Di susun oleh :
1. Alfian Dwiki S. (02)
2. Septina Indi R. (30)
3. Wisnu Murti H. F. (33)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana masuknya Islam ke Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan Islam di Indonesia ?
3. Apa pengaruh Islam terhadap Peradaban Nusantara ?
BAB II
ISI
1. Masuknya Islam ke Indonesia
Terdapat tiga teori besar mengenai masuknya islam di Indoensia.
➠ Teori Makkah (7 M)
Islam langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang arab islam.
Dasar teori ini adalah :
1) Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 M di pantai Barat Sumatra sudah terdapat
perkampungan di Kanton sejak abad ke-4.
2) Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab
Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah. Sedangkan Gujarat adalah
penganut mazhab Hanafi.
3) Raja – raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al – Malik, yaitu gelar sultan Mesir.
Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke-7 dan yang berperan
besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
➠ Teori Persia (13 M)
Dibawa oleh peagang asal Persia yang singgah di Gujarat sebelum ke Nusantara.
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya Indonesia, seperti :
1) Peringatan 10nMuharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu
Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra
Barat diperingati tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di Jawa
ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
2) Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan Sufi dari Iran yaitu Al
Hallaj.
3) Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda
bunyi harakat
4) Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik
5) Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.
2. Strategi Dakwah Islam di Nusantara
Proses masuknya Islam ke Indonesia pada umumnya berjalann dengan damai. Dangat sedikit
penyebaran Islam yang harus diwarnai dengan kekerasan, karena jalan dakwah yang ditempuh
para mubaligh dihalang-halangi. Hal itu terjadi karena situasi dan kondisi, khususnya dibidang
politik, dikerajaan-kerajaan sedang mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan[3].
Secara umum agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur-jalur perdagangan, perkawinan,
tasawuf, pendidikan, politik dan kesenian.
a) Jalur Perdagaangan
Pada taraf permulaan, proses dakwah Islam adalah melalui jalur perdagangan. Lalu lintas
perdagangan pada abad ke-7 M sampai ke-16 M membuat pedagang-pedagang Muslim turut
ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri barat, tenggara dan timur benua Asia. Pada
masa itu, pedagang Muslim yang datang ke Indonesia makin banyak sehingga akhirnya
membentuk pemukiman yang disebut pekojan (kampung Arab). Dari tempat inilah mereka
berinteraksi dengan masyarakat asli sekaligus mendakwahkan ajaran Islam.
b) Jalur Perkawinan
Melalui jalur perkawinan antara pedagang atau saudagar dengan wanita pribumi juga
merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Perkawinan merupakan salah satu
saluran Islamisasi yang lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar, ulama atau
golongan lain, dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena status sosial-ekonomi,
terutama politik raja-raja, adipati-adipati, dan bangsawan-bangsawan pada waktu itu turut
mempercepat proses Islamisasi.
c) Jalur Tasawuf
Taswuf adalah ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga
memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Orang yang ahli dibidang ilmu
tasawuf sisebut sufi. Gerakan para sufi terlihat pada aktivitas Wali Songo.
d) Jalur Pendidikan
Setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi dibandar-
bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-pusat pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa
juga merupakan markas penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja
Islam pertama Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon
pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana Hasanuddin
yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan Banten pertama[4]. Hingga
kini, perkembangan pondok-pondok pesantren terus mengalami kemajuan dalam pembangunan
pendidikan, khususnya pendidikan Islam.
e) Jalur Politik
Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan rakyatnya memeluk Islam setelah penguasa
atau rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik para raja dan penguasa sangat
membantu tersebarnya islam di Nusantara. Di samping itu, kerajaan-kerajaan yang sudah
memeluk Islam aktif melakukan dakwah kepada kerajaan-kerajaan non-Islam.
f) Jalur Kesenian
Islamisasi lain yaitu melalui cabang-cabang kesenian seperti seni bangunan, seni pahat dan
ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Dengan kesenian ini dimaksudkan bahwa jenis-jenis
kesenian pra-Islam tetap dipertahankan, sehingga penduduk Indonesia tidak merasa asing masuk
ke dalam lingkungan Islam. Di antara karya seni yang terkenal dijadikan alat Islamisasi adalah
pertunjukan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi minta agar para
penonton mengikutinya mengucapkan Kalimat Syahadat, yang berarti dengan demikian orang
menjadi masuk Islam. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabharata dan
Ramayana, tetapi sedikit demi sedikit nama tokoh-tokohnya diganti menjadi nama-nama
pahlawan Islam.
Sekitar tahun 1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang
paling berjasa membawa Islam ke Sumatera Selatan adalah Raden Rahmat
(Sunan Ampel). Arya Damar yang kemudian terkenal dengan nama Aryadillah
(Abdillah) adalah bupati Majapahit di Palembang waktu itu. Kemudian Raden
Rahmat (Sunan Ampel) memberi saran kepada Abdillah agar bersedia
menyebarkan agama Islam di Sumatera Selatan. Atas rahmat dan petunjuk Allah
Swt., saran Raden Rahmat tersebut dilaksanakan oleh Aryadillah, sehingga
agama Islam di Sumatera Selatan berkembang dengan baik.
Sebagaimana daerah-daerah lain, pada tahun 1540 agama Islam masuk pula
ke Nusa Tenggara. Masuknya agama Islam Ke Nusa Tenggara dibawa oleh para
mubaligh dari Bugis (Sulawesi Selatan) dan dari Jawa. Agama Islam berkembang
di Nusa Tenggara mula-mula di daerah Lombok yang penduduknya disebut Suku
Sasak. Dari daerah Lombok, secara pelanpelan selanjutnya tersebar pula ke
daerah-daerah Sumbawa dan Flores.
Agama Islam masuk ke Pulau Jawa kira-kira pada abad ke-11 M., yang
dibawa oleh para pedagang Arab dan para mubaligh dari Pasai. Tempat yang
mula-mula dimasuki Islam di pulau Jawa yaitu daerah-daerah pesisir utara Jawa
Timur. Tokoh terkenal yang berdakwah di Jawa Timur adalah Maulana Malik
Ibrahim. Beliau menetap di Gresik, kemudian mendirikan pusat penyiaran agama
Islam dan pusat pengajaran. Dalam majlisnya itu beliau mengkader beberapa
orang murid. selanjutnya mereka menyiarkan agama Islam ke daerah-daerah lain
di pulau Jawa. Di Jawa Tengah, penyiaran Agama Islam berpusat di Demak.
Penyiaran agama Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para wali yang berjumlah 9
yang dikenal dengan Wali Songo (Wali Sembilan). Kemudian murid-murid Wali
Songo turut pula menyiarkan agama Islam ke daerah pedalaman pulauJawa,
sehingga agama Islam berkembang dengan pesatnya.
4. Pengaruh Islam Terhadap Peradaban Nusantara
Dakwah Islam pada masa awal lebih bertumpu pada usaha para saudagar secara perorangan.
Namun ketika para adipati atau raja mereka masuk Islam, dakwah para saudagar dilanjutkan oleh
para penguasa dan para wali sebagai pemegang kendali pemerintahan. Ulama yang diberi
kepercayaan sebagai penasihat kerajaan atau hakim dalam pemerintahan mendorong meluasnya
penyebaran agama Islam ke daerah lain. Hal ini memberi pengaruh dalam perkembangan
peradaban di Nusantara[11].
Dalam bidang seni arsitektur, pembangunan mesjid diutamakan sebagai umah ibadah
sekaligus pusat kegiatan umat. Banyak mesjid yang didirikan oleh para wali yang
mengembangkan gaya arsitektur dengan sentuhan etnik dan budaya lokal. Dalam bidang seni dan
budaya, para ulama, wali, dan mubaligh mampu membangun keharmonisan antara budaya atau
tradisi lama dengan ajaran Islam. Adat-istiadat yang berkembang di Indonesia banyak
terpengaruh oleh peradaban Islam. Demikian pula dalm bidang politik, ketika kerajaan-kerajaan
Islam mengalami masa kejayaan, banyak sekali unsur politik Islam yang berpengaruh dalam
sistem politik pemerintahannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa sejak
kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan
Kesultanan bahkan mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika histories yang
menggembirakan. Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia sebagaimana telah
dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah memberikan warisan sejarah yang gemilang dalam
berbagai aspek: Sosial- politik Sosial-ekonomi-perdagangan, Sosial–keagamaan dan
kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang dapat dibanggakan.
Namun demikian setelah mulai dimasuki pengaruh baik politik, ekonomi-perdagangan
maupun system pemerintahan maka umat Islam mengalami keresahan yang akibatnya muncul
perlawanan atau pemberontakan melwan politik penjajahan baik melalui gerakan politik mapun
gerakan keagamaan dan gerakan pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat Musilm di
bawah pimpinan para ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai factor antara lain:
perselisihan internal yang kemudian dimasuki politik divide et empera, pemisahan persatuan
antara ulama dan umara, antara perjuangan dari satu daerah dengan daerah lainnya belum ada
persatuan, pendidikan masyarakat yang dengan sengaja oleh pokitik Belanda dibedakan terutama
menuju sekulerisme dengan pengawasan ketat terhadap pendidikan non-pemerintah yang
berlandaskan keagamaan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.synaoo.com/masuk-strategi-dan-perkembangan-dakwah-di-indonesia-materi-kelas-
pendidikan-agama-islam-kelas-12/