AIK Kelompok 2
AIK Kelompok 2
DISUSUN OLEH:
Disusun Oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS KESEHATAN
2020
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Ibadah Puasa” yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan di Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakekat Puasa ?
2. Mengapa Allah mewajibkan puasa ?
3. Apakah Tujuan dan fungsi puasa ?
1
4. Apakah Hikmah puasa ?
5. Apakah Makna spiritual puasa ?
6. Bagaimana Puasa dan pembentukan insan berkarakter ?
2. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam
dalam menjalankan ibadah khususnya ibadah puasa dan supaya
pengetahuan kita tentang ibadah puasa dapat bertambah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai Formal yaitu yang berlaku dalam perspektif ini puasa hanya tinjau
dari segi menahan lapar, haus dan birahi. Maka menurut nilai ini, seseorang
telah dikatakan berpuasa apabila dia tidak makan, minum dan melakukan
hubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Padahal
Rasulullah SAW telah memberikan peringatan terhadap umat muslim melalui
sebuah haditnya yang berbunyi :
Kedua, Nilai Fungsional yaitu yang menjadi parameter sah atau tidaknya
puasa seseorang ditinjau dari segi fungsinya. Adapun fungsinya yaitu untuk
menjadikan manusia bertakwa (laa'lakum tattaqun). QS. Al-Baqarah 183
Kemudian menurut nilai ini, puasa seseorang sah dan tidak apabila orang
tesebut dapat mencapai kualitas ketakwaan terhadap Allah SWT. Maka dari
itu, hakekat puasa dalam pandangan Rasyid Ridha adalah sebagaimana
berikut ini
3
1. Tarbiyat Aliradat ( Pendidikan Keinginan )
2. Thariqat almalaikat
4
3. Tarbiyat Alilahiyyat ( Pendidikan Ketuhanan )
B. TINGKATAN PUASA
a. Puasa Umum
ْ
ضا ِء ال َّش ْه َو ِة ِ ْف ْالبَط ِن َو ْالفَر
َ َج ع َْن ق ِ صوْ ُم ْال ُع ُم
ُّ فَهُ َو َك:وم َ أَ َّما
5
b. Puasa Khusus (Khawas)
ح ع َِن اآْل ثَ ِام ِ ص ِر َواللِّ َسا ِن َو ْاليَ ِد َوال ِّرجْ ِل َو َسائِ ِر ْال َج َو
ِ ار َ َف ال َّس ْم ِع َو ْالب صوْ ُم ْال ُخص
ُّ ُوص فَهُ َو َك
ِ َ َوأَ َّما
Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan puasa umum atau puasa
orang-orang awam. Selain menahan diri dari makan, minum dan
melakukan hubungan seksual, tingkatan ini menuntut orang yang
berpuasa untuk menahan seluruh anggota badannya dari dosa-dosa, baik
berupa ucapan maupun perbuatan.
6
Imam Al-Ghazali menguraikan bahwa kita harus menjaga anggota
badan kita dari dosa-dosa. Yaitu sebagai berikut :
َك أَ ْز َكى لَهُ ْم إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما يَصْ نَعُونَ ِار ِه ْم َويَحْ فَظُوا فُرُو َجهُ ْم َذل
ِ ص َ قُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن أَ ْب
ظنَ فُرُو َجه َُّن ْ َار ِه َّن َويَحْ ف
ِ ص َ ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن أَ ْبِ ) َوقُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنَا30(
2) Menjaga Lisan
َ إِنِّي: ْ َوإِ ِن ا ْم ُر ٌؤ قَاتَلَهُ أَوْ َشاتَ َمهُ فَ ْليَقُل، ْث َوالَ يَجْ هَل
صائِ ٌم َم َّرتَ ْي ِن ْ ُالصِّ يَا ُم ُجنَّةٌ فَالَ يَرْ ف
Puasa adalah perisai (dari perbuatan dosa dan siksa api neraka,
edt). Maka jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa,
janganlah ia mengucapkan perkataan yang keji dan jangan pula
melakukan tindakan yang bodoh. Jika ada seseorang yang mencaci
maki dirinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia menjawab:
‘Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa’.” (HR. Bukhari no.
1894 dan Muslim no. 1151)
3) Menjaga Pendengaran
7
4) Menjaga tangan, kaki dan anggota badan lainnya dari hal-hal yang
diharamkan
5) Menjaga diri untuk tidak memenuhi perutnya dengan makanan saat
berbuka puasa. Puasa ini hanya berfungsi sebagai pemindah hawa
nafsu dari siang hari ke malam hari. Apalagi bila ditambah dengan
mengumpulkan berbagai makanan dan minuman yang lezat. Hikmah-
hikmah puasa, misalnya solidaritas terhadap kaum miskin, tidak akan
teraih dengan cara seperti itu.
6) Setelah berbuka puasa hendaknya hatinya diliputi perasaan harap-
harap cemas, berharap puasanya diterima Allah Ta’ala dan takut jika
puasanya tidak diterima Allah Ta’ala. Ia berada di antara perasaan
harap dan cemas, sebab ia tidak mengetahui apakah puasanya diterima
Allah atau ditolak-Nya.
1. Puasa wajib, yaitu puasa bulan ramadhan, puasa kifarat, puasa nazar.
2. Puasa sunnah (mandub)
3. Puasa makruh
4. Puasa haram
8
D. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
Hal hal yang membatalkan puasa antara lain adalah sebagai berikut :
َوإِ ْيتَا ِءال َّز َكا ِة٬صاَل ِة ُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر٬Aُش َها َد ِةأَ ْنآلاِل َهاِاَّل هللا
َّ َوإِقَا ِمال٬ِس ْواُل هلل َ :س ٍ يخ ْم َ َساَل ُم َعل
ْ بُنِيَاْ ِإل
ِ َو َح ِّجا ْلبَ ْي٬ َضان
ت َ ص ْو ِم َر َم
َ َو٬
9
3. Karena Dengan Puasa Kita Bisa Bertaqwa
Allah sendirilah yang memberikan jawaban ini kepada kita. Allah ta’ala
berfirman :
10
2) Bulan Ramadhan Adalah Bulan Penuh Berkah, Rahmat, Dan
Mustajabnya Doa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب الرحمة و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطي
Tujuan puasa adalah mencapai derajat takwa. Ini dikatakan dalam sebuah
ayat Al-Quran yang memerintahkan orang yang beriman untuk berpuasa (Q.S
Al-baqarah, 2:183).Istilah takwa sering diartikan sebagai “takut kepada
Allah”. Penerjemahan ini tentu saja benar, tetapi ada segi lain yang sangat
penting, yang juga termuat dalam makna terdalam kata takwa, yaitu segi
kesadaran akan yang Ilahi (rabbanîyah), yaitu pengalaman dan perasaan akan
kehadiran yang Ilahi, yang digambarkan dalam banyak ayat Al-Quran; di
antaranya ada yang menegaskan bahwa Milik Allah timur dan barat: ke mana
pun kamu berpaling, di situlah kehadiran Allah… (Q.S Al-Baqarah, 2: 115).
11
Orang beriman adalah orang-orang yang konsisten berpegang teguh pada
agama. Mereka dijanjikan oleh Allah kebahagiaan hidup…mereka yang
berkata “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap berpegang teguh (pada
agama), mereka tak perlu khawatir, tak perlu sedih (Q.S Ahqaf, 46: 13). Al-
Quran menyebut, inilah orang-orang yang menjadikan takwa–pengalaman
akan kehadiran Yang Ilahi itu–dan keridaan Allah sebagai asas hidup mereka.
Allah mengatakan, Manakah yang terbaik? Mereka yang mendirikan
bangunannya atas dasar takwa dan keridlaan Allah, ataukah yang mendirikan
bangunannya di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh bersamanya ke
dalam api neraka… (Q.S At-taubah ,9: 109).
Dalam jangka panjang tujuan puasa adalah menjadikan takwa ini sebagai
asas dan pandangan hidup yang benar. Ayat di atas menegaskan bahwa asas
hidup yang selain takwa dan keridaan Allah itu adalah salah, diibaratkan
dengan orang yang “mendirikan bangunan di atas tanah pasir di tepi jurang
lalu runtuh bersamanya ke dalam api neraka”.
Dalam Al-Quran Al-Baqarah/2 ayat 2-4, digambarkan lima ciri dari orang
yang bertakwa, yaitu :
12
5) Mereka yang yakin akan Hari Akhirat.
Kelima ciri takwa ini adalah an sich ciri dari orang yang beriman. Dari
kelima unsur yang menjadi ciri ketakwaan itu, unsur pertama, beriman
kepada yang gaib, mendapatkan peneguhan utama dalam ibadah puasa,
karena puasa adalah ibadah yang paling pribadi, personal, private, tanpa
kemung¬kinan bagi orang lain sepenuhnya melihat, mengetahui, apalagi
menilainya. Seperti dikatakan dalam sebuah Hadis Qudsi, yang menuturkan
firman Allah, “…Puasa adalah untuk-Ku semata, Akulah yang menanggung
pahalanya”. Jadi, seperti juga takwa yang bersifat ruhani, puasa itu harus
diawali atau berpangkal pada ketulusan niat yang juga private, sehingga
dikatakan oleh Sakandari dalam kitab Al-Hikâm, bahwa amal perbuatan
adalah bentuk lahiriah yang tampak mata, dan ruhnya ialah adanya rahasia
keikhlasan (yang amat private) di dalamnya.
13
larangan-Nya dengan jalan melaksanakan puasa sesuai dengan aturan yang
ditetapkan oleh Allah dan bukan aturan yang
Hal lain, puasa bisa menjadi sebuah cara yang bagus untuk dapat melatih
manusia terutama yang beriman untuk dapat menahan diri dari yang hanya
memperturutkan nafsu belaka padahal hal itu tidak jauh berbeda seperti yang
dimiliki binatang. Kejiwaan yang baik akan berpengaruh pada pelaksanaan
ibadah, di mana manusia tesebut akan lebih mudah ke arah kebaikan (sifat
Malakut) daripada ke arah kejelekan (sifat ke-binatang-an), disebabkan
kebiasaan latihan kejiwaan pada saat berpuasa.
Berbicara tentang puasa Ramadan tidak bisa lepas dari istilah ‘menahan’
karena puasa sendiri berasal dari kata imsak yang artinya menahan. Puasa
merupakan salah satu dari lima rukun Islam, yang mana puasa adalah rukun
Islam ke empat. Sedangkan makna karakter adalah tingkah laku dan pola
fikir yang terjadi secara alami, apa adanya, tanpa dibuat-buat, terjadi secara
reflek, dan bukan merupakan sandiwara. Pada setiap bulan Ramadan terjadi
pergeseran pembiasaan. Pergeseran ini terjadi karena di dalam bulan puasa
ada amalan-amalan ibadah tertentu yang dianjurkan bagi umat Islam untuk
dilaksanakan pada bulan puasa tersebut. Ibadah puasa khususnya di Indonesia
telah membentuk budaya baru masyarakat.2[16]
14
Madrasah (sekolah) untuk pembentukan karakter manusia. Pernyataan ini
bukanlah omong kosong belaka, namun dapat diuji dan diteliti kebenarannya.
Puasa secara total dan benar (tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja)
bisa mengkikis ‘karakter’ hewani yang ada pada diri manusia. Asal
pembiasaan tersebut dilakukan secara konsisten (istiqomah) dan dengan cara
menilai datangnya bulan puasa bukanlah sebuah hal yang tak bermakna sama
sekali sehingga dilalui begitu saja tanpa adapencarian makna, pedalaman, dan
tindak lanjut setelahnya.3[17]
15
3. Dengan kita berpuasa maka hal tersebut akan turut membersihkan tubuh
dari racun dan kotoran (detoksifikasi). Puasa merupakan terapi
detoksifikasi yang paling tua dalam sejarah peradaban manusia. Dengan
puasa, berarti kita membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita
sehingga hal ini akan menghasilkan enzim antioksidan yang dapat
membersihkan zat-zat yang bersifat racun dari dalam tubuh.
4. Dengan berpuasa juga akan mendorong peremajaan dan juga pergantian
sel-sel tubuh yang rusak dengan yang baru. Sehingga sel-sel tubuh akan
mengalami proses peremajaan yang lebih cepat daripada biasanya.
5. Dalam keadaan kita berpuasa ternyata hal tersebut juga dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan saat
puasa terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat. Kendati
keseluruhan sel darah putih tidak berubah ternyata sel T mengalani
kenaikkan pesat. Dengan kenaikan yang cukup signifikan hal ini akan
berpengaruh terhadap peningkatan kekebalan tubuh kita.
6. Tatkala kita sedang menjalankan ibadah puasa, maka keadaan psikologi
kita akan lebih tenang daripada keadaan tidak sedang berpuasa. Keadaan
jiwa yang tenang, tidak dipenuhi amarah maka hal tersebut akan dapat
menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh kita.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puasa adalah salah satu rukun islam, maka dari itu wajiblah bagi kita
untuk melaksanakan puasa dengan ikhlas tanpa paksaan dan mengharap
imbalan dari orang lain. Jika kita berpuasa dengan niat agar mendapat
imbalan atau pujian dari orang lain, maka puasa kita tidak ada artinya.
Maksudnya ialah kita hanya mendapatkan rasa lapar dan haus dan tidak
16
mendapat pahala dari apa yang telah kita kerjakan. Puasa ini hukumnya wajib
bagi seluruh ummat islam sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang
sebelum kita. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Wahai orang-
orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”(Q.S Al-
Baqarah.
Berpuasalah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh
Allah swt. Allah telah memberikan kita banyak kemudahan(keringanan)
untuk mengerjakan ibadah puasa ini, jadi jika kita berpuasa sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah kami sebutkan diatas, kita sendiri akan
merasakan betapa indahnya berpuasa dan betapa banyak faidah dan manfaat
yang kita dapatkan dari berpuasa ini.
Maka dari itu saudara-saudari kami sekalian, janganlah sesekali
meninggalkan puasa, karena puasa ini mempunyai banyak nilai ibadah. Mulai
dari langkah, tidur dan apapun pekerjaan orang yang berpuasa itu adalah
ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uinsu.ac.id/2031/1/PDF.pdf
https://islam.nu.or.id/post/read/78643/orang-sakit-tetap-berpuasa-bisa-makruh-
haram-bahkan-wajib
17