Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di Indonesia masih sangat tinggi tahun
2007 AKI di Indonesia tercatat 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target yang diharapkan
adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Atmawiraka, 2010). Yang
menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia disamping pendarahan adalah pre-
eklampsia atau eklampsia dan penyebab kematian perinatal yang tinggi.

Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan. Pada kondisi berat pre-eklamsia dapat menjadi eklampsia
dengan penambahan gejala kejang-kejang.

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung


disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal ini terjadi, istilah
kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama karena eklampsia
merupakan peningkatan dari pre-eklamsia yang lebih berat dan berbahaya dengan
tambahan gejala-gejala tertentu. Pre-eklampsia berat dan eklampsiamerupakanrisikoyang
membahayakan ibu di samping membahayakan janin melaluiplacenta.Setiap tahun
sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia. Insidens eklampsia di negara
berkembang berkisar dari 1:100 sampai1:1700.

Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada
stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang, Jika eklampsia
tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena
kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Oleh karena
itu kejadian kejang pada penderita eklampsia harus dihindari.Karena eklampsia
menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih tinggi.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Mampu memahami masalah kegawatdaruratan yaitu pre-eklampsia dan eklampsia
serta hipertensi dalam kehamilan.

1|Preeklampsia dan eklampsia


b. Tujuan Khusus
1. Mengenali gejala dan tanda hipertensi karena kehamilan dan menentukan
diagnosa yang paling mungkin dalam hubungan dengan hipertensi yang dipicu
oleh kehamilan dan hipertensi kronik pada ibu hamil.
2. Melakukan penatalaksanaan pre-eklampsia dan eklampsia dan hipertensi kronik
pada ibu hamil.

1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai kegawatdaruratan yaitu pre-eklampsia dan
eklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
2. Mengetahui penanganan kegawatdaruratan pre-eklampsia dan eklampsi dan hipertensi
dalam kehamilan

2|Preeklampsia dan eklampsia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP DASAR

2.1.1 MASALAH
1. Wanita hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau
penglihatan kabur
2. Wanita hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau kehilangan
kesadaran/ koma

2.2 PENANGANAN UMUM

1. Jika ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh
tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda-tanda vital (nadi,
tekanan darah, dan pernapasan).
3. Jika pasien tidak bernafas:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Berikan O2 dengan sungkup
c. Lakukan intubasi jika diperlukan
4. Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Baringkan pada satu sisi
c. Ukur suhu
d. Periksa apakah ada kaku tengkuk
5. Jika pasien syok  lihat keadaan umum, bebaskan jalan umum, periksa tanda vital
6. Jika terdapat perdarahan  Hentikan sumber darah, mengganti cairan tubuh yang
hilang
7. Jika pasien kejang (Eklampsia)
a. Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah
b. Bebaskan jalan nafas
c. Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
d. Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur

3|Preeklampsia dan eklampsia


2.3 PENILAIAN KLINIK

Penilaian klinik pre-eklampsia dan eklampsia

Tekanan Darah

Meningkat Normal
(TD ≥ 140/90 mmHg)

Gejala / tanda lain Gejala / tanda lain

Nyeri kepala dan / atau Kejang Demam Trismus Nyeri


Kepala
Gangguan penglihatan Riwayat Kejang (+) Nyeri Kepala Spasme otot Gangguan
dan / atau Demam (-) Kaku kuduk (+) muka Penglihatan
Proteinuria dan / atau Kaku Kuduk (-) Disorlentasi Muntah
Koma Riwayat
gejala
serupa
Malaria Migraine
Tetanus
Epilepsi Serebral
Meningitis
Ensefalitis

Hamil < 20 minggu Hamil > 20 minggu

Hipertensi Superimposed
Kejang (-) Kejang (+)
Kronik Preeclampsia

Eklampsia

Preeklampsia Preeklampsia
Hipertensi ringan berat

4|Preeklampsia dan eklampsia


2.4 GEJALA DAN TANDA

1. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam


kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak
tergantung pada keadaan emosional pasien
2. Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik  90 mmHg pada 2
pengukuran berjarak 1 jam atau lebih
3. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
a. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah
kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum
b. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu

2.5 KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

DIAGNOSIS TEKANAN DARAH TANDA LAIN


1. HIPERTENSI KRONIK
Hipertensi kronik Hipertensi Kehamilan < 20 minggu
Superimposed Hipertensi kronik Proteinuria dan tanda lain
preeclampsia dari preeklampsia
2. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg Proteinuria (-)
atau kenaikan 15 mmHg dalam 2 Kehamilan > 20 minggu
pengukuran berjarak 1 jam
Preeklampsia ringan Idem Proteinuria 1+
Preeklampsia berat Tekanan diastolik > 110 mmHg Proteinuria 2+
Oliguria
Hiperrefleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Eklampsia Hipertensi Kejang

1. Hipertensi karena kehamilan

5|Preeklampsia dan eklampsia


a. Lebih sering terjadi pada primigravida. Keadaan patologis telah terjadi sejak
implantasi, sehingga timbul iskemia plasenta yang kemudian diikuti dengan
sindroma inflamasi.
b. Risiko meningkat pada:
 Masa plasenta besar (gemelli, penyakit trofoblast)
 Hidramnion
 Diabetes melitus
 Isoimunisasi rhesus
 Faktor herediter
 Autoimun: SLE
c. Hipertensi karena kehamilan:
 Hipertensi tanpa proteinuria atau edema
 Preeklampsia ringan
 Preeklampsia berat
 Eklampsia
d. Hipertensi dalam kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa
gejala, kecuali peningkatan tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan
terdapatnya proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk
preeklampsia.
e. Preeklampsia berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:
1. Tekanan darah diastolik   110 mmHg
2. Proteinuria   2+
3. dapat diikuti dengan:
4. Oliguria < 400 ml per 24 jam
5. Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
6. Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
7. Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang berkabut
8. Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian analgetika biasa
9. Hiperrefleksia
10. Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina
11. Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom HELLP
12. Pertumbuhan janin terhambat
13. Otak: edema serebri

6|Preeklampsia dan eklampsia


14. Jantung: gagal jantung

f. Eklampsia ditandai oleh gejala preeklampsia berat dan kejang


1. Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi
2. Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal
3. Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam)

2. Hipertensi Kronik
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang dideteksi sebelum usia kehamilan 20
minggu atau yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan dan menetap
sampai 12 minggu pasca persalinan.
b. Superimposed preeclampsia adalah hipertensi kronik dan preeklampsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda pre-eklampsia atau disertai proteinuria

2.6 DIAGNOSIS BANDING

1. Hipertensi kronik
a. Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulit
untuk membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal
demikian, tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.

2. Proteinuria
1. Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga terdapat
proteinuria
2. Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi
3. Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus lama juga dapat
menyebabkan proteinuria
4. Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria
positif palsu

3. Kejang dan koma

7|Preeklampsia dan eklampsia


Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsi, malaria serebral, trauma kepala,
penyakit serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun), kelainan metabolisme
(asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air, histeria dan lain-lain

2.7 KOMPLIKASI

1. Iskemia uteroplasenter
a. Pertumbuhan janin terhambat
b. Kematian janin
c. Persalinan prematur
d. Solusio plasenta

2. Spasme arteriolar
a. Perdarahan serebral
b. Gagal jantung, ginjal dan hati
c. Ablasio retina
d. Thromboemboli
e. Gangguan pembekuan darah
f. Buta kortikal

3. Kejang dan koma


a. Trauma karena kejang
b. Aspirasi cairan, darah, muntahan dengan akibat gangguan pernafasan

4. Penanganan tidak tepat


a. Edema paru
b. Infeksi saluran kemih
c. Kelebihan cairan
d. Komplikasi anestesi atau tindakan obstetrik

2.8 PENCEGAHAN

8|Preeklampsia dan eklampsia


a. Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi
karena kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin
b. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan
belum sepenuhnya terbukti
c. Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat. Kasus harus
ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus
kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang
tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal
d. Pemasukan cairan terlalu banyak mengakibatkan edema paru

2.9 PENGELOLAAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TANPA PROTEINURIA

Jika kehamilan < 35 minggu, lakukan pengelolaan rawat jalan:


1. Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap minggu
2. Jika tekanan darah meningkat, kelola sebagai preeklampsia
3. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, rawat
dan pertimbangkan terminasi kehamilan

2.10 PRE-EKLAMPSIA RINGAN


2.10.1 Definisi
Pre-eklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamlan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah
dan aktivitas endotel.

2.10.2 Diagnosis

Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasar atas timbul hipertansi disertai


proteinuria dan / atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

1. Hipertensi: sistolik / diastolik ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30


mmHg dan kenaikan diastolik ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria
preeklampsia.
2. Proteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik.

9|Preeklampsia dan eklampsia


3. Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali
edema pada pretibia(tungkai),dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau
tangan.

Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu


dipertanyakan, bagaimana:

1. Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau terapi


medikamentosa
2. Sikap terhadap kehamilannya, berarti mau diapakan kehamilan ini
a. Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?
Disebut perawatan kehamilan “koservatif” atau “ekspektatif”
b. Apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi)?
Disebut perawatan kehamilan “aktif” atau “agresif”

2.10.3 Tujuan utama perawatan preeklampsia

Mencegah kejang, pendarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ


vital, dan melahirkan bayi sehat.

2.10.11 Penanganan

1. Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
a. Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi
janin
b. Lebih banyak istirahat
c. Diet biasa
d. Tidak perlu pemberian obat
e.  Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
 Diet biasa
 Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali
sehari
 Tidak memerlukan pengobatan
 Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut

10 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
 Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat
dipulangkan:
 Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan
tanda preeklampsia berat
 Periksa ulang 2 kali seminggu
 Jika tekanan diastolik naik lagi   rawat
kembali
 Jika tidak terdapat tanda perbaikan tetap dirawat
 Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan
 Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat

2. Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan


a. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 5 IU dalam 500
ml Ringer Laktat/Dekstrose 5% IV mulai 8 tetes/menit yang dinaikan 4
tetes/15 menit sampai didapat his yang adekuat atau dengan
prostaglandin
b. Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau
kateter Foley, atau lakukan terminasi dengan bedah Caesar

 Rawat jalan (ambulatoir)

Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat jalan.
Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring / tidur miring), terapi tidak
harus mutlak selalu tirah baring.

Pada umur kehamilan di atas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring
menghilangkan tekanan rahim pada v. Kava inferior, sehingga meningkatkan
aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke
ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan diuresis.
Diuresis dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan
reaktivitas kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan

11 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah
oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.

Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi


ginjal masih normal. Pada preeklampsia, ibu hamil umumnya masih muda,
berarti fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam.

Diet yang mengandung 2 gr natrium atau 4 – 6 NaCl (garam dapur) adalah


cukup, kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi
pertumbuhan janin justru membutuhkan lebih banyak konsumsi garam. Bila
konsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan konsumsi
cairan yang banyak, berupa susu atau air buah.

Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya,


dan roboransi pranatal.

Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedatif. Dilakukan


pemeriksaan laboratorium Hb, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap, dan
fungsi ginjal.

 Rawat inap (dirawat dirumah sakit)

Pada keadaaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsi ringan ibu hamil perlu
dirawat dirumah sakit. Kriteria preeklampsi ringan dirawat di rumah sakit
ialah :

(a) bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selama 2
minggu;

(b) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut
(2 minggu).

(b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsi berat.

1. Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka


pre-eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
2. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1
minggudan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat

12 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan
dengan perawatan rawatjalan.

Selama dirumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laborik.


Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan doppler
khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi bagian
jantung dan mata.

 Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya

Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu


sampai ≤37 minggu.

Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila tekanan darah mencapai


normotensif, selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm.
Sementara itu, pada kehamilan aterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu
sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat
dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II.

2.11 PRE-EKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA

A. PRE-EKLAMPSIA

2.11.1 Definisi

Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160


mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24
jam.

2.11.2 Diagnosis

Diagnosis ditegakan berdasar kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum


di bawah ini.

Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan berat bila


ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut.

13 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
3. Oligura, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma
dan pandangan kabur.
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
terenggangnya kapsula glisson)
7. Edema paru-paru dan sianosis.
8. Hemolisis mikroangiopatik.
9. Trombositopenia berat: ≤ 100.000 sel atau penurunan trombosit dengan
cepat.
10. Gangguan fungsi hepal atau (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan aspartate amino transperase.
11. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
12. Sindrom HELLP

2.11.3 Pembagian pre-eklampsia berat

Preeklampsia berat dibagi menjadi (a) preeklampsia berat tanpa impending


eclampsia dan (b) preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut
impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif
berupa nyeri kepala berat, gangguan virus, muntah-muntah, nyeri epigastrium,
dan kenaikan progresif tekanan darah.

2.11.4 Perawatan dan pengobatan preeklampsia berat

Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang,


pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit
organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia


berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :

14 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri dan ditambah pemberian
obat-obatan. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu
atau lebih, adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan
terapi dengan obat-obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di
dalam rahim, adanya “HELLP syndrome” (Haemolysis, Elevated Liver
enzymes, and Low Platelet).
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pemberian obat-obatan.Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan
kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia serta
keadaan janin baik.

B. Eklampsia

2.11.5 Definisi

Eklampsia adalah kejang pada wanita yang disebabkan oleh hipertensi yang
disebabkan kehamilan (hipertensi gestasional), sebuah penyebab signifikan
kematian ibu melahirkan.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan
saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre-eklampsia.

2.11.6 Patofisiologi
Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati,
ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada
organ-organtersebut.

2.11.7 Gambaran Klinik

Eklampsi merupakan kasus akut pada penderita pre-eklampsia, yang disertai


dengan kejang menyeluruh atau koma. Sama halnya dengan pre eklampsia,
eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum
umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.

15 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umunya memberi gejala-gejala
atau tanda-tanda khas yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya
kejang. Preeclampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai
impending edampsia atau imminent eclampsia.

2.11.8 Diagnosa banding

Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain.
Diagnosa banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan otak,
hipertensi, lesi otak, kelainan metabolik, meningitis, epilepsi iatrogenik.

a) Tingkat Awal (Aura) .

Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa melihat,
kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke
kiriataukekanan.

b) Tingkat kejang tonik.

Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini semua otot
menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata menonjol, tangan
menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernapasan berhenti,muka menjadi
sianotik, lidah dapat tergigit.

c) Tingkat Kejang Klonik.

Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan
kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul
dengan kontraksi intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh tubuh. Begitu
kuat kontraksi otot-otot tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar dari
tempat tidur. Seringpula lidah tergigit, dan mulut keluar liur yang berbusa kadan
disertai bercak-bercak darah, wajah tampak membengkak karena kongesti dan
sianosis, pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik pendarahan, klien menjadi
tidak sadar.

16 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
d) Tingkat Koma.

Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita mulai sadar lagi,
akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan berulang
sehingga ia tetap dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi
cepat dan suhu meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena gangguan
serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atauanuria
dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahkan muntah. Penderita yang sadar kembali
dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.

2.11.9 Perawatan Eklampsia

Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi
vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi
dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada
pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu
krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang
tepat.

Perawatan medikamentosa dn perawatan suportif eklampsia, merupakan perawatan


yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia adalah
mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya
hipertensi kritis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat
melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.

2.10. Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia


Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan
harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
 Monitoring selama di rumah sakit

Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda


klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan
cepat berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan,
pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.

17 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
 Manajemen umum perawatan preeklampsia berat

Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia


ringan, dibagi menjadi dua unsur:

- Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi


medisinalis.
- Sikap terhadap kehamilannya ialah: Aktif: manajemen agresif,
kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika sudah
stabil.

 Sikap terhadap penyakit: pengobatan medikamentosa


Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan
karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut
belum jelas, terapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan
oliguria ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan
gradien tekanan onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan
output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan
pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan
dikeluarkan melalui urin.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi.
Cairan yang diberikan dapat berupa (a) 5 % Ringer-dekstrose atau cairan
garam faali jumlah tetesan: < 125 cc/jam atau (b) Infus Dekstrose 5 % yang
tiap 1 liternya diselingi dengan infus Ringer laktat (60-125 cc/jam) 500cc.
Dipasang Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi
bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.
Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak
kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam.
Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.

18 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Pengelolaan kejang:

1. Beri obat anti kejang (anti konvulsan)


2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,
masker oksigen, oksigen)
3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi
6. Berikan O2 4-6 liter/menit
7. Pengelolaan umum
8. Jika tekanan diastolik ≥ 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik antara 90-100 mmHg
9. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
10. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
11. Kateterisasi urin untuk pengukuran
MAGNESIUM volume dan
SULFAT UNTUK pemeriksaan proteinuria
PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif
12. Infus I Dosis awal 1.5 -MgSO4
cairan dipertahankan 4 gjam
2 liter/24 IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam
larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%)
2 g IV selama 5 menit
Dosis Pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat
yang diberikan sampai 24 jam postpartum
Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain
(dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Sebelum pemberian Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
MgSO4 ulangan, lakukan Refleks patella (+)
pemeriksaan: Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
Hentikan pemberian Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
MgSO4, jika: Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:
  Bantu pernafasan dengan ventilator
  Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan 10%) IV
perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
19 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
13. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
14. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
15. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi
merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan
pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
16. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi
setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati

ANTI KONVULSAN

Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko
terjadinya depresi neonatal.

DIASEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


Dosis awal Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal
Dosis pemeliharaan Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer laktat melalui
infus
Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi bila dosis
> 30 mg/jam
Jangan berikan melebihi 100 mg/jam

ANTI HIPERTENSI

1. Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat
diulang sampai 8 kali/24 jam
2. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg
Nifedipin sublingual.
3. Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan
lagi Labetolol 20 mg oral.

20 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
PERSALINAN

1. Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan


pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
2. Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam
(pada eklampsia), lakukan bedah Caesar
3. Jika dipilih persalinan pervaginam, dilakukan upaya untuk memperingan kala
II
4. Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:
a. Tidak terdapat koagulopati. (koagulopati merupakan kontra indikasi
anestesi spinal).
b. Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia
dan spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi
terlalu tinggi.
5. Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin
2-5 IU dalam 500 ml Dekstrose 5% mulai 8 tetes/menit yang dinaikan 4
tetes/15 menit sampai didapat his yang adekuat atau dengan cara pemberian
prostaglandin / misoprostol

PERAWATAN POST PARTUM

1. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang


terakhir
2. Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
3. Lakukan pemantauan jumlah urin

RUJUKAN

1. Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika:


a. Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam)
b. Terdapat sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes & Low
Platelets)
c. Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang

Asuhan Ibu Dengan Eklampsi

21 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
1. Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
2. Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi jantung
bayi, dan dieresis
3. Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek
patella harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik
(harus sesuai instruksi dokter)
4. Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht,
leukosit, LED, ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin lengkap.
5. Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan
darah tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral
sesuai instruksi dokter.
6. Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan
monitor DJJ.
7. Siapkan alat-alat pertolongan persalinan
8. Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.

2.12 HIPERTENSI KRONIK

1. Jika pasien sebelum hamil sudah mendapatkan pengobatan dengan obat anti
hipertensi dan terpantau dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
2. Jika tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan sistolik  160 mmHg,
berikan anti hipertensi
3. Jika terdapat proteinuria, pikirkan superimposed preeclampsia
4. Istirahat
5. Lakukan pemantauan pertumbuhan dan kondisi janin
6. Jika tidak terdapat komplikasi, tunggu persalinan sampai aterm
7. Jika terdapat preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat atau gawat janin, lakukan:
a. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml
Dekstrose 5% melalui infus mulai 8 tetes/menit yang dinaikan 4 tetes/15 menit
sampai didapat his yang adekuat atau dengan prostaglandin.
b. Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, Misoprostol atau kateter Foley
8. Observasi komplikasi seperti solusio plasenta atau superimposed preeklampsia.

22 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
PENYULIT IBU

1)      Sistem syaraf pusat


a)     Perdarahan intrakranial
b)     Thrombosis vena sentral
c)      Hipertensi ensefalopati
d)     Edema serebri
e)     Edema retina
f)       Kebutaan korteks
2)     Gastrointestinal hepatik
a)     Subscapular hematoma hepar
b)     Ruptur kapsul hepar
3)     Ginjal
a)     Gagal ginjal akut
b)     Nekrosis tubular akut
4)     Hematologik
a)     DIC
b)     Thrombositopenia
5)     Kardiopulmoner
a)     Edema paru
b)     Arrest pernafasan
c)      Cardiac Arrest
d)     Iskemia miokardium

PENYULIT JANIN

1)      Intra Uterine Growth Retardation (IUGR)


2)     Solusio placenta
3)     Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
4)     Kematian neonatal

PROSEDUR RUJUKAN

         Rawat jalan dengan pengawasan pada kasus preeklampsia ringan


         Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke Puskesmas PONED pada kasus
preeklampsia ringan yang tidak menunjukkan perbaikan dengan istirahat

23 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
         Rujukan konsultatif ke Puskesmas PONED pada kasus dengan hipertensi kronis
dengan/tanpa tanda klinis preeklampsia
         Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten pada kasus dengan preeklampsia
berat / eklampsia setelah pemberian MgSO4 dosis inisial (4 g iv) maupun dosis pemeliharaan
(6 g / 6 jam dalam 500 ml RL)
         Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan
kejang dan kegawatdaruratan medis
         Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara
bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan

lBAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam
kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung
pada keadaan emosional pasien.

24 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 pengukuran
berjarak 1 jam atau lebih
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
1. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan
20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum
2. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu

Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena
kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain
dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti, yang lebih perlu
adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat.

Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana
harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang
tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal. Pemasukan cairan terlalu
banyak dapat mengakibatkan edema paru.

Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko
terjadinya depresinafas pada neonatus.

25 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a

Anda mungkin juga menyukai