Anda di halaman 1dari 17

“DETERMINAN”

Disusun Oleh : Kelompok 10

1. Umairo
2. Muhar Romiyati
3. Ebonra

Dosen : Adityawarman Hidayat, M.Pd

STKIP TUANKU TAMBUSAI

RIAU

T.P 2015/2016
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dari kelompok 10 dapat menyelesaikan tugas ini
dalam bentuk makalah. Shalawat serta salam juga kami sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan
seperti saat ini

Kami menyadari bahwa tanpa adanya ridho Allah SWT, kami tidak akan dapat
menyelesaikan tugas ini dengan judul “ Determinan “. Untuk itu kami mengucapkan syukur
yang sebesar – besarnya.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan makalah ini tentunya akan
ditemui kekurangan – kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan,
petunjuk dan bantuan serta arahan dari berbagai pihak makalah ini dapat kami selesaikan.

Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat kami ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang setulus – tulusnya dan sebesar – besarnya kepada bapak Adityawarman
Hidayat, M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Aljabar Matriks.

Semoga makalah ini bermanfaat adanya, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah ini, dan semoga Allah melimpahkan pertolongan dan petunjuk-Nya.
Amin.

Bangkinang, April 2016

Pemakalah
FUNGSI DETERMINAN

Kita semua mengenal fungsi-fungsi seperti f(x)= sin x dan f(x)= x 2, yang
menghubungkan suatu bilangan real f(x) dengan suatu nilai real dari peubah x. Karena x
dan f(x) dianggap hanya bernilai real, fungsi-fungsi seperti itu disebut sebagai “fungsi
bernilai real dari suatu peubah real”. Pada bagian ini kita akan menelaah fungsi
determinan, yang merupakan suatu “fungsi bernilai real dari suatu peubah matriks “dalam
pengertian bahwa fungsi tersebut menghbungkan suatu bilangan real f(X) dengan suatu
matriks X . apa yang kita lakukan dalam fungsi-fungsi determinan akan mempunyai
penerapan penting pada teori sistem persamaan linear dan juga akan membawa pada suatu
rumus eksplisit untuk invers dari suatu matriks yang dapat dibalik.

Ingatlah dari Teorema 1.4.5 bahwa matriks

A= [ ac bd ]
Dapat dibalik jika ad – bc ≠0. di mana inversnya bisa dicari dengan rumus

d −b
A−1=
1 d −b = ad−bc
ad−bc −c a [−c
ad−bc
] [ ad−bc
a
ad−bc
]
Dapat dibalik jika ad – bc ≠ 0. Ekspresi ad – bc muncul begitu sering dalam
matematika sehingga ekspresi ini diberi nama, yaitu determinan dari matriks A, 2 × 2 dan
dinyatakan dengan simbol det(A). Dengan notasi ini, invers dari A bisa dinyatakan sebagai

1 d −b
−1
A =
[
det ⁡( A) −c a ]
Salah satu sasaran dalam bab ini adalah memperoleh analogi dari rumus ini untuk
matriks – matriks berorde lebih tinggi. Hal ini akan menuntut kita memperluas konsep suatu
determinan ke matriks – matriks berorde lebih tinggi. Untuk tujuan ini kita akan memerlukan
beberapa hasil awal tentang permutasi.
PERMUTASI

Defenisi. Suatu permutasi himpunan bilangan bulat {1, 2, ..., n} adalah


suatu susunan biangan – bilangan bulat ini dalam suatu urutan tanpa
penghilangan atau pengulangan.

Contoh 1. Ada enam permutasi yang berbeda dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3}.
Permutasi – permutasi tersebut adalah

( 1, 2, 3 ) ( 2, 1, 3 ) ( 3, 1, 2 )

( 1, 3, 2 ) ( 2, 3, 1 ) ( 3, 2, 1 )

Suatu metode yang mudah untuk mendaftarkan permutasi secara sistematis adalah
dengan menggunakan suatu pohon permutasi. Metode ini diilustrasikan pada contoh yang
berikutnya.

Contoh 2. Daftarkan semua permutasi dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3, 4}

Penyelesaian.

Tinjau gambar 1. Empat titik yang berlabel 1, 2, 3, 4 pada bagian atas gambar
mewakili pilihan – pilihan yang mungkin untuk angka pertama dalam permutasi. Ranting –
ranting pohon yang berasal dari titik – titik ini mwakili pilihan – pilihan yang mungkin untuk
posisi kedua dalam permutasi tersbut. Jadi, jika permutasi dimulai dengan (2, -, -, -), tiga
kemungkinan untuk posisi kedua adalah 1, 3, 4. Dua ranting yang bersala dari setiap titik
dalam posisi kedua mewakili pilihan – pilihan yang mungkin untuk posisi ketiga. Jadi, jika
permutasi dimulai dengan (2, 3, -, -), dua pilihan yang mungkin untuk posisi ketiga adalah 1
dan 4. Akhirnya ranting tunggal yang berasal dari setiap titik pada posisi ketiga mewakili satu
– satunya pilihan yang mungkin untuk posisi keempat. Jadi, jika permutasi dimulai dengan
(2, 3, 4, -),satu – satunya pilihan untuk posisi keempat adalah 1. Sekarang permutasi yang
berbeda bisa didaftarkan dengan melacak semua jalur yang mungkin melalui “pohon”
tersebut dari posisi pertama sampai posisi terakhir. Kita peroleh daftar berikut dengan proses
ini.

(1, 2, 3, 4) (2, 1, 3, 4) (3, 1, 2, 4) (4, 1, 2, 3)

(1, 2, 4, 3) (2, 1, 4 ,3) (3, 1, 4, 2) (4, 1, 3, 2)


(1, 3, 2, 4) (2, 3, 1, 4) (3, 2, 1, 4) (4, 1, 2, 3)

(1, 3, 4, 2) (2, 3, 4, 1) (3, 2, 4, 1) (4, 2, 3, 1)

(1, 4, 2, 3) (2, 1, 4, 3) (3, 4, 1, 2)(4, 3, 1, 2)

(1, 4, 3, 2) (2, 4, 3, 1)(3, 4, 2, 1) (4, 3, 2, 1)

4
1 2 3

2 3 4 1 3 4 1 2 4 1 2 3

3 4 2 4 2 3 3 4 1 4 1 3 2 4 1 4 1 2 2 3 1 3 1 2

4 3 4 2 3 2 4 3 4 1 3 1 4 2 4 1 2 1 3 2 3 1 2 1

Gambar 1 Pohon Permutasi

Dari contoh ini kita lihat bahwa ada 24 permutasi dari {1, 2, 3, 4}. Hasil ini telah
bisa diantisipasi tanpa benar – benar membuat daftar permutasi dengan berfikir sebagai
berikut. Karena posisu pertama bisa diisi dengan empat cara dan kemudianposisi kedua
dalam tiga cara, ada 4.3 cara untuk mengisi duan posisi yang pertama. Karena posisi ketiga
diisi dengan dua cara, ada 4.3.2 cara untuk mengisi tiga posisi yang pertama. Akhirnya, arena
posisi teakhir selanjutnya bisa diisi dengan satu cara, maka ada 4.3.2.1=24 cara untuk
mengisi keempat posisi tersebut. Secara umum, himpunan {1, 2, ..., n} akan mempunayai n
(n – 1) (n – 2) ...2.1 = n! Permitasi yang berbeda.

Untuk menyatakan suatu permutasi umum dari himpunan {1, 2, ...,n}, kita akan
menulis ( j 1 , j 2,.... j n ) bilamana suatu bilangan bulat yang lebih besar mendahului yang lebih
kecil. Total jumlah pembalikan yang terjadi dalam permutasi bisa di dapatkan sebagai berikut
: (1) cari jumlah bilangan bulat yang lebih kecil dari j 1 dan yang mengikuti j 1 dalam
permutasi tersebut ; (2) cari jumlah bilangan bulat yang lebih kecil dari j 2 dan yang
mengikuti j 2 dalam permutasi tersebut. Teruskan proses menghitung ini unutk j 3 , ...., j n −1.
Total dari jumlah- jumlah adalah total jumlah pembalikan dalam permutasi tersebut.
Contoh 3 Tentukan jumlah pembalikan dalam permutasi berikut ini :

(a) ( 6, 1, 3, 4, 5, 2)
(b) ( 2, 4, 1, 3)
(c) (1, 2, 3, 4)
Penyelesaian.
(a) Jumlah pembalikan adalah 5 + 0 + 1 + 1 + 1 = 8
Bilangan 6 , mendahului bilangan 1, 2, 3, 4dan 5 sehingga ada 5 pembalikan.
Bilangan 3 mendahului 2, sehingga ada satu pembalikan.
Bilangan 5 mendahului 2, sehingga ada satu pembalikan.
Bilangan 5 mendahului 3, sehingga ada satu pembalikan.
Jadi jumlah pembalikannya ada 8 pembalikan.
(b) Jumlah pembalikan adalah 1 + 2 + 0 = 3
Bilangan 2 mendahului bilangan 1, sehingga ada satu pembalikan.
Bilangan 4 mendahului bilangan 2 dan 3, sehingga ada 2 pembalikan.
Jadi jumlah pembalikan ada 3 pembalikan.
(c) Tidak ada pembalikan dalam permutasi ini.

Defenisi. Suatu permutasi disebut genap jika total jumlah pembalikan merupakan
suatu bilangan bulat genap dam disebut ganjil jika total jumlah pembalikan
merupakan suatu bilangan bulat ganjil.

Contoh 4Tabel berikut ini mengklasifikasikan berbagai permutasi dari {1, 2, 3} sebagai
genap atau ganjil.

Permutasi Jumlah Klasifikasi


Pembalikan
( 1, 2, 3 ) 0 genap
( 1, 3, 2 ) 1 ganjil
( 2, 1, 3 ) 1 ganjil
( 2, 3, 1 ) 2 genap
( 3, 1, 2 ) 2 genap
( 3, 2, 1 ) 3 ganjil
DEFENISI SEBUAH DETERMINAN

Dengan suatu hasil kali dasar dari suatu matriks A, n × n kita akan memberikan
makna pada setiap hasil kali dari n anggota dari A, yang dua diantaranya tidak ada yang
berasal dari baris atau kolom yang sama.

Contoh 5 Daftarkan semua hasil kali dasar dari matriks – matriks .

a11 a 12 a13
(a)
a11 a 12
[
a21 a 22 ] [
( b ) a21 a 22 a23
a31 a 32 a33 ]
Penyelesian(a). Karena setiap hasil kali dasar mempunyai dua faktor, dan karena masing –
masing faktor berasal dari suatu baris yang berbeda, maka satu hasil kali dasar bisa ditulis
dalam bentuk

a 1 .a 2

Dimana tempat yang kosong menyatakan angka kolom. Karena tidak ada dua faktor
dalam hasil kali tersebut yang berasal dari kolom yang sama, maka angka – angka kolom
pastilah 1 2 atau 2 1. Jadi, hasil – hasil dasar yang mungkin hanyalah a 11 a22 dan a 12 a21.

Penyelesaian (b). Karena setiap hasil kali dasar mempunyai tiga faktor, yang masing –
masingnya berasal dari baris yang berbeda, maka suatu hasil kali dasar bisa ditulis dalam
bentuk

a 1 .a 2.a 3

Karena tidak ada dua faktor dalam hasil kali tersebut yang berasal dari kolom yang
sama, maka angka – angka kolom tidak berulang; akibatnya, angka – angka ini harus
membentuk suatu permutasi dari himpunan { 1, 2, 3}. Permutasi 3! = 6 ini menghasilkan
daftar hasil kali dasar berikut ini

a 11 a 22 a33 a12 a21 a 33 a13 a21 a32

a 11 a 23 a32 a12 a23 a31 a13 a22 a31


Sebagaimana yang ditunjukkan oleh contoh ini. Suatu matriks A,n × nmempunyai n!
Hasil kali dasar. Hasil kali berbentuk a 1 j .a 2 j …… …… ….a 3 jdimana ( j 1 . j 2 … …… .. j n ¿ adalah suatu
permuatasi dari himpunan {1, 2,...n}. dengan satu hasil kali dasar bertanda dari A kita akan
memberi makna pada suatu hasil kali dasar a 1 j .a 2 j …… …… ….a nj yang dikalikan dengan +1 atau
-1. Kita gunakan + jika ( j 1 . j 2 … …… .. j n ¿ adalah suatu permutasi genap dan – jika ( j 1 . j 2 … …… ..
j n ¿ adalah suatu permutasi ganjil.

Contoh 6 Daftarkan semua hasil kali dasar bertanda dari matriks – matriks berikut ini.

a11 a 12 a13
(a)
a11 a 12
[
a21 a 22 ] [
( b ) a21 a 22 a23
a31 a 32 a33 ]
Penyelesaian.

(a)

Hasil Kali Permutasi Genap atau Hasil Kali


Dasar Terkait Ganjil Dasar Bertanda
a 11 a22( 1, 2 ) genap a 11 a22
a 12 a21( 2, 1 ) ganjil −a 12 a21

(b)

Hasil Kali Permutasi Genap atau Hasil Kali


Dasar Terkait Ganjil Dasar Bertanda
a 11 a22 a 33( 1, 2, 3 ) genap a 11 a22 a 33
a 11 a23 a 32( 1, 3, 2 ) ganjil −a 11 a23 a 32
a 12 a21 a33( 2, 1, 3 ) ganjil −a 12 a21 a33
a 12 a23 a31( 2, 3, 1 ) genap a 12 a23 a31
a 13 a21 a32( 3, 1, 2 ) genap a 13 a21 a32
a 13 a22 a31( 3, 2, 1 ) ganjil −a 13 a22 a31

Sekarang kita berada dalam posisi untuk mendefenisikan fungsi determinan.

Defenisi Anggap A adalah suatu matriks bujur sangkar. Fungsi determinan


dinyatakan dengan det, dan kita mendefenisikan det (A) sebagai jumlah semua hasil
kali dasar bertanda dari A. Angka det (A) disebut determinan A.
MENGHITUNG DETERMINAN 2 X 2 DAN 3 X 3

Contoh 7Mengacu pada contoh 6, kita peroleh

a11 a 12
( a ) det [ a21 a 22]= a 11 a22−a12 a21

a11 a 12 a13

[ ]
( b ) det a21 a 22 a23 = a 11 a22 a 33 + a 12 a23 a31 + a 13 a21 a32−a13 a 22 a31−a 12 a21 a33
a31 a 32 a33

−a 11 a23 a 32

Untuk menentukan persamaan – persamaan diatas dapat menggunakan jembatan


keledai (mnemonic) . Rumus pertama pada contoh 7 diperoleh dari Gambar 2a dengan
mengalikan anggota – anggota pada panah kanan dan mengurangkannya dengan hasil kali
anggota – anggota pada panah kiri. Rumus kedua pada contoh 7 diperoleh dengan menulis
ulang kolom pertama dan kedua seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2b. Kemudian
determinan dihitung dengan menjumlahkan hasil kali pada panah kanan dan
mengurangkannya dengan hasil kali pada panah kiri.

Gambar 2

a a a a a
[ ][
a11 a 12 11 12 13 11 12
a a a a
a21 a 22 21 22 23 21 22
a
a31 a32 a 33 a 31 a32]
(a) (b)

Contoh 8 Hitung determinan dari

1 2 3
A= 3 1 dan B= −4 5 6
[
4 −2 ]
7 −8 9[ ]
Penyelesaian.Dengan menggunakan metode gambar 2a kita mendapatkan

det(A) = (3)(-2) – (1)(4) = -10.


Dengan menggunakan metode gambar 2b kita mendapatkan

det(B)=(45) + (84) + (96) – (105) – (-48) – (-72) = 240

1 2 3 1 2

[ ]
−4 5 6 −4 5
7 −8 9 7 −8

Peringatan .Kami menekankan bahwa metode yang ditunjukkan pada Gambar 2 tidak bisa
digunakan untuk mencari determinan matriks 4 x 4 atau yang lebih tinggi.

Menghitung determinan secara langsung dari defenisi membawa pada kesulitan


perhitungan. Sungguh, menghitung suatu determinan 4 x 4 secara langsung akan melibatkan
perhitungan 4! = 24 hasil kali dasar bertanda, dan suatu determinan 10 x 10 akan melibatkan
10! = 3.628.800 hasil kali dasar bertanda. Bahkan komputer digital tercepat pun tidak bisa
menangani perhitungan determiana 25 x 25 dengan metode ini dalam kurun waktu yang
masih dianggap praktis. Oleh karena itu, sebagian besar dari sisi bab ini ditujukan untuk
mengembangkan sifat – sifat determian yang akan menyederhanakan perhitungannya.

MENGHITUNG DETERMINAN DENGAN PENGHILANGAN BARIS

Pada bagian ini akan ditunjukkan bahwa determinan suatu matriks bisa dihitung
dengan mereduksi matriks tersebut menjadi bentuk baris-eselon. Metode ini penting karena
bisa menghindari perhitungan panjang yang terjadi dalam penerapan defenisi determinan
secara langsung.

SEBUAH TEOREMA DASAR

Kita mulai dengan suatu teorema dasar tentang determinan

Teorema 2.2.1. Anggap A adalah suatu matriks bujur sangkar.

(a). Jika A mempunyai sebuah baris nol atau sebuah kolom nol maka det (A) = 0

(b). Det (A)= det ( A¿¿ T ) ¿


Bukti :

(a). Karena setiap hasil kali dasar bertanda dari A mempunyai satu faktor dari masing –
masing baris dan satu faktor dari masing – masing kolom, maka setiap hasil kali dasar
bertanda perlu mempunyai sebuah faktor dari suatu baris nol atau sebuah faktor dari suatu
kolom nol. Dalam kasus – kasus seperti ini, setiap hasil kali dasar bertanda adalah nol dan det
(A), yang merupakan jumlah dari semua hasil kali dasar bertanda adalah nol .

Kami menghilangkan bukti bagian (b), tetapi ingatlah bahwa suatu hasil kali dasar
mempunyai satu faktor dari setiap baris dan setiap kolom, sehingga terbukti bahwa A dan AT
mempunyai himpunan hasil kali dasar yang persis sama. Dengan bantuan beberapa teorema
permutasi, yang akan membawa kita menyimpang terlalu jauh jika kita membicarakannya
disini, dapat ditunjukkan bahwa A dan AT sebenarnya mempunyai himpunan hasil kali dasar
bertanda yang sama. Oleh karena itu det (A) = det ( AT ).

Komentar.Karena teorema 2.2.1b, hampir semua teorema tentang determinan yang berisi
kata”baris” dalam pernyataannya juga benar jika kata “kolom” menggantikan “baris”. Untuk
membuktikan sebuah pernyataan kolom, kita hanya perlu mentranspos matriks yang
dinyatakan untuk mengkonversi pernyataan kolom menjadi pernyataan baris, dan kemudian
menerapkan hasil – hasil yang diketahui yang berpadanan untuk baris.

DETERMINAN MATRIKS – MATRIKS SEGITIGA

Teorema 2.2.2. Jika A adalah suatu matriks segitiga n x n ( segitiga atas,


segitiga bawah, atau diagonal ), maka det (A) adalah hasil kali anggota –
anggota pada diagonal utamanya ; yaitu, det (A) = a 11 a22 … a nn.

Untuk kesederhanaan notasi, akan dibuktikan hasil untuk suatu matriks segitiga
bawah 4 x 4.
a 11 0 0 0
a a

[
A= 21 22
0
a 31 a32 a33 0
0

a 41 a 42 a43 a44
]
Suatu bukti untuk matriks – matriks segitiga atas bisa diperoleh dengan menerapkan
Teorema 2.2.1b dan mengamati bahwa transpos suatu matriks segitiga atas adalah suatu
matriks segitiga bawah dengan anggota – anggota diagonal yang sama.

Bukti Teorema 2.2.2. ( kasus segitiga bawah 4 x 4 )

Satu – satunya hasil kali dasar dari A yang bisa tak – nol adalah a 11 a22 a 33 a 44. Untuk
melihat bahwa adalah demikian halnya, tinjau suatu hasil kali dasar umum a 1 j a2 j a3 j a 4 j.
Karena a 12 ¿ a13=a 14=0, kita harus mempunyai j 1 = 1 supaya kita mempunyai suatu hasil kali
dasar tak – nol. Jika j 1 = 1, kita harus mempunyai j 2 ≠ 1, karena tidak ada dua faktor yang
berasal dari kolom yang sama. Lebih jauh lagi, karena a 23 ¿ a24 =0, kita harus mempunyai j 2
= 2 agar kita mempunyai suatu hasi kali tak – nol. Dengan meneruskan cara ini, kita peroleh
j 3 = 3 dan j 4 = 4. Karena a 11 a22 a 33 a 44 dikalikan dengan +1 dalam membentuk hasil kali
dasar, kita peroleh

det ( A )=¿ a 11 a22 a 33 a 44 ¿

Contoh 1

2 7 −3 8 3

[ ]
0 −3 7 5 1
0 0
0 0
0 0
6 7 6 =( 2 )(−3 )( 6 )( 9 )( 4 )=−1296
0 98
0 04

DAMPAK OPERASI BARIS DASAR PADA SATU DETERMINAN

Teorema 2.2.3 Anggap A adalah suatu matriks n x n.

(a) Jika B adalah matriks yang dihasilkan jika suatu baris tunggal atau kolom
tunggal dari A dikalikan dengan suatu skalar k, maka det(B) = k det(A).
(b) Jika B adalah matriks yang dihasilkan jika dua baris atau dua kolom dari A
dipertukarkan, maka det(B) = - det(A).
(c) Jika B adalah matriks yang dihasilkan jika suatu Penggandaan suatu baris A
ditambahkan pada baris lainnya atau jika suatu penggandaan suatu kolom
ditambahkan pada kolom lainnya, maka det(B) = det(A).
Contoh 2

Hubungan Operasi
ka11 ka12 ka13 a11 a 12 a13 Baris pertama A dikalikan

[
a 21 a22
a 31 a32 ][ ]
a23 = k a21 a 22 a23
a33 a31 a 32 a33
dengan k

det(B) = k det(A)
a 21 a22 a 23 a11 a12 a 13 Baris pertama dan kedua

|
a11 a12 a 13
a31 a32 a 32 || |
= - a 21 a22 a 23
a31 a32 a 32
dari A dipertukarkan

det(B) = - det(A)
a 11 +k a21 a12+ k a22 a13 +k a23 a11 a12 a 13 Suatu penggandaan baris

| a21
a31 ||
a 22
a 32
a23
a32
= a 21 a22 a 23
a31 a32 a 32 | kedua dari A ditambahkan
pada baris pertama
det(B) = det(A)

Penyelesaian persamaan baris terakhir

a 11 +k a21 a12+ k a22 a13 +k a23 a11 +k a 21 a12 + k a22

| a21
a31
a 22
a 32
a23
a33 |a21
a31
a 22
a 32

det (B) =( a 11 +k a21 )a 22 a33 + (a 12+k a 22 ¿ a23 a31+ (a 13+k a23 ¿ a21 a32−a 31 a22(
a 13+k a23 ¿−a33 a21(a 12+k a 22 ¿−a32 a 23( a 11 +k a21 )

= det(A) + k ¿ ¿

= det(A) + 0
= det(A)

DETERMINAN MATRIKS – MATRIKS DASAR

Teorema 2.2.4 Anggap E adalah suatu matriks dasar n x n

(a) Jika E dihasilkan dari mengalikan suatu baris dasar I n dengan k, maka det(E)
= k .I n
(b) Jika E dihasilkan dari mempertukarkan dua baris dari I n maka det(E) = -1 atau
–det( I n ¿
(c) Jika E dihasilkan dari menambahkan suatu penggandaan satu baris dari I nke
baris lainnya, maka det(E) = 1.

Contoh 3 Determinan matriks – matriks dasar berikut ini, yang dihitung dengan mencongak,
mengilustrasikan Teorema 2.2.4.

10 0 0

| |
01
00
00
0
1
0
0
0
1

10 0 0 00 0 1 10 0 7

| || | | |
03
00
00
0
1
0
0 =3
0
1
01
00
10
0
1
0
0 =¿
0
0
-1
01
00
00
0
1
0
0 =1
0
1

Baris kedua dari I n Baris pertama dan 7 kali baris terakhir ditam-

dikalikan dengan 3 terakhir dari I n di- bahkan pada baris pertama

pertukarkan
DETERMINAN DENGAN BARIS ATAU KOLOM PROPORSIONAL

Teorema 2.2.5Jika A adalah suatu matriks bujur sangkar dengan dua baris
proporsional atau dua kolom proporsional, maka det(A) = 0.

Contoh 4Perhitungan berikut mengilustrasikan munculnya suatu baris nol ketika ada dua
baris yang proporsional:
Baris kedua adalah 2
1 3 −2 4 1 3 −2 4 1 3 −2 4

| || || |
kali baris pertama. Jadi
2 6 −4 8 00 0 0 11 4 8 kita tambahkan -2 kali
= = =0
39 1 5 39 1 5 39 1 5 baris pertama ke baris
11 4 8 11 4 8 00 0 0 kedua untuk
mendapatkan suatu
baris nol. Lalu
pertukarkan baris
kedua dengan keempat.

Setiap matriks berikut ini mempunyai dua baris atau kolom yang proporsional; sehingga,
dengan mencongak, masing – masingnya mempunyai determinan nol.

4 −1 4 Baris kedua adalah 2 kali baris


[−1
−2 8 ] =[
0 0]
=0
pertama. Jadi kita tambahkan -2 kali
baris pertama ke baris kedua untuk
mendapatkan suatu baris nol.

Kolom kedua adalah 2 kali kolom


pertama. Jadi kita tambahkan 2 kali
1 −2 7 1 0 7 kolom pertama ke kolom kedua untuk
[ ][
−4 8 5 = −4 0 5 = 0
2 −4 3 2 0 3 ] mendapatkan suatu kolom nol.

3 −1 4 −5 3 −1 4 −5 Baris pertama adalah 3 kali baris

[ 6 −2
5 8
5 2
1 4
−9 3 −12 15
=
][
6 −2 5 2
5 4 1 4
0 0 0 0
=0
] keempat. Jadi kita tambahkan 3 kali
baris pertama ke baris keempat untuk
mendapatkan suatu baris nol.
MENGHITUNG DETERMINAN DENGAN REDUKSI BARIS
Contoh 5 Hitung det(A) di mana

0 1 5

[
A= 3 −6 9
2 6 1 ]
Penyelesaian :

Kita akan mereduksi A menjadi bentuk baris – eselon ( yang adalah segitiga atas ) dan
menerapkan Teorema 2.2.3 :

0 1 5 3 −6 9
| | |
det(A) = 3 −6 9 = − 0 1 5
2 6 1 2 6 1 |
1 −2 3
|
= −3 0 1 5
2 6 1 |
1 −2 3
|
= −3 0 1 5
0 10 −5 |
1 −2 3
|
= −3 0 1 5
0 0 −55 |
1 −2 3
|
= (−3)(−55) 0 1 5
0 0 1 |
= (-3)(-55)(1) = 165

Contoh 6Hitung determinan dari

1 0 0 3

[ ]
A= 2
0
7
7
6
3
0 6
3 0
1 −5

Penyelesaian :
Determinan ini bisa dihitung sebagaimana di atas dengan menggunakan operasi baris
dasar untuk mereduksi A menjadi bentuk baris – eselon, tetapi kita akan membuat A
berbentuk segitiga bawah dalam satu langkah dengan menambahkan -3 kali kolom pertama
ke kolom keempat untuk memperoleh :

1 0 0 0

[
det ⁡( A)=det 2
0
7
7
6
3
0 0
3 0
1 −26
]= (1)(7)(3)(-26) = -546

Contoh ini menunjukkan gunanya tetap memperhatikan operasi kolom yang bisa
memperpendek perhitungan.

Anda mungkin juga menyukai