SISTEM KARDIOVASKULER
Asuhan Keperawatan ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Titania Aurilia
1911166096
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 1% bayi baru lahir menderita kelainan jantung bawaan atau penyakit
jantung kongenital. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada
masa kanak-kanak. Sebagian lagi tanpa gejala sama sekali.ada pula gejala langsung
terlihat begitu bayi lahir dan memerlukan tindakan medis secepatnya. Kelainan
Jantung Bawaan adalah kelainan atau ketidaksempurnaan struktur jantung dan
perangkatnya yang dibawa sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh
darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua
penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang
penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia
beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang
dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau
telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang
menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang
dewasa.
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi
utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak
pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut
jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot
lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini
mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat
terjadi gangguan pada kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama
yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai
suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka
kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun
berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet
yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat
dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang
notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan
jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor
tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung
akan semakin tinggi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan sistem kardiovaskuler.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari sistem
kardiovaskuler.
b. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gangguan
sistem kardiovaskuler.
c. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gangguan sistem
kardiovaskuler.
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan
sistem kardiovaskuler.
e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dan Anak Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler”
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan seputar
asuhan keperawatan klien dengan Gagal jantung.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital
fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain,
apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap
organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung
adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
C. Pemeriksaan Diagnostik
9. Pemeriksaan tiroid
D. Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan
mengurangi edema
2. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan
harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan & bemberian obat-obatan
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan buat meningkatkan
diuresis & mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian
indomethacin (inhibitor prostaglandin) buat mempermudah penutupan
duktus, pemberian antibiotik profilaktik buat mencegah endokarditis
bakterial.
5. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
6. Non pembedahan : Penutupan dgn alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG
EKG menunjukkan gambaran normal sampai ada kalainan;
a. Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri didapatkan pada
penderita dengan defek sedang.
b. .Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi ventrikel
kiri maupun kanan dengan atau tanpa abnormalitas atrium kiri
c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi ventnikel
kanan dengan atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
2. Foto Thoraks
Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium kiri, venrikel
kiri, kadang-kadang ventrikel kanan, arteri pulmonalis yang prominen serta
peningkatan vaskularisasi paru berkorelasi langsung dengan besarnya pirau3.
3. Ekhokadiografi
Pemeriksaan two -dimeflsiOflal dan doppler echocardlogrphy dapat
mengidentifikasi besar dan lokasi defek, meinperkirakan besarnya tekanan
arteri pulmonalis, juga mengidentifikasi kelainafl lain yang rnenyertai serta
mengestifliasi besarnya pirau.
4. Kateterisasi Jantung
a. Terdapat peningkatan saturasi oksigen di ventrikel kanan serta
peningkatan tekanan di atrim kin, ventrikel kin maupun arteri
pulmonalis pada VSD yang sedang dan berat.
b. menentukan rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda
menentukan raslo tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt
kemudian dipakal sebagal pedoman indikasi dan kontraindikasi
penutupan defek.
c. Jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan
pembenian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.
F. Komplikasi
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung
daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan
mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena
serangan jantung atau stroke.
2. Inflamasi Jantung
A. Pengkajian
1. Wawancara
a. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen
penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
b. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin.
c. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi
ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
d. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor
memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk
membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
e. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain
yang juga mengalami kelainan jantung
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang
dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya.
Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada
penyakit jantung congenital ini adalah:
a. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat
pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
b. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .
c. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela
intrakostal dan region epigastrium.
d. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
e. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan
atas.
f. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti
mendengkur, tacipnea dan retraksi.
g. Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan
kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur
sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,
Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan
daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada
popliteal
B. Diagnosa Keperawatan
2. Pola nafas Pola nafas 1. Pola 1. Monitor 1. Terapi oksigen membantu pasien
tidak efektif efektif setelah nafas kembali kedalaman memenuhi kebutuhan oksigen dan
b.d kelemahan dilakukan teratur pernafasan, mencegah terjadinya hipoksia.
spasme otot tindakan 2. RR frekuensi, dan
keperawatan kembali ekspansi dada. 2. Memudahkan aliran oksigen
selam di RS, normal 16-24 2. Catat upaya
RR Normal , x/menit pernafasan
tak ada bunyii termasuk
nafas penggunaan otot
tambahan dan Bantu nafas
penggunaan 3. Auskultasi
otot Bantu bunyi nafas dan
pernafasan. catat bila ada
Dan GDA bunyi nafas
Normal tambahan
4. Tinggikan
kepala (posisikan
semifowler) dan
Bantu untuk
mencapai posisi
yang senyaman
mungkin.
Kolaborasi
pemberian
Oksigen dan px
BGA
4 Kelebihan Keseimbangan Mempertahankan 1. Pantau 1. Pengeluaran urine mungkin
volume cairan volume cairan keseimbangan pengeluaran urine, sedikit dan pekat karena penurunan
berhubungan dapat cairan seperti catat jumlah dan perfusi ginjal. Posisi terlentang
dengan dipertahankan dibuktikan oleh warna saat dimana membantu diuresis sehingga
menurunnya selama tekanan darah diuresis terjadi. pengeluaran urine dapat ditingkatkan
curah dilakukan dalam batas selama tirah baring.
jantung/menin tindakan normal, tak ada
gkatnya keperawatan distensi vena 2. Terapi diuretic yang diberikan
produksi ADH perifer/ vena dan 2. Pantau/hitung dapat menyebabkan kehilangan cairan
dan retensi edema dependen, keseimbangan tiba-tiba/berlebihan sehingga terjadi
natrium/air paru bersih dan pemasukan dan hipovolemia.
berat badan ideal ( pengeluaran
BB ideal TB –100 selama 24 jam.
± 10 %) dan terapkan
terapi diuretic. 3. Posisi tersebut meningkatkan
filtrasi ginjal dan menurunkan produksi
ADH sehingga meningkatkan diuresis.
3. Pertahankan
pasien duduk atau
tirah baring 4. Kongesti visceral (terjadi pada
dengan posisi GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
semifowler selama gaster/intestinal.
fase akut.
5. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan diet
yang akan
dilakukan oleh
pasien.
5 Intoleransi Terjadi -berpartisipasi 1.Periksa tanda vital 1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
aktivitas peningkatan aktif pada sebelum dan setelah dengan aktivitas karena efek obat
berhubungan toleransi pada aktivitas yag aktivitas, khususnya (vasodilasi), perpindahan cairan
dengan klien setelah diinginkan, bila klien (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
ketidakseimba dilaksanakan memenuhi menggunakan 2. Penurunan/ketidakmampuan
ngan suplai tindakan kebutuhan vasodilator dan obat- miokardium untuk meningkatkan
okigen, keperawatan perawatan diri obat diuretic. volume sekuncup selama aktivitas dpat
kelemahan selama di sendiri. menyebabkan peningkatan segera
umum, dan perawatan 2.Catat respons frekuensi jantung dan kebutuhan
immobilisasi -mencapai kardiopulmonal oksigen juga peningkatan kelelahan dan
peningkatan terhadap aktivitas, kelemahan.
toleransi aktivitas catat adanya 3. Dapat menunjukkan peningkatan
yang dapat diukur, takikardi, diritmia, dekompensasi jantung daripada
dibuktikan oleh dispnea berkeringat kelebihan aktivitas.
menurunnya dan pucat. 4. Peningkatan bertahap pada
kelemahan dan aktivitas menghindari kerja
kelelahan dan 3.Evaluasi jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
tanda vital DBN peningkatan intoleran Penguatan dan perbaikan fungsi jantung
selama aktivitas aktivitas. dibawah stress, bila fungsi jantung tidak
dapat membaik kembali.
4.Implementasi
program rehabilitasi
jantung.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam
mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai
pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah
beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung
berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya
sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami
gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi
gangguan pada kinerja jantung.
B. SARAN.
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung
diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.Arif
Mansjoer, Suprohaitan,
http://agustinus-profile.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-sistem-
imunitas.htm
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius. FKUI Jakarta : 2000