Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Biologi

Secara umum, pengertian biologiadalah suatu kajian atau ilmu pengetahuan tentang


kehidupan dan organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, persebaran, evolusi,
serta taksonominya.

Secara etimologis, kata “Biologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Bios yang artinya
hidup, dan Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Sehinggga arti biologi dapat didefinisikan
sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang kehidupan, termasuk hubungan antar mahluk hidup
dan lingkungan hidupnya.

Mengacu pada definisi biologi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa biologi adalah
suatu ilmu yang mempelajari mengenai mahluk hidup secara rinci, baik itu manusia, hewan,
tumbuhan, serta lingkungan hidupnya.

B. Peranan Biologi dalam hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya

Biologi merupakan salah satu cabang ilmu dari Ilmu Pengetahuan Alam atau yang biasa
kita singkat dengan IPA. Biologi berasal dari dua kata, yaitu ‘bios’ yang berarti hidup dan
‘logos’ yang berarti ilmu. Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Tak
hanya mempelajari tentang makhluk hidup saja, tetapi biologi juga mempelajari segala aspek
yang menyertainya. Dalam pengembangan penerapan biologi yang dikenal sebagai biologi
terapan, biologi dapat dihubungkan dengan berbagai ilmu, contohnya kimia, fisika,
matematika serta teknologi informatika sehingga muncullah ilmu-ilmu baru seperti biokimia
(hubungan antara biologi dengan kimia) dan biofisika (hubungan antara biologi dengan
fisika) yang kemudian bergabung dan membentuk suatu ilmu baru lagi yaitu bioteknologi.
Selain itu, biologi juga berkaitan erat dengan ilmu sosial dan membentuk ilmu-ilmu baru
yang salah satu contohnya adalah psikologi dan biogeografi. Ilmu terapan tersebut dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia di belahan bumi ini. Bidang
yang tergolong biologi terapan misalnya kedokteran, pertanian, perikanan, kesehatan,
farmasi, dan bioteknologi.

Secara garis besar, biologi dapat dibagi menjadi dua cabang ilmu, yaitu:
1. Zoologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan hewan di alam semesta ini.
2. Botani, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan tumbuhan di alam semesta ini.

Ada berbagai cabang ilmu biologi, yaitu :


1. Ekologi : Ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya.
2. Morfologi : Ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur makhluk hidup.
3. Sitologi : Ilmu yang mempelajari susunan dan fungsi sel.
4. Mikrobiologi : Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan mikroorganisme.
5. Fisiologi : Ilmu yang mempelajari sifat faal dan cara kerja dari tubuh suatu organisme.
6. Taksonomi : Ilmu yang mempelajari klasifikasi atau pengelompokan makhluk hidup.
7. Evolusi : Ilmu yang mempelajari perubahan dan perkembangan serta hubungan
kekerabatan jenis makhluk hidup.
8. Embriologi : Ilmu yang mempelajari perkembangan suatu organisme, mulai dari zigot
sampai menjadi dewasa.
9. Genetika : Ilmu yang mempelajari cara menurunnya sifat pada makhluk hidup.
10. Patologi : ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk penyakit.

Salah satu contoh dari cabang biologi adalah bioteknologi. Bioteknologi adalah suatu
cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup dan penggunaan
biokimia, mikrobiologi, serta rekayasa kimia secara terpadu dengan tujuan memperoleh
penerapan teknologi di bidang industri, kesehatan atau kedokteran, dan pertanian dari
kapasitas mikroba, sel atau jaringan sebagai kultur. Selain itu, bioteknologi juga
menghasilkan barang atau jasa untuk kepentingan makhluk hidup.

Berdasarkan prosesnya bioteknologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Bioteknologi klasik atau konvensional
Bioteknologi klasik atau konvensional merupakan praktik bioteknologi yang dilakukan
dengan cara dan peralatan sederhana, tanpa melakukan rekayasa genetika. Bioteknologi
klasik atau konvensional, contohnya : bir, wine, sake, yoghurt, roti, keju, kecap, tempe, tape,
dan oncom.

2. Bioteknologi modern
Bioteknologi modern merupakan praktik bioteknologi yang diperkaya dengan rekayasa
genetika, yaitu suatu teknik pemanipulasian materi genetika. Pada teknik tersebut terjadi
pemindahan materi genetika (transfer gen) dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup
lainnya. Melalui teknik tersebut manusia dapat mengontrol produk yang dihasilkan sesuai
dengan keinginannya. Contohnya, dihasilkannya tanaman tahan hama dan penyakit, buah-
buahan bersifat tahan lama, dan ternak yang mampu menghasilkan susu dalam jumlah yang
lebih banyak.

Kegiatan utama dalam ruang lingkup bioteknologi, yaitu:


a. Teknologi industri dengan mengguanakan reaktor bio, di mana mikroba dan enzim menjadi
katalis utama.
b. Rekayasa genetika
c. Peleburan sel dalam upaya menipulasi genetik
d. Kultur jaringan pada sel atau tumbuhan

Kemampuan mikroba dan eksploitasinya dalam dunia industri mikroba dijuluki sebagai buruh
serba bisa. Hal ini didasarkan atas kemampuan mikroba yang bisa memproduksi lebih dari
500 macam bahan keperluan manusia. Hampir semua industri dilayani oleh jasa mikroba
seperti sektor industri dalam bidang pertanian. Sektor pertanian mencakup produksi pangan,
vaksin hewan, pupuk dan kompos organik. Fungsi bioteknologi dalam bidang pertanian
adalah mencari jenis tanaman yang tahan penyakit, tanaman yang mampu memupuk dirinya
sendiri dengan perbaikan fiksasi nitrogen, tanaman unggul, biopestisida, biointektisida,
penghancuran selulosa dan lignin, penyelamatan pascapanen, serta kultur jaringan. Kultur
jaringan adalah teknik menumbuhkan jaringan atau sel menjadi individu baru pada media
khusus yang asptik. Kultur jaringan sel tumbuhan dapat tumbuh pada kultur (media tumbuh)
yang cukup mengandung nutrienbat. Prinsip dasar kultur jaringan dan sel adalah bahwa sel
yang diisolasikan akan mengembangkan potensi dasarnya (totipotensi). Potongan daun cocor
bebek, misalnya, dapat tumbuh membentuk akar, batang, dan daun menjadi tanaman cocor
bebek yang baru dengan sifat individu unggul.

Selain itu, dalam bidang pertanian rekayasa genetika juga dapat difungsikan sebagai kegiatan
utama dalam ruang lingkup bioteknologi. Rekayasa genetika merupakan salah satu teknologi
yang potensial sebagai alternatif pemecahan masalah pangan dunia untuk menghasilkan
tanaman transgenik. Tanaman transgenik merupakan tanaman yang mempunyai gen asing di
dalam genomnya. Gen asing pada umumnya berasal dari bakteri atau tanaman lain yang
membawa sifat tertentu. Sifat yang dibawa oleh gen asing ini merupakan sifat unggul yang
tidak dimiliki tanaman inang. Tanaman transgenik telah banyak dilepas sebagai tanaman
pangan dengan tujuan seperti tahan insekta, tahan herbisida, mengandung vitamin dan gizi
tinggi, tahan penyimpanan jangka panjang, dan toleran terhadap lingkungan secara langsung
berperan dalam meningkatkan produktifitas. Tanaman transgenik yang tahan terhadap insekta
akan menurunkan frekuensi aplikasi pestisida. Pengurangan pemakaian pestisida sama artinya
dengan tidak memasukkan bahan-bahan kimia berbahaya ke dalam lingkungan, sehingga
dampak pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Resiko dari produk transgenik tidak akan
lebih besar dari produk hasil persilangan alamiah. Beberapa resiko pangan transgenik yang
mungkin terjadi antara lain resiko alergi, keracunan dan tahan antibiotik. Sehingga sampai
saat ini fakta menunjukkan bahwa kelompok tanaman ini telah memberi banyak manfaat
khususnya dalam dunia pertanian karena memiliki produktivitas dan kualitas tinggi serta
lebih ramah lingkungan.

Dalam bidang kesehatan, khususnya dalam bidang kedokteran, bioteknologi dapat


dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan, misalnya dalam pembuatan vaksin,
pembuatan antibodi monoklonal, dan pembuatan antibiotik.

Pembuatan vaksin
Vaksin dapat berfungsi untuk melawan penyakit karena kadangkala penyakit yang
disebabkan oleh virus tidak bisa diobati. Melalui bioteknologi, telah berkembang pembuatan
vaksin baru yaitu dengan menggunakan protein. DNA rekombinan menggerakkan pembuatan
suatu protein khusus dalam jumlah besar dari selubung protein virus, bakteri, atau mikroba
lainnya. Sehingga protein ini dapat digunakan menjadi pemicu terbentuknya respons
kekebalan untuk melawan penyakit.

Pembuatan antibodi monoklonal


Teknik lain yang sering digunakan dalam bioteknologi modern adalah teknik hibridoma,
yaitu teknik yang memfusikan dua sel dari jaringan yang berbeda untuk menghasilakan
antibodi monoklonal. Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B atau sel
limfosit T untuk melawan antigen (benda asing, misalnya bakteri, jamur, virus, serta protein
asing) yang masuk ke dalam tubuh. Produksi antibodi monoklonal dapat digunakan untuk
mendiagnosa penyakit, mengisolasi molukel toksin, melawan gen dalam tubuh manusia, serta
dapat juga untuk tes diagnostik kehamilan.
Pembuatan antibiotik
Dengan berkembangnya mikrobiologi (Ilmu yang mempelajari segala aspek kehidupan
mikroorganisme), telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat dari berbagai jenis mikroba/
jasad renik, baik yang menguntungkan maupun yang bersifat pantogen (menyebabkan
penyakit) maka berkembanglah industri obat-obatan. Dalam industri obat-obatan, telah
diketahui sifat-sifat bakteri Escherichia coli yang ternyata dapat dibuat menjadi insulin.
Insulin ini sangat berguna bagi penderita Diabetes Melitus pada manusia. Contoh
perkembangan mikrobiologi dalam industri obat-obatan lainnya adalah pembuatan antibiotik.
Antibiotik merupakan senyawa yang dihasilkan oleh bakteri atau jamur yang bersifata
menghambat pertumbuahan mibro lainnya. Macam-macam antibiotik yang sudah berhasil
dibuat antara lain adalah penisilin (dibuat dari jamur Penicillium), sefalosporin (dihasilkan
oleh jamur Cephalosporium), dan tetrasiklin (dihasilkan oleh jamur Streptomycin).

Penerapan ilmu biologi juga dapat difungsikan untuk mengatasi masalah, misalnya:
1. Masalah tentang kelaparan di dunia.
Bioteknologi merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan
karena penelitian bioteknologi di dunia ini juga untuk mengatasi berbagai masalah, dari
pangan hingga kesehatan. Apalagi sejak dikembangkannya teknologi rekombinan DNA
(deoxyribose nucleid acid) yang memungkinkan manusia mampu menghasilkan sesuatu
produk yang sebelumnya sulit dapat dibayangkan. Misalnya dengan rekayasa genetika yang
merupakan salah satu teknologi yang potensial sebagai alternatif pemecahan masalah pangan
dunia untuk menghasilkan tanaman transgenik. Dalam rekayasa genetika digunakan DNA
untuk menggabungkan sifat makhluk hidup karena DNA dari semua makhluk hidup memiliki
struktur yang sama sehingga dapat direkombinasikan.

Masalah pangan dapat ditangani juga dengan kebijakan yang mendorong penyediaan
pelayanan meliputi lima hal, yaitu:
1) pelayanan gizi dan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Upaya Perbaikan Gizi
Keluarga (UPGK) yang dilaksanakan tahun 1970-1990an, penimbangan balita di Posyandu
dengan KMS.
2) pemberian suplemen zat gizi mikro seperti pil besi kepada ibu hamil, kapsul vitamin A
kepada balita dab ibu nifas.
3) bantuan pangan kepada anak gizi kurang dari keluarga miskin.
4) fortifikasi bahan pangan seperti fortifikasi garam dengan yodium, fortifikasi terigu dengan
zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2.
5) biofortifikasi, suatu teknologi budi daya tanaman pangan yang dapat menemukan varietas
padi yang mengandung kadar zat besi tinggi dengan nilai biologi tinggi.

Dengan begitu kemungkinan masalah kelaparan di dunia dapat teratasi karena bantuan
pangan maupun pembudidayaan tanaman pangan bisa dilakukan oleh masyarakat luas.

2. Masalah tentang wabah penyakit.


Mikrob alami yang di rekayasa genetikanya memberikan harapan baru dalam bidang
kesehatan. Salmonella typhimurium, suatu bakteri yang berasosiasi dengan keracunan
pangan, memberikan harapan baru untuk melawan tumor dan kanker secara sistematis.
Bakteri ini direkayasa secara genetika agar secara spesifik tetap dapat membunuh sel-sel
kanker, tetapi tidak merusak atau menjadi patogen pada jaringan tubuh manusia.

Selain itu, teknologi DNA rekombinan dapat juga digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit genetika. Salah satu teknik tersebut adalah PCR (polymerase chain reaction). Dasar
cara kerja PCR berada pada kemampuan enzim DNA polimerase untuk membuat salinan
rantai DNA. Manfaat teknik ini, yaitu mampu memberikan penanganan yang lebih cepat dan
identifikasi yang tepat terhadap mikroba penyebab penyakit, contohnya hepatitis.

Adapun di bawah ini adalah contoh persoalan wabah penyakit yang disebabkan oleh berbagai
macam mikroba, yaitu:
1) Bakteri, penyebab penyakit pada manusia (misalnya Treponema pallidum penyebab sifilis,
Mycobacterium tubercolosis penyebab TBC), hewan (Campylobacter fetus penyebab
keguguran pada kambing dan sapi), dan tumbuhan (Agrobacterium tumefaciens penyebab
tumor pada tumbuhan).
2) Jamur, penyebab kerusakan pada kulit, tekstil, makanan, penyakit pada hewan dan
tumbuhan.
3) Alga, menyebabkan menutupnya permukaan air, menghasilkan bau, racun, menyerap O2,
dan menyebabkan pencemaran
4) Protozoa, penyebab penyakit seperti malaria, disentri, dan sakit tidur.
5) Virus, penyebab penyakit pada tanaman, hewan, dan manusia (misalnya, cacar, influensa,
penyakit kuning, unggas (parrot fever), mosaic (TMV) pada tanaman tomat, kentang, dan
tembakau).

C. Ciri-ciri Kehidupan

Ciri-ciri kehidupan mencakup keteraturan, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan,


pemanfaatan energi, respons terhadap lingkungan, homeostasis, dan adaptasi evolusioner.

Kehidupan tersusun sangat teratur; dalam hierarki yang terdiri dari tingkatan-tingkatan
struktural, setiap tingkat merupakan pengembangan dari tingkatan di bawahnya. Diawali dari
tingkat paling rendah, atom-atom disusun menjadi molekul-molekul biologis yang kompleks
yang kemudian tersusun menjadi organel, yang lalu menjadi komponen-komponen sel.
Terdapat organisme yang terdiri dari sel tunggal, dan terdapat pula organisme lainnya yang
merupakan agregat multiseluler dari banyak tipe sel yang terspesialisasi dan saling bekerja
sama. Pada organisme multiseluler, sel-sel yang sama dikelompokkan menjadi jaringan,
susunan spesifik dari jaringan-jaringan yang berbeda membentuk organ, dan organ-organ
bergabung membentuk sistem organ. Individu organisme dari spesies yang sama dan hidup di
tempat tertentu dapat berkelompok membentuk suatu populasi; populasi-populasi dari
berbagai spesies berbeda yang hidup di daerah yang sama membentuk
suatu komunitas biologis, dan interaksi-interaksi komunitas yang juga menyertakan unsur-
unsur abiotik dari lingkungan membentuk suatu ekosistem. Setiap tingkatan struktur biologis
tersebut mempunyai sifat-sifat baru yang tidak dijumpai pada tingkat organisasi di bawahnya
yang dihasilkan dari interaksi antarkomponen pada suatu tingkat.

D. Keanekaragaman
Keanekaragaman hayati adalah kekayaan atau bentuk kehidupan di bumi, baik tumbuhan,
hewan, mikroorganisme, genetika yang dikandungnya, maupun ekosistem, serta proses-
proses ekologi yang dibangun menjadi lingkungan hidup (Primak et al dalam 1998 dalam
Kuswanda 2009).

Frasa keanekaragaman hayati sendiri sering pula disebut sebagai biodiversitas.


Biodiversitas ini dapat kita temui di sekitar kita, berbagai makhluk hidup yang kita temui
menggambarkan adanya perbedaan-perbedaan antara makhluk hidup yang saling
menyeimbangkan.

Tingkatan Keanekaragaman Hayati


Biodiversitas dapat terjadi pada berbagai tingkatan kehidupan, mulai dari organisme tingkat
rendah sampai organisme tingkat tinggi. Secara garis besar biodiversitas ini dibagi menjadi
tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman
ekosistem.

1 Keanekaragaman Gen
Biodiversitas pada tingkatan ini menyebabkan variasi antar individu dalam satau spesies.
Contoh dari biodiversitas pada tingkat gen ini misalnya perbedaan antara varietas padi,
varietas padi ini sangat bermacam-macam misalnya varietas rojolele, cianjur, IPB 3S, IR, dan
kapuas.

Tanaman mangga pun memiliki biodiversitas gen yang cukup mencolok, misalnya terdapat
mangga (Mangifera indica) varietas harum manis, bali, gadung, dan si manalagi.

Manusia pun merupakan contoh biodiversitas gen yang paling mencolok. Manusia meskipun
merupakan spesies yang sama yaitu Homo sapiens, tetapi manusia memiliki bentuk yang
sangat berbeda dengan manusia lainnya.

Biodiversitas ini terjadi akibat adanya variasi gen yang berbeda pada setiap individu sejenis.
Gen sendiri adalah materi dalam kromosom makhluk hidup yang mengendalikan sifat
organisme. Gen ini menyebabkan adanya suatu variasi yang nampak (fenotipe) dan variasi
yang tidak nampak (genotipe). Susunan gen ini pada setiap makhluk hidup akan berbeda
karena gen merupakan hasil dari campuran gen betina dan gen jantan ketika dalam proses
perkawinan.

2 Keanekaragaman Spesies

Keanekaragaman pada tingkat spesies sangat mudah diamati karena perbedaan yang sangat
mencolok. Sebagai contoh kucing, harimau, dan macan memiliki morfologi yang berbeda
satu sama lain, tetapi mereka sebenarnya berkerabat dekat.

3 Keanekaragaman Ekosistem
Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya, baik itu faktor biotik maupun
faktor abiotik. Faktor biotik merupakan bagian-bagian dalam ekosistem yang merupakan
makhluk-makhluk hidup misalnya tumbuhan, sedangkan faktor abiotik merupakan bagian
dalam ekosistem yang tidak hidup misalnya iklim, cahaya, air, tanah, tingkat keasaman tanah,
dan kandungan mineral dalam tanah.
Faktor biotik maupun faktor abiotik ini sangat beragam, oleh sebab itu ekosistem yang
tersusun atas dua faktor tersebut pun memiliki perbedaan antar ekosistem satu dengan
ekosistem lainnya.

Berbagai jenis ekosistem ini di antaranya adalah

1. Ekosistem Lumut

Ekosistem lumut merupakan ekosistem yang mayoritas lingkungannya ditumbuhi oleh


tumbuhan lumut. Biasanya ekosistem ini terdapat di daerah yang bertemperatur rendah,
seperti di puncak gunung, perbukitan, dan di daerah dekat kutub. Hewan yang berada di
ekosistem ini biasanya adalah hewan yang berbulu tebal dan toleran terhadap suhu yang
dingin.

2. Ekosistem Hutan Berdaun Jarum

Ekosistem hutan berdaun jarum berada di daerah sub tropis. Ekosistem ini biasanya tumbuh
pada suhu yang relatif rendah.

3. Ekosistem Hutan Hujan Tropis

Ekosistem ini terdapat di daerah tropis dengan ciri khas utama tumbuhan yang
beranekaragam. Ekosistem ini biasanya memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar.
Indonesia yang memiliki ekosistem jenis ini dikenal sebagai negara megabiodiversity karena
memiliki jutaan spesies makhluk hidup.

4. Ekosistem Padang Rumput

Ekosistem ini didominasi oleh rerumputan dan terdapat di daerah yang memiliki iklim yang
cukup kering. Ekosistem ini misalnya terdapat di hutan-hutan Afrika.

5. Ekosistem Padang Pasir

Ciri utama dari ekosistem ini adalah adanya tumbuhan kaktus yang hanya membutuhkan
sedikit air untuk hidup. Hewan yang ada di sini antara lain reptil, mamalia kecil, dan berbagai
jenis burung.

6. Ekosistem Pantai

Ekosistem pantai didominasi oleh hewan-hewan seperti kepiting, serangga, dan burung-
burung pantai.

E. Sejarah Perkembangan Biologi

Biologi berkembang karena rasa ingin tahu manusia dalam merespons gejala-gejala alam.
Biologi merupakan ilmu yang paling tua di bumi. Kamu tentu memahami bahwa manusia
pertama harus mempunyai pengetahuan yang baik mengenai hewan dan tumbuhan di
sekitarnya.
Mereka harus mengerti tanaman apa yang aman dimakan dan yang beracun, hewan apa
yang aman diburu dan hewan buas. Bahkan sebelum manusia purba hidup menetap, mereka
telah mulai menjinakkan hewan dan bercocok tanam. Dalam kegiatan ini mereka mulai
mengamati jenis-jenis makhluk hidup dan lingkungannya.
Petunjuk sejarah perkembangan biologi dapat diperoleh dari situs Assyria dan Babilonia
(tahun 3500 SM). Dari gambar-gambar dan sisa-sisa peninggalan sejarah, diketahui bahwa
penduduk Assyria dan Babilonia telah bercocok tanam dan mengenal ilmu pengobatan.
Mereka telah mengetahui reproduksi tanaman palem dan menunjukkan bahwa pollen
berasal dari tanaman jantan yang digunakan untuk menyerbuki tanaman betina. Mereka juga
mulai mempelajari anatomi untuk tujuan pengobatan.
Bangsa Mesir mulai mempraktikkan biologi dan ilmu pengobatan sejak tahun 2000 SM.
Kamu tentu ingat kebiasaan mereka mengawetkan mayat (mumi) dengan ramuan sejenis
balsam yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Bagaimana mungkin mereka dapat
melakukannya tanpa pengetahuan yang baik mengenai tumbuh-tumbuhan.
Bangsa Cina kuno juga telah mengenal berbagai tanaman obat sejak 2800 tahun SM.
Selain telah membudidayakan ulat sutra untuk menghasilkan kain sutra, mereka juga telah
mengenal berbagai jenis serangga, termasuk perkembangbiakan dan cara-cara memberantas
serangga.
Reruntuhan di Mohenjodaro menunjukkan bahwa sejak 2500 SM penduduknya telah
mengenal pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sandang. Mereka bercocok
tanam gandum, barlei, kapas, sayuran, melon, dan buah-buahan lain.
Sebuah dokumen yang ditemukan pada situs peninggalan bersejarah itu menunjukkan
bahwa mereka telah memanfaatkan sekitar 960 jenis tanaman untuk pengobatan. Dokumen
itu juga berisi berbagai informasi tentang anatomi, fisiologi, patologi, dan ilmu bedah.

Anda mungkin juga menyukai