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan dapat di terima


atau ditolak, maka dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: Rumusan hipotesis

Ho = Tidak ada pengaruh antara variable x dan variabel y.

Artinya bahwa tidak terdapat Pengaruh Positif dan Signifikan antara Gaya Kepemimpinan
Rektor Terhadap Kinerja Dosen Universitas Islam Syekh Yusuf

Ha = Terdapat pengaruh antara variable x dan variabel y.

Artinya bahwa terdapat Pengaruh Positif dan Signifikan antara Kepemimpinan Rektor Terhadap
Kinerja Dosen Universitas Islam Syekh Yusuf

Anda mungkin juga menyukai