Makalah Gadar Preeklamsia
Makalah Gadar Preeklamsia
PENDAHULUAN
Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di Indonesia masih sangat tinggi tahun
2007 AKI di Indonesia tercatat 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target yang diharapkan
adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Atmawiraka, 2010). Yang
menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia disamping pendarahan adalah pre-
eklampsia atau eklampsia dan penyebab kematian perinatal yang tinggi.
Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan. Pada kondisi berat pre-eklamsia dapat menjadi eklampsia
dengan penambahan gejala kejang-kejang.
Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada
stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang, Jika eklampsia
tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena
kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak. Oleh karena
itu kejadian kejang pada penderita eklampsia harus dihindari.Karena eklampsia
menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih tinggi.
1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai kegawatdaruratan yaitu pre-eklampsia dan
eklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
2. Mengetahui penanganan kegawatdaruratan pre-eklampsia dan eklampsi dan hipertensi
dalam kehamilan
PEMBAHASAN
2.1.1 MASALAH
1. Wanita hamil atau baru melahirkan mengeluh nyeri kepala hebat atau
penglihatan kabur
2. Wanita hamil atau baru melahirkan menderita kejang atau kehilangan
kesadaran/ koma
1. Jika ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh
tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda-tanda vital (nadi,
tekanan darah, dan pernapasan).
3. Jika pasien tidak bernafas:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Berikan O2 dengan sungkup
c. Lakukan intubasi jika diperlukan
4. Jika pasien kehilangan kesadaran / koma:
a. Bebaskan jalan nafas
b. Baringkan pada satu sisi
c. Ukur suhu
d. Periksa apakah ada kaku tengkuk
5. Jika pasien syok lihat keadaan umum, bebaskan jalan umum, periksa tanda vital
6. Jika terdapat perdarahan Hentikan sumber darah, mengganti cairan tubuh yang
hilang
7. Jika pasien kejang (Eklampsia)
a. Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah
b. Bebaskan jalan nafas
c. Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
d. Fiksasi untuk menghindari pasien jatuh dari tempat tidur
Tekanan Darah
Meningkat Normal
(TD ≥ 140/90 mmHg)
Hipertensi Superimposed
Kejang (-) Kejang (+)
Kronik Preeclampsia
Eklampsia
Preeklampsia Preeklampsia
Hipertensi ringan berat
2. Hipertensi Kronik
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang dideteksi sebelum usia kehamilan 20
minggu atau yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan dan menetap
sampai 12 minggu pasca persalinan.
b. Superimposed preeclampsia adalah hipertensi kronik dan preeklampsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda pre-eklampsia atau disertai proteinuria
1. Hipertensi kronik
a. Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulit
untuk membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal
demikian, tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.
2. Proteinuria
1. Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin, sehingga terdapat
proteinuria
2. Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi
3. Infeksi kandung kemih, anemia berat, payah jantung dan partus lama juga dapat
menyebabkan proteinuria
4. Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria
positif palsu
2.7 KOMPLIKASI
1. Iskemia uteroplasenter
a. Pertumbuhan janin terhambat
b. Kematian janin
c. Persalinan prematur
d. Solusio plasenta
2. Spasme arteriolar
a. Perdarahan serebral
b. Gagal jantung, ginjal dan hati
c. Ablasio retina
d. Thromboemboli
e. Gangguan pembekuan darah
f. Buta kortikal
2.8 PENCEGAHAN
2.10.2 Diagnosis
2.10.11 Penanganan
1. Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
a. Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi
janin
b. Lebih banyak istirahat
c. Diet biasa
d. Tidak perlu pemberian obat
e. Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
Diet biasa
Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali
sehari
Tidak memerlukan pengobatan
Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut
10 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat
dipulangkan:
Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan
tanda preeklampsia berat
Periksa ulang 2 kali seminggu
Jika tekanan diastolik naik lagi rawat
kembali
Jika tidak terdapat tanda perbaikan tetap dirawat
Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan
Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat jalan.
Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring / tidur miring), terapi tidak
harus mutlak selalu tirah baring.
Pada umur kehamilan di atas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring
menghilangkan tekanan rahim pada v. Kava inferior, sehingga meningkatkan
aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke
ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan diuresis.
Diuresis dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan
reaktivitas kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan
11 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah
oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.
Pada keadaaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsi ringan ibu hamil perlu
dirawat dirumah sakit. Kriteria preeklampsi ringan dirawat di rumah sakit
ialah :
(a) bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selama 2
minggu;
(b) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut
(2 minggu).
(b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsi berat.
12 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan
dengan perawatan rawatjalan.
A. PRE-EKLAMPSIA
2.11.1 Definisi
2.11.2 Diagnosis
13 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
3. Oligura, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma
dan pandangan kabur.
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
terenggangnya kapsula glisson)
7. Edema paru-paru dan sianosis.
8. Hemolisis mikroangiopatik.
9. Trombositopenia berat: ≤ 100.000 sel atau penurunan trombosit dengan
cepat.
10. Gangguan fungsi hepal atau (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar
alanin dan aspartate amino transperase.
11. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
12. Sindrom HELLP
14 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri dan ditambah pemberian
obat-obatan. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu
atau lebih, adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan
terapi dengan obat-obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di
dalam rahim, adanya “HELLP syndrome” (Haemolysis, Elevated Liver
enzymes, and Low Platelet).
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pemberian obat-obatan.Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan
kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia serta
keadaan janin baik.
B. Eklampsia
2.11.5 Definisi
Eklampsia adalah kejang pada wanita yang disebabkan oleh hipertensi yang
disebabkan kehamilan (hipertensi gestasional), sebuah penyebab signifikan
kematian ibu melahirkan.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan
saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre-eklampsia.
2.11.6 Patofisiologi
Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati,
ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada
organ-organtersebut.
15 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umunya memberi gejala-gejala
atau tanda-tanda khas yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya
kejang. Preeclampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai
impending edampsia atau imminent eclampsia.
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain.
Diagnosa banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya perdarahan otak,
hipertensi, lesi otak, kelainan metabolik, meningitis, epilepsi iatrogenik.
Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa melihat,
kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke
kiriataukekanan.
Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini semua otot
menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata menonjol, tangan
menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernapasan berhenti,muka menjadi
sianotik, lidah dapat tergigit.
Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan
kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul
dengan kontraksi intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh tubuh. Begitu
kuat kontraksi otot-otot tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar dari
tempat tidur. Seringpula lidah tergigit, dan mulut keluar liur yang berbusa kadan
disertai bercak-bercak darah, wajah tampak membengkak karena kongesti dan
sianosis, pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik pendarahan, klien menjadi
tidak sadar.
16 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
d) Tingkat Koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita mulai sadar lagi,
akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan berulang
sehingga ia tetap dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi
cepat dan suhu meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena gangguan
serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atauanuria
dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahkan muntah. Penderita yang sadar kembali
dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.
Perawatan dasar eklampsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi
vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC), mengatasi
dan mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada
pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu
krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang
tepat.
17 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Manajemen umum perawatan preeklampsia berat
18 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Pengelolaan kejang:
ANTI KONVULSAN
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko
terjadinya depresi neonatal.
ANTI HIPERTENSI
1. Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat
diulang sampai 8 kali/24 jam
2. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg
Nifedipin sublingual.
3. Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan
lagi Labetolol 20 mg oral.
20 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
PERSALINAN
RUJUKAN
21 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
1. Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
2. Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi jantung
bayi, dan dieresis
3. Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek
patella harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik
(harus sesuai instruksi dokter)
4. Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht,
leukosit, LED, ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin lengkap.
5. Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan
darah tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral
sesuai instruksi dokter.
6. Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan
monitor DJJ.
7. Siapkan alat-alat pertolongan persalinan
8. Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.
1. Jika pasien sebelum hamil sudah mendapatkan pengobatan dengan obat anti
hipertensi dan terpantau dengan baik, lanjutkan pengobatan tersebut
2. Jika tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg atau tekanan sistolik 160 mmHg,
berikan anti hipertensi
3. Jika terdapat proteinuria, pikirkan superimposed preeclampsia
4. Istirahat
5. Lakukan pemantauan pertumbuhan dan kondisi janin
6. Jika tidak terdapat komplikasi, tunggu persalinan sampai aterm
7. Jika terdapat preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat atau gawat janin, lakukan:
a. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml
Dekstrose 5% melalui infus mulai 8 tetes/menit yang dinaikan 4 tetes/15 menit
sampai didapat his yang adekuat atau dengan prostaglandin.
b. Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, Misoprostol atau kateter Foley
8. Observasi komplikasi seperti solusio plasenta atau superimposed preeklampsia.
22 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
PENYULIT IBU
PENYULIT JANIN
PROSEDUR RUJUKAN
23 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Rujukan konsultatif ke Puskesmas PONED pada kasus dengan hipertensi kronis
dengan/tanpa tanda klinis preeklampsia
Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten pada kasus dengan preeklampsia
berat / eklampsia setelah pemberian MgSO4 dosis inisial (4 g iv) maupun dosis pemeliharaan
(6 g / 6 jam dalam 500 ml RL)
Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan pencegahan
kejang dan kegawatdaruratan medis
Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih dahulu / secara
bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan rujukan
lBAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam
kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung
pada keadaan emosional pasien.
24 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a
Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada 2 pengukuran
berjarak 1 jam atau lebih
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam:
1. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan
20 minggu, selama persalinan dan/atau dalam 48 jam post partum
2. Hipertensi kronik, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20 minggu
Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena
kehamilan, bahkan dapat membahayakan janin. Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain
dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum sepenuhnya terbukti, yang lebih perlu
adalah deteksi dini dan penanganan cepat-tepat.
Kasus harus ditindak lanjuti secara berkala dan diberi penerangan yang jelas bilamana
harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan, keluarga (suami, orang
tua, mertua dll.) harus dilibatkan sejak awal. Pemasukan cairan terlalu
banyak dapat mengakibatkan edema paru.
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi
kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan risiko
terjadinya depresinafas pada neonatus.
25 | P r e e k l a m p s i a d a n e k l a m p s i a