Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase

remaja. Pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek

sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja

mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman

dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi. Hal terakhir inilah

yang akan berpengaruh pada keadaan gizi seorang remaja sehingga aspek

pemilihan makanan penting untuk diperhatikan.

Mahasiswa termasuk golongan remaja yang rentan terhadap gizi.

Mahasiswa baru mulai makan pada siang hari. Hal tersebut dipilih

dikarenakan jadwal kuliah atau aktivitas laboratorium yang cukup pagi, telat

bangun (kesiangan), malas untuk sarapan, dan lain-lain, yang menyebabkan

mahasiswa memilih fast food sebagai menu untuk makan siang. Makanan

cepat saji dipilih karena penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat

dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang

higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan

gaul bagi anak muda. Hal tersebut melatarbelakangi pemilihan judul dari

karya tulis ilmiah ini.


1.2 Rumusan Masalah

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi mahasiswa SJMP B1

mengonsumsi makanan cepat saji?

2. Apakah makanan cepat saji lebih digemari mahasiswa SJMP B1

dibanding dengan makanan sehat?

3. Apa pengaruh dari kebiasaaan mahasiswa dari mengonsumsi

makanan cepat saji?

4. Bagaimana solusi agar mahasiswa dapat mengurangi konsumsi

makanan cepat saji?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa

SJMP B1 mengonsumsi makanan cepat saji

2. Untuk mengetahui seberapa sering mahasiswa mengonsumsi

makanan cepat saji dibandingkan makanan sehat

3. Untuk mengetahui pengaruh dari kebiasaan mahasiswa dari

mengonsumsi makanan cepat saji

4. Mencari solusi agar mahasiswa mengurangi makanan cepat saji

1.4 Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan

kuisioner atau lebih dikenal sebagai angket. Melalui metode ini peneliti

menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh

responden dengan memberi tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan. Sedangkan dalam menganalisis data menggunakan analisis


deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008: 147). Adapun jenis

penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena data penelitian berupa

angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008: 7).

Selanjutnya penelitian ini akan dideskripsikan secara korelasional untuk

mencari tahu seberapa signifikan hubungan antara seberapa banyak

frekuensi mahasiswa SJMP B1 mengonsumsi makanan cepat saji dibanding

dengam makanan sehat. Mulyani (2013: 29) menyatakan bahwa deskriptif

korelasional bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui hubungan

antarvariabel penelitian. Adapun variabel pada penelitian ini adalah

kebiasaan mahasiswa mengonsumsi makanan cepat saji dibanding makanan

sehat sebagai variabel X, sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan

mahasiswa lebih memilih mengonsumsi makanan cepat saji dibanding

makanan sehat sebagai variabel Y .

Data frekuensi konsumsi fast food diperoleh dengan menggunakan

form frekuensi makanan semikuantitatif (FFQ). Data primer meliputi

identitas responden (nama) dan frekuensi konsumsi fast food seminggu

terakhir. Responden mengisi formulir sesuai dengan jumlah frekuensi fast

food yang dimakan dalam seminggu. Frekuensi fast food sering apabila ≥3x

seminggu dan kategori jarang apabila 1-2x seminggu. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan computer program Microsoft Excel versi

2010.
1.5 Tinjauan Pustaka
Makanan cepat saji adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat

dan siap untuk disantap, seperti fried chicken, hamburger atau pizza .

Mudahnya memperoleh makanan siap saji di pasaran memang

memudahkan tersedianya variasi pangan sesuai selera dan daya beli.

Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih mudah dan cepat, cocok

bagi mereka yang selalu sibuk ( Sulistijani, 2002). Fast Food atau

makanan siap saji sering menjadi pilihan utama bagi kaum mahasiswa.

Makanan fast food banyak digemari bahkan menjadi favorit karena iklan-

iklan yang digencarkan produsen melalui televisi dan media cetak dapat

memberikan pengaruh besar bagi konsumen (Nurlita 2017).

Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia bisa

mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja

tingkat menengah ke atas,restoran fast food merupakan tempat yang tepat

untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga

yang terjangkau dengan kantong mereka, servisnya cepat, dan jenis

makanannya memenuhi selera. Fast food adalah gaya hidup remaja kota

(Khomsan 2002).

Makanan sehat adalah makanan yang mengandung gizi seimbang,

kaya akan serat dan zat yang dibutuhkan untuk perkembangan tubuh dan

merupakan makanan yang mengandung zat – zat yang dibutuhkan oleh

tubuh dan harus memiliki beberapa syarat, yaitu higienis, bergizi dan

berkecukupan, tetapi tidak harus makanan mahal dan enak.  Dilihat dari

kandungannya, makanan sehat adalah makanan yang mengandung


karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan lemak tak jenuh. Makanan

yang memenuhi kriteria semacam ini lebih dikenal dengan sebutan empat

sehat lima sempurna.


BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN


2.1 HASIL
Frekuensi Makanan
Fast Food Frekuensi Fast Food Frekuensi Fast Food/ minggu Makanan sehat Mana yang lebih suka
Nama panelis Sehat
Suka Tidak Suka Sering Jarang 1 kali 2 kali3 kali atau lebihSuka Tidak Sering Jarang Fast food Makan sehat
Karisa 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0
Ikhsan 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1
Shinta 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1
Liana 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1
Amelia 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0
Annisa 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0
Tya 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0
Bima 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0
Ulya 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
Ratu 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0
Fardina 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
Rainava 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1
Asti 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0
Puspita 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1
Hesti 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1
Sri 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1
Salama 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
Raka 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1
Elisa 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
Abie 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0
Muzaki 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
Amay 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1
No name 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
Jumlah 19 4 10 13 10 8 5 21 2 11 12 10 12
Rata-rata 0,83 0,17 0,43 0,57 0,43 0,35 0,22 0,91 0,09 0,48 0,52 0,43 0,52
Persentase 82,61 17,39 43,48 56,52 43,48 34,78 21,74 91,30 8,70 47,83 52,17 43,48 52,17

Tabel 2.1.1 Hasil rekapitulasi data respon panelis

Pada tabel 2.1 menunjukkan dari 23 subjek yang menyukai fast food

sebanyak 82,61% dan subjek yang tidak menyukai fast food sebanyak

17,39% dengan frekuensi sering sebesar 43,48% dan frekuensi jarang

sebesar 56,52%. Subjek yang mengkonsumsi fast food paling banyak pada

frekuensi 1x dalam seminggu sebanyak 43,48% kemudian diikuti oleh


frekuensi 2x dalam seminggu dengan peresentase sebesar 34,78% dan

frekuensi 3x atau lebih dengan persentase sebesar 21,74%. Dan pada data

tersebut dari 23 subjek yang menyukai makanan sehat dengan presentase

sebanyak 91,30% dan 8,70% untuk subjek yang tidak menyukai makanan

sehat. Dilanjut dengan frekuensi sering sebesar 47,83% dan frekuensi jarang

sebesar 52,17%. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh subjek yang lebih

menyukai makanan fast food sebesar 43,48% dan yang lebih menyukai

makanan sehat sebesar 52,17%.

Berdasarkan data pada tabel 2.2 diperoleh beberapa alasan subjek

mengonsumsi makanan cepat saji diantaranya rasa yang enak, keefektifan

waktu, harga dan ketersediaan makanan tersebut. Untuk subjek yang

memilih karena alasan rasa yang enak diperoleh persentase sebesar 34,78%,

subjek yang memilih karena keefektifan waktunya diperoleh persentase

sebesar 56,52% dan subjek yang memilih karena harga diperoleh persentase

sebesar 4,45% serta subjek yang memilih karena ketersediaan makanan

cepat saji yang mudahTabel 2.1.2 Alasan


ditemui subjek menyukai
diperoleh fast food
persentase 17,39%.
Alasan perbandingan memilih antara fast food dan makanan sehat

Makanan Sehat Makanan Cepat Saji


Lebih sehat Personal Rasa Efektif Mudah di dapat
1 1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12 2 3 3 1
0,52 0,09 0,13 0,13 0,04
52,17 8,70 13,04 13,04 4,35

Tabel 2.1.3 alasan perbandingan antara fast food dengan makan sehat

Berdasarkan tabel 2.3 lebih banyak subjek yang menyukai makanan

sehat dengan persentase sebanyak 52,17%. Hal ini disebabkan subjek telah

mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam makanan sehat, kemudian

subjek yang tidak menyukai makanan sehat secara personal sebesar 8,70%.

Adapun subjek yang menyukai makanan cepat saji berdasarkan keunggulan

rasa dan keefektifan yang dimiliki oleh makanan cepat saji dengan

persentase sebesar 13,04% serta untuk ketersediaan makanan cepat saji yang

mudah didapat diperoleh dengan persentase sebesar 4,35%.

2.2 PEMBAHASAN
Pola makan fast food ala barat dapat mengundang berbagai penyakit

dan kehadiran fast food dalam industri makanan Indonesia dapat


mempengaruhi pola makan remaja. Fast food mengandung lemak, protein,

gula dan garam yang relatif tinggi dan jika dikonsumsi secara

berkesinambungan dan berlebihan dapat mengakibatkan masalah gizi lebih.

Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi

dan pengeluaran energi. Masa remaja adalah masa peralihan dari usia anak-

anak ke usia dewasa dengan kepribadian masih bersifat labil. Gizi lebih

pada usia remaja dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik ataupun

mental (Mahpolah 2008).

2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa SJMP B1


mengonsumsi makanan cepat saji

Dalam aspek pemilihan makanan penting diperhatikan bagi

kaum remaja terutama pada usia remaja menengah keatas. Mereka

dapat memilihi makanan apa saja yang disukainya, bahkan tidak

berselera lagi makan bersama keluarga dirumah, bahkan ada beberapa

remaja yang berada dalam masa perantauan seperti sebagian

mahasiswa/i SJMP BP1. Aktivitas yang banyak dilakukan diluar

rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi rekan sebayanya.

Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi

sekedar bersosialisasi dan untuk kesenangan. Hal ini menyebabkan

remaja termasuk dalam nutritionally vulnerable group (Khomsan

2002).

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa SJMP BP1

mengonsumsi makanan cepat saji didapat beberapa alasan, pertama


yaitu keunggulan rasa yang dimiliki makanan cepat saji dan jenis

makanannya yang memenuhi selera sehingga dapat mempengaruhi

perilaku konsumen.

Kedua, , keefektifan waktu dari mengonsmsi fast food, dalam

hal ini dikarenakan kesibukan mahasiswa seperti jadwal kuliah atau

aktivitas laboratorium yang cukup pagi, telat bangun (kesiangan),

malas untuk sarapan, dan lain-lain, yang menyebabkan mahasiswa

memilih fast food sebagai menu makan. Dilihat dari makanan cepat

saji yang memiliki penyajian cepat sehingga hemat waktu .

Ketiga, harga yang terjangkau. Dari sudut pandang ekonomi,

remaja atau mahasiswa/i bisa menjadi pasar yang potensial untuk

produk-produk makanan tertentu, umumnya harga fast food dapat

dijangkau oleh uang saku mahasiswa/i. Hal ini dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya oleh produsen sebagai media promosi melalui

berbagai media cetak maupun elektronik.

Keempat, yaitu makanan cepat saji yang mudah ditemui dan

dapat dihidangkan kapan dan dimana saja. Makanan cepat saji juga

memiliki tempat dan penyajian yang higienis dan dianggap makanan

bergengsi dan modern, juga makanan gaul bagi anak muda.

2.2.2 Pilihan mahasiswa SJMP B1 antara makanan cepat saji dengan


makanan sehat

Berdasarkan hasil survey dari penyebaran kuisioner

mengenai apakah makanan cepat saji lebih digemari mahasiswa


SJMP B1 dibanding dengan makanan sehat, diperoleh data yang

menunjukkan bahwa makanan sehat lebih digemari oleh mahasiswa/i

SJMP BP1 karena kesukaan dan frekuensi konsumsi mahasiswa

terhadap makanan sehat lebih tinggi dan lebih sering dibandingkan

dengan makanan cepat saji. Hal ini dikarenakan mahasiswa/i SJMP

BP1 telah sadar akan kandungan yang terdapat dalam makanan

sehat, serta mengetahui efek dan dampak buruk dari mengonsumsi

makanan cepat saji sehingga mereka pun lebih memilih dan

menyukai makanan sehat.

Fast food umumnya mengandung kalori tinggi, kadar lemak,

gula dan sodium (Na) juga tinggi, tetapi rendah serat kasar, vitamin

A, asam askorbat, kalsium dan folat. Kandungan gizi yang tidak

seimbang ini bila terlanjur menjadi pola makan, akan berdampak

negatif pada keadaan gizi para remaja (Khomsan 2002).

Sedangkan makanan sehat adalah dengan meramu berbagai

jenis makanan yang seimbang, sehingga terpenuhi seluruh

kebutuhan gizi bagi tubuh dan mampu dirasakan secara fisik dan

mental (Prasetyono 2009)

2.2.3 Pengaruh kebiasaaan mahasiswa dari mengonsumsi makanan cepat


saji
Dalam pola hidup modern saat ini, terutama di perkotaan,

sebagian besar mahasiswa cenderung memilih makanan yang praktis

untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Praktis dalam artian mudah

diperoleh dan cepat saji sehingga siap untuk dikonsumsi. Tidak ada
cukup waktu bagi mereka untuk memasak kebutuhan makanannya,

apalagi mencari bahan bakunya.

Karena alasan tersebut mendorong mahasiswa untuk

mengkonsumsi makanan cepat saji dengan alasan penyajian yang

cepat dan memiliki rasa kenyang lebih lama karena tingginya

kandungan karbohidrat dan gula. Dan juga menjadi fenomena

berkembangnya fast food dengan cepat,fast food dapat diperoleh di

restoran-restoran cepat saji dan untuk persediaan di rumah fast food

juga dapat diperoleh dengan mudah dalam bentuk beku di

supermarket (Subroto 2007).

Di sisi lain, semakin banyak orang yang makan diluar rumah

dan menyerahkan kualitas makanan yang mereka konsumsi kepada

orang lain. Bagi mereka, yang penting adalah rasa, gaya, dan

suasana.Banyak diantara mereka yang tidak peduli pada kualitas

makanan yang mereka konsumsi. Jadi, tujuan makan sudah bergeser

dan semakin mengkhawatirkan (Subroto 2007).

Apabila mahasiswa lebih sering mengonsumsi fast food dan

tidak mengetahui dampak buruk bagi kehidupannya dan bahkan

telah menjadi pola hidup atau kebiasaan, beberapa penyakit dapat

menyerang seperti obesitas, jantung, kolesterol dan kanker. Selain

itu dapat berdampak buruk pada pola hidup mereka karena akan

menyebabkan kecanduan sehingga akan sulit mencegah atau

membatasi konsumsi fast food agar tidak menjadi kebiasaan.


2.2.4 Solusi agar mahasiswa dapat mengurangi konsumsi makanan cepat
saji

Menurut sebuah penelitian, menjelaskan mereka yang

mengkonsumsi fast food tidak hanya kesehatannya yang akan

memburuk, namun juga kondisi psikologisnya, maka untuk

mencegah hal tersebut terjadi, diperlukan beberapa cara untuk

mengatasinya. Adapun solusi untuk dapat mengurangi konsumsi fast

food antara lain yaitu dengan mengetahui dampak buruk serta resiko

penyakit yang dapat ditimbulkan. Selanjutnya teguhkan tekad untuk

berhenti mengonsumsi fast food karena banyak berbagai kerugian

yang akan berdampak tidak baik untuk tubuh dan kesehatan.

Selain itu, dengan beralih mengonsumsi makanan sehat

secara perlahan ketika mulai meninggalkan kebiasaan menyantap

makanan siap saji atau fast food dan beralih mengonsumsi makanan

sehat seperti sayuran dan buah-buahan, perlahan namun pasti akan

mulai terbiasa dan dengan sendirinya akan memilih menikmati

makanan sehat dibandingkan dengan fast food.


BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Mahasiswa/i SJMP BP1 mengonsumsi makanan cepat saji

dikarenakan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu keunggulan

rasa yang dimiliki makanan cepat saji, kesibukan mendorong mahasiswa

untuk mengonsumsi makanan cepat saji dengan alasan penyajian yang

cepat, harga yang sesuai dengan kantong mahasiswa dan makanan cepat saji

yang mudah ditemui dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja.

Mahasiswa/i SJMP BP1 lebih menyukai makanan sehat dibanding

makanan cepat saji, dan frekuensi konsumsi mahasiswa terhadap makanan

sehat lebih tinggi dan lebih sering dibandingkan dengan makanan cepat saji.
Karena mereka telah menyadari kandungan yang terdapat dalam makanan

sehat, serta mengetahui efek dan dampak buruk dari mengonsumsi makanan

cepat saji .

Pengaruh dari kebiasaan mahasiswa mengonsumsi makanan cepat

saji beberapa penyakit dapat menyerang dan akan menyebabkan kecanduan

sehingga akan sulit mencegah atau membatasi konsumsi fast food agar tidak

menjadi kebiasaan.

Solusi untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji dengan

mengetahui dampak buruk serta resiko penyakit yang dapat ditimbulkan dan

dengan beralih mengonsumsi makanan sehat secara perlahan.

4.2 SARAN

Disarankan untuk mahasiswa/i SJMP BP1 untuk mengetahui

kandungan dan dampak buruk dalam mengonsumsi fast food agar

terhindar dari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan

mengonsumsi makanan cepat saji. Dan sebaiknya mahasiswa/i lebih

mengutamakan konsumsi makanan sehat walaupun dalam aktivitas yang

padat.
DAFTAR PUSTAKA
Tugas Karya Tulis Ilmiah Hari/Tanggal : Rabu/23 Mei 2018
Bahasa Indonesia PJ Dosen : Muhammad Dede R

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


MAHASISWA SJMP BP1 MENGONSUMSI MAKANAN
CEPAT SAJI

Kelompok 2 / BP1

Rizki Aulia Nuzullina J3E117092


Moh Fahmi Aqyas J3E117149
Annisa Kusumawati J3E217184
Alifia Tamima Mawar J3E217197
Putri Nilamsari J3E217205
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018

Anda mungkin juga menyukai