Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MEMAHAMI IBADAH PUASA

Dosen Pengampu : Rahmat Efendi

DISUSUN OLEH:

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Ani Setianingrum 142012018004

2. Delima Romadona 142012018007

3. Ellsa Yulicka 142012018004

4. Mardoni Ustanto 142012018004

5. M.Valid Aziz 142012018004

6. Siti Munawaroh 142012018004

7. Srianida Puji Lestari 142012018004

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Ibadah Puasa” yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan di Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Pringsewu, Februari 2020

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat


sekarang tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu bagi orang
yang beriman ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk
mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-
dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan derajat. Allah telah
menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal ibadah
lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga
manusia dari bujuk rayu setan. Dengan puasa syahwat yang bersemayam
dalam diri manusia akan terkekang sehingga manusia tidak lagi menjadi
budak nafsu tetapi manusia akan menjadi majikannya.
Allah memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu
yang diciptakan tidak ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya pasti demi kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati
lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat yang sangat besar karena
puasa tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam segi lahiri.
Barang siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan
maka akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.
Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun
masyarakat dalam hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa
seperti halnya mengenai kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam
menjalankan puasa secara tidak langsung telah diajarkan perilaku-perilaku
yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan mempunyai
tingkah laku yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakekat Puasa ?
2. Mengapa Allah mewajibkan puasa ?
3. Apakah Tujuan dan fungsi puasa ?

1
4. Apakah Hikmah puasa ?
5. Apakah Makna spiritual puasa ?
6. Bagaimana Puasa dan pembentukan insan berkarakter ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan penulisan
a) Menjelaskan pengertian puasa
b) Menjelaskan hakekat puasa
c) Menjelaskan mengapa allah mewajibkan puasa
d) Menjelaskan  tujuan dan fungsi dari puasa
e) Menjelaskan hikmah puasa
f) Menjelaskan makna apa saja yang di dapat dari spiritual puasa
g) Menjelaskan puasa dapat membentukan insan berkarakter

2. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam
dalam menjalankan ibadah khususnya ibadah puasa dan supaya
pengetahuan kita tentang ibadah puasa dapat bertambah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKEKAT SHAUM (PUASA)

Shaum menurut bahasa yaitu al imsak (menahan diri) dari sesuatu,


adapun pengertian menurut syari' yaitu menahan diri dengan niat dari seluruh
yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan bersetubuh mulai dari
terbit fajar sampai dengan terbenam matahari.

Nilai Formal yaitu yang berlaku dalam perspektif ini puasa hanya tinjau
dari segi menahan lapar, haus dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang
telah dikatakan berpuasa apabila dia tidak makan, minum dan melakukan
hubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Padahal
Rasulullah SAW telah memberikan peringatan terhadap umat muslim melalui
sebuah haditnya yang berbunyi :

"Banyak orang yang puasa mereka tidak mendapatkan apa-apa


melainkan hanya rasa lapar dan haus saja". H.R. bukhari. Dari hadits
tersebut kita dapat mengetahui bahwa hakekat atau esensi puasa tidak hanya
menahan rasa lapar, haus dan gairah birahi saja, melainkan dalam puasa
terkandung berbagai aturan, makna dan faedah yang mesti diikuti.

Kedua, Nilai Fungsional yaitu yang menjadi parameter sah atau tidaknya
puasa seseorang ditinjau dari segi fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk
menjadikan manusia bertakwa (laa'lakum tattaqun). QS. Al-Baqarah 183

Kemudian menurut nilai ini, puasa seseorang sah dan tidak apabila orang
tesebut dapat mencapai kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT. Maka dari
itu, hakekat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah sebagaimana
berikut ini

3
1. Tarbiyat Aliradat ( Pendidikan Keinginan )

Keinginan atau kemauan merupakan fitrah manusia. Tapi acapkali


kemauan atau keinginan yang dimiliki manusia tidak selamanya baik
dan tidak pula selamanya buruk. Karena itu puasa dapat mendidik atau
membimbing kemauan manusia baik yang positif maupun yang
negatif. Dengan puasa, kemauan positif akan terus termotifasi untuk
labih berkembang dan meningkat. Adapun kemauan negatif, puasa
akan membimbing dan mengarahkan agar kemauan tersebut tidak
terlaksana.

Adapun yang menyebabkan kamauan seseoarang ada yang positif


dan yang negatif, sesuai yang diungkapkan oleh Imam Al-Gazali
bahwa di dalam diri manusia terdapat sifat-sifat sebagaimana berikut
ini:

1) Sifat Rububiyah, yaitu sifat yang mendorong untuk selalu berbuat


baik.
2) Sifat Syaithoniyah, inilah sifat yang mendorong seseorang untuk
berbuat kesalahan dan kejahatan.
3) Sifat Bahimiyah (kehewanan), sesuai dengan istilah yang
diberikan pada manusia sebagai mahluk biologis.
4) Sifat Subuiyah, yaitu sifat kejam dan kezaliman yang terdapat
dalam diri manusia.

2. Thariqat almalaikat

Malaikat merupakan makhluk suci, yang selalu taat dan patuh


terhadap segala perintah Allah. Begitupun orang yang puasa
ketaatannya merupakan suatu bukti bahwa jiwanya tidak dikuasai oleh
hawa nafsunya. Juga, orang puasa akan mengalami iklim kesucian
laksana seorang bayi yang baru lahir, jiwanya terbebas dari setiap
dosa dan kesalahan. Inilah janji Allah yang akan diberikan untuk
orang yang berpuasa dan melaksanakan setiap amalan ibadah pada
bulan ramadhan.

4
3. Tarbiyat Alilahiyyat ( Pendidikan Ketuhanan )

Puasa merupakan sistem pendidikan Allah SWT dalam rangka


mendidik atau membimbing manusia. Sistem pendidikan ini
mengandung dua fungsi yaitu:

a) Sebagai sistem yang pasti untuk mendidik manusia supaya menjadi


hamba tuhan yang taat dan patuh.
b) Sebagai suatu sistem yang dapat mendidik sifat rubbubiyyah
(ketuhanan) manusia untuk dapat berbuat adil, sabar, pemaaf dan
perbuatan baik lainnya.

4. Tazkiyat Annafsi ( Penyucian Jiwa )

Hakekat puasa yang keempat ini diungkapkan oleh Ibnu Qayim al


Jauzi. Puasa dapat menjadi sarana untuk membersihkan berbagai sifat
buruk yang terdapat dalam jiwa manusia. Adakalanya jiwa manusia
akan kotor bahkan sampai berkarat terbungkus oleh noda dan sikap
keburukan yang terdapat didalamnya. Maka wajar kalau puasa dapat
menjadi penyuci jiwa.

B. TINGKATAN PUASA
a. Puasa Umum
ْ
‫ضا ِء ال َّش ْه َو ِة‬ ِ ْ‫ف ْالبَط ِن َو ْالفَر‬
َ َ‫ج ع َْن ق‬ ِ ‫صوْ ُم ْال ُع ُم‬
ُّ ‫ فَهُ َو َك‬:‫وم‬ َ ‫أَ َّما‬

“Puasa umum adalah menahan petur dan kemaluan dari menunaikan


syahwat.”

Maksudnya, puasa umum atau puasa orang-orang awam adalah


“sekedar” mengerjakan puasa menurut tata cara yang diatur dalam
hukum fiqih. Seseorang makan sahur dan berniat untuk puasa pada hari
itu, lalu menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan
badan dengan suami atau istrinya sejak dari terbitnya fajar sampai
tenggelamnya matahari. Jika hal itu telah dikerjakan, maka secara hukum
fiqih ia telah mengerjakan kewajiban shaum Ramadhan. Puasanya telah
sah secara lahiriah menurut tinjauan ilmu fikih.

5
b. Puasa Khusus (Khawas)

‫ح ع َِن اآْل ثَ ِام‬ ِ ‫ص ِر َواللِّ َسا ِن َو ْاليَ ِد َوال ِّرجْ ِل َو َسائِ ِر ْال َج َو‬
ِ ‫ار‬ َ َ‫ف ال َّس ْم ِع َو ْالب‬ ‫صوْ ُم ْال ُخص‬
ُّ ‫ُوص فَهُ َو َك‬
ِ َ ‫َوأَ َّما‬

“Puasa khusus adalah menahan pendengaran, penglihatan, lisan,


tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan-perbuatan
dosa.”

Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan puasa umum atau puasa
orang-orang awam. Selain menahan diri dari makan, minum dan
melakukan hubungan seksual, tingkatan ini menuntut orang yang
berpuasa untuk menahan seluruh anggota badannya dari dosa-dosa, baik
berupa ucapan maupun perbuatan.

c. Puasa Sangat Khusus (Khawasul Khawas)

ِ ‫ة َواأْل َ ْف َك‬€ِ َّ‫ب َع ِن ْال ِه َم ِم ال َّدنِي‬


‫ار ال ُّد ْنيَ ِويَّ ِة َو َكفُّهُ َع َّما ِس َوى‬ ِ ‫صوْ ُم ْالقَ ْل‬ ‫ُوص ْال ُخص‬
َ َ‫ ف‬:‫ُوص‬
ِ ِ ‫صوْ ُم ُخص‬ َ ‫َوأَ َّما‬
.‫هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل بِ ْال ُكلِّيَّ ِة‬

“Puasa sangat khusus adalah berpuasanya hati dari keinginan-


keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati
dari segala tujuan selain Allah secara totalitas.”

Tingkatan ini adalah tingkatan yang paling tinggi, sehingga paling


berat dan paling sulit dicapai. Selain menahan diri dari makan, minum
dan hubungan seksual, serta menahan seluruh anggota badan dari
perbuatan maksiat, tingkatan ini menuntut hati dan pikiran orang yang
berpuasa untuk selalu fokus, memikirkan hal-hal yang mulia,
mengharapkan hal-hal yang mulia dan memurnikan semua tujuan untuk
Allah semata.

6
Imam Al-Ghazali menguraikan bahwa kita harus menjaga anggota
badan kita dari dosa-dosa. Yaitu sebagai berikut :

1) Menjaga Pandangan Mata

َ‫ك أَ ْز َكى لَهُ ْم إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما يَصْ نَعُون‬َ ِ‫ار ِه ْم َويَحْ فَظُوا فُرُو َجهُ ْم َذل‬
ِ ‫ص‬ َ ‫قُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن أَ ْب‬
‫ظنَ فُرُو َجه َُّن‬ ْ َ‫ار ِه َّن َويَحْ ف‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن أَ ْب‬ِ ‫) َوقُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنَا‬30(

“Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki agar hendaknya


mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan
mereka. Hal yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Mengerti apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah
kepada orang-orang mukmin wanita agar hendaknya mereka
menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan
mereka…” (QS. An-Nur [24]: 30-31)

2) Menjaga Lisan

َ ‫ إِنِّي‬: ْ‫ َوإِ ِن ا ْم ُر ٌؤ قَاتَلَهُ أَوْ َشاتَ َمهُ فَ ْليَقُل‬، ْ‫ث َوالَ يَجْ هَل‬
‫صائِ ٌم َم َّرتَ ْي ِن‬ ْ ُ‫الصِّ يَا ُم ُجنَّةٌ فَالَ يَرْ ف‬

Puasa adalah perisai (dari perbuatan dosa dan siksa api neraka,
edt). Maka jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa,
janganlah ia mengucapkan perkataan yang keji dan jangan pula
melakukan tindakan yang bodoh. Jika ada seseorang yang mencaci
maki dirinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia menjawab:
‘Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa’.” (HR. Bukhari no.
1894 dan Muslim no. 1151)

3) Menjaga Pendengaran

ِ ْ‫ب أَ َّكالُونَ لِلسُّح‬


‫ت‬ ِ ‫َس َّما ُعونَ لِ ْل َك ِذ‬

“Mereka sangat banyak mendengarkan perkataan dusta dan sangat


banyak memakan harta haram.” (QS. Al-Maidah [5]: 42)

7
4) Menjaga tangan, kaki dan anggota badan lainnya dari hal-hal yang
diharamkan
5) Menjaga diri untuk tidak memenuhi perutnya dengan makanan saat
berbuka puasa. Puasa ini hanya berfungsi sebagai pemindah hawa
nafsu dari siang hari ke malam hari. Apalagi bila ditambah dengan
mengumpulkan berbagai makanan dan minuman yang lezat. Hikmah-
hikmah puasa, misalnya solidaritas terhadap kaum miskin, tidak akan
teraih dengan cara seperti itu.
6) Setelah berbuka puasa hendaknya hatinya diliputi perasaan harap-
harap cemas, berharap puasanya diterima Allah Ta’ala dan takut jika
puasanya tidak diterima Allah Ta’ala. Ia berada di antara perasaan
harap dan cemas, sebab ia tidak mengetahui apakah puasanya diterima
Allah atau ditolak-Nya.

ُّ ‫ َورُبَّ قَائِ ٍم َح‬، ُ‫ع َو ْال َعطَش‬


‫ظهُ ِم ْن قِيَا ِم ِه ال َّسهَ ُر‬ ُ ‫صيَا ِم ِه ْالجُو‬ ُّ ‫صائِ ٍم َح‬
ِ ‫ظهُ ِم ْن‬ َ َّ‫رُب‬

“Betapa banyak orang berpuasa namun balasan dari


puasanya hanyalah lapar dan dahaga semata. Dan betapa banyak
orang melakukan shalat malam (tarawih dan witir) namun
balasannya dari shalatnya hanyalah begadang menahan kantuk
semata.” (HR. Ahmad no. 8856, Abu Ya’la no. 6551, Ad-Darimi no.
2720, Ibnu Hibban no. 3481 dan Al-Hakim no. 1571. Syaikh Syu’aib
al-Arnauth berkata: Sanadnya kuat)

C. MACAM-MACAM PUASA DARI SEGI HUKUM


Ulama madzhab Maliki, Syafi’i dan hambali sepakat bahwasanya puasa itu
terbagi menjadi empat macam, yaitu :

1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.
2. Puasa sunnah (mandub)
3. Puasa makruh
4. Puasa haram

8
D. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

Hal hal yang membatalkan puasa antara lain adalah sebagai berikut :

1) Makan minum sengaja


2) Bersetubh atau melakkan hubungan suami istri pada siang hari
3) Keluar darah haid/nifas
4) Keluar mani yang sengaja
5) Masuknya sesuatu lewat lubang(mulut, hidung, telinga, dubur, kubul)
6) Menyengaja muntah
7) Gila
8) Murtad(keluar dari islam).

E. MENGAPA ALLAH MEWAJIBKAN BERPUASA

1. Karena Puasa Adalah perintah Agama


Ini adalah jawaban yang paling utama dan paling mutlak. Dalam
segala bentuk ibadah, ketika ditanya mengapa, jawabnya “karena ini
adalah perintah agama”. Seseorang tidaklah layak beragama islam
sampai ia menyerahkan diri dan menerima sepenuhnya agama islam,
karena arti dari islam sendiri itu adalah “ Menyerahkan Diri Sepenuhnya
Kepada Allah ”. Sehingga segala bentuk perintah agama wajib diterima
dan dilaksanakan termasuk diantaranya adalah puasa.

2. Karena Puasa Adalah Rukun Islam


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu umar radhiallahu anhuma
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

‫ َوإِ ْيتَا ِءال َّز َكا ِة‬٬‫صاَل ِة‬ ُ ‫ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬٬Aُ‫ش َها َد ِةأَ ْنآلاِل َهاِاَّل هللا‬
َّ ‫ َوإِقَا ِمال‬٬ِ‫س ْواُل هلل‬ َ :‫س‬ ٍ ‫يخ ْم‬ َ َ‫ساَل ُم َعل‬
ْ ‫بُنِيَاْ ِإل‬
ِ ‫ َو َح ِّجا ْلبَ ْي‬٬ َ‫ضان‬
‫ت‬ َ ‫ص ْو ِم َر َم‬
َ ‫ َو‬٬

“ (Islam dibangun diatas lima ( pondasi ) : Syahadat laa ilaaha


illallah wa ashadu anna Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji ( bagi yang mampu ), dan
berpuasa di bulan Ramadhan ) ” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

9
3. Karena Dengan Puasa Kita Bisa Bertaqwa

Mengapa kita diwajibkan berpuasa, “ agar kalian kalian bisa


bertakwa……”.

Allah sendirilah yang memberikan jawaban ini kepada kita. Allah ta’ala
berfirman :

“wahai orang – orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian


berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas  umat  – umat sebelum
kalian agar kalian bertakwa “ ( Al Baqarah : 183 ).

Dengan berpuasa terwujudlah hakekat takwa. Bagaimana tidak,


sedangkan orang yang berpuasa menjauhi segala hal yang dapat
membatalkan puasanya karena taat kepada Allah dan menjauhi larangan-
Nya, dengan ini terwujudlah takwa. Karena ia menaati perintah Allah
berupa puasa, dan menjauhi larangan Nya yang berupa pembatal –
pembatal puasa.

4. Karena Begitu Banyaknya Keutamaan Di Bulan Ramadhan

Mari kita merenung sejenak,“mengapa puasa diwajibkan pada


bulan Ramadhan ?” sebelum menjawab pertanyaan ini, timbul
pertanyaan lain yang perlu kita jawab terlebih dahulu "apa saja
keutamaan yang ada di bulan Ramadhan ?”, sedikit akan kami sebutkan
beberapa keutamaan bulan Ramadhan yang diantaranya :

1) Al Qur’an Diturunkan Pada Bulan Ramadhan

Allah ta'ala berfiman :

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan


yang di dalamnya diturunkan  (permulaan ) Al Quran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda  ( antara yang hak dan yang bathil )” ( Al Baqarah : 18).

10
2) Bulan Ramadhan Adalah Bulan Penuh Berkah, Rahmat, Dan
Mustajabnya Doa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

‫إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب الرحمة و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطي‬

“Apabila telah masuk bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu –


pintu rahmat, sedangkan pintu – pintu neraka jahannam ditutup, dan
setanpun dibelenggu” ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan ini
adalah lafadz Muslim)

3) Bulan Ramadhan Bulan Ibadah Dan Amal Kebaikan


Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila telah
memasuki sepuluh malam terakhir, beliau mengencangkan sarungnya
untuk beribadah dan beliau membangunkan keluarganya untuk
menghidupkan malam hari dengan ibadah.

F. FUNGSI DAN TUJUAN PUASA

Tujuan puasa adalah mencapai derajat takwa. Ini dikatakan dalam sebuah
ayat Al-Quran yang memerintahkan orang yang beriman untuk berpuasa (Q.S
Al-baqarah, 2:183).Istilah takwa sering diartikan sebagai “takut kepada
Allah”. Penerjemahan ini tentu saja benar, tetapi ada segi lain yang sangat
penting, yang juga termuat dalam makna terdalam kata takwa, yaitu segi
kesadaran akan yang Ilahi (rabbanîyah), yaitu pengalaman dan perasaan akan
kehadiran yang Ilahi, yang digambarkan dalam banyak ayat Al-Quran; di
antaranya ada yang menegaskan bahwa Milik Allah timur dan barat: ke mana
pun kamu berpaling, di situlah kehadiran Allah… (Q.S Al-Baqarah, 2: 115).

Pengalaman akan kehadiran Allah inilah yang menggambarkan fenomena


mengenai orang beriman, yang …apabila disebut nama Allah, tergetar hatinya
dan bila ayat-ayat-Nya dibacakan kepada mereka, bertambah kuat
keimanannya…(Q.Al-Anfal, 8: 2).

11
Orang beriman adalah orang-orang yang konsisten berpegang teguh pada
agama. Mereka dijanjikan oleh Allah kebahagiaan hidup…mereka yang
berkata “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap berpegang teguh (pada
agama), mereka tak perlu khawatir, tak perlu sedih (Q.S Ahqaf, 46: 13). Al-
Quran menyebut, inilah orang-orang yang menjadikan takwa–pengalaman
akan kehadiran Yang Ilahi itu–dan keridaan Allah sebagai asas hidup mereka.
Allah mengatakan, Manakah yang terbaik? Mereka yang mendirikan
bangunannya atas dasar takwa dan keridlaan Allah, ataukah yang mendirikan
bangunannya di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke
dalam api neraka… (Q.S At-taubah ,9: 109).

Dalam jangka panjang tujuan puasa adalah menjadikan takwa ini sebagai
asas dan pandangan hidup yang benar. Ayat di atas menegaskan bahwa asas
hidup yang selain takwa dan keridaan Allah itu adalah salah, diibaratkan
dengan orang yang “mendirikan bangunan di atas tanah pasir di tepi jurang
lalu runtuh bersamanya ke dalam api neraka”.

Tentang takwa ini, menarik melihat bahwa takwa adalah kesejajaran


“iman” dan “tali hubungan dengan Allah”yang merupakan dimensi vertikal
hidup yang benar. Karena itu pengertian takwa bersifat ruhaniah, yang masih
harus diterjemahkan dalam segi-segi konsekuensial yang mengikutinya
(misalnya dalam kaitan iman dan amal-saleh, yang disimbolkan dalam
“takbirat al-ihram” dalam shalat yang bersegi keruhanian, dan “salâm” yang
bersegi komitmen sosial).1[13]

Dalam Al-Quran Al-Baqarah/2 ayat 2-4, digambarkan lima ciri dari orang
yang bertakwa, yaitu :

1) Mereka yang beriman kepada yang gaib;


2) Mendirikan shalat;
3) Menafkahkan sebagian rezeki;
4) Beriman kepada wahyu yang telah Allah sampaikan (Al-Quran) dan
wahyu sebelum Al-Quran;

12
5) Mereka yang yakin akan Hari Akhirat.

Kelima ciri takwa ini adalah an sich ciri dari orang yang beriman. Dari
kelima unsur yang menjadi ciri ketakwaan itu, unsur pertama, beriman
kepada yang gaib, mendapatkan peneguhan utama dalam ibadah puasa,
karena puasa adalah ibadah yang paling pribadi, personal, private, tanpa
kemung¬kinan bagi orang lain sepenuhnya melihat, mengetahui, apalagi
menilainya. Seperti dikatakan dalam sebuah Hadis Qudsi, yang menuturkan
firman Allah, “…Puasa adalah untuk-Ku semata, Akulah yang menanggung
pahalanya”. Jadi, seperti juga takwa yang bersifat ruhani, puasa itu harus
diawali atau berpangkal pada ketulusan niat yang juga private, sehingga
dikatakan oleh Sakandari dalam kitab Al-Hikâm, bahwa amal perbuatan
adalah bentuk lahiriah yang tampak mata, dan ruhnya ialah adanya rahasia
keikhlasan (yang amat private) di dalamnya.

G. Hikmah Puasa Dan   Makna Spiritual Puasa


Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik
terhadap individu maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani. Terhadap
ruhani, puasa juga berfungsi mendidik dan melatih manusia agar terbiasa
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri setiap individu. Puasa juga
mampu melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan merasakan
langsung rasa lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan
untuk membantu mereka dengan memperbanyak shadaqah.

Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan


ketahanan jasmani kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari
makanan, dan kedua, sebenarnya Allah SWT menciptakan makhluq-Nya
termasuk manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan kelebihan
demikian pula keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal
kadar makan-minumnya.

Puasa yang dilakukan sekaligus sebagai ajang untuk dapat menjadikan


manusia supaya lebih bertakwa, atau suatu cara berlatih untuk selalu dapat
mengerjakan segala apa yang diperintahkan-Nya dan mampu menjauhi segala

13
larangan-Nya dengan jalan melaksanakan puasa sesuai dengan aturan yang
ditetapkan oleh Allah dan bukan aturan yang

Hal lain, puasa bisa menjadi sebuah cara yang bagus untuk dapat melatih
manusia terutama yang beriman untuk dapat menahan diri dari yang hanya
memperturutkan nafsu belaka padahal hal itu tidak jauh berbeda seperti yang
dimiliki binatang. Kejiwaan yang baik akan berpengaruh pada pelaksanaan
ibadah, di mana manusia tesebut akan lebih mudah ke arah kebaikan (sifat
Malakut) daripada ke arah kejelekan (sifat ke-binatang-an), disebabkan
kebiasaan latihan kejiwaan pada saat berpuasa.

Nilai spiritual faktual lain, ketika kehidupan zaman sekarang yang


cenderung membuat silau dan banyak dikuasai oleh materialisme (keduniaan)
dari pada yang bersifat keakhiratan. Maka dengan jalan berpuasa diharapkan
orang akan lebih bisa menghadapi kesenangan-kesenangan yang hanya akan
membawa menuju kemaksiatan. Dan akan lebih mudah memelihara, menjaga,
lebih-lebih bisa memagari dirinya dari segala godaan keduniawian yang
menyesatkan.

H. PUASA DAN PEMBENTUKAN INSAN BERKARAKTER

Berbicara tentang puasa Ramadan tidak bisa lepas dari istilah ‘menahan’
karena puasa sendiri berasal dari kata imsak yang artinya menahan. Puasa
merupakan salah satu dari lima rukun Islam, yang mana puasa adalah rukun
Islam ke empat.  Sedangkan makna karakter adalah tingkah laku dan pola
fikir yang terjadi secara alami, apa adanya, tanpa dibuat-buat, terjadi secara
reflek, dan bukan merupakan sandiwara. Pada setiap bulan Ramadan terjadi
pergeseran pembiasaan. Pergeseran ini terjadi karena di dalam bulan puasa
ada amalan-amalan ibadah tertentu yang dianjurkan bagi umat Islam untuk
dilaksanakan pada bulan puasa tersebut. Ibadah puasa khususnya di Indonesia
telah membentuk budaya baru masyarakat.2[16]

Sehingga tidaklah salah apabila bulan Ramadan disebut sebagai bulan


pelatihan (training) bagi umat Islam, dengan kata lain bulan Ramadan adalah

14
Madrasah (sekolah) untuk pembentukan karakter manusia. Pernyataan ini
bukanlah omong kosong belaka, namun dapat diuji dan diteliti kebenarannya.
Puasa secara total dan benar (tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja)
bisa mengkikis ‘karakter’ hewani yang ada pada diri manusia. Asal
pembiasaan tersebut dilakukan secara konsisten (istiqomah) dan dengan cara
menilai datangnya bulan puasa bukanlah sebuah hal yang tak bermakna sama
sekali sehingga dilalui begitu saja tanpa adapencarian makna, pedalaman, dan
tindak lanjut setelahnya.3[17]

I. MANFAAT PUASA DALAM PERSPEKTIF KESEHATANA.

Pandangan para Ahli Kesehatan tentang Puasa pada makhluk hidup


adalah di antara hakikat-hakikat ilmiah yang bisa diterima. Sesungguhnya
yang berpuasa bukan hanya manusia saja. Maka disini nampak dengan jelas
hikmah kesehatan pada syariat puasa. Karena puasa membantu seluruh
makhluk hidup untuk beradaptasi dengan makanan yang sangat sedikit dan
membuatnya mampu menjalani kehidupan secara alami dan normal.

Penyakit lainnya yang berhubungan dengan masalah nutrisi, sirkulasi


tubuh, dan penyakit jantung. Demikianlah setelah tubuh berhasil
membersihkan racun yang ada padanya dan mendapatkan kesempatan untuk
melakukan relaksasi dengan sempurna melalui puasa, mulailah tubuh
melakukan perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi pada jaringannya dan
merapikan sistem pengaturan fungsi tubuh. Ini semua bisa dilakukan setelah
tubuh mendapatkan kembali energinya dengan sempurna berkat proses
relaksasi yang terjadi saat puasa. Manfaat puasa bagi kesehatan yaitu :

1. Dengan kita menjalankan puasa akan mengistirahatkan organ pencernaan


dan perut dari kelelahan kerja yang terus menerus dalam sehari-hari
tanpa istirahat, mengeluarkan sisa makanan dari dalam tubuh,
memperkuat badan.
2. Dengan kita menjalankan puasa bisa menurunkan kadar gula darah,
kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa
sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit
diabetes, kolesterol tinggi (kolesterol jahat), kegemukan dan juga
penyakit hipertensi

15
3. Dengan kita berpuasa maka hal tersebut akan turut membersihkan tubuh
dari racun dan kotoran (detoksifikasi). Puasa merupakan terapi
detoksifikasi yang paling tua dalam sejarah peradaban manusia. Dengan
puasa, berarti kita membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita
sehingga hal ini akan menghasilkan enzim antioksidan yang dapat
membersihkan zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh.
4. Dengan berpuasa juga akan mendorong peremajaan dan juga pergantian
sel-sel tubuh yang rusak dengan yang baru. Sehingga sel-sel tubuh akan
mengalami proses peremajaan yang lebih cepat daripada biasanya.
5. Dalam keadaan kita berpuasa ternyata hal tersebut juga dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan saat
puasa terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat. Kendati
keseluruhan sel darah putih tidak berubah ternyata sel T mengalani
kenaikkan pesat. Dengan kenaikan yang cukup signifikan hal ini akan
berpengaruh terhadap peningkatan kekebalan tubuh kita.
6. Tatkala kita sedang menjalankan ibadah puasa, maka keadaan psikologi
kita akan lebih tenang daripada keadaan tidak sedang berpuasa. Keadaan
jiwa yang tenang, tidak dipenuhi amarah maka hal tersebut akan dapat
menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh kita.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita
untuk melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap
imbalan dari orang lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat
imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya.
Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak

16
mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib
bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang
sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-
orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-
Baqarah.
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh
Allah swt. Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan)
untuk mengerjakan ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita sendiri akan
merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat
yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali
meninggalkan puasa, karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai
dari langkah, tidur dan apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah
ibadah.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uinsu.ac.id/2031/1/PDF.pdf

https://islam.nu.or.id/post/read/78643/orang-sakit-tetap-berpuasa-bisa-makruh-

haram-bahkan-wajib

17

Anda mungkin juga menyukai