Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penilaian yang dilakukan selama ini semata-mata hanya
menekankan pada penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tertulis
obyektif dan subyektif sebagai alat ukurnya. Yang mengemukakan bahwa
pengujian yang dilakukan selama ini baru mengukur pengusaan materi
saja dan itu pun hanya meliputi ranah kognitif tingkat rendah. Keadaan
semacam ini merupakan salah satu penyebab guru enggan melakukan
kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan
keterampilan proses pada siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
umumnya hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks.
Keadaan faktual ini mendorong siswa untuk menghafal pada setiap kali
akan diadakan tes harian atau tes hasil belajar. Padahal untuk anak jenjang
sekolah dasar yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan
rasa ingin tahu dan daya kritis anak terhadap suatu masalah.
Proses belajar mengajar memang dilakukan dalam kelompok atau
kelas, tetapi seyogianya seorang pengajar peduli (concern) atas
pemahaman dan kemajuan belajar setiap mahasiswa secara individual.
Kadang seorang dosen menganggap dirinya sudah mengajar dengan baik,
dan sudah puas apabila ada satu dua mahasiswa yang dapat memperoleh
skor tinggi, padahal lebih dari 80 % mahasiswanya memperoleh skor di
bawah rata-rata. Pada zaman dulu, dosen yang hanya meluluskan sedikit
mahasiswa itu dinamakan dosen “killer”, dan merupakan suatu
kebanggaan bagi dosen bahwa mata kuliahnya sukar untuk dilulusi. Dalam
hal ini dosen menggunakan dirinya sendiri sebagai standar untuk
mengukur kemampuan belajar mahasiswa; mahasiswa yang tidak lulus
dianggap bodoh atau malas, karena kenyataannya ada juga mahasiswa
yang memperoleh skor tinggi.

1
2

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya proses penilaian


yang tidak hanya mengukur satu aspek kognitif saja, akan tetapi juga perlu
adanya penilaian baru yang bisa mengukur aspek sikap dan proses atau
kinerja siswa secara aktual yang dapat mengukur kemampuan hasil belajar
peserta didik secara holistik atau keseluruhan. Sehingga diperlukan bentuk
asesmen lain yang disebut asesmen alternatif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah:
1. Bagaimana konsep dasar dari Assesmen Alternatif?
2. Apa saja macam-macam bentuk penilaian dalam Assesmen Alternatif
berdasarkan alat penilaian?
3. Apa hubungan antara Assesmen Alternatif dengan Assesmen
Tradisional?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan masalah
adalah:
1. Mengetahui konsep dasar dari Assesmen Alternatif.
2. Mengetahui macam-macam bentuk penilaian dalam Assesmen
Alternatif berdasarkan alat penilaian.
3. Mengetahui hubungan antara Assesmen Alternatif dengan Assesmen
Tradisional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Asesmen Alternatif


Asesmen atau penilaian adalah proses pengumpulan informasi yang
digunakan untuk mengambil keputusan terkait kebijakan pendidikan, mutu
program pendidikan, mutu kurikulum, mutu pengajaran, atau sejauh mana
pengetahuan yang diperoleh seorang siswa tentang bahan ajar yang telah
diajarkan kepadanya. Secara singkat, Asesmen (Penilaian) adalah proses yang
sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang
keberhasilan belajar peserta didik dan bermanfaat untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran (Basuki & Hariyanto, 2016: 153).
Prinsip penilaian menurut Widoyoko (2016: 19-21); dan Purwanto (2013:
72-75) sebagai berikut:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak terpengaruh oleh objektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang
komperhensif.
7. Sistem penilaian hendaknya jelas bagi siswa dan bagi pengaar sendiri.
8. Penilaian harus bersifat komparabel.
9. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.

3
4

10. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi


teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Penilaian Alternatif disebut pula dengan penilaian otentik (Authentic


Assessment). Penilaian otentik merupakan cermin nyata dari kondisi
pembelajaran siswa. Penilain otentik disebut demikian karena berdasarkan
pengalaman langsung, pengalaman pribadi di dunia nyata setiap siswa
(Basuki & Hariyanto, 2016: 153).
Asesmen otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah dikuasai dengan
baik dan dicapai. Penilaian otentik juga merupakan suatu bentuk penilaian
yang menunjukkan aplikasi yang bermakna dari suatu pengetahuan atau
keterampilan para siswa dalam melaksanakan tugas-tugas dunia nyata. Hal ini
berarti penilaian otentik mengharuskan siswa untuk melaksanakan tugas-
tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang menunjukan
penerapan dari suatu pengetahuan atau keterampilan.
Di dalam asesmen otentik, proses asesmennya seringkali didasarkan pada
performa (kinerja) peserta didik. Peserta didik diminta untuk
mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka atau kemampuan
(kompetensi) di dalam situasi apapun yang sesuai dengan yang mereka
hadapi. Asesmen otentik dilakukan untuk mendapat sesuatu yang bertujuan:
1. Mengembangkan respon peserta didik daripada menyeleksi pilihan
pilihan yang sudah ditentukan sebelumnya.
2. Menunjukkan cara berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).
3. Secara langsung mengevaluasi proyek-proyek yang bersifat holistik atau
menyeluruh.
4. Mensintesis dengan pembelajaran di kelas.
5. Menggunakan kumpulan pekerjaan atau tugas peserta didik (portofolio)
dalam jangka waktu tertentu.
5

6. Memberikan kesempatan untuk melakukan asesmen secara beragam.


7. Didasarkan dari kriteria yang jelas yang diketahui oleh peserta didik.
8. Berhubungan erat dengan belajar di kelas.
9. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi
pekerjaannya.

Adapun prinsip-prinsip asesmen otentik adalah:


1. Proses asesmen harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of,
not apart from, instruction).
2. Pengasesan harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world
problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems).
3. Pengasesan harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Pengasesan harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).

Deskripsi cara melakukan asesmen otentik dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi standar yang akan diberikan kepada peserta didik.


2. Mengembangkan tugas-tugas atau bentuk kegiatan untuk peserta didik,
sehingga peserta didik diharapkan dapat menunjukkan kompetensi-
kompetensi yang telah diidentifikasi atau ditentukan.
3. Mengidentifikasi karakteristik dari performa yang baik atau kriteria untuk
setiap tugas atau kegiatan yang telah ditentukan serta kriteria yang akan
ditunjukkan oleh peserta didik ketika telah menguasai seluruh standar
kompetensi.
4. Untuk setiap kriteria, dilakukan identifikasi dua atau lebih tingkat
performa peserta didik yang dapat membedakan performa setiap peserta
didik yang berbeda disebut rubrik.
6

Manfaat penilaian otentik bagi siswa, antara lain sebagai berikut:

1. Dapat mengungkapkan pemahaman siswa secara keseluruhan atau utuh,


2. Menghubungkan apa yang dipelajari dengan pengalaman mereka sendiri,
3. Melatih siswa untuk mengumpulkan informasi, menggunakan sumber
belajar dan berpikir secara sistematik,
4. Menajamkan daya pikir, lebih kritis dan berpikir ke tingkat lebih tinggi
5. Memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan dapat melakukan pilihan.
6. Belajar untuk evaluasi diri dan melakukan refleksi.

B. Macam-Macam Bentuk Penilaian dalam Assesmen Alternatif


berdasarkan Alat Penilaian
Penilaian otentik dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis
alat penilaian, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan dokumen berupa objek penilaian
yang dipakai oleh seseorang, kelompok, lembaga, organisasi atau
perusahaan yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan menilai
perkembangan suatu proses.
Portofolio dalam dunia pendidikan digunakan guru untuk melihat
perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan kumpulan
hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan pembelajaran. Selain dapat
digunakan untuk memantu perkembangan peserta didik dan mendiagnosis
kesulitan belajar mereka,penilaian portofolio juga sangat bermanfaat bagi
guru untuk menilai kebutuhan(need), minat(interest), kemampuan
akademik (abilities), dan karakteristik peserta didik secara perorangan.

Tujuan dan Fungsi Penilaian Portofolio sebagai berikut:


Portofolio dapat digunakan sebagai alat formatif maupun sumatif.
Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan
peserta didik dari hari ke hari dan mendorong peserta didik dalam
merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Portofolio sebagai alat sumatif
7

digunakan untuk mengisi angka rapor peserta didik, yang menunjukkan


prsetasi peserta didik dalam mata pelajara tertentu.
a. Tujuan Portofolio
Pada`hakikatnya tujuan penilaian portofolio adalah untuk
memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta
didik. Arifin (2013: 200) menjelaskan tujuan penilaian portofolio yaitu:
1) Menghargai perkembangan peserta didik
2) Mendokumentasikan proses pembelajaran
3) Memberi perhatian kepada prestasi kerja
4) Merefleksikan kesanggupan mengambil risiko dan melakukan
eksperimentasi
5) Meningkatkan efektivitas proses pembelajaran
6) Bertukar informasi antara orang tua peserta didik dengan guru lain
7) Mempercepat pertumbuhan konsep diri positif peserta didik
8) Meningkatkan kemampuan merefleksikan diri
9) Membantu peserta didik merumuskan tujuan

b. Fungsi Portofolio
Fungsi penilaian portofolio dapat kita lihat dari bernagai segi, yaitu:
1) Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta
didik.
2) Portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan komponen
kurikulum, karena portofolio mengharuskan peserta didik untuk
mengoleksi dan menunjukan hasil kerja mereka.
3) Portofolio sebagai alat penilaian autentik.
4) Portofolio sebagai sumber informasi bagi peserta didik untuk
melakukan penilaian diri sendiri.

Prinsip-Prinsip Penilaian Portofolio

Pelaksanaan penilaian portofolio memperhatikan:


8

a. Mutual Trust, maksudnya jangan ada yang saling mencurigai antara


guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik.
b. Confidentially, artinya guru harus menjaga kerahasiaan hasil pekerjaan
peserta didik.
c. Joint Ownership, artinya semua pekerjaan pesera didik harus menjadi
milik bersama antar guru dan peserta didik.
d. Satisfaction, artinya dokumen yang dicapai harus dapat memuaskan
semua pihak.
e. Relevance, artinya semua dokumen yang ada harus sesuai dengan
standar kompetensi.

Metode menggunakan Asesmen Portofolio

Dalam menggunakan asesmen portofolio di dalam kelas memerlukan


langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menjelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak


hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan
oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik
sendiri.
Dengan melihat portofolionya peserta didik dapat mengetahui
kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi
secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk
belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
b. Menentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja
yang akan dibuat portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain
bisa sama bisa berbeda.
c. Mengumpulkan dan menyimpan karya-karya tiap peserta didik dalam
satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di
sekolah.
d. Memberi tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas
dari waktu ke waktu.
9

e. Menentukan kriteria pengasesan sampel portofolio dan bobotnya


dengan para peserta didik. Mendiskusikan cara penngasesan kualitas
karya para peserta didik.
Contohnya Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu:
penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan gagasan,
dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui
harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
f. Meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan
memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut,
serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada
saat membahas portofolio.
g. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara
peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai
jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki
harus diserahkan kepada guru.
Bila perlu, menjadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.
Jika perlu,mengundang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan
tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat
membantu dan memotivasi anaknya.

Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio

Adapun kelebihan dari asesmen portofolio antara lain:

a. Kemajuan belajar peserta didik setiap saat dapat dilihat secara jelas
b. Fokus pada hasil kerja peserta didik yang terbaik memberikan suatu
pengaruh yang positif bagi pembelajaran
c. Pembandingan hasil kerja peserta didik masa lalu dengan sekarang
memberikan motivasi yang besar daripada membandingkan antar hasil
kerja peserta didik yang satu dengan yang lainnya.Pembandingan
10
seperti ini akan menunjukkan perkembangan pekerjaan peserta didik
dari waktu ke waktu.
d. Keterampilan-keterampilan asesmen pribadi ditingkatkan melalui
seleksi contoh-contoh hasil kerja yang terbaik dan memberikan
penilaian pada pilihan.
e. Menyajikan penilaian terhadap perbedaan individu
f. Menyajikan komunikasi yang jelas dalam kemajuan belajar pada
peserta didik, orang tua dan lainnya.

Adapun kelemahan dari asesmen portofolio adalah :

a. Tidak boleh digunakan sebagai arti yang sesungguhnya dari penilaian.


Oleh karena asesmen portofolio merupakan salah satu dari jenis
asesmen alternatif, maka asesmen ini digunakan untuk mengatasi
kekurangan dari pencil and paper test. Jadi, asesmen portofolio bukan
dijadikan sebagai satu-satunya sumber untuk membuat keputusan
tentang hasil belajar peserta didik.
b. Membutuhkan banyak waktu. Oleh karena asesmen portofolio
membutuhkan waktu bagi guru dan peserta didik serta orang tua bila
perlu untuk mengkomunikasikan hasil belajar peserta didik secara
individu, maka asesmen portofolio ini cenderung membutuhkan
banyak waktu.
c. Kesubjektivitasan seringkali menimbulkan masalah pada validitas dan
reabilitas.
Dalam mengases portofolio tentu ada unsur subjektivitas dari penilai,
karena dalam asesmen ini cara pengasesannya berbeda dengan pencil
and paper test yang memiliki satu jawaban yang pasti benar, dengan
kata lain sudah ada tolak ukur benar dan salahnya. Oleh karena
pengasesannya dilakukan secara subjektif maka validitas dan
reliabilitasnya ada kemungkinan berkurang.
Tahap Pengembangan Penilaian Portofolio
Pada umumnya asesmen portofolio terdiri atas beberapa tahapan dalam
pengembangannya, yaitu:
a. Penentuan Tujuan Portofolio
Penentuan tujuan penggunaan portofolio sangat penting,
mengingat tanpa adanya tujuan, guru maupun peserta didik tidak akan
terarah dan cenderung mengerjakan portofolio seadanya.
Penentuan tujuan portofolio akan sangat berpengaruh terhadap
penggunaan jenis portofolio (asesmen potofolio kerja, dokumentasi
atau penampilan). Tujuan utama dilakukannya portofolio adalah untuk
menentukan evidence peserta didik dan proses bagaimana evidence
tersebut diperoleh sebagai salah satu bukti yang dapat menunjukkan
pencapaian belajar  peserta didik, yaitu telah mencapai kompetensi
dasar dan indikator sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.

b. Penentuan Isi Portofolio


Tahapan berikutnya dalam asesmen portofolio setelah tujuan
penilaian ditetapkan adalah menentukan isi portofolio. Pada tahapan
ini, isi dan bahan asesmen portofolio harus mengacu pada tujuan yang
telah ditetapkan. Isi portofolio harus menunjukkan kemampuan
peserta didik yang sesuai dengan apa yang diharapkan pada standar
kompetensi, kompetensi dasar, atau indikator pencapaian hasil belajar
yang terdapat dalam kurikulum.

c. Penentuan Kriteria Penilaian


Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan khususnya aspek
psikomotor atau unjuk kerja peserta didik dalam satu periode tertentu.

11
12

Dalam melakukan penilaian portofolio harus memperhatikan hal-


hal berikut :
1) Asli, artinya tugas yang dinilai adalah asli dari peserta didik.
2) Adanya rasa kepercayaan antara guru dan peserta didik,baik
dalam proses penilaian maupun menjaga rahasia tentang
pengumpulan hasil belajar.
3) Join Ownershif, artinya antara guru dan peserta didik harus
memiliki rasa saling memiliki berkas-berkas portofolio.
4) Identitas yang tercantum dalam portofolio sebaiknya berisi
keterangan tentang bukti yang mampu menumbuhkan semangat
peserta didik untuk lebih meningkatkan kreativitasnya.
5) Adanya kesesuaian antara hasil informasi hasil belajar yang
tercantum dalam kurikulum.
6) Penilaian portofolio mencakup penilaian proses dan hasilbelajar.
7) Penilaian portofolio terintegrasi dengan proses pembelajaran.

d. Penentuan Format Penilaian


Tahapan berikutnya setelah penentuan kriteria penilaian adalah
menentukan format kriteria penilaian. Semua kriteria penilaian
dituangkan dalam format penilaian.
Format penilaian yang disajikan dapat digunakan untuk menilai
pencapaian kemampuan peserta didik sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator. Berikut ini adalah
contoh format penilaian, kriteria penilaian beserta proses
pencapaiannnya dalam mata pelajaran Ekonomi.
13

Contoh Format penilaian Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Semester 2

Kompetensi dasar : Mendeskripsikan Koperasi Sekolah dan Pengembangannya

Nama Peserta Didik : Faris Amir Faisal

Indikator Penilaian
1. Menjelaskan pengertian koperasi danKurang baik Baik Baik sekali
koperasi sekolah      
     
2. Menganalisis pengembangan koperasi     
sekolah

3. Memahami pergitungan dan pembagianKomentar guru:


Sisa Hasil Usaha di koperasi tersebut.
Faris sudah baik dalam menjelaskan
Dicapai melalui: pengertian koperasi dan koperasi
sekolah, mampu menganalisis
· Pertolongan guru pengembangan koperasi sekolah tetapi
masih kurang dalam memahami
· Seluruh kelas perhitungan dan pembagian Sisa Hasil
Usaha di koperasi tersebut.
· Kelompok kecil

· Sendiri Komentar siswa:

Komentar orang tua:

e. Pengamatan dan Asesmen Portofolio


Tahapan berikutnya dalam asesmen portofolio adalah kegiatan
mengamati dan menilai evidence yang telah dihasilkan oleh para
peserta didik. Artinya, evidence yang dimasukkan ke dalam portofolio
harus diamati guru dan dinilai. Penilaian tidak hanya dilekukan oleh
guru, tetapi peserta didik juga turut terlibat di dalamnya. Beberapa hal
yang sangat penting dlam pengamatan dan penilaian antara lain:
1) Guru harus membedakan antara asesmen portofolio secara
individu, kelompok kecil, atau kelompok besar.
14

2) Guru harus membuat asesmen portofolio sesuai mungkin dengan


standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang
telah ditentukan dalam kurikulum.
3) Guru harus membuat kriteria yang membedakan antara penilaian
portofolio untuk kelompok maupun peserta didik secara individu.
4) Guru harus membuat kriteria yang sesuai dengan potensi dasar
maupun indikator pencapaian hasil belajar.
5) Guru harus membuat kriteria yang mencakup rentang kemampuan
yang jelas mulai dari kemampuan yang kurang sampai kemampuan
yang baik dan mudah dikomunikasikan kepada siswa, orang tua
dan pihak lain sehingga mereka dapat dengan mudah memahami
kriteria yang dimaksud.
6) Kriteria penilaian haruslah terbebas dari perbedaan jenis kelamin
peserta didik.
7) Kriteria penilaian harus dapat digunakan oleh siapa saja dan dapat
menghasilkan pengertian yang sama untuk evidence yang sama.
f. Koleksi
Apabila semua evidence telah dikerjakan peserta didik  sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum langkah
selanjutnya adalah mengkoleksi evidence tersebut. Dalam mengoleksi
evidence peserta didik hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh
guru antara lain:
1) Memastikan bahwa peserta didik memiliki berkas portofolio.
2) Adanya bahan penilaian baik berupa penghargaan tertulis, lisan,
hasil kerja biasa, daftar ringkasan, catatan kerja kelompok, daftar
kehadiran, persentase tugas, dan catatan peringatan guru.
3) Pengumpulan bahan dan hasil karya.
g. Seleksi Evidence
Apabila semua peserta didik telah mengkoleksi semua evidence
yang telah ditugaskan oleh guru, tahap berikutnya dalam asesmen
portofolio adalah seleksi. Dalam tahap ini,peserta didik akan memilih
15

seluruh atau sebagian kolaeksi mereka lalu memilih hasilkarya terbaik


untuk dinilai. Proses seleksi ini dapt dilakukan oleh peserta didik
sendiri, kelompokatau bahkan atas bimbingan guru.
Masing-masing evidence dipilih dan disesuaikan sebagai bahan
asesmen portofolio. Banyak sekali hal yang harus diperhatikan yang
berkaiatn dengan evidence peserta didik antara lain:
1) Jenis sumber yang digunakan.
2) Banyaknya evidence yang dimasukkan sebagai bahan asesmen
portofolio.
3) Seringnya pengumpulan evidence dilakukan.

Proses seleksi evidence peserta didik yang akan dijadikan sebagai


bahan asesmen portofolio sangatlah penting dan sangat mempengaruhi
hasil penilaian yang dilakukan oleh guru.

h. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah proses yang paling penting dalam
asesmen portofolio. Tahapan ini membedakan dengan jelas antara
portofolio dengan sekedar koleksi. Pada tahap refleksi, kepada peserta
didik ditanyakan alasan mengapa mereka memilih evidence tertentu
untuk dinilai, bagaimana membandingkan antara satu evidence yang
dipilih dengan yang tidak dipilih, kemampuan dan pengerahuan khusus
apa yang digunakan untuk memilih dan menghasilkan evidence
tertentu, dan dimana atau kapan mereka dapat meningkatkan
kemampuannya sebagai peserta didik.
Hal yang terpenting pada tahapan ini adalah peserta didik harus
aktif dalam penilaian. Peserta didik dapat melakukan pengawasan
secara langsung pada kualitas kemampuan mereka dan mengenal secara
jelas peningkatan yang diperlukan.
16

Berikut ini adalah contoh format refleksi.

Nama Siswa                            :

Tanggal                                   :

No. Hasil Karya                      :

Mata Pelajaran                        :

Guru yang mengesahkan         :


Deskripsi/uraian Evidence
Dengan cara apa evidence terbaikmu dihasilkan?

…………………………………………………………………………

Dari daftar kemampuan yang terdapat pada checkliszt, identifikasi kompetensi


dasar atau indikator yang kamu gunakan untuk menghasilkan evidence yang
kamu ajukan ini.

…………………………………………………………………………

Dari daftar kemampuan yang terdapat pada checkliszt, kompetensi dasar atau
indikator manakah yang dapat kamu tingkatkan?

…………………………………………………………………………

i. Koneksi
Tahapan paling akhir dalam asesmen porofolio adalah koneksi.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan koneksi yaitu
pertama koneksi antara yang siswa hasilkan dengan tujuan
pembelajran dan kedua antara siswa dengan dunia luar kelas.
Hubungan anrata portofolio peserta didik dengan tujuan pembelajaran
dapat menunjukkan bagaimana mereka menuangkan pengetahuan dan
kemampuannya. Pada tahap ini peserta didik diajak untuk mengenal
dirinya sendiri. Dengan koneksi ini diharapkan siswa memahami
kurikulum lebih mendalam. Mereka akan menilai posisinya dalam
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
17

Hubungan antara portofolio peserta didik dengan dunia luar, di


luar kelas, ditujukan untuk memperlihatkan evidence mereka pada
dunia luar. Banyak program portofolio yang berhasil dengan cara
memperlihatkan evidence peserta didik kepada dunia luar seperti
kelompok guru, orang tua, masyarakat atau komunitas lain.  
j. Pelaporan Asesmen Portofolio
Dalam pengembangan asesmen portofolio, guru biasanya
melakukan pemantauan kemajuan peserta didik dengan
membandingkan portofolio terhadap peta kemampuan pengetahuan
dan pemahaman yang harus dicapai dalam standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam kurikulum.
Asesmen portofolio bukan merupakan sistem penilaian satu-
satunya sehingga harus dikombinasikan juga dengan bentuk penilaian
yang lain. Dalam penerapan asesmen portofolio sangat diperlukan
kejujuran dan objektivitas yang konsisten dari semua pihak, baik guru,
orang tua, maupun pihak lain.
Asesmen portofolio lebih menekankan pada penilaian proses dan
hasil sehingga hasil asesmen portofolio hendaknya memberikan
kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan
pembelajaran untuk mengadakan negosiasi mengenai pola
pembelajaran dan pendewasaan siswa. Oleh karena itu, asesmen
portofolio dituntut memberikan informasi secara menyeluruh
mengenai:
1) Perkembangan pemahaman dan pemikiran peserta didik dalam
kurun waktu tertentu tentang standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
2) Evidence peserta didik yang berkaitan dengan bakat dan
keterampilan khusus.
3) Evidence peserta didik selama periode dan kurun waktu tertentu.
4) Refleksi nilai-nilai peserta didik sebagai individu baik segi
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
18

Hasil asesmen portofolio pada umumnya dapat berbentuk skor,


grafik atau deskriptif. Pekerjaan guru selanjutnya adalah membuat
suatu rumusan bagaimana skor itu akan dianalaisis dan ditafsirkan
sehingga kesimpulan akhir tentang kemampuan peserta didik sudah
merupakan nilai keseluruhan berbagai aspek. Guru harus
menempatkan peserta didik dalam peta kemampuan dengan memberi
bobot tertentu serta bagaimana membuat kesimpulan akhir yang
bersifat komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Proyek
Menurut Widoyoko (2016: 109) penilaian proyek (project
assesment) merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu di luar kegiatan
pembelajaran di kelas atau laboratorium atau bengkel. Tugas dapat
diberikan dalam bentuk individual atau kelompok. Tugas proyek adalah
tugas yang melibatkan kegiatan perencanaan, penilaian, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian laporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu.

Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan


peserta didik dalam memahami, mengaplikasikan, menyelidiki dan
menyampaikan informasi tentang sesuatu hal dalam mata pelajaran
tertentu secara jelas. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam
pelaksanaan penilaian proyek dalam hal ini guru sangat berperan dalam
membimbing peserta didik baik bekerja secara individu maupun
kelompok. Bimbingan guru sangat diperlukan mulai dari tahap awal
peserta didik akan menentukan topik dalam tugas proyek mereka sampai
dengan pembuatan laporan.

Karena keterampilan dalam mengumpulkan, mnegorganisasikan,


mengolah, dan menyajikan informasi adalah hal umum yang sangat
pentng, penilaian proyek dapat dilakukan pada semua level pendidikan.
Perencanaan Penilaian Proyek

Dalam perencanaan penilaian proyek ada tiga hal yang perlu


dipertimbangkan (Widyoko, 2016: 110; Arikunto, 2016: 252) yaitu :

a. Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam tahap perencanaan yang meliputi
pemilihan permasalahan untuk menentukan topik, membuat rencana
kerja, pengumpulan data, mengolah sampai penyusunan laporan.
b. Relevansi dengan mata pelajaran
Kegiatan proyek harus dimulai dari masalah yang ada kaitannya
langsung dengan mata pelajaran.
c. Keaslian
Proyek yang dihasilkan peserta didik murni merupakan hasil karyanya
sendiri, didasarkan pengarahan dari guru.
Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Proyek
a. Kelebihan:
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3) Meningkatkan kolaborasi.
4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
5) Meningkatkan skill
b. Kekurangan:

1) Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan


dengan masalah kedisiplinan, untuk itu disarankan mengajarkan
dengan cara melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam
menghadapi masalah .

2) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk


menyelesaikan masalah.
3) Memerlukan biaya ekstra.
4) Banyak peralatan yang harus disediakan.

19
20

Teknik Penilaian Proyek


Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Guru perlu menetapkan tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, penilaian, analisis data, dan
penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penilaian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan
alat atau instrument penilaian berupa daftar cek atau skala penilaian.

Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek, yaitu :

Format Penilaian Proyek


Mata Pelajaran : EKONOMI
Nama Proyek                                   : Kebutuhan Manusia
Nama Kelompok : Mawar
Anggota Kelompok : 1. Ari Setya
2. Ani Mustika
3. Budi Harsono
Kelas : X/1
Lama Pengerjaan Proyek  : 1 Semester

No. Aspek Hasil Penilaian


Baik Cukup Kurang
(Skor 3) (Skor 2) (Skor 1)
1 PERENCANAAN :
a.   Merumuskan judul
b.   Menentukan tujuan
c.   Menentukan sumber informasi
d.   Memilih sumber informasi
2 PELAKSANAAN
a.   Menggunakan alat dan bahan untuk
menyajikan data lengkap dan informatif.
b.   Memonitor/mengamati secara periodik
data yang diperoleh dari berbagai sumber
informasi
c.   Melakukan pengecekan dengan
pengamatan terhadap berbagai sumber
informasi
21

d.   Menyajikan hasil pengumpulan data


dalam bentuk tabel dan gambar yang
komunikatif
e.   Mencatat data-data yang relevan
3 LAPORAN PROYEK
a.   Kelengkapan sistematika
b.   Tingkat keberhasilan dalam mendata
terkait tugas proyek
c.   Kelengkapan data dan hasil pendataan
tugas proyek
Skor Maksimum 36

*Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi peserta didik atau
sekolah
**Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan
kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat
jawaban,semakin tinggi perolehan skor.

Contoh penilaian proyek :

3. Penilaian Diri (Self Assessment)


Peserta didik mengevaluasi kinerja dari peserta didik itu sendiri
untuk menentukan kekuatan dan kelemahannya, serta merefleksikan apa
yang harus diperbaiki untuk meningkatkan mutu hasil karyanya (Basuki &
Hariyanto, 2016: 172).
Kelebihan dari Penilaian Diri:
a. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik karena
mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri.
b. Peserta didik dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya.
c. Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dalam melakukan
penilaian.
Kekurangan dari Penilaian Diri:
a. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/ informasi
tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang.
b. Interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi, karena peserta didik akan
terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.

Teknik Penilaian Diri


Penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Menentukan kompetensi atau aspek yang akan dinilai.
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar
tanda cek, atau skala penilaian.
4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5. Guru mengkaji sampel hasil penelitian, untuk mendorong peserta didik
agar senantiasa melakukan penilain diri secara cermat.
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil
kajian terhadap sampel hasil penelitian.
23

Contoh Penilain Diri


22
Mata Pelajaran : Ekonomi
Aspek : Kognitif
Alokasi Waktu : 1 Semester
Nama Siswa : Ahmad Syauqi
Kelas : X/ I

No Kompetensi Dasar Tanggapan Keterangan

1 0
1. Pasar 1 = Paham
a. Mengetahui jenis-jenis pasar 0 = Tidak Paham
b. Mengetahui kelebihan dan
kelemahan dari setiap pasar
c. Mengetahui pelaku-pelaku
dalam pasar

Catatan:
Guru menyarankan kepada peserta didik untuk menyatakan secara jujur
sesuai kemampuan yang dimilikinya, karena tidak berpengaruh terhadap
nilai akhir, tetapi hanya bertujuan untuk perbaikan pembelajaran.

C. Perbedaan Antara Penilaian Tradisional dengan Penilaian Otentik

Penilaian Tradisional Penilaian Otentik


Tanggapan berupa pilihan (selected Mengerjakan tugas
response)
Buatan (contrived) atau simulasi Dunia nyata
Mengingat/ Mengenali Konstruksi/Penerapan
Struktur oleh guru Struktur oleh siswa
Bukti tidak langsung Bukti Langsung

24

Penjelasannya adalah:
a. Tanggapan terpilih ke melakukan tugas: Asesmen tradisional menjelaskan
bahwa peserta didik diberikan sejumlah pilihan dalam bentuk soal pilihan
gandaatau benar-salah, serta diminta untuk memilih jawaban yang benar.
Asesmen alternatif menjelaskan peserta didik diminta mendemonstrasikan
pemahamannya dengan melaksanakan tugas-tugas yag lebih kompleks.
b. Simulasi atau buatan ke dunia nyata: Tes tradisional buatan guru tidak
mencerminkan dunia nyata, terbatas pada pengujian terhadap apa yang
dipelajari di dalam kelas, berbeda dengan penilaian alternatif yang
mencoba mengaitkan bahan ajar dengan dunia nyata.
c. Mengingat atau mengenal ke mengonstruksi dan aplikasi: penilaian
tradisional yang dirancang baik dapat secara efektif menentukan apakah
siswa telah mendapatkan suatu pengetahuan atau belum, sedangkan
penilaian otentik sering meminta siswa untuk menganalisis, membuat
sintesis, dan menerapkan apa yang telah dipelajarinya serta diminta
menciptakan makna baru dariapa yang telah dipelajarinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Konsep dasar asesmen atau penilaian adalah proses pengumpulan
informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan terkait
kebijakan pendidikan, mutu program pendidikan, mutu kurikulum,
mutu pengajaran, atau sejauh mana pengetahuan yang diperoleh
seorang siswa tentang bahan ajar yang telah diajarkan kepadanya.
2. Macam-macam bentuk asesmen alternatif berdasarkan alat
penilaiannya adalah penilaian portofolio, penilaian proyek, dan
penilaian diri. Setiap bentuk memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing serta langkah-langkah dalam pelaksanaannya.
3. Hubungan antara asesmen alternatif dengan asesmen tradisional
adalah keduanya memiliki perbedaan antara tanggapan siswa,
kemampuan mengingat, dan struktur oleh guru dan lain sebagainya.

B. Saran
Asesmen alternatif memiliki kelebihan dan kelemahan dari
masing-masing bentuk berdasarkan alat penilaiannya. Saran dari kami,
sebisa mungkin kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing
bentuk agar diminimalisir sehingga proses penilaian dapat dilakukan
dengan lancar dan menciptakan hasil penilaian yang bisa
dipertanggungjawabkan dan dijadikan bahan evaluasi. Seperti kelemahan
pada penilaian proyek yang mencantumkan membutuhkan biaya yang
ekstra. Kelemahan ini bisa diatasi dengan menggunakan bahan yang murah
dan hemat biaya namun berkualitas.

25

Anda mungkin juga menyukai