Anda di halaman 1dari 9

an di Google Play

VIEW

PREMIUM

JELAJAHI


 


 


 


 3

 Home

 Tren

 Tren

Cara Penularan Virus Corona dan Alasan Pentingnya


Social Distancing
Kamis, 19 Maret 2020 | 06:46 WIB


 


 


 

Komentar (3)

Lihat Foto

Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh


 | 

Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Wabah virus corona menjadi catatan kelam sejak awal tahun 2020.


Virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, China, itu membuat semua orang
khawatir.

Virus corona jenis baru, SARS-CoV2, telah menginfeksi lebih dari 200.000 orang di
152 negara dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Ketika tren infeksi di China terus mengalami penurunan, angka terinfeksi di negara-
negara lain justru mengalami lonjakan.
Italia dan Iran menjadi dua negara dengan jumlah kasus terbesar di luar China serta
belum menunjukkan penurunan tren infeksi hingga saat ini.

Cara penularan virus corona


Virus corona jenis baru, SARS-CoV2, masih terus diteliti untuk mengetahui
karakteristik virus ini dan bagaimana penularan serta penyebarannya.

Namun, WHO menjadikan penularan MERS dan SARS sebagai acuan karena
penyebabnya berasal dari kelompok virus yang sama, yaitu coronavirus.

Penularan virus corona bisa terjadi melalui berbagai hal berikut:

 Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin


 Kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan
 Menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, kemudian menyentuh
mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan
 Kontaminasi tinja (jarang terjadi)

Sebuah studi terbaru menunjukkan potensi penularannya melalui udara.

Ketika seseorang batuk atau bersin dan mengeluarkan cairan mengandung virus,
berpotensi akan menyebar ke udara dan bisa langsung masuk ke tubuh orang lain
jika berada dalam posisi berdekatan.

"Virus ini ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian besar melalui
bersin atau batuk," kata Kepala Unit Penyakit Emerging dan Zoonosis WHO Dr
Maria Van Kerkhove, dilansir dari CNBC.

Bahkan, para peneliti menemukan bahwa virus itu bisa bertahan dalam jangka waktu
tertentu di udara dan menempel di permukaan benda, bergantung pada beberapa
faktor, seperti panas dan kelembapan.

Hal itu diketahui setelah peneliti menggunakan peralatan untuk menyemprotkan


sampel virus secara halus ke udara dan meniru apa yang bisa terjadi, yaitu orang
yang terinfeksi menyebarkan virus melalui udara.

Virus tersebut dapat dideteksi dalam aerosol hingga tiga jam usai aerosolisasi.

Virus corona jenis baru ini juga terbukti dapat bertahan empat jam pada tembaga
hingga 24 jam pada karton, dua hingga tiga hari pada plastik dan stainless steel.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menyebutkan, jarak


penyebaran cairan di udara setidaknya sejauh 2 meter antar-manusia.
Pelajaran dari Italia dan pentingnya social distancing
Oleh karena itu, social distancing diyakini menjadi salah satu cara efektif untuk
menekan angka penyebaran, meski tak bisa menghilangkan virus.

Social distancing atau jarak sosial adalah mengambil jarak dengan menghindari


kerumunan, pertemuan publik, dan tak mendatangi pertemuan dalam kelompok
besar.

Artinya, ada ruang yang cukup antara satu orang dengan orang lain sehingga
menghilangkan rute transmisi virus.

Setiap orang diingatkan menerapkan social distancing agar tak terjadi seperti kasus


di Italia.

Penularan virus corona secara langsung terjadi apabila seseorang yang terpapar
virus yang berasal dari Wuhan, China, ini batuk, bersin, atau berbicara dan
percikannya langsung mengenai orang lain.

Situasi ini biasanya terjadi apabila pihak-pihak yang terlibat berinteraksi dalam jarak
satu meter.

Itulah mengapa, sangat disarankan agar kita menjaga jarak (physical distancing),
setidaknya dua meter dengan orang lain. Dengan begitu, kita bisa terhindar dari
terkena percikan.

Sangat disarankan pula, saat terpaksa berada di kerumunan, untuk selalu


mengenakan masker dan membuang masker tersebut di tempat sampah setelah
selesai digunakan selama beberapa jam.

4 dari 5 halaman

Karena Menyentuh Permukaan Benda

Sedangkan penularan virus corona secara tidak langsung, yakni apabila seseorang
menyentuh permukaan atau benda apa pun yang sudah terkena atau terkontaminasi
percikan atau tetesan dari seseorang yang terpapar COVID-19.

Virus corona, seperti diketahui dapat bertahan selama beberapa jam di berbagai
permukaan, seperti kaca, plastik, baja, tembaga, kertas, hingga kayu.

Ketika tanpa diketahui menyentuh benda yang sudah terkominasi virus corona
tersebut, dan menyentuh wajah seperti di bagian hidung, mulut, dan mata tanpa
mencuci tangan terlebih dulu, kita berisiko tertular.
Virus akan berkembang biak dengan cara memperbanyak diri di dalam sel
inang.
Untuk berkembang biak, virus akan memerlukan sel hidup.
Sel hidup bisa seperti sel manusia, hewan, tumbuhan atau
mikroorganisme.
Di satu sisi, virus mengandung unsur-unsur kunci yang membentuk semua
organisme baru.
Asam nukleat, DNA atua RNA (setiap hidup yang diberikan hanya dapat
memiliki satu atau yang lain).
Di sisi lain, virus tidak memiliki kapasitas untuk secara independen
membaca dan bertindak berdasarkan informasi yang terkandung dalam
asam nukleat.
Virus adalah parasit yang membutuhkan replikasi dalam sel inang.
Ketika virus benar-benar berkumpul dan mampu infeksi, itu dikenal sebagai
virion.
Untuk replikasi virus hanya memerlukan asam nukleat. Materi yang
diperlukan untuk sintesis protein virus berasal dari sel inang.
Contoh organisme yang menjadi hospes virus adalah bakteri, jaringan
embrio, hewan, tumbuhan, dan manusia.
Perkembangbiakan virus Proses reproduksi virus terdiri dari lima tahap,
yaitu
adsorbsi, penetrasi, sintesis (eklifase), pematangan dan lisis.
Berikut akan dibahas tentang cara replikasi virus yang terdiri atas lima
tahap yaitu :
Tahap adsorbsi Tahap penetrasi Tahap sintesis Tahap pematangan
Tahap lisis
Berikut penjelasannya:
Tahap adsorbsi
Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),
tahap adsorbsi merupakan tahap menempelnya virion bagian reseptor site
sel inang dengan memakai serabut ekornya.
Molekul-molekul reseptor site untuk setiap jenis virus berbeda-beda.
Contoh berupa protein untuk Picornavirus atau oligosakarida untuk
Orthomyxovirus dan Paramyxovirus.
Tahap penetrasi
Pada tahap penetrasi merupakan selubung ekor berkontraksi untuk
membuat lubang yang menembus dinding dan membran sel inang.
Kemudian virus memasukan materi genetik virus melalui lubang pada
dinding dan membran sel inang dan kapsid virus jadi kosing.
Tahap sintesis
Tahap sintesis adalah tahap pembentukan asam nukleat (salinan genom)
dan komponen-komponen virus dengan menghidrolisis DNA sel inang.
Tahap pematangan
Baca Selanjutnya:
Mengapa Orang dengan Golongan Darah O Lebih Tahan Virus Corona dan Golongan
Darah A Paling Rentan?

Kemudian virus memasukan materi genetik virus melalui lubang pada


dinding dan membran sel inang dan kapsid virus jadi kosing.
Tahap sintesis
Tahap sintesis adalah tahap pembentukan asam nukleat (salinan genom)
dan komponen-komponen virus dengan menghidrolisis DNA sel inang.
Tahap pematangan
Tahap pematangan terjadi partikel-partikel virus yang lengkap membentuk
virion-virion baru dengan menggunakan asam nukleat dan protein.
Tahap lisis
Tahap lisis merupakan tahap pemecahan dinding sel inang dengan
menggunakan enzim lisozim.
Itu berfungsi merusak dinding sel bakteri sehingga virus baru akan keluar
dan menyerang sel inang baru.
Siklus hidup virus Siklus hidup virus meliputi siklus litik dan siklus lisogenik:
Siklus litik Siklus litik adalah replikasi virus yang disertai matinya sel inang.
Terbentuknya anakan virus baru siklus litik terjadi jika pertahanan sel inang
lemah dibandingkan daya infeksi virus.
Maka tahap dari replikasi virus berlangsung cepat.
Siklus litik sel inang akan pecah dan mati setelah terbentuk anakan virus
baru (virion).
Siklus lisogenik Siklus lisogenik terjadi saat sel inang memiliki pertahanan
yang lebih baik dibandingkan daya infeksi virus.
Maka sel inang tidak segera pecah, bahkan dapat bereproduksi secara
normal.
DNA atau RNA virus berinteraksi ke dalam kromosom sel inang
membentuk profag dan ini dapat diturunkan kepada kedua sel anak melalui
reproduksi.
Apabila profag pada sel anak inang menjadi aktif maka virus akan
mengalami reproduksi secara litik.

Reaksi tubuh saat terinfeksi virus Corona adalah membentuk daya tahan
tubuh untuk membasmi virus tersebut. Jika sistem kekebalan tubuh kuat,
maka virus akan mati. Namun, pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah,
virus Corona bisa sulit dilawan sehingga muncul gejala yang berat dan
komplikasi yang fatal.

Virus Corona dapat menular antarmanusia melalui percikan dahak atau air liur
penderita COVID-19 saat sedang batuk atau bersin. Percikan dahak dan air liur ini
dapat masuk ke dalam tubuh orang lain melalui mata, hidung, atau mulut.

Selain itu, virus Corona juga bisa masuk ke dalam tubuh seseorang melalui tangan
yang sudah terkontaminasi virus ini saat menyentuh benda yang mengandung
cipratan ludah penderita COVID-19, jika orang tersebut menyentuh hidung atau
mulutnya sebelum mencuci tangan. Apa yang Terjadi Ketika Virus Corona
Masuk ke Dalam Tubuh?

Ketika masuk ke dalam tubuh, virus Corona akan menempel di dinding sel-sel
saluran pernapasan dan paru-paru, lalu masuk ke dalamnya untuk berkembang biak
di sana.

Proses tersebut akan terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Setelah itu, sistem
kekebalan tubuh atau sistem imun akan bereaksi dengan cara mengirim sel darah
putih dan membentuk antibodi untuk melawan dan membunuh virus tersebut.

Ketika terjadi reaksi perlawanan tubuh terhadap virus Corona, akan muncul
beberapa gejala, misalnya demam. Gejala ini biasanya akan muncul dalam waktu 2–
14 hari setelah terpapar virus Corona.

Pada sebagian orang yang terinfeksi virus Corona, reaksi sistem imun tubuh akan
berhasil melawan virus tersebut, sehingga gejalanya mereda dan orang tersebut
sembuh dengan sendirinya.
Namun, apabila sistem kekebalan tubuh seseorang tidak cukup kuat untuk melawan
virus Corona atau justru bereaksi berlebihan, maka orang tersebut akan
mengalami gejala COVID-19 yang lebih berat, yaitu demam tinggi dan sesak napas,
atau bisa juga mengalami kerusakan organ.

Hal ini lebih berisiko terjadi pada para lansiaatau orang yang memiliki penyakit
penyertasebelumnya, misalnya diabetes, kanker, dan HIV.

Beberapa Komplikasi Infeksi Virus Corona

Sebagian penderita infeksi virus Corona tidak mengalami gejala atau hanya
mengalami gejala ringan dan akan sembuh sendiri. Namun, ada juga penderita yang
mengalami gejala parah hingga muncul komplikasi, seperti:

Gangguan pernapasan

Komplikasi yang paling sering terjadi akibat infeksi virus Corona adalah masalah
pada saluran pernapasan, seperti gagal napas atau ARDS dan pneumonia. Kondisi
ini terjadi ketika jaringan paru-paru mengalami peradangan dan dipenuhi cairan,
sehingga mengganggu proses pernapasan.

Saat mengalami komplikasi tersebut, penderita infeksi virus Corona bisa mengalami
kekurangan oksigen. Hal inilah yang membuat banyak pasien COVID-19
membutuhkan bantuan pernapasan, seperti pemasangan ventilator dan pemberian
oksigen.

Gangguan jantung

Infeksi virus Corona dapat memperberat kerja jantung, sehingga berbahaya bagi
orang yang memiliki riwayat gangguan jantung, seperti penyakit jantung dan gagal
jantung.

Beberapa studi juga menunjukkan bahwa risiko kematian akibat COVID-19 jauh
lebih tinggi pada orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dibandingkan pada
orang yang sebelumnya sehat.

Gangguan ginjal dan hati

Beberapa laporan kasus terkait infeksi virus Corona menyebutkan bahwa sebagian
penderita dengan gejala yang parah dapat mengalami gagal hati dan gangguan
fungsi ginjal.

Hingga saat ini, penyebab terjadinya komplikasi tersebut belum diketahui. Namun,
reaksi kekebalan tubuh terhadap virus Corona diduga sebagai salah satu
penyebabnya.
Selain beberapa komplikasi di atas, penderita infeksi virus Corona juga berisiko
mengalami sepsis. Kondisi ini lebih mudah terjadi pada pasien COVID-19 yang
kondisinya lemah dan sudah dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.

Sistem imun yang kuat mampu melawan virus Corona dengan baik sehingga gejala
COVID-19 yang muncul pun ringan dan penyakit ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Sebaliknya, jika sistem kekebalan tubuh tidak mampu melawan virus
Corona, dapat muncul gejala COVID-19 yang berat dan berisiko terjadi komplikasi.

Oleh karena itu, selain melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak tertular


virus Corona, Anda juga perlu memperkuat daya tahan tubuh dengan pola makan
dan pola hidup yang sehat.

Jika Anda mengalami demam yang disertai batuk atau sesak napas, terlebih jika
dalam 14 hari terakhir Anda pernah berada di daerah endemis COVID-19 atau
memiliki kontak dengan orang yang positif terinfeksi virus Corona, lakukan isolasi
mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan
lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai