Daftar Isi
Jurnal 13
EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA3
Jurnal 27
EVALUASI KINERJA GURU MATEMATIKA SMP BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI KABUPATEN BANTUL7
Jurnal 311
EVALUASI KINERJA GURU SMK YANG BERSERTIFIKAT PROFESIONAL DI KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Jurnal 415
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU SMP KELAS VIII DI KABUPATEN SUMBAWA15
Jurnal 518
BIAYA OPERASI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KATEGORI SBI/RSBI DI DIY18
Jurnal 621
PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN KOMPREHENSIF BERBASIS PROYEK PENDIDIKAN
KEWIRAUSAHAAN TERINTEGRASI DI SMK21
Jurnal 724
EVALUASI EFEKTIVITAS UNIT PRODUKSI DALAM MEMPERSIAPKAN KOMPETENSI KERJA SISWA SMK24
Jurnal 830
CONSTRUCTIVISM VERSUS OBJECTIVISM IMPLICATIONS FOR INTERACTION, COURSE DESIGN, AND
EVALUATION IN DISTANCE EDUCATION30
Download : http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/jep/article/view/79
Penulis : - Ismiyatun
Critical Journal Review – Zihan Manullang (5153111050) | 2
- Samsul Hadi
Tujuan Penelitian :
Langkah Penelitian :
Evaluasi penilaian oleh pendidik meli-puti pembuatan rancangan penilaian dan kriteria penilaian,
pengembangan indikator pencapaian kompetensi dasar dan teknik penilaian, pengem-bangan
instrumen, pelaksanan penilaian, peng-olahan hasil penilaian, pengembalian hasil penilaian,
pemanfaatan hasil penilaian, dan pelaporan hasil penilaian pada akhir semester. Hasil evaluasi
terhadap penilaian oleh pendidik menunjukkan tingkat ketercapaian rata-rata SMK di Daerah
Istimewa Yogyakarta sesuai dengan standar penilaian pendidikan adalah baik, yaitu sebesar
61,38%.
Ketidaktercapaian dalam memenuhi standar penilaian tersebut disebabkan karena beberapa aspek
belum terlaksana secara opti-mal. Aspek-aspek tersebut adalah: pembuatan rancangan penilaian
dan kriteria penilaian, pe-ngembangan indikator pencapaian kompetensi dasar dan teknik
penilaian, pengembangan in-strumen, dan pemanfaatan hasil penilaian.
Hasil Penelitian :
Hasil implementasi standar penilaian pada pembelajaran batik yang dilaksanakan di lima SMDIY
pada masing-masing kom-ponen tersebut adalah sebagai berikut.
Komponen prinsip-prinsip penilaian yang dievaluasi meliputi: prinsip objektif, adil, terpadu, dan
terbuka. Hasil pengolahan angket evaluasi implementasi standar penilaian pada
Nilai rata-rata komponen prinsip pe-nilaian di SMK Negeri 5 Yogyakarta untuk angket
siswa sebesar 14,97 (66,47%) dan untuk angket guru sebesar 3,38 (79,33%). Sesuai de-ngan
kategori penilaian untuk komponen prin-sip penilaian untuk angket siswa nilai rata-rata masuk
dalam kategori baik. Sedangkan kom-ponen prinsip penilaian untuk angket guru nilai rata-ratanya
masuk dalam kategori sangat baik. Nilai keseluruhan adalah 18,35 (68,61%) ter-masuk dalam
kategori baik.
Daftar Pustaka :
Kekuatan Penelitian :Penulis menggunakan metode yang aman serta lengkap mulai dari analisis
data serta kelengkapan teori sang peneliti beserta perhitungan yang sangat
teliti.
Kelemahan Penelitian : Metode penelitian ini menggunakan analisis yang banyak sekali ,
sehingga banyak biaya yang dikeluarkan dikarenakan menggunakan
narasumber dengan 3-4 sekolah beserta para siswa/I nya .
Kesimpulan :
Berdasarkan evaluasi yang telah dila-kukan terhadap komponen-komponen standar
penilaian di lima SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut. (1)
Implementasi prinsip-prinsip penilaian pada pembelajaran batik SMK di DIY sudah dilak-sanakan
dengan baik, tapi belum optimal. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ketercapaian implementasi
prinsip-prinsip penilaian oleh lima SMK di DIY sebesar 65,78% termasuk dalam kategori baik.
(2) Implementasi kompo-nen teknik dan instrumen penilaian menunjuk-kan bahwa rata-rata
pendidik SMK di DIY memahami teknik dan menggunakan instrumen penilaian dengan baik,
meskipun masih belum seluruhnya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat ketercapaian
implementasi komponen teknik dan instrumen penilaian SMK di DIY sebesar 65,13% termasuk
dalam kategori baik. (3) Implementasi mekanisme dan prosedur penilaian oleh pendidik dan
satuan pendidikan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat keter-capaian SMK di DIY sesuai dengan
standar penilaian pendidikan adalah baik, yaitu sebesar 60,96%. (4) Implementasi komponen
penilaian oleh pendidik menunjukkan tingkat ketercapai-an rata-rata SMK di DIY sesuai dengan
standar penilaian pendidikan adalah baik, yaitu sebesar 61,38%. (5) Evaluasi komponen penilaian
oleh satuan pendidikan menunjukkan bahwa aspek-aspek dalam komponen ini sudah dilaksanakan
dengan sangat baik oleh semua SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tingkat ketercapaian rata-
rata SMK di DIY yaitu sebesar 84,27%. (6) Evaluasi penilaian oleh pemerintah yang me-liputi
Saran :
Saran dari hasil penelitian ini adalah: (1) perlu keberanian guru untuk memberikan
penilaian secara lebih objektif kepada siswa. Hal ini diperlukan agar siswa terbiasa dengan
kebenaran dan dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada selanjutnya dapat mem-
perbaiki kekurangan tersebut, (2) hendaknya sekolah lebih memperhatikan pelaksanaan stan-dar
penilaian dengan mengacu pada komponen-komponen yang ada dalam standar penilaian
pendidikan, terutama peningkatan dalam objek-tivitas penilaian, peningkatan penilaian bentuk
portofolio dan adanya jurnal untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan siswa dalam belajar, (3)
dukungan dari pemerintah daerah terhadap sekolah dalam rangka implementasi standar penilaian
pendidikan sangat diperlukan agar implementasi dapat berjalan secara maksimal sesuai patokan
dan standar yang sudah ada.
Referensi :
- Sugiyono. (1997). Metode penelitian administrasi. Bandung. Alfabeta.
- Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar (2004). Evaluasi program pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
- William, D., Lee, C., Harrison, C., et al. (2010). Teachers developing assessment for
learning: impact on student achievement. Assessment in Education: Principles, Policy &
Practice. 11:1, 49-65.
- Wilson, D.H. (2010). Vocational education in high school: a future outlook. (Disertasi
doctor, Capella University, 2010). Diambil pada tanggal 24 Juni 2013, dari
http://search.proquest.com/docview/305244953?accountid=31324.
Download : http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/jep/article/view/1270
Tujuan Penelitian :
Langkah Penelitian :
Teknik pengumpulan data yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah dokumentasi,
angket, dan wawancara. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh dan mengumpul-kan
data kinerja guru Matematika yang berser-tifikat pendidik berupa dokumen rencana pelak-sanaan
pembelajaran (RPP) yang dibuat guru. Instrumen yang digunakan adalah telaah doku-men.
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang kinerja
guru Matematika berkaitan dengan pe-laksanaan pembelajaran dalam kelas. Instrumen yang
digunakan adalah angket. Teknik wawan-cara yang digunakan peneliti adalah wawancara
terencana terstruktur. Instrumen pedoman wa-wancara digunakan untuk melengkapi informasi
yang dikumpulkan dari instrumen angket dan telaah dokumen.
Hasil Penelitian :
Daftar Pustaka :
- Abbas, H. (12 Juni 2013). Fokus kebijakan pendidikan. Diakses tanggal 15 Sep-tember
2014 dari http://print.kompas.com
- Azwar, S. (2013). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Bactiar. (2011). Implementasi kebijakan sertifi-kasi guru dalam rangka meningkatkan
profesionalitas guru di kota Yogyakar-ta. Jurnal Studi Pemerintahan.2,2,1-20.
- Berk, R. A., (1986). Performance assesment. London: The John Hopkins Press Ltd.
Kekuatan Penelitian :Penulis menggunakan metode yang aman serta lengkap mulai dari
perhitungan dengan menggunakan grafik dan analisis datanya.
Kesimpulan :
Hasil evaluasi kinerja guru Matematika SMP bersertifikat pendidik di kabupaten Bantul
dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, kinerja guru bersertifikat pendidik dalam
perencanaan pembelajaran Matematika di kabupaten Bantul baik. Hal ini bisa dilihat pada
indikator-indikator yang telah disusun oleh para guru tersebut. Kedua, kinerja guru bersertifikat
pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika di SMP di kabupaten Bantul sudah sangat
baik. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru sudah menggunakan media dan metode yang
bervariasi, dan memanfaatkan sarana prasarana pembelajaran yang ada di sekolah secara optimal.
Dengan kata lain, guru sudah menjalankan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan komponen-
komponen yang ada atau sesuai dengan standar proses. Ketiga, kinerja gurudalam penilaian
pembelajaran Matematika baik. Guru bersertifikat pendidik memberikan penilaian kepada peserta
didik sesuai dengan indikator-indikator yang dijabarkan.
Saran :
Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran, antara lain: Bagi remaja,
diharpkan bisa memahami serta menguasai emosinya, sehingga mampu mencapai kondisi
emosional yang adaptif, serta dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga
tidak perlu melakukan kegiatan yang tak berguna seperti kenakalan remaja. Bagi orang tua,
diharapkan orang tua mampu mengetahui kebutuhan anak dan mampu bersikap bijaksana dalam
segala permasalahan yang dialami oleh anak, serta mendukung kegiatan positif sianak dan
diharapkan orang tua dapat berperan dengan baik dalam membimbing dan menjaga anaknya
masing-masing.
Referensi :
- Kemendiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
- Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan In-strumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra
Cendikia.
- Mardapi, D. (2012). Pengukuran, penilaian dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repub-lik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007,
tentang Standar Proses Pembelajaran.
- Permendiknas Nomor 22, tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah
Download : http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/jep/article/view/79
- Sudji Munadi
Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) kinerja guru SMK yang bersertifikat
profesional di Kabupaten Halmahera Barat dilihat dari tugasnya sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, penilai/evaluator, dan pengembangan profesi guru. Penelitian ini merupakan
penelitian evaluatif. Evaluasi yang digunakan adalah Model Evaluasi Kesenjangan. Pengumpulan
data menggunakan teknik angket dan wawancara. Validitas yang digunakan adalah validitas isi
dan konstruk. Reliabilitas yang digunakan adalah metode Cronbach Alpha.
Langkah Penelitian :
Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif.
Penelitian evaluatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap
efektifitas suatu tindakan, kegiatan, atau program. Tujuan penelitian eveluasi adalah me-
nyediakan informasi untuk membuat keputusan suatu kebijakan, program, proyek atau aktifitas
tertentu, baik untuk kepentingan perbaikan, sustainbilitas (keberlanjutan), terminasi (peng-
hentian) maupun untuk kepentingan akuntabilitas publik. Penelitian evaluatif dibedakan menjadi
penelitian evaluasi formatif yang me-nekankan pada proses dalam menghasilkan suatu keputusan
dan penelitian evaluasi sumatif yang menekankan pada pencapaian penerapan keputusan tertentu.
Penelitian evaluatif ini termasuk pada penelitian evaluasi sumatif, dimana penilaian dilakukan
terhadap kinerja guru SMK yang bersertifikat profesional di Kabupaten Halmahera Barat.
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian :
Apabila dilihat dari aspek guru sebagai pendidik, maka diketahui bahwa Kepala Seko-lah,
diri sendiri, teman sejawat, maupun siswa telah menilai bahwa guru SMK bersertifikat profesional
di Kabupaten Halmahera Barat telah memiliki kinerja yang baik. Pada aspek guru sebagai
pengajar, hasil penelitian menun-jukkan bahwa Kepala Sekolah dan siswa meni-lai bahwa kinerja
guru sebagai pengajar ter-golong baik, sedangkan guru sendiri dan teman sejawat menilai bahwa
kinerja guru sebagai pengajar tergolong sangat baik. Kondisi ini sama dengan penilaian terhadap
kinerja guru sebagai penilai. Kepala Sekolah dan siswa me-nilai bahwa guru SMK bersertifikat
profesional di Kabupaten Halmahera Barat tergolong baik dalam kinerjanya sebagai penilai,
sedangkan guru sendiri dan teman sejawat menilai bahwa kinerjanya sebagai penilai sudah
tergolong sangat baik.
Penilaian terhadap aspek guru sebagai pembimbing menunjukkan bahwa guru sendiri,
teman sejawat, dan siswa menilai bahwa kinerja guru sebagai pembimbing tergolong sangat baik,
sedangkan Kepala Sekolah masih menilai bahwa kinerja guru sebagai pembimbing ter-golong
baik. Selain berperan sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan penilai, guru juga berperan
Daftar Pustaka :
Kekuatan Penelitian :Penulis menggunakan metode yang aman serta lengkap mulai dari analisis
data serta kelengkapan teoiri sang peneliti.
Kelemahan Penelitian : Metode penelitian ini menggunakan analisis yang banyak sekali ,
sehingga orang awam yang membaca dapat kebingungan , dengan kata lain
jurnal ini agak sedikit berbelit-belit tidak to the point .
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dan pem-bahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)
kinerja guru SMK yang bersertifikat profesional di Kabupaten Halmahera Barat menurut kepala
sekolah, diri sendiri, teman sejawat dan siswa tergolong sangat baik. Dengan rincian pada aspek
guru sebagai pendidik, pengajar, pem-bimbing, dan penilai atau evaluator tergolong sangat baik,
sedangkan pada aspek pengem-bangan profesi guru tergolong baik. (2) hasil wawancara sebagian
responden mengatakan bahwa kinerja guru SMK yang bersertifikat profesional di Kabupaten
Halmahera Barat yang berkaitan dengan tugasnya sebagai pen-didik, pengajar, pembimbing,
penilai dan pe-ngembangan profesi guru sudah baik, dan sebagian lagi mengatakan belum baik.
(3) hasil evaluasi menunjukkan bahwa kinerja guru SMK yang bersertifikat profesional di Kabu-
paten Halmahera Barat sudah cukup sesuai dengan standar kinerja guru. Hasil ini dapat diketahui
dari fakta yang diperoleh dari peneli-tian. Data faktual hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden menilai kinerja guru tergolong sangat baik pada aspek kinerja sebagai
pendidik, pengajar, pembimbing, peni-lai, dan pengembangan profesi. Penilaian responden yang
berada dalam kategori sangat baik ini mengindikasikan kesesuaian antara data faktual kinerja guru
dengan standar kinerja guru. Hal ini disebabkan karena penyusunan angket penilaian kinerja guru
sudah didasarkan pada standar kinerja guru.
Referensi :
- Rizali, A., Sidi, I. D., & Dharma, S. (2009). Dari Guru Konvensional Menuju Guru
Profesional. Jakarta: Grasindo.
- Stronge, J. H. (2006). Evaluating Teaching, A Guide to Current Thinking and Best
Practice Second Edition. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
- Sudibyo, A. (8 Desember 2013). Jumlah Guru di Indonesia Capai 2,92 Juta. Artikel Online
dalam http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/news/2013/12/08/182542, diakses
tanggal 28 Juni 2014.
Tujuan Penelitian :
Subjek Penelitian : Kepala sekolah, guru, dan siswa SMP Negeri kelas VIII
Assessment Data : Data yang disajikan lengkap dan jelas, serta real dengan pengujian
yang telah dilakukan.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam pene-litian ini adalah model Evaluasi
Kualitas dan Output Pembelajaran (EKOP)
Langkah Penelitian :
Ditinjau dari jenis dan sumber data yang digunakan, dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan campuran deskriftif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk menjaring hasil angket berupa data-data yang diperoleh dari penyebaran angket
untuk selanjutnya di analisis dengan menghitung rata-rata skor dengan microsoft exel 2007 yang
dibandingkan dengan kriteria pembanding.
Teknik penetapan sampel yang diguna-kan sebagai sumber informasi untuk siswa adalah
propotional random sampling. Metode penarikan sampel menggunakan rumus Slovin yang
bertujuan untuk proporsi siswa sebagai responden agar sampel representatif mewakili populasi
siswa secara keseluruhan. Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% (0,05)
dan galat 10% (0,10) karena mengingat penelitian ini adalah penelitian pendidikan dengan jumlah
responden yang banyak sebesar 6.931 responden dan adanya keterbatasan yang dimiliki peneliti
dalam melakukan penelitian serta luasnya daerah yang akan dilakukan penelitian.
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian mengenai kualitas pembelajaran IPS SMP di Kabupaten Sumbawa dalam
masing-masing komponen diuraikan sebagai berikut.IPS yang terdiri atas 5 item pernyataan
berda-sarkan penilaian kepala sekolah diperoleh rata-rata 4,48 berada dalam kategori sangat baik.
Daftar Pustaka :
- Cholisin., & Hisyam, D. (2006). Reorientasi dan pengembangan: ilmu pengetahuan sosial
di era Indonesia baru. Yogyakarta: Efisiensi Press.
- Depdiknas, (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
- Mardapi, D. (2012). Pengukuran penilaian dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kekuatan Penelitian : Penulis menggunakan metode yang mudah dibanding metode lainnya.
Kelemahan Penelitian : Subjek penelitian sipenulis yang pelajar SMP menggunakan siswa/I
kelas 8 , seharusnya penulis memulai nya dari SMP kelas 7,8,9 juga .
Kesimpulan :
Output pembelajaran IPS terpadu di Kabupaten Sumbawa berada pada kategori baik, hal
ini ditunjukkan kecakapan akademik,, keca-kapan personal, serta kecakapan sosial siswa dalam
pembelajaran IPS Terpadu di Kabupaten Sumbawa termasuk dalam kategori baik. Kua-litas
program pembelajaran IPS Terpadu di kabupaten Sumbawa termasuk dalam kategori baik dilihat
dari kualitas pembelajaran dan output
Saran :
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, disarankan kepada pihak-pihak yang
terkait dan memiliki hubungan erat dengan pelaksanaan program pembelajaran IPS terpadu
supaya dapat berhasil sesuai dengan yang di-harapkan, maka saran peneliti untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut.
Referensi :
- Parkay, F.W., & Stanford, B.H. (2008). Menjadi seorang guru, edisi ketujuh. Jakarta:
Indeks.
- Sapriya. (2012). Pendidikan IPS konsep dan pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
- Widoyoko, S.E.P. (2014). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Puslitjak, (2013). Kajian efektivitas dan efisiensi layanan pendidikan orang
Download : https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/2124/1769
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap besar biaya operasi dan dana operasi
nonpersonalia dalam penyusunan anggaran Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasioanl di
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Langkah Penelitian :
Jenis penelitian ini adalah evaluatif model discrepancy menggunakan pendekatan
penghitungan biaya berbasis kegiatan (activity based costing, disingkat ABC), namun tidak secara
penuh karena kegiatan tertentu tidak ada datanya dan pola penyusunan anggaran berbeda
antarsekolah terteliti. ABC dipilih berdasarkan asumsi bahwa program keahlian tertentu
memerlukan lebih banyak bahan praktek sehingga biaya dan anggaran lebih besar (Daljono, 2011;
dan Hoeckel, 2008). Data dari dua pola anggaran yang berbeda ditransfer ke dalam pola yang
sama, yaitu berbasis pengeluaran seperti yang dipakai pada Permendiknas No 69 Tahun 2009.
Penelitian ini dilakukan di SMK-BI di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun
2011, namun data yang diteliti adalah dokumen anggaran sekolah tahun 2010. Populasi penelitian
ini adalah sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) di DIY yang sudah dinyatakan sebagai SBI
dan RSBI sebanyak 10 sekolah dan tidak dilakukan sampling. Berdasarkan bidangnya, sekolah
dikelompokkan menjadi dua, yaitu SMK Teknik dan Non-Teknik. Variabel pada penelitian ini
adalah besar biaya operasi nonpersonalia, besar dana tersedia, dan komponen kegiatan pada
program pembentukan kompetensi lulusan SMK.
Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur dan kaji dokumen. Wawancara relatif
singkat karena pada awal wawancara sudah diketahui bahwa istilah “biaya operasi sekolah” dan
Permendiknas No 69 Th 2009 belum dikenal oleh pengelola sekolah, sehingga pengumpulan data
fokus melalui kaji dokumen Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). Sumber data
(informan) adalah kepala sekolah, petugas yang ditunjuk kepala sekolah untuk memegang
dokumen RKAS dan pengelola anggaran sekolah. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengelompokkan jenis pengeluaran. Analisis
kuantitatif digunakan untuk menganalisis besar anggaran. Validasi data dilakukan melalui
triangulasi sumber data primer, yaitu dokumen diperoleh langsung dari (a) pimpinan sekolah
(kepala dan wakil kepala sekolah), (b) pengelola anggaran sekolah, dan (c) kepala Tata Usaha.
Hasil Penenlitian :
Kondisi demikian menunjukkan bahwa Pemerintah kurang atau tidak konsekuen dalam
menyelenggarakan program peningkatan mutu lulusan seperti SMK-BI dan sejenisnya dengan
tidak menyediakan dana yang memadai, khususnya untuk peserta didik dari kelompok ekonomi
lemah. Akibatnya, timbul polemik tentang mahalnya biaya SMK-BI.
Besar BO nonpersonalia penyelenggaraan SMK-BI lebih besar dari Standar Biaya SMK
SSN merupakan kondisi yang tidak perlu dipersoalkan bila dilihat dari adanya empat komponen
pengeluaran tambahan, yaitu (1) benchmark kurikulum dan bahan ajar dg OECD, (2) kemitraan
dengan industri dan sister school, (3) kegiatan lain, dan (4) pengelolaan. Masalah yang perlu
dicari solusinya adalah proporsi dana dari Pemerintah, orang tua peserta didik, dan pihak lain
yang berkepentingan.
Kesimpulan :
Saran :
Kelebihan : Data yang digunakan beragam sehingga memudahkan pembaca untuk mencari tau
data yang diperlukan. Banyak hal juga yang dipaparkan penulis sehingga mudah dimengerti
pembaca.
Daftar Pustaka :
- Abbas Ghozali (2010). Ekonomi Pendidikan. Jakarta: Lemlit UIN Syarif Hidayatullah.
- Achieve, Inc. (2007). Creating a World-Class Education System in Ohio. www.achieve.
org
- Amat Jaedun. (2010). Pencapaian IKKT pada Operasi SMK RSBI di DIY. Jurnal
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Vol 19 N0 2 Th 2010.
- Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. (2007). Pedoman Penjaminan Mutu
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
- Bray, M. (2002). The Cost and Financing of Education: Trend and Policy Implication.
Manila: ADB
- Brock, W., Marshall, R., and Tucker, M. (2009). 10 Steps to World-Class Schools.
Tahun : 2012
Tujuan Penelitian :
Subjek Penelitian : Siswa kelas XI program studi penjualan, guru ekonomi, dan guru
kewirausahaan SMK N 1 Depok, SMK N 1 Pengasih dan SMK
Muhammmadiyah 2 Bantul
Assesment Data : Data yang disajikan lengkap dan jelas, serta real dengan pengujian yang
telah dilakukan.
Langkah Penelitian :
Rancangan model dalam penelitian ini hanya meliputi tiga tahap. Untuk memperoleh data
yang terpercaya diperlukan instrumen yang valid dan reliabel. Guna memenuhi hal tersebut,
instrumen yang sudah dikembangkan tersebut perlu diuji validitas konstruknya. Secara teoretis, uji
validitas konstruk sudah dilakukan dalam proses pengembangan instrumen, yaitu dengan
mengembangkan definisi operasional berdasarkan teori sampai dengan penulisan kisi-kisi dan
instrumen penelitian. Namun demikian, guna memenuhi validitas konstruk secara empiris, perlu
dilakukan pengujian dengan menggunakan model Confirmatory Factor Analysis (CFA).
Hasil Penelitian :
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil análisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dilihat dari hasil penilaian pakar, setelah dilakukan revisi model penilaian komprehensif
berbasis proyek pendidikan kewirausahaan terintegrasi di SMK dinyatakan baik dan dapat
digunakan.
2. Dilihat dari hasil analisis dengan menggunakan model CFA, menunjukkan terjadi konsistensi
hasil pengujian model pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Hal ini terbukti dari hasil
pengujian model pada uji coba terbatas dan uji coba luas sama-sama menghasilkan bahwa model
tersebut fit dengan data empiris pada taraf signifikansi 5%.
Kelebihan : dengan dilakukan penelitian ini dapat diketahui bahwa sistem penilaian
komprehensif proyek pendidikan kewirausahaan terintrasi di SMK dinyatan baik dan layak
digunakan.
Kekurangan : uji coba penelitian hanya digunakan pada kelas IX saja sehinggu kurang diketahui
hasilnya jika dilakukan pada kelas X dan XII
Daftar Pustaka :
Tahun : 2012
Subjek Penelitian : SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 2 Depok Sleman, SMKN 2 Pengasih Kulon
Progo dan SMKN 2 Wonosari Gunung Kidul.
Assesment Data : Data yang disajikan lengkap dan jelas, serta real dengan pengujian yang
telah dilakukan.
Kata Kunci : unit produksi, kemampuan kompetensi kerja, sekolah menengah kejuruan
Metode Penelitian :
Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi yang meliputi: effort evaluation, Process
evaluation dan treatment specification approach. Metode penelitian evaluasi ini menggunakan
mixed method designs dengan concurrent triangulation designs (Creswell, 2009: 213).
Langkah Penelitian :
Variabel dalam penelitian ini meliputi: context, input (fasilitas praktek, program unit
produksi, kemampuan guru, siswa, dan teknisi), process (KBM, produksi), product (kompetensi
kerja, kualitas barang), dan outcome (dampak bagi sekolah).
Pengumpulan data kuantitatif melalui kuesioner, lembar penilaian dengan skala Likert 1-4
dan 1-5 dan dokumetasi. Langkah penyusunan instrumen: (1) merumuskan kisi-kisi instrumen; (2)
uji coba instrumen; dan (3) uji validitas dan reliabilitas instrumen.
Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam semi terstruktur dan
melalui observasi. Uji reliabilitas pedoman wawancara dengan cara (a) mengecek apakah
pedoman wawancara dan observasi tidak mengandung keraguan serta kesalahan; (b) konsistensi
antara kode, dan definisi; (c) berkoordinasi dan mengkomunikasikan diantara anggota dan sharing
data; dan (d) mengadakan cross chek dengan peneliti lain (Creswel, 2009). Uji validitasnya
dengan cara: (a) triangulasi; (b) member checking, dan (c) use rich, thick description.
Selain itu untuk menjaga keabsahan data dengan cara: a) peneliti sebagai instrumen utama;
(b) subyek wawancara dari berbagai sumber; (c) menggunakan alat bantu perekam suara; (d)
wawancara dilakukan pada sekelompok subyek; (e) menjaga kondisi dan situasi wawancara secara
alamai dan; (f) cross chek hasil wawancara.
Analisis data dilaksanakan dengan tiga cara yaitu: (1) analisis data kuantitatif dengan
menggunakan statistik deskriptif untuk melihat kecenderungan kategori setiap variabel, (2)
analisis data kualitatif dengan menggunakan model Miles dan Huberman (1984) yaitu: data
reduction, data display dan conclusion drawing/ verification., dan (3) analisis data gabungan
menggunakan logical framework analysis (LFA).
1) sebagian besar UP aktif, namun sumbangan sebagai sarana pembelajaran dan sumber
pembiayaan operasional relatif kecil;
4) keefektifan sebagai sarana pembelajaran tercapai, namun jumlah siswa dan guru yang terlibat
relatif kecil;
5) kualitas konstruksi dan bahan tinggi serta harga jual standar, namun kualitas tampilan belum
maksimal;
Kesimpulan :
1. Sebagian besar unit produksi di SMKN RSBI-SBI aktif, namun sumbangan sebagai
sarana pembelajaran siswa dan guru, serta sebagai sumber biaya operasional relatif kecil
2. Sebagian besar unit produksi mampu menyelaraskan antara program kurikulum dan program
unit produksi, namun pemanfaatan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (siswa,
teknisi dan guru) belum optimal
3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui belajar dengan konsep teori situated
cognition, situated learning, teori belajar constructivism dan experiential learning kolb tercapai,
namun terbatas pada sebagian kecil siswa
5. Kualitas konstruksi dan bahan baku produk unit produksi tinggi dengan harga jual sesuai
standar, namun kualitas tampilan belum sebaik produk pabrik
6. Unit produksi mampu menambah kesejahteraan guru dan karyawan di SMK, namun jumlahnya
relatif kecil.
7. Sebagian besar unit produksi dipercaya masyarakat dan industri melalui kerja sama proses
produksi/jasa, pemanfaatan produk/jasa, pelatihan tenaga kerja dan proses penerimaan tenaga
kerja.
Kelebihan : Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menjelaskan secara rinci dari pendahuluan
yang di cantumkan.
Daftar Pustaka :
Creswell, John W. (2009). Research design, qualitative, quantitative, and mixed methods
approaches. Los Angeles. Sage.
Kolb, D.A., Richard E.B., & Charalampos, M. (1999). Experiential learning theory:
Previous Research and New Directions.
https://www.researchgate.net/profile/Vrasidas_Charalambos/publication/252241255_Constructivism_ve
rsus_objectivism_Implications_for_interaction_course_design_and_evaluation_in_distance_education/li
nks/53dbbde80cf2cfac9928f8fa.pdf
Tahun : 2012
Tujuan Penelitian :
Metode Penelitian :
Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi yang meliputi: effort evaluation, Process
evaluation dan treatment specification approach. Metode penelitian evaluasi ini menggunakan
mixed method designs dengan concurrent triangulation designs (Creswell, 2009: 213).
Langkah Penelitian :
Interaction is one of the most important components of any learning experience (Dewey,
1938; Vygotsky, 1978) and it has been identified as one of the major constructs in distance
education research (McIsaac & Gunawardena, 1996; Moore, 1989; Wagner, 1994). Dewey (1938)
argued that education is based on the interaction of an individual’s external and internal
conditions. Interaction and the situation during which one experiences the world cannot be
separated because the context of interaction is provided by the situation. He postulated that
“An experience is always what it is because of a transaction taking place between an individual
and what, at the time, constitutes his environment...” (p. 43). The idea of transaction suggests the
intersubjectivity between the individual herself, other people, and her surrounding environment.
Simpson and Galbo (1986) argued that interaction is an important component of the learning
process. An objectivist educator believes that there is one true and correct reality, which we can
come to know following the objective methods of science. By studying the world we can identify
its structure and entities with their properties and relations, which we can then represent, using
theoretical models and abstract symbols. These models and abstract symbols we can then map on
the learner's mind. The learner's thought processes will manipulate those abstract symbols and she
will come to know the world, only when her mind mirrors reality. In Lakoff's (1987) words
"knowledge consists in correctly conceptualizing and categorizing things in the world and
grasping the objective connections among those things and those categories" (p. 163). Knowledge
and learning are achieved when the abstract symbols that the learner came to know correspond to
the one and only real world. There is one correct understanding of any topic. Learning is simply
Hasil Penenlitian :
The objectivist paradigm is based on the assumption that there is a real world and the purpose of
education is to map the entities of that world on the learner's mind. The constructivist paradigm is
based on the idea that reality is constructed during interaction with the environment and peers and
that knowledge is both individual and communal. Therefore, in a constructivist course the major
goal is to cultivate the learners' thinking and knowledge construction skills. Radicals of each camp
argue that is impossible to mix the two paradigms. You can either be an objectivist or a
constructivist instructional designer because philosophical assumptions of each paradigm are
contradicting each other (Bednar et al., 1992). However, dominant paradigms, in both the physical
and social sciences, rarely replace each other by falsification (Erickson, 1986; Lakatos, 1978).
Instead they tend to co-exist and are used whenever they are appropriate. For example,
quantitative and qualitative research methods are based on different epistemological assumptions.
They coexist and they are used when they are appropriate. Some research questions lend
themselves more to be examined using quantitative methods whereas some other questions lend
themselves more to qualitative methods. This paper argues that reality is constructed in the mind
through social interaction. Knowledge is both individual and shared. There is an objective world
that shapes our experience and places constraints on our interpretations and meanings. As
an instructional designer, the author rejects idealism, according to which everyone constructs his
or her own reality. There is a shared reality and some interpretations of experience are more
robust and plausible than others. Different approaches to instructional design and curriculum
development should be seen as a set of tools from which educators can choose the most
appropriate for a given purpose. Posner (1995) refers to this approach as “reflective eclecticism”
(p. 4). Specifically, he argued that “different situations require different practices” (p.4). This is a
pragmatic view of curriculum development.
Kesimpulan :
Depending on the paradigm to which a distance educator subscribes, her teaching beliefs
will be shaped accordingly. Instructional designers should always be aware of their
epistemological and philosophical assumptions because those assumptions will guide their
teaching and evaluation practices. When as a teacher I situate myself on the continuum, I avoid
the two extreme ends. I believe that there are times that a more objectivist approach is appropriate
and there are other times that a more constructivist is appropriate. It always depends on the
context, content, resources, and learners. Learning theories and epistemological assumptions of
different instructional design paradigms are tools which educators can use to make informed
instructional decisions as they undertake the task of developing curricula and designing
instruction.
Kelebihan : Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menjelaskan secara rinci dari pendahuluan
yang di cantumkan.
Daftar Pustaka :
https://www.researchgate.net/profile/Vrasidas_Charalambos/publication/252241255_Constructivism_ve
rsus_objectivism_Implications_for_interaction_course_design_and_evaluation_in_distance_education/li
nks/53dbbde80cf2cfac9928f8fa.pdf
Tahun : 2012
Metode Penelitian :
Penelitian ini termasuk jenis penelitian evaluasi yang meliputi: effort evaluation, Process
evaluation dan treatment specification approach. Metode penelitian evaluasi ini menggunakan
mixed method designs dengan concurrent triangulation designs (Creswell, 2009: 213).
Langkah Penelitian :
Interaction is one of the most important components of any learning experience (Dewey,
1938; Vygotsky, 1978) and it has been identified as one of the major constructs in distance
education research (McIsaac & Gunawardena, 1996; Moore, 1989; Wagner, 1994). Dewey (1938)
argued that education is based on the interaction of an individual’s external and internal
conditions. Interaction and the situation during which one experiences the world cannot be
separated because the context of interaction is provided by the situation. He postulated that
“An experience is always what it is because of a transaction taking place between an individual
and what, at the time, constitutes his environment...” (p. 43). The idea of transaction suggests the
intersubjectivity between the individual herself, other people, and her surrounding environment.
Simpson and Galbo (1986) argued that interaction is an important component of the learning
process. An objectivist educator believes that there is one true and correct reality, which we can
come to know following the objective methods of science. By studying the world we can identify
its structure and entities with their properties and relations, which we can then represent, using
theoretical models and abstract symbols. These models and abstract symbols we can then map on
the learner's mind. The learner's thought processes will manipulate those abstract symbols and she
will come to know the world, only when her mind mirrors reality. In Lakoff's (1987) words
"knowledge consists in correctly conceptualizing and categorizing things in the world and
grasping the objective connections among those things and those categories" (p. 163). Knowledge
and learning are achieved when the abstract symbols that the learner came to know correspond to
the one and only real world. There is one correct understanding of any topic. Learning is simply
defined as change in behavior and/or change in the learner’s cognitive structures. Therefore,
instruction should be designed to effectively transfer the objective knowledge in the learner's
head.
Kesimpulan :
Depending on the paradigm to which a distance educator subscribes, her teaching beliefs
will be shaped accordingly. Instructional designers should always be aware of their
epistemological and philosophical assumptions because those assumptions will guide their
teaching and evaluation practices. When as a teacher I situate myself on the continuum, I avoid
the two extreme ends. I believe that there are times that a more objectivist approach is appropriate
and there are other times that a more constructivist is appropriate. It always depends on the
context, content, resources, and learners. Learning theories and epistemological assumptions of
different instructional design paradigms are tools which educators can use to make informed
instructional decisions as they undertake the task of developing curricula and designing
instruction.
Kelebihan : Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menjelaskan secara rinci dari pendahuluan
yang di cantumkan.
Kekurangan : Dalam melakukan penenlitian, peneliti hanya melakukannya hanya pada beberapa
orang hal ini dikarenakan karena terbatasnya jasa narasumber.