Anda di halaman 1dari 9

A.

AUDIT PLAN (Perencanaan Pemeriksaan)


Standar Audit 300 Perencanaan suatu audit laporan keuangan
(IAPI,2013) yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2013 (untuk emiten) dan 1
Januari 2014 (untuk entitas selain emiten) merupakan pedoman dalam
penyusunan perencanaan pemeriksaan. Tujuan Audit Plan adalah
untukmencapai keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji yang
diyakini jumlahnya besar, baik secara individual mapun secara keseluruhan,
yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
Perencaan suatu audit melibatkan penetapan strategi audit secara
keseluruhan untuk perikatan tersebut dan pengembangan rencana audit.
Perencanaan audit yang baik mempunyai beberapa manfaat, antara lain
membantu auditor untuk memberikan perhatian yang tepat antara area penting
dan mengidentifikasi serta menyelesaikan masalah yang potensial secara tepat
waktu.
Standar pekerjaan lapangan pertama (IAPI,2011:310.1) berbunyi sebagai
berikut :
“pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya”.
Begitu juga menurut AICPA auditing standards (Arens,2017:261) :
Auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan sebaik-baiknya.

Prosedur yang dapat dipertimbangkan auditor dalam perencanaan dan


supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan
dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dikantor akuntan dan
pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedurnya meliputi :
1. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, LK dan
laporan audit tahun lalu.
2. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit.
3. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan tentang perkembangan bisnis.
4. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
5. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan managemen, dewan
komisaris atau komite audit.
6. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi
dan standar auditing yang ditetapkan IAI, terutama yang baru.
7. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan
data.
8. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada konsultan, spesialis, dan auditor
intern.
9. Membuat jadwal pekerjaan audit.
10. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.
11. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh
tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga
auditor dapat mengantisipasi dna memberikan perhatian terhadap hal-hal
yang berkaitan yang dipandang perlu.
Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement Letter
disetujui oleh klien.
Isi dari Audit Plan mencakup :
1. Hal-hal mengenai klien.
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor.

1. Hal-hal mengenai klien


a. Bidang Usaha Klien, Alamat, No Telepon dll.
b. Status Hukum Perusahaan.
c. Accounting Policy (Kebijakan Akuntansi).
1. Buku-buku yang digunakan (Buku Penjualan, Pembelian, Kas
dll)
2. Metode Pembukuan (Manual, Komputer / Mesin Pembukuan)
3. Komentar mengenai pembukuan secara umum.
d. Laporan Posisi Keuangan komparatif dan perbandingan penjualan,
L/R tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara Laporan Posisi
Keuangan tahun lalu dan Laporan Posisi Keuangan tahun
sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar diperoleh gambaran
mengenai ukuran besar kecilnya perusahaan.
e. Client Contact
Nama dari orang yang sering dihubungi auditor.
f. Accounting, Auditor & Tax Problem.
1. Accounting Problem, misalnya :
Perubahan metode pencatatan, revaluasi dan metode
penyusutan.
2. Auditing Problem, misalnya :
Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan, perubahan
accounting policy.
3. Tax Problem, misalnya :
Masalah restitusi, adanya 2 pembukuan dalam perusahaan.

2. Hal-hal yang mempengaruhi klien


Bisa didapat dari majalah—majalah ekonomi/ surat kabar.
3. Rencana kerja auditor
Hal-hal penting antara lain :
a. Staffing
b. Waktu Pemeriksaan
c. Jenis Jasa yang Diberikan
Hal-hal tambahan :
d. Bantuan-bantuan yang Dapat Diberikan Klien
e. Time Schedule

B. AUDIT PROGRAM
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada
asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit menurut
keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Audit program yang baik harus mencantumkan :
-Tujuan Pemeriksaan
-Prosedur Audit yang akan dijalankan
-Kumpulan Pemeriksaan

Akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah untuk Compliance
Test dan Substantive Test.

Tujuan audit program :untuk mengetahui apakah penyajian laporan


keuangan oleh manajemen dari sisieksistensi atau keterjadian, kelengkapan,
hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi serta panyjian dan pengungkapan
dapat dipercaya, wajar dan tidak menyesatkan terhadap pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan

C. AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK


Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor
dalam melaksanaan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar
tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Audit Procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan
bukti yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan. Untuk itu diperlukan Audit Teknik, yaitu cara-cara untuk
memperoleh audit evidence seperti : konfirmasi, observasi, inspeksi, tanya
jawab dll.

D. RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS


Menurut SA 320.1 & 320.2
Materilitas Dalam Konteks Audit
Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas konsep materialitas
dalam konteks penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Walaupun
kerangka pelaporan keuangan mungkin membahas materialitas dengan
menggunakan istilah yang berbeda-beda, kerangka tersebut secara umum
menjelaskan bahwa :
1. Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila
kesalahan penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan
dapat memperngaruhi keputusan ekonomi.
2. Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan
berbagai kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau
sifat kesalahan penyajian, atau kombinasi keduanya, dan
3. Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan
keuangan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan
yang umum yang diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai
suatu grup. Kemungkinan dampak kesalahan penyajian terhadap pengguna
laporan keuangan individual tertentu, yang kebutuhannya beragam, tidak
dipertimbangkan.

Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan


pelaksanaan audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian
yang teridentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan
pertimbangan-pertimbangan tentang ukuran kesalahan penyajian yang
dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan tersebut menyediakan suatu
basis untuk :

1. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur penilaian risiko.


2. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material.
3. Menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit lanjutan.

Risiko Audit terdiri atas :

1. Risiko Bawaan
2. Risiko Pengendalian
3. Risiko Deteksi

1. Risiko Bawaan
Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalahh lebih besar
pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan
yang lain.
Contoh : perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih
mudah dicuri daripada sediaan batu bara. Akun yang terdiri atas jumlah
yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih
besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data
berupa fakta.

2. Risiko Pengendalian
Adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam
suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektifitas
design dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas
yang relevan dengan penyyusunan laporan keuangan enitas. Beberapa
risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam
setiap pengendalian intern.

3. Risiko Deteksi
Adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini
tumbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak
memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi
karena ketidakpstian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan
transaksi tersebut diperiksa 100%.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36273149/AUDIT_PLAN
https://www.kompasiana.com/linasusan/564c62b420afbdb909258d
69/audit-planning-perencanaan-audit?page=all
PENGAUDITAN BAB 6
AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM,AUDIT
PROCEDURE,AUDIT TEKNIK,RESIKO AUDIT,DAN
MATERIALITAS.

KEOMPOK 8

PUTU YUMETA DEWI ANJALI (1807311003)


NI KADEK DWI AYU UTAMI (1807311019)

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

Anda mungkin juga menyukai