Dosen Pengampu :
Noni Rahmadhini, SP., M.Sc.
Disusun Oleh :
Gol. B2
FAKULTAS PERTANIAN
2021
I. PENDAHULUAN
Salah satu ciri dari makhluk hidup khususnya mikrorganisme adalah mampu
melakukan pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran panjang
atau massa suatu organisme. Makhluk hidup lain seperti manusia, hewan.
Sedangkan pada mikroorganisme bersel satu pertumbuhannya lebih diartikan
sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni
yangsemakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin
banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel
mikroba itu sendiri.
1.2 Tujuan
2.2 Pembahasan
Wortel (Daucus carota L.) berasal dari Asia Tengah yang kemudian tersebar ke
berbagai wilayah di seluruh dunia, termasuk famili Umbelliferae. Tanaman ini banyak
ditanam di daerah beriklim temperate (sedang) pada musim dingin. Bila ditanam di
dataran rendah akan tumbuh tinggi saja dan tidak terbentuk umbi. Suhu optimum untuk
pertumbuhan tanaman wortel adalah 15-21oC. Suhu demikian cocok untuk
pertumbuhan akar dan bagian atas tanaman sehingga warna dan bentuk akar dapat
optimal. Tanah yang cocok untuk pertumbuhan wortel adalah tanah yang drainasenya
baik, kaya bahan organik dan subur dengan ketinggian 1200-1500 m dpl. Tanah
lempung berpasir cocok untuk budidaya wortel karena mudah untuk penetrasi akar
sehingga pertumbuhannya dapat mencapai ukuran panjang dan besar yang optimal.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5-8. Kelembaban tanah
merupakan hal yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman wortel, termasuk saat
persemaian agar diperoleh bibit dengan pertumbuhan yang seragam dan
pertumbuhannya cepat setelah ditanam di lapangan. Pertanaman tumpang sari tidak
terlalu banyak digunakan dalam budidaya wortel, namun bila akan digunakan
memerlukan pemilihan tanaman yang selektif.
Busuk lunak merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan pada
sayuran dan menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar (Bhat et al., 2012). Busuk
lunak umumnya disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora sub-sp. carotovora atau
Erwinia carotovora sub-sp. Atroseptica. Jaringan umbi wortel yang mengalami busuk
lunak sangat rentan terinfeksi oleh mikroorganisme sebagai agen penyebab infeksi
sekunder. Pertumbuhan bakteri erwinia dapat berkembang biak pada suhu 25–30∘C.
Kondisi asam yang disebabkan oleh perasan jeruk nipis merupakan kondisi bakteri
dapat berkembang biak dengan rentang pH 1 – 9 dan pH optimum nya 4 – 6 (Yuli,
2019).
Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa pertumbuhan bakteri pada umbi wortel
dipengaruhi oleh suhu, ph dan cahaya pada ruangan. Pada suhu dilakukan 2 pengamatan
yaitu pada ruangan terbuka dan pada kulkas. Pada suhu kulkas wortel yang diinfeksi
bakteri menunjukan gejala sebagai berikut : Tidak ada keruhan, ada endapan, ada
gelembung. Sedangkan pada suhu ruangan menunjukan gejala sebagai berikut : ada
keruhan, ada endapan, ada gelembung. Pada pengaruh PH terdapat 2 pengamatan yaitu
tanpa air jeruk dan pakai air jeruk. Pada pengamatan tanpa air jeruk menunjukan gejala
sebagai berikut : ada keruhan, ada endapan, ada gelembung. Sedangkan pada
pengamatan pakai air jeruk menunjukan gejala sebagai berikut : ada keruhan, tidak ada
endapan, ada berapa gelembung. Pada pengaruh cahaya terdapat 2 pengamatan yaitu
pada ruangan gelap dan ruangan terang. Pada ruang terbuka menunjukan bahwa wortel
yang busuk memiliki gejala sebagai berikut : ada keruhan, ada endapan, ada
gelembung. Sedangkan pada ruangan tertutup menunjukan bahwa wortel yang busuk
memiliki gejala sebagai berikut : ada keruhan, ada endapan, ada gelembung.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pada perlakuan suhu dan cahaya pada wortel busuk menunjukkan adanya
perekembangan mikroba saat diletakkan di tempat gelap, terang, suhu ruangan dan
lemari es. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya gelembung,endapan serta
perubahan warna pada air larutan.
2. Pada perlakuan PH, uji bahan kimia, serta kontrol pada wortel busuk juga
menunjukkan adanya perkembangan mikroba saat air larutan dicampur dengan
jeruk nipis dan tanpa campuran apa-apa. Hal tersebut bisa ditunjukkan dengan
adanya gelembung, endapan atau perubahan warna pada air larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Arivo, D., & Annissatussholeha, N. (2017). Pengaruh Tekanan Osmotik pH, dan Suhu
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan, 4(3).
Pambudi A. (2013). Masa simpan tempe segar berbumbu dengan metode vakum dan suhu
penyimpanan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor
Purwanto, Y. A. dan Weliana. (2018) Tempe Kedelai pada Berbagai Suhu Penyimpanan
Warta IHP, 35(2), 106-112.
Saibi, N., & Tolangara, A. R. (2017). Dekomposisi serasah Avecennia lanata pada
berbagai tingkat kedalaman tanah. Techno: Jurnal Penelitian, 6(01), 56-63.
Suriani,Sanita. 2013. Pengaruh Suhu dan pH terhadap Laju pertumbuhan Lima Isolat
Bakteri Anggota Genus Pseudomonas yang diisolasi dari Ekosistem Sungai
Tercemar Deterjen di sekitar Kampus Universitas Brawijaya. J-PAL, Vol. 3, No. 2
LAMPIRAN
Kulkas
Suhu
Ruangan
Jeruk Nipis
Ph
Tanpa Jeruk
Nipis
Ruang Gelap
Gelap &
Terang
Terang