THALASEMIA
A. Definisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hematolik hereiter yang yang
diturunkan secara resesif. Ditandai gengn defisiensi produksi globin pada
hemoglobin, dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).
(Yuwono, 2012)
2. Sumbatan trombosit
a. Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut
kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk sumbatan trombosit.
b. Trombosit melepaskan ADP untuk mengaktifasi trombosit lain,sehingga
mengakibatkan agregasi trombosit untuk membentuk sumbat
Jika kerusakan pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit mampu
menghentikan perdarahan.
Jika kerusakannya besar, maka kerusakan trombosit dapat mengurangi
perdarahan,sampai proses pembekuan terbentuk.
Pembekuan darah.
ERITROSIT
Sel darah merah, eritrosit (bahasa Inggris: red blood cell (RBC), erythrocyte)
adalah jenis sel darahyang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke
jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalamhewan bertulang belakang. Bagian dalam
eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat
oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan
oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.
Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang
unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum
tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak
terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel).
Jumlah Normal :
1. Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
2. Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
3. Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
4. Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
5. Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
6. Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
Struktur Eritrosit
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5
uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah
karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.
Pembentukan Eritrosit
Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada,
tulang selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi
selama tujuh hari. Pada awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan
hemoglobin terbentuk. Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat
pembentukannya dan masuk ke dalam sirkulasi darah.
Eritrosit dalam tubuh dapat berkurang karena luka sehingga mengeluarkan
banyak darah atau karena penyakit, seperti malaria dan demam berdarah. Keadaan
seperti ini dapat mengganggu pembentukan eritrosit.
Masa Hidup Eritrosit
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak
di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan
biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian
hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk
eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak.
Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.
Eritrosit pada manusia
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan ketebalan 2
μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit
normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi
oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul
membawa 4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-
5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang
tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung
untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah
dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti
misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah
putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam
darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk
mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut
dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili
sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.
C. Etiologi
Adapun penyebab dari Thalasemia adalah faktor genetik (herditer). Faktor
genetik yaitu perkawinan antara 2 heterezigot (carier) yang menghasilkan keturunan
Thalasemia (homozigot).
D. Patofisiologi
Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat besi (Fe).
Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan
tertinggal di dalam tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh
digunakan untuk membentuk sel darah merah baru.
Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah merah yang rusak itu
menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati (lever). Jumlah zat besi yang
menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini akan mengganggu fungsi organ
tubuh.Penumpukan zat besi terjadi karena penderita thalasemia memperoleh suplai
darah merah dari transfusi darah. Penumpukan zat besi ini, bila tidak dikeluarkan,
akan sangat membahayakan karena dapat merusak jantung, hati, dan organ tubuh
lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian
E. Pathways Thalasemia
F. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda klinis Thalasemia :
1. Kelesuan
2. Bibir, lidah, kaki, tangan, dan bagian lain berwarna pucat.
3. Sesak nafas
4. Hilang selera makan dan bengkak di bagian abdomen
5. Hemoglobin yang rendah
Pada thalasemia mayor gejala klinik telah terlibat sejak umur kurang dari 1 tahun.
Gejala yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan
umur dan berat badan kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya gizi
buruk, perut membuncit, karena adanya pembesaran limfa dan hati yang di raba.
Adanya pembesaran hati dan limfa tersebut mempengaruhi gerak pasien karna
terbatas. Limfa yang membesar ini akan mudah ruputure karna trauma ringan saja.
Gejala ini adalah bentuk muka yang mongoloid, hidung pesek tanpa pangkal
hidung, jarak antara kedua mata lebar, dan tulang dahi juga lebar. Hal ini disebabkan
juga karna adanya gangguan perkembangan ketulang muka dan tengkorak, gambaran
radiologis tulang memperhatikan tulang medulla yang lebar korteks tipis dan
trabekula besar.
Keadaan kulit pucat kuning-kekunningan, jika pasien telah mendapat transfusi
darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan
kulit. Penimbunan besi (hemosiderasis) dalam jaringan tubuh seperti hepar, limfa,
jantung akan mengakibatkan gangguan faal alat alat tersebut(hemokromatosis).
G. Klasifikasi Thalasmia
Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :
1. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal
membawa 1 gen).
Sindrom thalassemia-α disebabkan oleh delesi pada gen α globin pada kromosom
16 (terdapat 2 gen α globin pada tiap kromosom 16) dan nondelesi seperti
gangguan mRNA pada penyambungan gen yang menyebabkan rantai menjadi
lebih panjang dari kondisi normal.
Faktor delesi terhadap empat gen α globin dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
Delesi pada tiga rantai α ini disebut juga sebagai HbH disease (β4) yang
disertai anemia hipokromik mikrositer, basophylic stippling, heinz bodies, dan
retikulositosis. HbH terbentuk dalam jumlah banyak karena tidak terbentuknya
rantai α sehingga rantai β tidak memiliki pasangan dan kemudian membentuk
tetramer dari rantai β sendiri (β4). Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH
dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit
dapat dihancurkan.Penderita dapat tumbuh sampai dewasa dengan anemia
sedang (Hb 8-10 g/dl) dan MCV 60-70 fl.mengalami presipitasi dalam eritrosit
sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan.Penderita dapat tumbuh
sampai dewasa dengan anemia sedang (Hb 8-10 g/dl) dan MCV 60-70 fl.
d. Delesi pada empat rantai α (Hidrops fetalis/Thalassemia major)
Delesi pada empat rantai α ini dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya
terdapat banyak Hb Barts (γ4) yang disebabkan juga karena tidak terbentuknya
rantai α sehingga rantai γ membentuk tetramer sendiri menjadi γ4.
Manifestasi klinis dapat berupa ikterus, hepatosplenomegali, dan janin yang
sangat anemis. Kadar Hb hanya 6 g/dl dan pada elektroforesis Hb
menunjukkan 80-90% Hb Barts, sedikit HbH, dan tidak dijumpai HbA atau
HbF.Biasanya bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam
setelah kelahirannya.
H. Komplikasi Thalasemia
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah
yang berulang-ulang dari proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah
tinggi, sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit,
jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut.
Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma yang ringan, kematian terutama
disebabkan karna infeksi dan gagal jantung.
Secara umum komplikasi thalasemia antara lain :
1. Fraktur patologi
2. Hepatosplenomegali
3. Gangguan tumbuh kembang
4. Disfungsi organ
5. Gagal jantung
6. Hemosideresis
7. Hemokromatosis
8. Infeksi
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi :
- Hb rendah dapat sampai 2-3 g%.
asidofil.
- Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3. Pemeriksaan khusus :
- Hb F meningkat : 20%-90% Hb total.
- Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
DI SUSUN OLEH :
MELINIA NUR HASNA
2018.25.1775