Anda di halaman 1dari 12

1.

PEMERIKSAAN SUBJ, OBJ, DAN PENUNJANG KISTA RADIKULER


 Subjektif
Identitas :
Usia 37 tahun
Jenis kelamin perempuan
Pasien mengeluhkan tambalan gigi belakang kanan pernah sakit beberapa tahun yang
lalu
 Objektif

Pemeriksaan palpasi terasa keras jika lapisan korteks tulang utuh, terasa krepitasi jika tulang
tipis, dan fluktuasi kenyal jika lapisan luar korteks sudah mengalami perforasi. Panderita tidak
akan merasa sakit kecuali kista mengalami infeksi sekunder.

Pada pemeriksaan klinis, hanya kista yang agak besar yang menimbulkan benjolan intra oral.
Mukosa di atasnya berwarna normal. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan
ekstra oral bahkan asimetri wajah. Bila dinding kista telah mendesak korteks tulang, pada palpasi
dapat terjadi pingpong ball phenomenon. Apabila telah menembus korteks tulang, kista tampak
berwarna kebiruan dan teraba lunak bahkan dapat terjadi fraktur patologis.

Kista odontogenik di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Freddy G. Kuhuwael, Nova Pieter, Nasrul

 Penunjang

Insisiva Dental Journal, Vol. 6 No.1 Bulan Mei Tahun 2017

Gambaran Pola Densitas Kista Radikuler pada Sisa Akar dengan Cone Beam Computed
Tomography (CBCT)

Foto panoramik dan periapikal dapat membantu menggambarkan perluasan kista dan struktur anatomi
di sekitarnya. Gambaran CT scan sangat membantu dalam menilai tingkat ekspansi pada struktur-
struktur sekitar yang terlibat. (Sumber: Smith RA. Spesific atypes of jaw cyst in jaw cysts
punksi aspirasi : pemeriksaan tersebut didapat cairan berwarna bening kekuningan, dengan kilau
kolesterol yang tampak seperti kristal. Pada kista yang terinfeksi dapat ditemukan pus.

Pada pemeriksaan mikroskopis dinding kista tampak serat kolagen dan jaringan ikat jarang yang
berbatasan dengan lapisan epitel skuamosa yang hiperplastik, lekosit PMN, sel mast, sisa epitel
odontogenik, dan keping kolesterol

biopsi jarum aspirasi dari lesi yang dicurigai suatu kista, dapat memberi konfirmasi suatu kista atau suatu
lesi vaskuler. (Sudiono, 2010)

a. Periapikal Radiografi periapikal mencatat hasil gambar dari garis, posisi, dan tingkat
mesiodistal dari gigi dan jaringan sekitarnya. Dalam radiografi periapikal, penting untuk
mendapatkan panjang penuh gigi dan setidaknya 2 mm dari tulang periapikal. Ukuran film yang
paling umum digunakan adalah film no. 2 radiografi periapikal dapat digunakan untuk pasien
anak atau orang dewasa[8] . Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi periapikal antara
lain: . (Sudiono, 2010)

1. Memperlihatkan gambaran mahkota gigi hingga apikal,

2. Memiliki detail gambar yang sangat jelas mengenai jaringan tulang, jaringan ikat periodontal,
jaringan keras gigi (enamel, dentin, sementum), jika ada karies gigi, kelainan pada daerah apikal
gigi dan benih gigi[9] .

Kerugian dari pengambilan radiografi secara periapikal:

1. Kerugiannya yaitu jika kurang menguasai teknik pengambilannya maka akan menimbulkan
distorsi pada gambar

2. Tidak dapat melihat kista yang sudah meluas karena ukuran film periapikal yang kecil, 2x3 cm
dan 3x4 cm[9] .
b. Orthopantomograph / Panoramik Radiografi panoramik adalah prosedur radiografi yang
menghasilkan gambar tomografi tunggal dari struktur wajah termasuk kedua lengkung rahang
atas dan rahang bawah serta struktur pendukungnya.

Keuntungan dari pengambilan gambar radiografi panoramik antara lain:

1. Radiografi panoramik biasanya digunakan pada kasus yang luas

2. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan gambar radiografi lebih singkat dibandingkan
dengan radiografi intraoral seperti periapikal.

3. Dosis radiasi yang rendah

4. Ideal bagi pasien yang tidak bisa membuka mulut (trismus) dan bagi pasien yang memiliki
reflek muntah tinggi

Kerugian dari pengambilan radiografi secara periapikal:

1. Detail gambar yang kurang pada daerah periapikal dan periodontal

2. Gambar yang overlap/tumpang tindih, sering terjadi superimposisi dari tulang belakang yang
terlihat pada bagian anterior dari panoramik

2. NAMA LAIN KISTA RADIKULER

Kista Radikular merupakan  mempunyai beberapa nama lain, di antaranya periapical cyst, apical
periodontal cyst, dan dental cyst.
3. ETIOLOGI KISTA RADIKULER

Terbentuk dari iritasi kronis gigi yang sudah tidak vital. Kista tumbuh dari
epitel rest of Malassez yang mengalami proliferasi oleh karena respon terhadap
proses radang yang terpicu oleh karena infeksi bakteri pada pulpa yang nekrosis.

Selain karies, penyebab lainnya adalah trauma benturan, pukulan keras, terjatuh, sehingga
menyebabkan gigi menjadi nekrosis, atau dapat juga disebabkan karena gigi pernah mendapatkan
perawatan restorasi yang tidak tepat. . (Sudiono, 2010)

Penyebab timbulnya kista kadang tidak diketahui, namun biasanya merupakan akibat dari proses
inflamasi, trauma, ataupun karena cacat embriogenik. Tetapi pada umumnya, sebagian
besar kista odontogen terjadi akibat adanya proliferasi dari sisa epitel pada saat perkembangan
gigi.

Penyebab terjadinya kista radikular ini adalah pulpa yang mengalami infeksi kronis. Hal ini
biasanya terjadi karena adanya karies yang besar ataupun trauma yang tidak dirawat sehingga
berlanjut lebih dalam menuju pulpa. Infeksi pulpa tersebut kemudian menyebabkan pulpa
menjadi non vital dan infeksi pulpa akan terus menyebar ke daerah periapeks melalui foramen
apikal. (Sudiono, 2010)

Terbentuknya kista ini diawali dengan peradangan yang berasal dari pulpa, gingiva atau
periodontal yang dapat memicu proliferasi epitel untuk membentuk rongga kista.

4. PATOGENESIS KISTA RADIKULER

Terdapat tiga faktor utama dalam patogenesis pembentukan kista radikular, yaitu proliferasi
epitel, pengaruh hidrastatik cairan kista, dan faktor resorpsi tulang. Tahap awal adalah adanya
infeksi pada kamar pulpa yang merangsang peradangan dan proliferasi sisa epitel Malassez.
Proliferasi epitel merupakan hasil iritasi dari produk iritan yang berasal dari saluran akar yang
terinfeksi, sehingga menyebabkan peradangan kronis di daerah periapeks. Proliferasi sel epitel
ini akan berlangsung terus-menerus dan membentuk suatu kumpulan sel. Sel-sel yang terdapat
pada bagian tengah kumpulan ini kemudian akan terpisah-pisah dan semakin jauh dari jaringan
10 penyambung di sekitarnya, yang merupakan sumber makanannya. Kemudian sel-sel menjadi
rusak karena kekurangan sumber makanan dan pada akhirnya akan mengalami degenerasi,
nekrosis, dan menjadi cair. Oleh karena itu, akan terbentuk suatu rongga berdinding epitel yang
mengandung cairan di dalamnya. (Sudiono, 2010)

Secara umum pembentukan kista radikular terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap inisiasi, tahap
pembentukan kista dan tahap pembesaran kista. Pada tahap inisiasi, sisa-sisa sel Malassez di
ligamen periodontal berproliferasi akibat peradangan di granuloma periapikal. Granuloma
periapikal tersebut merupakan bagian mekanisme pertahanan lokal terhadap peradangan
pulpa kronis agar infeksi tidak meluas. Faktor yang memicu peradangan dan respons imun yang
dapat menyebabkan proliferasi epitel diduga adalah endotoksin bakteri yang berasal dari pulpa
yang mati. Selanjutnya pada tahap pembentukan kista sisa-sisa sel Malassez berproliferasi pada
dinding granuloma membentuk massa epitel yang makin membesar. Kurangnya nutrisi
terhadap sel-sel epitel di bagian sentral menyebabkan kematian dan mencairnya sel tersebut
sehingga terbentuk rongga berisi cairan yang dibatasi oleh epitel. Pada tahap pembesaran kista
tekanan osmosis diduga merupakan faktor yang berperan penting. Beberapa peneliti
menyatakan bahwa eksudat protein plasma dan asam hialuronat serta produk yang dihasilkan
oleh kematian sel menyebabkan tingginya tekanan osmosis pada dinding rongga kista yang
pada akhirnya menyebabkan resorpsi tulang dan pembesaran kista.4,6

5. INTERPRETASI PD RADIOGRAFIS DAN HISTOPATOLOGI PADA KISTA RADIKULER


 RADIOGRAFIS

Pemeriksaan radiografis ini dapat dibuat secara intraoral atau ekstraoral. Gambaran radiologis
kista radikular biasanya berupa daerah radiolusen yang bulat atau ovoid dengan batas luar yang
jelas. Batas luar yang berupa gambaran radiopak. Diameter kista radikular adalah sekitar 5 mm
12 atau kurang hingga beberapa sentimeter dan mayoritas penderita memiliki kista
berdiameter kurang dari 1,5 cm.

Secara radiologis, kista radikular yang kecil atau sedang memperlihatkan gambaran radiolusen
berbentuk bulat atau oval dengan batas radioopak yang jelas. Batas radioopak ini bersatu
dengan lamina dura gigi penyebab. Pada kista yang terinfeksi batas radioopak ini menjadi difus
sehingga tidak terlalu jelas terlihat. Kista yang besar akan memperlihatkan gambaran radiolusen
yang tidak teratur dan sering melibatkan struktur lain seperti sinus maksilaris dan kanalis
mandibularis . (Sudiono, 2010)

• Lokasinya

Mendekati apeks gigi-gigi non-vital, tanpa pada permukaan mesial akar gigi, pada pembukaan
canal aksesoris atau pada pocket periodontal gigi dalam.

• Batas dan Bentuk

Biasanya memiliki batas kortical. Jika kista menjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi disekitar
tulang menyebabkan hilangnya lapisan luar (corteks) atau cortex berubah menjadi lebih banyak
pinggiran sklerotik.

• Struktur internal

Pada kebanyakan kasus, struktur internal kista ini adalah radiolusen. Kadang-kadang kalsifikasi
distrofik bisa berkembang pada kista lama (menetap), kelihatan seperti penyebaran tipis,
radioopasitas kecil.

Lokasi: episentrum pada apeks gigi non vital Kebanyakan pada maksila/rahang atas.
Tepi: berbatas jelas dikelilingi cortical border. Nampak diffuse atau sklerotik jika terjadi infeksi
sekunder. Lapisan terluarnya berbentuk sirkuler.
Struktur internal: radiolusen. Nampak kalsifikasi tersebar jika kista sudah lama terjadi.
Efek pada jaringan sekitar: terdapat displacement dan resorpsi akar pada gigi tetangga. Dapat
mendesak kanal mandibular ke arah inferior.

pemeriksaan foto gigi (periapikal, oklusal, dan panoramik) memperlihatkan kista yang
mengelilingi ujung akar gigi yang dapat melebar ke struktur di sekitar yang berbatasan
dengannya.7

 HISTOPATOLOGI
Gambaran mikroskopis kista radikular terdiri atas kapsul dinding kista serta cairan dalam
rongga kista. Dinding kista dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tak berkeratin yang
menunjukkan adanya penonjolan ke luar, 13 spongiosis, dan hyperplasia. Epitel gepeng
berlapis umumnya relatif tebal, sering dijumpai akantosis, ulserasi, sedangkan
keratinisasi jarang dijumpai. Lapisan epitel tersebut merupakan hasil proliferasi sisa sel
epitel Malassez. Ketebalan lapisannya bervariasi, yaitu antara 1 sampai 50 lapisan sel
dan pada kebanyakan kasus memiliki ketebalan anatara 6 sampai 20 lapisan sel. Kadang-
kadang lapisan sel basal tidak lengkap atau mungkin juga tidak ada sama sekali.
Proliferasi aktif sisa epitel Malassez dapat membentuk lapisan epitel yang tak beraturan,
hiperplastik, tampak seperti jala, cincin ataupun berbentuk arcade dan tampak adanya
sel radang akut. Pada keadaan tertentu sel-sel epitel gepeng berlapis tidak berkeratin ini
akan mengalami metaplasia sehingga dapat berbentuk sel-sel mukus dan sel epitel
kolumnar bersilia. Keberadaan kedua sel ini sedikit berbeda, sel mukus atau sel goblet
ditemukan pada kista radikular rahang atas dan bawah, sedangkan sel-sel bersilia
ditemukan pada kista radikular rahang atas. Selain kedua sel tersebut, terkadang juga
ditemukan adanya badan hialin Rhuston dengan gambaran eosinofilik. Besarnya sekitar
0,1 mm dan bentuknya dapat beraneka ragam, misalnya seperti jepitan, lurus, berlekuk-
lekuk, ataupun memanjang. (Lalabonova, 2013)

Secara histologis semua dinding kista tersebut sama, terdiri dari epitel skuamus
bertingkat tidak berkeratin yang melapisi dinding kista yang mengandung kolagen.
Peradangan tersebut sering menyebabkan perubahan reaktif epitel seperti ulserasi,
degenerasi atau hyperplasia(Lalabonova, 2013)

Semua kista radikuler yang tumbuh didahului dengan adanya granuloma apikal. Kista ini
timbul sebagai respon terhadap iritan yang melewati pulpa yang sudah nekrosis melalui
foramen apikal. Inflamasi yang terus-menerus akan memicu jaringan sisa Malassez yang
terdapat pada granuloma dan mulai membentuk kista. (Lalabonova, 2013)

Pemeriksaan histopatologis baik kista dentigerus maupun kista radikuler


biasanya memberikan gambaran suatu kista yang dilapisi oleh epitel non-keratinized
yang tipis. Peradangan bisa merubah lapisan epitel menjadi jaringan epitel yang
mengalami hiperplasia. (Lalabonova, 2013)

Secara histopatologis kista ini ditandai dengan adanya suatu rongga yang
berlapiskan epitel yang tidak mengalami keratiisasi skuamosa dan mempunyai
ketebalan yang bervariasi. Secara khas dapat dilihat adanya proses radang
dengan ditemukannya banyak sel neutrofil pada dinding kista tersebut. Pada

dinding kista sering didapatkan kerusakan karena proses radang. (Lalabonova,


2013)

Dinding rongga kista radikuler atau periapikal merupakan lapisan epitel


jenis  Non-keretinizing stratified squamous  dengan ketebalan yang bervariasi.
Dinding epithelium tersebut dapat sangat proliferatif dan memperlihatkan
susunan plexiform. Sel-sel mucus juga ditemukan dilokasi ini, meskipun
jarang. Sebagai jenis kista yang terjadi karena proses radang, maka dinding
epithelium dapat mengandung banyak sel radang, yaitu sel plasma dan
limphosit.Rousel body  atau Round eusinofilic globulae  banyak ditemukan di
dalam atau luar sel plasma sehingga terjadi peningkatan sintesis
immunoglobulin. Keberadan immunoglobulin ini dapat diyakinkan dengan

pemeriksaan pewarnaan menggunakan imunofluoresens. (Lalabonova, 2013)

6. TATALAKSANA KISTA RADIKULER


esi periapikal (kista/granuloma) akan dapat diangkat dengan baik dengan ekstraksi gigi
penyebab yang nonvital dan diikuti dengan kuretase pada bagian apikal tersebut.
Alternatif lain adalah dilakukan pengisian saluran akar yang diikuti dengan apicoectomy
(direct kuretase dari lesi). Yang ketiga, dan yan paling sering digunakan, adalah
menggunakan pengisian saluran akar saja, karena biasanya pada banyak lesi periapikal
granuloma akan hilang setelah pengangkatan daerah yang menyebabkan infeksi
(nekrotik pulpa). Bedah (apicoectomy dan curetage) adalah untuk menghilangkan lesi
yang persistent (menetap), indikasi untuk kista yang ada pada perawatan saluran akar
yang gagal(shear, 2008)

Pada umumnya kista radikular dirawat dengan enukleasi dan kuretase. Enukleasi saja
dapat dilakukan pada kista radikular yang kecil melalui soket gigi. Gigi
penyebab dan yang terlibat dapat dirawat endodontik, apikoektomi dan retrograde
filling, atau diekstraksi. Enukleasi tanpa kuretase dapat menyebabkan terjadinya kista
residual, demikian pula ekstraksi gigi non vital yang sudah mengandung granuloma.
a. pada kista radikuler yang berukuran kecil perawatan yang bisa dilakukan adalah
perawatan saluran akar dengan apicoectomy atau pemotongan 1/3 apikal gigi pada gigi
yang mengalami kista
Kista radikuler yang berukuran sedang dapat dilakukan perawatan enukleasi atau
pengangkatan seluruh jaringan kista tanpa adanya rupture pada kista. Thin-bladed kuret
digunakan pada perawatan ini untuk cleaving connective tissue layer pada dinding kista
dari rongga tulang sehingga kista dapat terangkat dan dikeluarkan dari tulang(shear,
2008)
b.
Pada kista radikuler yang berukuran besar dapat dilakukan perawatan marsupiliasi.
Perawatan marsupiliasi adalah membuat suatu surgical window pada dinding kista,
membuang isi kista, dan mempertahankan kontinuitas antara kista dan rongga mulut,
sinus maksilaris, dan rongga nasal. Jika kerusakan tulang sudah luas dan tipis karena
kista, insisi bisa diperluas ke tulang melalui rongga kista. Kemudian osseus window
dihilangkan secara hati-hati dengan bur dan rongeurs. Selanjutnya kista dikeluarkan dan
dilakukan pemeriksaan visual pada lapisan residual dari kista. Setelah memastikan
lapisan residual pada kista maka lakukan irigasi pada kista untuk menghilangkan residual
fragmen atau debris(shear, 2008)
c.
Perawatan enukleasi yang dilakukan pada penderita didasarkan bahwa dengan
pengambilan seluruh dinding kista, kemungkinan terjadinya kekambuhan dapat dicegah,
mengingat bahwa epitel kista radikuler atau kista odontogen lainnya dapat menyebabkan
terjadinya karsinoma skuamosa.2 Selain itu perawatan dengan cara ini, penyembuhannya
lebih cepaT(shear, 2008)

Pilihan perawatan yang dilakukan adalah pencabutan gigi penyebab, perawatan saluran
akar, dan apical surgery/bedah apeks. Jika kista sudah sangat membesar dan
membahayakan jaringan vital sekitar, perawatan yang disarankan adalah marsupialisasi
atau pengambilan dengan pembedahan. (shear, 2008)

Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani kista radikuler, seperti
bedah endodontik, ekstraksi gigi penyebab, enukleasi serta marsupialisasi yang dibayangi
enukleasi. (shear, 2008)

Perawatan kista radikuler adalah dengan cara enukleasi melalui alveolus pada
saat ekstraksi. Bila ukurannya bertambah besar (2-3cm) dan melibatkan gigi &
struktur di sekitarnya, maka penatalaksanaannya menjadi kompleks à
memerlukan tindakan kontrol infeksi, marsupialisasi dengan biopsi dan

penyembuhannya lama. (shear, 2008)

(shear, 2008)
(Lalabonova, 2013)
(nugraha, 2013)

1. Sudiono J. Kista odontogenik : Pertumbuhan, perkembangan dan komplikasi. Jakarta:


EGC; 2010: hal 1-6
2. Shear M. Kista Rongga Mulut edisi 3 : EGC; 2008: 1-5
3. Lalabonova H, Daskalov H. Jaw cysts and guided bone regeneration (a late
complication after enucleation). Journal of IMAB vol.19 issue 4; 2013: pp 401-3
4. Acikgoz A, Bulut EU, Ozden B, Gunduz K. Prevalence and distribution of odontogenic
and nonodontogenic cysts in a Turkish Population. Med oral Patol Cir Bucal; 2012 Jan
I:17(1): pp 8-15 5. Selvamani M, Donoghue M, Basandi S. Analysis of 153 cases of
odontogenic cysts in a South Indian sample population: a retrospective study over a
decade. Braz oral res; 2012: 26(4): pp 330-4
6. Ali K, Munir F, Rahman A, Abbas I, Ahmad N, Akhtar MU. Clinicoradiographic study of
odontogenic cysts at a tertiary care centre. J Ayub med coll abbottabad; 2014: 26(1): pp
92-4
7. Meningaud JP, Oprean N, Arnnop PP, Bertrand JC. Odontogenic cysts: a clinical study
of 695 cases. Journal of oral sciences vol 48 no 2; 2006: pp 59-62
8. Urrutia SN.Figueiredo R.Escoda CG. Retrospective clinicopathological study of 418
odontogenic cysts. Med Oral Patol Oral Cir Bucal;2010:pp 767-73
9. Shear,M. Speight, PM. Cysts of the oral and maxillofacial regions, 4th edition.
Oxford:Blackwell Munksgaard;2007:pp.1-176
10. Nugraha A. Pola distribusi kasus kista odontogen pada instalasi gigi dan mulut rumah
sakit kota surabaya periode 2010-2012.Perpustakaan Unair:Surabaya;2013
11. Cawson, R, Odell, E, Porter, S .Cawson’s Essentials of Oral P

Anda mungkin juga menyukai