Anda di halaman 1dari 16

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

BRONKOPNEUMONIA

Keperawatan Anak 1

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1

ANDI FADILLAH ARFAN R011181335


ANDI ZAFIRAH FITRI R011181311
ASRINA R011181333
FATIMAH FARAH NUR SUCI SHABIR R011181341
FIRA REZKY AMALIAH R011181317
IKHTIAR TAMRIN R011181701
IMELDA OLVIANA LANDE’EO R011181349
INGGRID MARIA A. R. R011181001
MIFTAHUL HIDAYAH R011181309
NIRWANA R011181025
NUR HIKMAH R011181031
NUR RAHMA R011181017
RANDIANA WINDIRIANTI R011181009
REZKY AWALYAH RAMADANI NB R011181041
RIZKA NANDA MUHLISA R011181035
SITI NURKHOFIFAH R011181359
SITI YUSNUL R011181325
WA ODE RAHMAYANTI R011181301

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

1. Pengertian Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Bronkopneumonia adalah radang pada paru-
paru yang menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur, dalam
satu area atau Llebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
(Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan padaparenkim paru dimana
peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (Ringel, 2012).

2. Etiologi Bronkopneumonia
Bronchopneumonia, ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru, bisa
dikanan maupun kiri yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang dan sering terjadi pada bayi
atau orang tua (Misnadiarly, 2008).
Bronchopneumonia pada umumnya disebabkan oleh penurunan pertahanan tubuh yang
virulensi organisme pathogen. Penyebab bronchopneumonia yang biasa ditemukan antara lain
(Padila, 2013):
a. Bakteri
Bakteri yang menyebabkan terjadinya bronchopneumonia adalah:
streptococcus pneumonia, streptococcus aerous, streptococcus pyogenesis,
haemophilus influenza, klebsiella pneumonia, pseudomonas aeruginosa.
b. Virus
Virus yang menyebabkan terjadinya bronchopneumonia adalah virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Penyebab utama pneumonia
virus adalah Cytomegalo virus.
c. Jamur
Jamur yang menyebakan terjadinya infeksi adalah histoplasmosis yang
menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah, dan kompos.

Menurut Samuel A (2014), Bronchopneumonia juga dapat disebabkan oleh imunitas yang
terganggu, dimana bronchopneumonia akan terjadi secara berulang atau bahkan pasien anak
tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Bila pertahanan tubuh tidak
kuat, maka mikroorganisme penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran napas,
menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang mempermudah proliferasi dan penyebaran
kuman.

1. Faktor Risiko Penyebab Bronchopneumonia


Faktor risiko penyebab timbulnya bronchopneumonia adalah (Wijayaningsih, 2013):
a. Faktor predisposisi
- Usia atau umur, Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon
imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik.
- Genetik,
b. Faktor pencetus
- Gizi buruk atau gizi kurang, balita dengan riwayat ASI tidak eksklusif beresiko 2,1
kali terkena bronkopneumonia dibandingkan balita dengan ASI eksklusif.
- Berat badan lahir rendah (BBLR), dapat disebabkan oleh masa kehamilan yang
kurang dari 37 minggu, dimana bayi prematur mudah sekali diserangpenyakit infeksi
karena daya tahan tubuh tidak sanggup embentuk antibodi dengan baik.
- Tidak mendapatkan ASI yang memadai, Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
atau lebih memberikan efek protektif yang lebih besar berkaitan dengan respon
dosis`efek protektif terhadap infeksi. Maka dari itu, balita dengan riwayat ASI tidak
eksklusif beresiko terkena bronkopneumonia dibandingkan balita dengan ASI
eksklusif.
- Imunisasi yang tidak lengkap, status imunisasi yang lengkap dapat mengurangi faktor
resiko kejadian bronkopneumonia.
- Polusi udara, kebiasaan merokok pada anggota keluarga di rumah yang menimbulkan
polusi udara dapat berpengaruh terhadap pernapasan balita dan lebih berpeluang
terkena bronkopneumonia
- Kepadatan tempat tinggal. Jika tempat tinggal keluarga di perkotaan yang memiliki
ventilasi udara rumah yang tidak baik akan beresiko terhadap balita untuk terkena
bronkopneumonia.

3. Tanda dan Gejala Bronkopneumonia


Tanda dan gejala bronchopneumonia :

a) Suhu meningkat
b) Batuk yang hebat
c) Sesak napas
d) Gelisah sianosis
e) Penurunan kesadaran
f) Bayi menjadi lemah
g) Pucat dan lesu
h) Bibir dan kuku jari bisa berubah warna jadi kebiruan atau abu-abu (kasus yang parah)

Suryana. (1996).Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK . Jakarta: EGC.

Tanda dan gejala pada kasus

 Batuk berlendir
 Sesak
 Ronkhi (+)
 Pernapasan : 68x/menit
 Nadi: 164 x/menit
 Suhu: 36o c
 Mukosa bibir kering
 Pernapasan cuping hidung
 Bernafas dengan menggunakan otot bantu

Manifestasi klinis dari bronchopneumonia yaitu (Riyadi & Sukarmin, 2009):

 a. Biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasan atas selama beberapa hari
 b. Demam (390-400C) kadang-kadang disertai dengan kejang karena demam yang tinggi
 c. Anak sangat gelisah, adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan
oleh bernafas dan batuk
 d. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut
 e. Kadang-kadang disertai muntah dan diare
 f. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi (Ulan, 2019).

4. Pathway Bronkopneumonia

Defisiensi Volume
Cairan
5. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
DS :
 ibu px mengatakan anaknya batuk berlendir
 Ibu pax mengatakan anaknya sesak napas 5 hari setelah lahir
 Gejala hilang timbul
 Ibu px mengatakan sakit akibat penyakit keturunan
DO:
 P = 68x/ menit
 N = 164x/menit
 S = 36 C
 Mukosa bibir kering
 Tampak sesak
 Pernapasan cuping hidung
 Bernapas menggunakan otot bantu/ retraksi dinding dada

b. Analisis Data
ANALISIS DATA DIAGNOSA
Data Subjektif: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
- Ibu pasien mengatakan anaknya batuk
berlendir
- Ibu pasien mengatakan anaknya sesak napas
(dyspnea), anaknya batuk berlendir
Data Objektif:
- Suara Napas tambahan : Ronkhi (+)
- Perubahan pola napas : 68 x/menit
- Kesulitan verbalisasi/bernapas
- Pasien tampak sesak
Data Subjektif: Ketidakefektifan pola nafas
- Ibu pasien mengatakan anaknya sesak napas
(dyspnea)
Data Objektif:
- Pola Napas abnormal : 68 x/menit
- Pernapasan cuping hidung
- Penggunaan otot bantu pernapasan/retraksi
dinding dada (+)
- Takipnea: 68 x/menit

Data Objektif: Defisien volume cairan


- Mukosa bibir pasien kering
- Peningkatan frekuensi nadi: 164 x/menit
- Kelemahan
Data Objektif: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
- Keadaan umum lemah kebutuhn tubuh
- Pemberian makanan PASI 4 x 100 cc/hari
- Mukosa bibir kering / membrane mukosa
pucat
Data Subjektif: Keletihan
- Keluhan fisik : berupa sesak
Data Objektif:
- Pasien tampak kelelahan, karena bernapas
dengan menggunakan otot bantu
- Pasien kekurangan energi

Data Subjektif: Ansietas


- Ibu pasien mengatakan anaknya sesak napas
(dyspnea)
Data Objektif:
- Gangguan pola pernapasan
- Mukosa bibir kering
- Keadaan umum lemah
- Peningkatan denyut nadi
Peningkatan frekuensi pernapasan

c. Intervensi

N NANDA NOC NIC


O
1. Ketidakefektifan bersihan Status pernapasan : Manajemen jalan napas
jalan napas b.d penumpukan kepatenan jalan napas
 Monitor status
sekret di bronkus
Setelah melakukan pernapasan dan
Batasan karakteristik : intervensi 2x8 jam pasien oksigenasi
diharapkan mampu  Posisikan pasien untuk
 Perubahan pola
bernapas baik dengan memaksimalkan
napas kriteria hasil : ventilasi
 Sputum dalam  Identifikasi kebutuhan
 Frekuensi napas
jumlah yang aktual/potensial pasien
normal
berlebihan untuk memasukkan alat
 Irama napas
 Batuk yang tidak membuka jalan napas
normal
efektif  Buang sekret dengan
 Dapat
memotivasi pasien
mengeluarkan
untuk melakukan batuk
sekret
atau menyedot lendir
 Tidak adanya
 Gunakan tentik yang
akumulasi sputum
menyenangkan untuk
 Tidak adanya
memotivasi bernafas
batuk
dalam pada anak-anak,
misalnya meniup
gelumbung, meniup
kincir, peluit,
harmonika, balon,
meniup layaknya pesta,
buat lomba meniup
dengan bola ping pong,
meniup bulu)
 Auskultasi suara napas,
catat area yang
ventilasinya menurun
atau tidak ada suara
tambahan
 Lakukan penyedotan
melalui endotrakea atau
nasotrakea,
sebagaimana mestinya
 Kelola pemberian
bronkodilator,
sebagaimana mestinya

2. Ketidakefektifan pola nafas Kriteria hasil: Manajemen asma


b.d hiperventilasi - Frekuensi - Tentukan status
(domain 4, kelas 4, kode pernafasan pernafasan sebagai titik
diagnosis 00032) - Irama pernafasan pembanding
- Kedalaman - Dokumentasikan
Batasan karakterisik: inspirasi pengukuran dasar
- Pola nafas abnormal dalam catatan klinik
- Perubahan ekskrusi - Bandingkan status saat
dada ini dengan status
- Penurunan ventilasi sebelumnya untuk
inspirasi mendeteksi perubahan
- Fase ekspirasi dalam status pernafasan
memanjang - Monitor puncak dan
jumlah aliran
pernafasan (PERF),
dengan tepat
- Monitor reaksi asma
- Identifikasi pemicu
yang diketahui dan
reaksi yang biasanya
terjadi
- Ajarkan klien untuk
mengidentifikasi dan
menghindari pemicu,
sebisa mungkin
- Monitor kecepatan,
irama, kedalaman, dan
usaha pernafasan
- Auskultasi suara paru
setelah dilakukan
penanganan untuk
menentukan hasilnya
- Ajarkan teknik
bernafas/relaksasi
- Resepkan dan/atau
perbarui pengobatan
asma, dengan tepat
3. Defisien Volume Cairan Keseimbangan cairan Manajemen Elektrolit/Cairan
berhubungan dengan Terjadi
Setelah dilakukan 1. Monitor perubahan
Malabsorbsi yang
intervensi selama 2x24 status paru atau jantung
Mengakibatkan Kehilangan
jam, pasien diharapkan yang menunjukkan
Cairan
mampu menjaga kelebihan cairan atau
Batasan Karakteristik: keseimbangan cairan di dehidrasi
dalam ruang intraseluler 2. Dapatkan spesimen
1. Membran mukosa
dan ekstraseluler tubuh laboratorium untuk
kering
dengan kriteria hasil: pemantauan perubahan
2. Peningkatan
cairan atau elektrolit
frekuensi nadi 1. Denyut nadi radial
(misalnya, hematokrit,
2. Kelembaban
BUN, protein, natriu
membran mukosa
dan kadar kalium), yang
3. Suara napas
sesuai
adventif
3. Berikan cairan, yang
4. Keseimbangan
sesuai
intake dan output
4. Tingkatkan
dalam 24 jam
intake/asupan cairan per
oral (misalnya,
memberikan cairan oral
sesuai preferensi pasien,
tempatkan (cairan) di
tempat yang muda
dijangkau, memberikan
sedotan, dan
menyediakan air segar),
yang sesuai
5. Berikan (cairan)
pengganti nasogastrik
yang diresepkan
berdasarkan output,
yang sesuai

4. Ketidakseimbangan nutrisi: Kriteria hasil : Manajemen gangguan


kurang dari kebutuhan tubuh - Asupan makan makan
b.d asupan diet kurang secara oral - Kolaborasi dengan tim
(domain 2, kelas 1, kode adekuat kesehatan lain untuk
diagnosis 00002) Asupan cairan secara oral mengembangkan
adekuat rencana perawatan
Batasan karakteristik : dengan melibatkan
- Asupan makanan klien dan orang-orang
kurang dari terdekatnya dengan
recommended daily tepat
allowance (RDA) - Monitor asupan/intake
- Membran mukosa cairan dan nutrisi secara
pucat tepat
- Ketidakmampuan - Monitor asupan kalori
memakan makanan makanan harian
Enggan makan - Rundingkan dengan tim
kesehatan lainnya setiap
hari terkait
perkembangan klien
Manajemen nutrisi
- Tentukan status gizi
pasien dan kemampuan
(pasien) untuk
memenuhi kebutuhan
gizi
- Tentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi
- Monitor kalori dan
asupan makanan
Terapi nutrisi
- Tentukan jumlah kalori
dan tipe nutrisi yang
diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
gizi dengan
berkolaborasi bersama
ahli gizi sesuai
kebutuhan
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
makanan begitu pasien
mampu mentoleransi
asupan (makanan)
melalui oral
Berikan nutrisi yang
dibutuhkan sesuai batas diet
yang dianjurkan
5. Keletihan b.d meningkat Kriteria hasil: Manajemen energi
asam laktat - kelelahan - kaji status fisiologi
(domain 4, kelas 3, kode - kelesuan pasien yang
diagnosis 00093) - gangguan menyebabkan kelelahan
konsentrasi sesuai dengan konteks
Batasan karakteristik: - kegiatan sehari- usia dan
- Tidak mampu hari (ADL) perkembangannya
mempertahankan kesseimbangan antara - anjurkan pasien
aktivitas fisik pada kegiatan dan istirahat mengungkapkan
tingkat yang perasaan secara verbal
biasanya mengenai keterbatasan
- Tidak mampu yang dialami
mempertahankan - tentukan persepsi
rutinitas yang pasien/orang terdekat
biasanya dengan pasien
- Peningkatan keluhan mengenai penyebab
fisik kelelahan
- Kekurangan energi - tentukan jenis dan
Kelelahan banyaknya aktivitas
yang dibutuhkan untuk
menjaga katahanan
- monitor intake/asupan
nutrisi untuk
mengetahui sumber
energi yang adekuat
- monitor sumber
kegiatan olahraga dan
kelelahan emosional
yang dialami pasien
- monitor/catat waktu dan
lama istirahat/tidur
pasien
- bantu pasien
identivfikasi pilihan
aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan
- anjurkan pasien untuk
memilih aktivitas-
aktivitas yang
membangun ketahanan
evaluasi secara bertahap
kenaikan level aktivitas pasien
6. Defisien Pengetahuan b.d Pengetahuan: Proses Pengajaran: Proses Penyakit
Ketidaktahuan akan Proses Penyakit
 Kaji tingkat
Penyakit
Setelah dilakukan pengetahuan
Definisi: Ketiadaan atau intervensi selama 2x24 pasien/keluarga pasien
defisien informasi kognitif jam, pasien diharapkan terkait dengan proses
yang berkaitan dengan topik mampu mengetahui penyakit yang spesifik
tertentu, atau kemahiran tingkat pemahaman yang  Jelaskan mengenai
disampaikan tentang proses penyakit, sesuai
Batasan Karakteristik:
proses penyakit tertentu kebutuhan
 Kurang pengetahuan dan komplikasinya  Jelaskan patofisiologi
 Ketidakakuratan dengan kriteria hasil: penyakit dan bagaimana
mengikuti perintah hubungannya dengan
 Karakter spesifik
 Ketidakakuratan anatomi dan fisiologi,
penyakit
melakukan tes sesuai kebutuhan
 Efek fisiologis
 Jelaskan tanda dan
penyakit
gejala yang umum dari
 Tanda dan gejala
penyakit, sesuai
penyakit
kebutuhan
 Proses perjalanan
Diskusikan perubahan
penyakit biasanya
gaya hidup yang
 Strategi untuk
mungkin diperlukan
meminimalkan
untuk mencegah
perkembangan komplikasi di masa
penyakit yang akan datang
dan/atau mengontrol
proses penyakit
 Diskusikan pilahan
terapi/penanganan

DAFTAR PUSTAKA

Hartiati, S., Nurhaeni, N., Gayatri, D. 2012. Faktor Risiko Terjadinya Pneumonia Pada Anak
Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, vol. 15.

Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam (1st ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
Suryana. (1996).Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK . Jakarta: EGC.

Samuel, A. (2014). Bronkopneumonia on Pediatric Patient. J Agromed Unila, 185-188.

Ulan, N. L. P. D. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Balita Bronchpneumonia dengan


Defisit Nutrisi di Ruang Abimanyu RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2019. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53 (9), 7-23.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. RNS INFO MEDIA
(TIM).

Anda mungkin juga menyukai