Anda di halaman 1dari 42

BAB 3

PROSES PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN


KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Sumber pengkajian dengan observasi, wawancara, studi dokumentasi,
telusur dokumen dan kuesioner
3.1.1 Kajian Di Situasi Di Ruang Perawat
1. Pengkajian perencanaan
a. Visi dan misi
Adapun visi dan misi Rumah Sakit Islam “Siti Hajar”
Mataram adalah :
Visi :
Dengan ridha Allah SWT, menjadi Rumah Islam “Siti Hajar”
Mataram rujukan di NTB.
Misi :
1) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bernuansa
islami
2) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan saran dan
prasarana RSI secara berkesinambungan
3) Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada
kepuasan pelanggan
b. SOP/SAK
1) SOP keselamat pasien
2) SOP PPI
3) SOP operan
4) SOP pemberian obat oral
5) SOP persiapan pasien pra oprasi
6) SOP pengambilan sampel darah dan hasil laboratorium
transporter
7) SOP permintaan pemeriksaan lab
3.1.2 Kajian Input
1. Man
c. Struktur Organisasi RSI Siti Hajar Mataram

YAYASAN RSI NTB

DIREKTUR

KOMITE-KOMITE : SPI
1. KOMITE MEDIK
2. KOMITE KEPERAWATAN
3. KOMITE MUTU
KESELAMATAN PASIEN

BIDANG PELAYANAN MEDIK BIDANG PENUNJANG BAGIAN ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN

SEKSI PELAYANAN MEDIK SEKSI KEPERAWATAN SEKSI SEKSI SUBAG SUBAG SUBAG
PENUNJANG PENUNJANG KEUANGAN SDM DAN UMUM
MEDIK NON MEDIK DIGLAT
UNIT-UNIT :
1. GAWAT DARURAT PENAGIHAN UMUM HUMAS &
2. RAWAT JALAN UNIT-UNIT : UNIT-UNIT : & KERJASAMA MARKETING
3. KAMAR OPERASI 1. LABORATORIUM 1. PENDAFTARAN
4. KAMAR INTENSIF 2. RADIOLOGI & CUSTOMER
5. RAWAT INAP : 3. REHABILITASI SERVICE PERENCANAAN & KESEKRETARIATAN
 RUANG MINA MEDIK 2. REKAM MEDIK ANGGARAN
 RUANG ZAM-ZAM 4. FARMASI (RM)
 RUANG MUSDALIFAH 5. GIZI 3. CSSD & LONDRI AKUTANSI & PAJAK IPRS
4. CASEMIX
 RUANG MARWAH
PERBENDAHARAAN
DAN MOBILISASI RUMAH TANGGA &
DANA ASET
d. Struktur organisasi di Ruang Mina

Kepala

Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Perawat
Cadangan

Keterangan :
: Garis Komando
e. Kuantitas dan Kualitas SDM
Tabel 3.1 Nama-Nama Tenaga Perawat di Ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram Tahun 2020.

Masa Jenjang
No Nama JK Pendidikan Status Pelatihan Keterangan
kerja Karir

1 PP, Katim, BTCLS, BHD,


Mega Adintika, S.Kep., Ners. P 2008 S1 + Ners Tetap KARU
Karu MAKP

2 Baiq Eva N, Amd.Kep. P 2009 D3 Tetap PP, Katim - Katim 1

3 Annisa Wulandari, Amd.Kep. P 2010 D3 Tetap PP - PP

4 Eva Yunia, Amd.Kep. P 2010 D3 Tetap PP, Katim - Katim 2

5 Bintra Juan, SST. L 2019 D4 Tetap PP BHD PP

6 Devi Nusantari, Amd.Kep. P 2010 D3 Tetap PP, Katim - Katim 3

7 Lalu Yusuf Syahroni, Amd.Kep. L 2019 D3 Kontrak PP - PP

8 Siti Khaerani, Amd.Kep. P 2010 D3 Tetap PP, Katim - Katim 4

9 Melda Sari, S.Kep., Ners. P 2018 S1 + Ners Kontrak PP BTCLS, BHD PP

10 Itriatul Hijjah, S.Kep., Ners. P 2010 S1 + Ners Tetap PP, Cadangan BTCLS Cadangan
Tabel 3.2 Distribusi Tenaga Non Keperawatan Berdasarkan Spesifikasi
Pekerjaan di Ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram
Tahun 2020.

No Kualifikasi Jumlah Honor/PT

1 Ahli gizi - -

2 Administrasi - -

3 Cleaning Service 3 orang 2 Tetap dan 1 cadangan

Sumber : Data Primer Ruang Mina Tahun 2020.

b. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga


Perawat
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut
Douglas (1984) dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien untuk setiap shiftnya seperti tabel berikut:
Tabel 3.3 Jumlah Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

Waktu Kebutuhan Perawat

Klasifikasi Pagi Sore Malam

Minimal 0,17 0,14 0,10

Partial 0,27 0,15 0,07

Maksimal 0,36 0,30 0,20

Sumber : Douglas 1984

Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien


terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
dengan kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24
jam dengan kriteria :
a) Kebersihan diri dibantu, makan, minum, ke toilet
dibantu.
b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d) Terpasang folley catheter, intake, output dicatat
e) Klien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
3) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6
jam per 24 jam dengan kriteria:

a) Segalanya diberikan/dibantu

b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital


tiap 2 jam

c) Makan memerlukan NGT, menggunakan


terapi intravena

d) Pemakaian suction

e) Gelisah/ disorientasi/ tidak sadar

Tabel 3.4 Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Perawat Pada


Tanggal 31 Desember 2019 Di Ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti
Hajar” Mataram (Metode Douglas)

Kualifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien

Minimal 3 3 x 0,17 = 0,51 3 x 0,14 = 0,42 3 x 0,07 = 0,21

Parsial 7 7 x 0,27 = 1,89 7 x 0,15 = 1,05 7 x 0,10 = 0,7


Total - - - -

Jumlah 9 2,1 1,47 0,91

2 1 1

Sumber : Ruang Mina 31 Desember 2019

Total tenaga perawat:

Pagi : 2 orang

Sore : 1 orang

Malam : 1 orang +

4 orang perawat

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

86 x 4
= 1, 23 (dibulatkan 1 orang)
279

Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas


dinas dalam 1 tahun sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja
efektif dalam 1 tahun

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas


pada tanggal 31 Desember 2019 di Ruang Mina Rumah Sakit
Islam “Siti Hajar” Mataram yaitu 4 orang + 1 orang lepas
dinas + 1 orang tenaga kepala ruangan dan 4 orang ketua tim.

Berdasarkan hasil pengkajian di ruang mina tanggal 31


Desember 2019 perawat yang bertugas sebanyak 6 orang + 2
orang lepas dinas dan 1 orang tenaga kepala ruangan serta 1
orang tenaga cadangan.
Tabel 3.5 Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Perawat
Pada Tanggal 1 Januari 2020 Di Ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti
Hajar” Mataram Tahun 2020. (Metode Douglas).

Kualifikasi pasien Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien

Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28

Parsial 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,90 6 x 0,10 = 0,60

Total - - - -

Jumlah 10 2,3 1,46 0,88

2 1 1

Sumber : Ruang Mina 1 Januari 2020

Total tenaga perawat :

Pagi : 2 orang

Sore : 1 orang

Malam : 1 orang +

4 orang perawat

Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

86 x 4
= 1, 23 (dibulatkan 1 orang)
279

Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas


dinas dalam 1 tahun sedangkan 279 adalah jumlah hari kerja
efektif dalam 1 tahun

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas


pada tanggal 01 januari 2020 di Ruang Mina Rumah Sakit
Islam “Siti Hajar” Mataram yaitu 4 orang + 1 orang lepas
dinas + 1 orang tenaga kepala ruangan dan 4 orang ketua tim.

Berdasarkan hasil pengkajian di ruang mina tanggal 31


Desember 2019 perawat yang bertugas sebanyak 6 orang + 2
orang lepas dinas dan 1 orang tenaga kepala ruangan serta 1
orang tenaga cadangan.

c. Alur Pasien Masuk

Pasien

IGD/VK Poliklinik

Pasien
Keluarga
Penanggung
Jawab Admisi

Laboratorium Penunjang Pendaftaran


R. Perawatan
Diagnostik Rawat Inap

Radiologi

INTENSIF BIASA BERSALIN /


NIFAS

Dirujuk Pulang Dipulangkan Meninggal

Kamar Jenazah
Sumber : Ruang Mina RSI Siti Hajar Mataram Tahun 2019-2020

2. Metode
a. Penerapan MAKP
Berdasarkan Wawancara dengan Kepala ruangan,
Ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti Hajar” Mataram
tanggal 31 Desember 2019 di ruang Kepala ruangan Mina
didapatkan bahwa MAKP yang diterapkan di ruangan
tersebut adalah MAKP metode tim hal tersebut dilakukan
karena, masih adanya perawat dengan pendidikan vokasi,
kurangnya perawat professional dengan latar belakang
profesi Ners.
b. Operan/ Timbang terima
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
perawat ruangan, ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti
Hajar” Mataram didapatkan bahwa operan dilakukan 3 kali
24 jam, yaitu pada pergantian shift malam ke pagi (pukul
08:00), pergantian shift pagi ke sore (pukul 14:00), dan
pergantian shift sore ke malam (pukul 20:00).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari
tanggal 31 Desember 2019-01 Januari 2020 didapatkan
bahwa tidak selalu diikuti oleh semua perawat yang telah
dinas dan akan dinas, penyampaian isi timbang terima secara
konprehensif, meliputi : isi timbang terima (masalah
keperawatan pasien lebih fokus pada diagnosa medis dan
pemberian tindakan kolaboratif). Pelaporan timbang terima
dicatat dalam buku khusus yang akan ditandatangani oleh
perawat yang melaporkan, perawat yang menerima laporan
dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima
kepala ruangan tidak selalu mengadakan diskusi singkat
untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift
selanjutnya.
Berdasrkan hasil observasi yang dilakukan dari
tanggal 31 Desember 2019-01 Januari 2020 didapatkan
bahwa setiap perawat yang malakukan operan pada
pergantian ship pagi kesiang dan siang ke malam dilakukan
dimeja pearwat dan jarang dilakukan secara lansung
keruangan pasien, operan yang dilkukan lansung keruangan
pasien hanya pergantian ship malam ke pagi. Operan
dilakukan kadang tidak tepat waktu dan sesuai prosedur dan
kadang ada juga sebagaian setiap ganti shift tidak
melakukan validasi ke pasien.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang
Mina RSI Siti Hajar Mataram tehnik yang dilakukan dalam
timbang terima adalah dengan metode SBAR.
c. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan merupakan metode untuk
menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang terjadi pada pasien dengan melibatkan tim
keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan
melibatkan pasien secara langsung sebagai focus kegiatan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dari
kepala ruangan, ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti Hajar”
Mataram didapatkan bahwa ronde keperawatan dilakukan
sebulan sekali karena dilihat dari perkembangan pasien.
Pembahasan atas kasus-kasus pasien untuk mencari solusi
dilakukan bersamaan dengan menghadirkan para praktisi ahli
yang berkompeten yang terlibat dalam tim perawatan pasien
yang bersangkutan dari berbagai disiplin ilmu (medis,
paramedic senior, ahli gizi, apoteker, atau praktisi kesehatan
lain yang diperlukan).
d. Pengelolaan Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dengan
system menyerahkan seluruh obat pasien sepenuhnya kepada
perawat, dengan tujuan penggunaan obat dapat dilakukan
secara benar sehingga tidak terjadi pemborosan dan
kemungkinan terjadinya kesalahan obat.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari
tanggal 31 Desember 2019-01 Januari 2020 didapatkan
bahwa data yang kami peroleh di ruang Mina adalah proses
sentralisasi obat berjalan dengan semestinya dilihat dari
kesiapan perawat, alat dan kelengkapan untuk mendukung
sentralisasi obat seperti, kotak obat injeksi, infuse, dan spuit
diberikan sesuai kamar masing-masing kemudian obat pasien
di tempatkan di box obat yang sesuai nomor kamar, nama
pasien dan obat masing-masing kamar.
e. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang di
supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan
yang telah di tetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana,
2004). Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dari
tanggal 31 Desember 2019-01 Januari 2020 didapatkan
bahwa di ruang Mina kepala ruangan melakukan supervisi
jika ada masalah, dan dilakukan diluar jam dinas melalui
handphone.
f. Discharge Planning
Discharge planning merupakan bagian penting dari
program keperawatan klien yang dimuali segera setelah klien
masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang
menggambarkan usaha kerja sama antar tim kesehatan, klien
dan keluarga klien. Berdasarkan hasil observasi didapatkan
pelaksanaan discharge planning di ruang Mina masih belum
terlaksana secara optimal. Discharge planning yang meliputi
penjelasan diagnosa keperawatan, obat-obatan, perawatan,
lembar control, nutrisi, aktivitas, dan istirahat ketika di
rumah, dan kalau ada penjelasan biasanya dijelaskan oleh
perawat, mengenai penyakit secara lisan, menggunakan kartu
kontrol dan tim gizi yang menjelaskan diit makanan yang
harus dihindari serta makanan yang bagus dikonsumsi oleh
klien.
Perawat di ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti Hajar”
Mataram melakukan discharge planning setiap pasien datang
sampai akan pulang diberikan KIE. Selain itu isi dari
discharge planning belum dilakukan secara optimal karena
hanya meliputi pemberian informasi tentang waktu control
dan obat yang harus diminum (keteraturan minum obat) dan
tidak tersedianya leaflet yang berguna bagi pasien sebelum
pasien pulang. Sehingga nanti saat di rumah pasien bisa
melihat leaflet jika pasien lupa sama informasi yang di
berikan sama perawat.
g. Dokumentasi Keperawatan
1) System pendokumentasian sudah optimal, menggunakan
metode manual untuk mengisi status pasien
2) Beberapa pendokumentasian tidak secara lansung diisi,
biasanya dilengkapi ketika pasien mau pulang atau ketika
keadaan memungkinkan.
3) Catatan perkembangan pasien cukup lengkap dan
berkesinambungan
4) Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara
manual akan tetapi pendokumentasian administrasi
sudah menggunakan sistem komputerisasi.
5) Sistem pendokumentasian masih kurang lengkap baik
dari sisi perawat mauupun dokter visite.

3. Material
a. Peralatan dan fasilitas
1) Fasilitas untuk pasien
Tabel 3.6 Fasilitas Untuk Pasien

Jumlah
No Nama Barang Kondisi
Barang

1 Bed pasien 13 Baik

2 Bed pengunjung 4 Baik

3 Bantal 17 Baik

4 Guling 6 Baik

5 Lemari besar di ruangan 8 Baik

6 Lemari kecil di ruangan 9 Baik


7 Kulkas 4 Baik

8 Tv 13 Baik

9 Ac 13 Baik

10 Tiang infus 13 Baik

11 Meja/lemari pasien 13 Baik

12 Meja makan 13 Baik

13 Sofa 13 Baik

14 Bak sampah infeksius 1 Baik

15 Bak sampah non infeksius 15 Baik

16 Gorden 57 Baik

17 Kursi besi 17 Baik

18 Jam dinding 14 Baik

19 Wastapel 14 Baik

20 Bak mandi 14 Baik

21 Gayung 14 Baik

22 Kloset 14 Baik

23 Tempat tisu 14 Baik

24 Meja tamu 8 Baik

25 Tempat jemur 13 Baik

26 Lampu 16 Baik

27 Telpon 14 Baik

28 Cermin 14 Baik

29 Sower 4 Baik

Sumber : Ruang Mina Tahun 2020


2) Alat Medik
Tabel 3.7 Alat Medik
Jumlah
No Nama Barang Kondisi
Barang
1 Rombong darah 1 Baik

2 Kotak spilkit 1 Baik

3 EKG 1 Baik

4 Sterilisator 1 Baik

5 Urinal 4 Baik

6 Troli emergency 1 Baik

7 Kursi roda 2 Baik

8 Suction 1 Baik

9 Baskom 8 Baik

10 Bengkok 2 Baik

11 Bak intrumen 2 Baik

12 Pinset anatomis 2 Baik

13 Pinset sirugis 2 Baik

14 Klem 2 Baik

15 Handscone 1 Baik

16 Akuades 4 Baik

17 Gunting 1 Baik

18 Plester 1 Baik

19 Hypapix 1 Baik

20 Betadin 1 Baik

21 Handrap 2 Baik

22 Alkohol 1 1 Baik

23 Tromel 1 Baik

24 Reflek humer 1 1 Baik

25 Termometer 2 Baik
26 Penlight 1 Baik

27 Torniquet 2 Baik

28 Baki plastik 2 Baik

29 Troli besi 2 Baik

30 Lampu sorot 1 Baik

31 Stetoskop 2 Baik

32 Box obat 18 Baik

33 Lampu foto rontgen 1 Baik

Sumber : Ruang Mina Tahun 2020


3) Alat Meubel
Tabel 3.8 Alat Meubel

Jumlah
No Nama Barang Kondisi
Barang

1 Sofa 1 Baik

2 Meja 3 Baik

3 Kursi plastic 12 Baik

4 Kursi 1 Baik

5 Lemari 2 Baik

6 Troli kayu 1 Baik

7 Loker 3 Baik

8 Kasur 2 Baik

9 Bantal 2 2 Baik

10 Guling 2 Baik

11 Wastapel 1 Baik

12 Cermin 2 Baik

13 Tempat tisu 1 Baik


14 Bak mandi 3 Baik

15 Gayung 3 Baik

16 Papan tulis 1 Baik

17 Bak sampah 8 Baik

18 Tiker 1 Baik

Sumber : Ruang Mina Tahun 2020


4) Alat Tenun
Tabel 3.9 Alat Tenun

Jumlah
No Nama Barang Kondisi
Barang

1 Sprei 57 Baik

2 Selimut 39 Baik

3 Waslap 6 Baik

4 Sarung bantal 57 Baik

5 Sarung guling 12 Baik

Sumber : Ruang Mina Tahun 2020


5) Alat Elektronik
Tabel 3.10 Alat Elektronik

Jumlah
No Nama Barang Kondisi
Barang

1 Teko 2 Baik

2 Kipas angin dinding 2 Baik

3 Jam dinding 1 Baik

4 Kulkas obat 1 Baik

5 Dispenser 1 Baik

6 Telpon 1 Baik

7 Komputer 1 Baik
Sumber : Ruang Mina Tahun 2020
6) Fasilitas untuk petugas kesehatan :
a) Letak ruang perawat di depan
b) Kamar mandi dan wc
c) Ruang istirahat
d) Computer
e) Telepon
f) Kipas angin
g) Kasur
h) Kulkas
i) Sofa
j) Meja operan
k) Meja administrasi
l) Meja dokumen
7) Administrasi penunjang :
a) Buku laporan jaga/timbang terima
b) Buku register Lab
c) Buku injeksi dan TTV
d) Buku inventaris

b. Lokasi Denah

09

08
14 13 12 11 10
07

06
05

Ruang NS
Oprasi
04

03

02

01

Keterangan :
Ruang 01 : Super VIP
Ruang 02-05 : VIP Eksklusif
Ruang 06-14 : VIP biasa
NS : Nurse Station

4. Money
a. Sistem gaji
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan
kepala ruang Mina Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram,
sistem gaji bersasarkan jenjang pendidikan, jenjang
karir/mata kerja, jabatan dll.
b. Sumber pendapatan ruangan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan
kepala ruang Mina Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram
sumber dana operasional berasal dari Pendapatan fungsional
dari pendapatan pelayanan rumah sakit serta pendapatan
tambahan ruangan didapatkan dari hasil koperasi ruang mina,
adapun tarif kamar yang berada di ruang Mina Rumah Sakit
Islam Siti Hajar Mataram :
1) Super Vip : Rp. 595.000
2) Vip Eksklusif : Rp. 475.000
3) Vip Biasa : Rp. 375.000

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan


RSI Siti hajar Mataram didapatkan hasil pendapatan RSI
tahun 2019 adalah sebagai berikut :

1) Pasien BPJS : 64,98%


2) Pasien umum : 30,72%
3) Pasien kerjasama perusahaan asuransi (PKS) :
4,30%
4) Penerimaan lainnya : 0,80%

5. Mutu
a. Kajian Teori
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu
terkait dengan struktur,prosesdan outcome system pelayanan
RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji
dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat,
mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.secara umum aspek
penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrument, audit
(EDIA).
1) Aspek instruktur
(input)
Struktur adalah semua input untuk system
pelayanan sebuah RS yang meliputi MI (tenaga), M2
(sarana prasarana) , M3 (metode asuhan keperawatan) ,
M4 (dana), M5 (pemasaran), M6 (Mutu) dan lainnya.
Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur
system RS tertata dengan baik akan lebih menjamin
mutu pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat
kewajaran,kuantitas,biaya(efisiensi), dan mutu dari
masing-masing komponen struktur.
2) Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter,perawat,dan
tenaga profesi lain yang mengadakan interaksi secara
professional dengan pasien. Interaksi ini di ukur antara
lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit
pasien,penegakan diagnosis,rencana tindakan pengobatan
,indikasi pengobatan,indikasi tindakan,penanganan
penyakitdan prosedur pengobatan.
3) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter,
perawat,dan tenaga profesi lain terhadap pasien.
b. Hasil kajian
Data m5 (mutu) yang dikumpulkan pada 31 desember
2019-01 januari 2020 yang didapat dianalisis menggunakan
analisis SWOT sehingga ditemukan beberapa prioritas
masalah.

1) 5 penyakit terbayak di
ruang mina pada bulan Oktober-Desember 2019
N Penyakit Bulan Total
o
oktober November Desembe
r

1 Niddm (Without 14 14 13 41
Complications)

2 DHF 12 14 11 37

3 Benign Neoplasm Of 19 9 8 36
Breast

4 Dyspepsia 10 7 14 31

5 Unilateralor 12 7 8 27
Unspecified Inguinal
Hernia, Without
Obstruction
Organgrene

2) Standard Keselamatan
Pasien (Patient Safety)
Menurut Joint Commision International
Accreditation Standards for Hospital Mutu pelayanan
keperawatan berdasarkan Joint Commission
International Accreditation Standards for Hospital yaitu
Standar Keselamatan Pasien yang meliputi:
a) Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dilakukan dengan
mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien.
Beberapa hal yang perlu dikonfirmasi antara lain
nama pasien, nomor register, alamat dan usia.
Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan
pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi,
sebelum melakukan tindakan dan discharge
planning.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
pada tanggal 31 desember 2019-1 januari 2020 di
Ruang Mina belum semua perawat menerapkan
identifikasi pasien dengan mencocokkan gelang
identitas yang dipakai pasien dan mengkonfirmasi
nama pasien, nomer register, alamat, dan usia
sebelum melakukan tindakan keperawatan setiap
harinya kecuali pada pasien baru perawat hanya
memanggil nama dan mencocokkan dengan nama
ruangan pasien. Hal tersebut dilakukan karena
ruangan Mina merupkan ruangan VIP dimana
ruangan 1 ruangan hanya 1 pasien.
b) Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi efektif yang digunakan yaitu
menggunakan dengan metode SBAR (Situation,
Background, Assesment, Recommendation). SBAR
digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim
kesehatan yang lain, timbang terima, berkomunikasi
dengan teman sejawat, konsultasi pasien dan
melaksanakan informed concent.
Pelaksanaan komunikasi efektif di RS Islam
Siti Hajar menggunakan metode SBAR. Metode
SBAR yang digunakan masih belum sesuai dengan
teori yang ada.
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat high alert adalah obat yang memerlukan
kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat
berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius
pada pasien jika terjadi kesalahan dalam
penggunaannya. Kewaspadaan terhadap obat high
alert sudah dilakukan dengan memisahkan tempat
obat high alert (obat-obat Look A Like, Sound A
Like, cairan pekat seperti KCl, MgSO4, Nabic, dll)
dengan obat lainnya. Pemberian elektrolit konsentrat
harus dengan pengenceran dan penggunaan label
khusus, setiap penerapan obat menerapkan prinsip 7
benar. Untuk obat LASA, sudah ada pemberian label
tambahan. Salah satu cara untuk mewaspadai
pemberian obat perawat menggunakan double
crosscheck mulai dari proses persiapan sampai
pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 31
Desember 2019-01 Januari 2020, dapat diketahui
bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu
diwaspadai sudah dilakukan dengan memisahkan
obat-obat high alert pada tempat yang telah
disediakan. Pemberian labeling dan double
crosscheck juga sudah diilakukan di Ruang Mina .
d) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri
dari tiga hal yaitu tepat lokasi, tepat pasien dan tepat
prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi yang
dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian
marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan
oleh dokter operator menggunakan spidol permanen.
Proses untuk memastikan tepat pasien yang
dilakukan di ruangan yaitu menggunakan
crosscheck pada gelang identifikasi, sedangkan tepat
prosedur dilakukan di ruang OK menggunakan
beberapa check list untuk mencegah kesalahan
prosedur.
Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap
yaitu :
 Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi
konfirmasi ke pasien, keluar pasien dan tim
anestesi
 Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi,
dikonfirmasi kepada tim bedah
 Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi

Berdasarkan hasil pengkajian pada 31


Desember 2019-01 Januari 2020, di Mina sudah
terdapat form check list pre operasi namun belum
terdapat papan daftar pasien operasi.

3) Pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di Ruang Mina
ada dibentuknya Tim Pengendalian Infeksi. Infeksi
nosokomial meliputi plebitis, dekubitus, Infeksi Saluran
Kencing (ISK), Infeksi Luka Operasi (ILO). Tidak ada
pendataan dilakukan setiap hari per shift yang dilakukan
oleh Infection Preventif and Control Link Nurse(IPCLN)
atau anggota tim pengendalian infeksi kemudian
dijadikan satu disetiap bulannya oleh ketua tim
pengendalian infeksi.
Salah satu cara pencegahan infeksi di ruangan
MINA dengan disediakan hand scrub di samping
wastafel ruangan. Akan tetapi di setiap pintu masuk
ruangan pasien tidak ada handsrub, sehingga pencegahan
infeksi sebelum dan sesudah meninggalkan ruangan
pasien tidak terlaksana. Selain itu juga dalam
pelaksanaannya, perawat dan petugas kesehatan lainnyaq
masih jarang sekali melakukan hand hygiene bersama-
sama dengan keluarga pasien dan penyuluhancuci tangan
tidak rutin dilaksanakan.
a) Kejadian Plebitis
Tabel 2.23 Kejadian plebitis di Ruang Mina RS Islam
Siti Hajar Mataram31 Desember 2019- 1 Januari 2020

Tanggal
No Variabel Total
31 01

1 Jumlah Pasien Plebitis 1 0 1

2 Jumlah pasien yang


12 10 22
terpasang iv cannule

Sumber : Data Primer Pengkajian pada Tanggal 31 Desember


2019-1 januari 2020

Jumla h kejadian plebitis


Formula= ×100 %
Jumla h pasien berisiko plebitis

0
Angka kejadian pasien plebitis= × 100 %=0 %
24

Berdasarkan hasil penilaian tersebut, 1 orang


pasien didapatkan mengalami plebitis dan
berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
ruangan.
b) Angka kejadian dekubitus
Tabel 2.24 Kejadian pasien dekubitus di Ruang Mina
RSI Siti Hajar31 Desember 2019-1 januari 2020

Tanggal
No Variabel Total
31 01

1 Jumlah Pasien dengan decubitus 0 0 0

2 Jumlah pasien yang beresiko


decubitus

Sumber : Data Primer Pengkajian pada Tanggal 31 Desember


2019-01 Januari 2020

Jumla h kejadian dekubitus


Formula= ×100 %
Jumla h pasien berisiko dekubitus
0
Angka kejadian dekubitus= ×100 %=0 %
7
Penilaian dekubitus dilakukan di Ruang Mina
RSI Siti Hajar31 Desember 2019-1Januari 2020
tidak ada yang mengalami dekubitus.

4) Pengurangan resiko
pasien jatuh

a) Angka Kejadian pasien jatuh

Tabel 2.25 Kejadian pasien jatuh di di Ruang Mina RSI


Siti Hajar pada tanggal 31 Desember 2019-1 januari 2020

Tanggal
No Variabel
31 01

1 Jumlah Pasien Jatuh 0 0

2 Jumlah pasien yang tidak 0 0


beresiko jatuh

Jumlah pasien yang beresiko


3 rendah jatuh 6 4

Jumlah pasien yang beresiko


sedang jatuh
4 Jumlah pasien yang beresiko 3 3
5 tinggi jatuh
3 3

Sumber : Data Primer Pengkajian pada Tanggal 31 Desember


2019- 01 Januari 2020

Jumla h pasien jatu h


Formula= × 100 %
Jumla h pasien beresiko
0
Angka kejadian pasien jatu h= × 100 %=0 %
10
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai
0% pada angka kejadian jatuh di ruang Pandan 1.
Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan saat
awal pasien masuk ke ruangan rawat inap dan
selama perawatan menggunakan form sesuai usia.
Namun perawat masih belum mendokumentasikan
penilaian resiko jatuh setiap hari di rekam medik
pasien dan belum memberi penanda resiko jatuh
pada gelangi dentitas pasien.
Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan
dengan kriteria rendah, sedang atau tinggi
berdasarkan SPO yang telah ada. Intervensi yang
dilakukan sebagai penanggulangan resiko jatuh yaitu
harus ada satu penunggu pasien,
penandagelangresikojatuh, side rail harus selalu
ditutup dan memastikan ke keluarga untuk selalu
menutupnya.

b) Angka kejadian cedera akibat restrain

Berdasarkan hasil observasi pasien pada


tanggal 31 Desember 2019-01 Januari pasien yang di
rawat di Ruang Mina Rumah Sakit Islam “Siti
Hajar” tidak ada pasien yang dilakukan restrain.

5) Evaluasi Kepuasan
Klien Terhadap Kinerja Perawat

Kepuasan keluarga pasien rawat inap didapatkan


dengan menyebarkan angket yang berisi 25 item
pertanyaan pada 10 pasien yang ada di ruang rawat inap.

Diagram 3.2 Distribusi tingkat Kepuasan Pasien


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Puas Kurang Puas

Pengukuran tingkat kepuasan klien menggunakan


kuesioner yang berisi 25 pertanyaan dengan pilihan
jawaban : “sangat puas” dengan score 4, “Puas” dengan
score 3, “tidak puas” dengan score 2, “sangat tidak
puas” dengan score 1. Selanjutnya tingkat kepuasan klien
dikategorikan sebagai berikut :

a) Puas

b) Kurang puas

Berdasarkan penyebaran kuesioner dari 10 klien


pada tanggan 1 januari 2020 di dapatkan hasil bahwa 6
orang menyatakan puas (60 %), dan 4 orang menyatakan
kurang puas (40%) terhadap pelayanan keperawatan di
ruang Mina RS Islam Siti Hajar Mataram.
KUESIONER
Mutu Pelayanan Rawat Inap Di Ruang MINA Rumah Sakit Islam Siti
Hajar Kota Mataram Tahun 2020
A. Data Demografi
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Ruang rawat inap :
7. Jenis pembayaran :
B. Kuesioner Kepuasan Pasien Berdasarkan Lima Karakteristik (RATER)
Berikan tanda (√) pada jawaban yang paling tepat untuk menggambarkan
kepuasan pelayanan yang diberikan pada kolom yang sudah disediakan
Keterangan :
1 : Sangat tidak puas
2 : Kurang Puas
3 : Puas
4 : Sangat puas

No Karakteristik 1 2 3 4

1 TANGIBLES (KENYATAAN)

a. Perawat memberi informasi tentang administrasi yang berlaku bagi


pasien rawat inap di RS.
b. Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapihan ruangan yang
Anda tempati.
c. Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat-alat kesehatan yang
digunakan.
d. Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas kamar mandi
dan toilet.
e. Perawat selalu menjaga kerapian dan penampilannya

2 RELIABILITY (KEANDALAN)

a. Perawat mampu menangani masalah perawatan Anda dengan tepat


dan profesional.
b. Perawat memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia, cara
penggunaannya dan tata tertib yang berlaku di RS.
c. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang harus
dipatuhi dalam perawatan Anda.
d. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang dilarang
dalam perawatan Anda.
e. Ketepatan waktu perawat tiba di ruangan ketika Anda membutuhkan.

3 RESPONSIVENESS (TANGGUNG JAWAB)

a. Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada Anda ketika


mengalami kesulitan walautanpa diminta.
b. Perawat segera menangani Anda ketika sampai di ruangan rawat
inap.
c. Perawat menyediakan waktu khusus untuk membantu Anda berjalan,
BAB, BAK, ganti posisi tidur, dan lain-lain.
d. Perawat membantu Anda untuk memperoleh obat.
e. Perawat membantu Anda untuk pelaksaan pelayanan foto dan
laboratorium di RS ini.

4 ASSURANCE (JAMINAN)

a. Perawat memberi perhatian terhadap keluhan yang Anda rasakan.


b. Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang tindakan perawatan
yang diberikan kepada Anda.
c. Perawat jujur dalam memberikan informasi tentang keadaan Anda.
d. Perawat selalu memberi salam dan senyum ketika bertemu dengan
Anda.
e. Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan tindakan
keperawatan kepada Anda.

5 EMPATHY (EMPATI)

a. Perawat memberikan informasi kepada Anda tentang segala tindakan


perawatan yang akan dilaksanakan.
b. Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila Anda membutuhkan.
c. Perawat sering menengok dan memeriksa keadaan Anda seperti
mengukur tensi, suhu, nadi, pernapasan dan cairan infus.
d. Pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang pangkat/status
tapi berdasarkan kondisi Anda.
e. Perawat perhatian dan memberi dukungan moril terhadap keadaan
Anda (menanyakan dan berbincang-bincang tentang keadaan Anda).

Sumber : Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
6) BOR Pasien( Bed
Occuption Rate )
BOR = Jumlah Hari Perawatan x 100%
Jumlah tempat tidur x Periode
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi
pemakaian tempat tidur pada satu periode, beapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktub tertentu.
Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali. Sedangkan menurut Barber Johnsol
angka ideal untuk nilai BTO adalah lebih dari 30 kali.
Berdasarkan jumlah pasien di ruang Mina pada bulan
Oktober 2019 didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur
yaitu sebanyak 13 tempat tidur
BOR pada bulan Oktober 2019

Bed Tidak
Jumlah Bed Bed Terpakai Bor
Terpakai

13 x 30 = 403 235 168 235/403 x 100%


= 58,3 %

Jadi, BOR selama bulan oktober 2019 adalah 58,3%

Berdasarkan jumlah pasien di ruang Mina pada bulan


November 2019 didapatkan gambaran kapasitas tempat
tidur yaitu sebanyak 13 tempat tidur

BOR pada bulan November 2019

Bed Tidak
Jumlah Bed Bed Terpakai Bor
Terpakai

13 x 30 = 390 218 172 218/390 x 100%


= 55,8 %

Jadi, BOR selama bulan November 2019 adalah 55,8%


Berdasarkan jumlah pasien di ruang Mina pada bulan
Desember 2019 didapatkan gambaran kapasitas tempat
tidur yaitu sebanyak 13 tempat tidur

BOR pada bulan Desember 2019

Bed Tidak
Jumlah Bed Bed Terpakai Bor
Terpakai

13 x 31 = 403 240 163 240/403 x 100%


= 60%

Jadi, BOR selama bulan Desember 2019 adalah 60%

Jadi BOR untuk triwulan (Oktober-Desember 2019)


didapatkan 693/1196 x 100% = 58 %. Sehingga temasuk
angka BOR rendah menunjukan kurangnya pemanfaatan
fasilitas perawatan rumah sakit oelh masyarakat. Nilai
indikator BOR yang ideal adalah 60-85% (Depkes RI,
2005,Sedangkan menurut Barber Johnsol nilai BOR yang
ideal adalah 75-85%

b) ALOS

ALOS = Jumlah Lama di rawat

Jumlah pasien keluar

ALOS (Average Length of Stay ) yaitu rata-rata lama


dirawat dalam satu periode. Indokator ini digunakan untuk
mengukur efisensi pelayanan rwaat inap yang tidak dapat
dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi
BOR dan TOI. Disamping memberikan gambaran tingkat
efisensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan
hal yang memerlukan pengamatan lebih lanjut. Secara
umum LOS yang idela antara 6-9 hari (Depkes, 2005,
kementerian kesehatan 2011). Sedangkan menurut Baber
Djonhson adalah 3-12 hari.

Pada tanggal 1 januari 2020 ada 3 orang pasien yang pulang


Pasien ruangan Mina 3 pulang dengan lama dirawat 1 hari

a) Pasien ruangan Mina 9 pulang dengan lama dirawat 2


hari
b) Pasien ruangan Mina 12 pulang dengan lama dirawat 1
hari
Jadi jumlah lama dirawat pada tanggal 1 januari 2020
tersebut adalah 4 hari dan pasien yang pulang ada 3
orang. Maka pada tanggal 1 januari 2020 ALOSnya
adalah
ALOS = 4/3 = 1,3=2 hari
Secara umum, berdasarkan hasil pengkajian
memberikan hasil gambaran mutu pelayanan yang tidak
ideal. Karena secara umum nilai AVLOS yang idela
antara 6-9 hari (Kemenkes 2011)
C) BTO
BTO = Jumlah pasien keluar hidup &meninggal
Jumlah tempat tidur
Jadi pasien keluar hidup&meninggal ada 3 orang pada
tanggal 1 januari 2020. Jumlah tempat tidur ada 13 bed
Sehingga
BTO = Jumlah pasien keluar hidup &meninggal
Jumlah tempat tidur
= 3/13= 0.23 kali
a) TOI
TOI (Turn Over Interval) yaitu rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat
terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisensi penggunaan temoat tidur. Semakin
besar TOI maka efisensi penggunaan temat tidur
semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1-3 hari.
TOI = (jumlah tt x jumlah periode)-hari perawatan
jumlah pasien keluar &meinggal
= 13-10
3
= 1 hari
Secara umum, berdasarkan hasil pengkajian
memberikan hasil gambaran mutu pelayanan yang ideal
Karena idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada
kisaran 1-3 hari (Depkes RI.2005,Kementerian
Kesehatan 2011).

1) Tingkat kenyamanan (nyeri)

Nyeri merupakan salah satu indikator mutu kenyamanan. Selama


masa praktek manajemen di Ruang Pandan I RSUD Dr. Soetomo
Surabaya, total pasien yang kami rawat pada periode tanggal 16 Mei – 5
Juni 2016 sebanyak 20 orang.
Tingkat Kenyamanan (nyeri)
5% 15% nyeri ringan
nyeri sedang
nyeri berat
15% tidak nyeri
65%

Gambar 5.7 Angka Kejadian Nyeri

Data pasien yang diperoleh dengan skala nyeri yang


terdokumetasi dalam askep selama masa perawatan yang dikaji meliputi
tidak nyeri, nyeri ringan, sedang, dan berat. Jumlah pasien yang tidak
mengalami nyeri berjumlah 13 pasien (65%), pasien dengan nyeri ringan
yaitu 3 pasien (15%), pasien dengan nyeri sedang yaitu 3 pasien (15%)
dan pasien dengan nyeri berat yaitu 1 orang (5%).

No Analisis SWOT BOBOT RATING


BOBOT X RATING

Mutu (M5)

Internal Faktor (IFAS)

STRENGTH

1) Pasien mengaku bahwa 0,7 3 2,1 S-W=


perawat di ruang MINA siap
siaga dan ramah selama 31,55-4=27,5
melakukan pelayanan
0,3 2 0,6
2) Labeling dan double
crosscheck obat selalu
dilakukan perawat sebelum
memberikan obat 0,6 2 1,2 O-T=
3) Angka kejadian dekubitus,
phlebitis, pasien jatuh, cidera 3,1-4=0,9
restrain, medication error .
adalah 0%
0,8 3 2,4
4) Adanya variasi karakterisitik
dari pasien (umum, BPJS, 0,9 4 3,6
DAN kerja sama)
5) Sebagai tempat praktek
mahasiswa keperawatan d3
maupun s1+ners 3,6 14 31,55

TOTAL

WEAKNESS
0,4 2 0,8
1) Kurangnya pemberian
penyuluhan atau promosi
kesehatan mengenai
pengendalian infeksi (cuci
tangan dan five moments) oleh
ruangan serta kurangnya
penerapan cuci tangan
keluarga pasien 0,4 2 0,8
2) Tidaknya dilakukannya
pengkajian pemberian tanda
bagi pasien yang resiko jatuh
baik di gelang dan rekam 0,8 2 1,6
medik pasien
3) Persentase pasien puas hanya
40% sedangkan yang kurang
puas 60%
4) Ditemukan data BOR
triwulan (oktober-desember) 0,4 2 0,8
Tidak ideal, LOS tidak ideal
2 8 4

TOTAL

Ekternal Faktor (EFAS)


0,8 3 2,4
OPPORTUNITY

1) Kerjasama yang baik antara


perawat dan mahasiswa 0,4 1 0,4
2) Mengadakan workshop
mengenai pasien safety dan 0,3 1 0,3
peningkatan mutu SDM
3) Terselenggaranya kerja sama 1,5 5 3,1
dengan jenjang seperti LAB
prodia, RS provinsi, dsb

TOTAL
TREATHENED 0,6 3 1,8

1) Tuntutan pasien sebagai


konsumen untuk
mendapatkan pelayanan 0,5 2 1
yang profesional
2) Puskesmas, Rumah sakit,
sudah banyak yang
0,3 2 0,6
terakreditasi
3) Peraturan dari BPJS tentang 0,4 2 0,8
rujukan untuk meningkatkan
mutu pelayanan 1,8 9 4,2
4) Terbatasnya kesempatan
SDM untuk mengembangkan
kemampuan dan pengetahuan
TOTAL
3.2 Analisa Data

Anda mungkin juga menyukai