Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN

SISTEM KARDIOVASKULER

Asuhan Keperawatan ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh : Program B 2019

Titania Aurilia
1911166096

Dosen Pengampu : Ns. GANIS INDRIATI, S.Kep, M.Kep Sp.Kep An

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah memberikan


kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kita dapat menyelesaiakan
tugas makalah keperawatan Anak tentang “ ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI DAN ANAK Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler” beserta
salam kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa
umatnya dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini. Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena masih banyak kesalahan. Oleh karena itu,
kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kita.
Amin.

Pekanbaru, 1 April 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekitar 1% bayi baru lahir menderita kelainan jantung bawaan atau penyakit
jantung kongenital. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada
masa kanak-kanak. Sebagian lagi tanpa gejala sama sekali.ada pula gejala langsung
terlihat begitu bayi lahir dan memerlukan tindakan medis secepatnya. Kelainan
Jantung Bawaan adalah kelainan atau ketidaksempurnaan struktur jantung dan
perangkatnya yang dibawa sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh
darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua
penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang
penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia
beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang
dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau
telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang
menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang
dewasa.
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi
utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak 
pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut
jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot
lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini
mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat
terjadi gangguan pada kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama
yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai
suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka
kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun
berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet
yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat
dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang
notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan
jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor
tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung
akan semakin tinggi.

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan sistem kardiovaskuler.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari sistem
kardiovaskuler.
b. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gangguan
sistem kardiovaskuler.
c. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gangguan sistem
kardiovaskuler.
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan
sistem kardiovaskuler.
e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler”
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan seputar
asuhan keperawatan klien dengan Gagal jantung.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Anatomi Fisiologi

Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital
fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain,
apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap
organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.

Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Ukuran jantung manusia


mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5″
(12cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum,
tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan
diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari
jantung berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari
midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya
di bawah puting susu sebelah kiri.

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan


antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup
yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup
semilunar.

Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang


menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler
yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel
kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar
yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan
asendence aorta yaitu katup aorta.

Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya


sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap
bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat
kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan
rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus
papilaris.

B. GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

1. Penyakit Jantung Kongenital


Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah
ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan
pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal
waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa,
hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau
telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI,1996)

2. CHF (Congestive Heart Failure)


Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung Kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. (Brunner & Suddarth,
hal. 805).
Congestive Heart Failure adalah kondisi kardiovaskuler dimana jantung
tidak mampu memompa adekuat sejumlah darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolik jaringan tubuh (Lewis, 2000).
Gagal jantung kongestif adalah sindrom yang karena kegagalan pompa
atau kontraktil jantung sehingga tidak dapat memasok aliran darah yang cukup
ke jaringan atau tidak dapat mempertahankan curah normal hanya dengan
mekanisme kompensasi sehingga menimbulkan kesukaran ( Rudolph, 2006).

C. Pemeriksaan Diagnostik

1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan


pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan
segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas.
5. Rontgen dada, Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.

7. Analisa gas darah (AGD)

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini)


atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
8. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik


BUN
dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

9. Pemeriksaan tiroid

Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre


pencetus gagal jantung kongesti

D. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah :

1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.


2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan
preparat farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan
terapi antidiuretik, diit dan istirahat.

Terapi Farmakologis :

1. Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan
mengurangi edema
2. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan
harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan & bemberian obat-obatan
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan buat meningkatkan
diuresis & mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian
indomethacin (inhibitor prostaglandin) buat mempermudah penutupan
duktus, pemberian antibiotik profilaktik buat mencegah endokarditis
bakterial.
5. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
6. Non pembedahan : Penutupan dgn alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG
EKG menunjukkan gambaran normal sampai ada kalainan;
a. Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri didapatkan pada
penderita dengan defek sedang.
b. .Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi ventrikel
kiri maupun kanan dengan atau tanpa abnormalitas atrium kiri
c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi ventnikel
kanan dengan atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
2. Foto Thoraks
Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium kiri, venrikel
kiri, kadang-kadang ventrikel kanan, arteri pulmonalis yang prominen serta
peningkatan vaskularisasi paru berkorelasi langsung dengan besarnya pirau3.
3. Ekhokadiografi
Pemeriksaan two -dimeflsiOflal dan doppler echocardlogrphy dapat
mengidentifikasi besar dan lokasi defek, meinperkirakan besarnya tekanan
arteri pulmonalis, juga mengidentifikasi kelainafl lain yang rnenyertai serta
mengestifliasi besarnya pirau.
4. Kateterisasi Jantung
a. Terdapat peningkatan saturasi oksigen di ventrikel kanan serta
peningkatan tekanan di atrim kin, ventrikel kin maupun arteri
pulmonalis pada VSD yang sedang dan berat.
b. menentukan rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda
menentukan raslo tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt
kemudian dipakal sebagal pedoman indikasi dan kontraindikasi
penutupan defek.
c. Jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan
pembenian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.

F. Komplikasi

Komplikasi dapat berupa :

1. Kerusakan atau kegagalan ginjal

Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya


dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari
gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.

2. Masalah katup jantung

Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi


kerusakan pada katup jantung.
3. Kerusakan hati

Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang


menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab
jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.

4. Serangan jantung dan stroke.

Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung
daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan
mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena
serangan jantung atau stroke.

G. Macam – macam penyakit kardiovaskuler

1. Gagal Jantung Kongestif.

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah


secara efektif ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena
berhenti bekerja, namun karena tidak memompa sekuat yang seharusnya.
Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh
lainnya.

2. Inflamasi Jantung

Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis),


selaput yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam
(endokarditis). Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun
infeksi.

3. Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena


demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
4. Kelainan Katup Jantung

Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung.


Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain
karena pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup
sempurna (prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir
maupun karena infeksi dan efek samping pengobatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN 

A. Pengkajian

1. Wawancara
a. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
b. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin.
c.   Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi
ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
d.   Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor
memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk
membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
e.   Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain
yang juga mengalami kelainan jantung

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang
dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya.
Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada
penyakit jantung congenital ini adalah:
a. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat
pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
b. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .
c. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela
intrakostal dan region epigastrium.
d. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
e. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan
atas.
f. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi.
g. Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan
kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur
sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,

Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan
daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada
popliteal

B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas


miokardial, frekuensi, irama.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  perubahan membran kapiler-
alveolus yang diakibatkan oleh tekanan kapiler paru.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah
jantung/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okigen,
kelemahan umum, dan immobilisasi.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan  kurang
pemahaman tentang kondisi gagal jantung
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Penurunan -Curah Menunjukkan 1. Auskultasi nadi 1. Mengetahui terjadinya takikardi
curah jantung jantung tanda vital dalam apikal dan mengkaji (meskipun pada saat istirahat) untuk
berhubungan mencukupi batas yan bisa frekuensi, irama mengkompensasi penurunan
dengan kebutuhan diterima jantung . kontraktilitas ventrikel.
perubahan individual
kontraktilitas -Melaporkan 2. Catat bunyi jantung 2. Pada auskultasi, S1 dan S2
miokardial, -Komplikasi penurunan mungkin terdengar lemah karena
frekuensi, teratasi dispnea 3. Mengkaji kulit menurunnya kerja pompa. Irama Gallop
irama dan terhadap adanya pucat umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
konduksi -Tingkat -Ikut serta dalam dan sianosis aliran darah ke serambi yang disteni.
listrik aktivitas aktivitas yang Murmur dapat menunjukkan
optimal mengurangi Inkompetensi/stenosis katup.
4. Berikan oksigen
beban kerja tambahan dengan
jantung 3. Pucat menunjukkan menurunnya
-Proses kanula nasal/masker
perfusi perifer ekunder terhadap tidak
penyakit dan obat  sesuai
adekutnya curah jantung, vasokontriksi
dimengerti indikasi  (kolaborasi)
dan anemia. Sianosis dapt terjadi
sebagai refrakstori GJK. Area yang
  sakit sering berwarna biru atu belang
karena peningkatan kongesti vena.
4. Meningkatkan sediaan oksigen
untuk kebutuhan miokard untuk
melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak
obat dapat digunakan untuk
meningkatkan volume sekuncup,
memperbaiki kontraktilitas dan
menurunkan kongesti

2. Pola nafas Pola nafas 1. Pola 1. Monitor 1. Terapi oksigen membantu pasien
tidak efektif efektif setelah nafas kembali kedalaman memenuhi kebutuhan oksigen dan
b.d kelemahan dilakukan teratur pernafasan, mencegah terjadinya hipoksia.
spasme otot tindakan 2. RR frekuensi, dan
keperawatan kembali ekspansi dada. 2. Memudahkan aliran oksigen
selam di RS, normal 16-24 2. Catat upaya
RR Normal , x/menit pernafasan  
tak ada bunyii termasuk
nafas   penggunaan otot
tambahan dan Bantu nafas
penggunaan 3. Auskultasi
otot Bantu bunyi nafas dan
pernafasan. catat bila ada
Dan GDA bunyi nafas
Normal tambahan

4. Tinggikan
kepala (posisikan
semifowler) dan
Bantu untuk
mencapai posisi
yang senyaman
mungkin.
Kolaborasi
pemberian
Oksigen dan px
BGA

3 Gangguan Gangguan Menunjukkan 1. Pantau bunyi 1. Menyatakan adanya kongesti


pertukaran gas pertukaran gas status pernafasan nafas dan  catat paru/pengumpulan secret 
berhubungan berkurang atau yang normal adanya crackles menunjukkan kebutuhan untuk
dengan  hilang berdasarkan : pada pasien. intervensi lebih lanjut.
perubahan 2. Membantu mencegah terjadinya
membran PaO2 PaCO2, pH 2. Membantu atelektasis dan pneumonia pada
kapiler- arteri, dan saturasi pasien untuk pasien.
alveolus yang o2 dalam batas melakukan 3. Hipoksemia dapat memberat
diakibatkan normal perubahan posisi selama edema paru.
oleh tekanan secara berkala.
kapiler paru.  
3. Pantau hasil
dari GDA dan 
nadi oksimetri.

 
4 Kelebihan Keseimbangan Mempertahankan 1. Pantau 1. Pengeluaran urine mungkin
volume cairan volume cairan keseimbangan pengeluaran urine, sedikit dan pekat karena penurunan
berhubungan dapat cairan seperti catat jumlah dan perfusi ginjal. Posisi terlentang
dengan dipertahankan dibuktikan oleh warna saat dimana membantu diuresis sehingga
menurunnya selama tekanan darah diuresis terjadi. pengeluaran urine dapat ditingkatkan
curah dilakukan dalam batas selama tirah baring.
jantung/menin tindakan normal, tak ada
gkatnya keperawatan distensi vena 2. Terapi diuretic yang diberikan 
produksi ADH perifer/ vena dan 2. Pantau/hitung dapat menyebabkan kehilangan cairan
dan retensi edema dependen, keseimbangan tiba-tiba/berlebihan sehingga terjadi
natrium/air paru bersih dan pemasukan dan hipovolemia.
berat badan ideal ( pengeluaran
BB ideal TB –100 selama 24 jam.
± 10 %) dan  terapkan
terapi diuretic. 3. Posisi tersebut meningkatkan
filtrasi ginjal dan menurunkan produksi
ADH sehingga meningkatkan diuresis.

3. Pertahankan
pasien duduk atau
tirah baring 4. Kongesti visceral (terjadi pada
dengan posisi GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
semifowler selama gaster/intestinal.
fase akut.

4. Kaji bising usus.


Catat keluhan 5. Pasien perlu diberikan diet yang
anoreksia, mual, tepat untuk  memenuhi kebutuhan
distensi abdomen kalori dalam pembatasan natrium.
dan konstipasi.

5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan diet
yang akan
dilakukan oleh
pasien.

5 Intoleransi Terjadi -berpartisipasi 1.Periksa tanda vital 1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
aktivitas peningkatan aktif pada sebelum dan setelah dengan aktivitas karena efek obat
berhubungan toleransi pada aktivitas yag aktivitas, khususnya (vasodilasi), perpindahan cairan
dengan klien setelah diinginkan, bila klien (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
ketidakseimba dilaksanakan memenuhi menggunakan 2. Penurunan/ketidakmampuan
ngan suplai tindakan kebutuhan vasodilator dan obat- miokardium untuk meningkatkan
okigen, keperawatan perawatan diri obat diuretic. volume sekuncup selama aktivitas dpat
kelemahan selama di sendiri. menyebabkan peningkatan segera
umum, dan perawatan 2.Catat respons frekuensi jantung dan kebutuhan
immobilisasi -mencapai kardiopulmonal oksigen juga peningkatan kelelahan dan
peningkatan terhadap aktivitas, kelemahan.
toleransi aktivitas catat adanya 3. Dapat menunjukkan peningkatan
yang dapat diukur, takikardi, diritmia, dekompensasi jantung  daripada
dibuktikan oleh dispnea berkeringat kelebihan aktivitas.
menurunnya dan pucat. 4. Peningkatan bertahap pada
kelemahan dan aktivitas menghindari kerja
kelelahan dan 3.Evaluasi jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
tanda vital DBN peningkatan intoleran Penguatan dan perbaikan fungsi jantung
selama aktivitas aktivitas. dibawah stress, bila fungsi jantung tidak
dapat membaik kembali.
  4.Implementasi
program rehabilitasi
jantung.

 
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN.

           Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan


pembuluh darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak
semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak
jarang penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien
berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang
dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau
telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang
menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang
dewasa.

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam
mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai
pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak  pernah
beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung
berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya
sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami
gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi
gangguan pada kinerja jantung.

B. SARAN.
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung
diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.

Informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk keluarga klien yang


mengalami penyakit kardivaskuler maupun yang tidak mengalami, karena ini
merupakan sebuah penyakit bawaan dan kelainan, jadi perlu diberitahu mengenai
pendidikan kesehatan.

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.Arif
Mansjoer, Suprohaitan,
http://agustinus-profile.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-sistem-
imunitas.htm
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius. FKUI Jakarta : 2000

Anda mungkin juga menyukai