Anda di halaman 1dari 19

KUIS IMUNOLOGI MATERI HEMOPOETIK STEM CELL

Cara Mengerjakan KUIS :

 Jawab pada lembar soal spasi 1,5; Arial, Font size 12


 Perhatikan minimal jumlah kata setiap jawaban pertanyaan soal
 Jawaban dikirim oleh Keting ke email : ilyas
yusufmuhammad.apt@gmail.com, paling lambat Tgl 5 April 2020,
Pukul 24.00 WITA

NAMA : WISNI DAMAYANTI

NIM : O1A116093

KELAS :A

1. Uraikan sel imun tubuh manusia melakukan maturasi atau


perkembangan ! (min.200 kata)
2. Uraikan adanya organ limfoid primer dan organ limfoid sekunder bagi sel
imun ditinjau dari fungsi dan ketersediaan jumlah sel imunokompeten !
(min.300 kata)
3. Uraikan contoh dan fungsi dari masing-masing organ limfoid primer dan
sekunder ! (min.350 kata)
4. Uraikan proses maturasi sel-sel darah manusia ! ( min.300 kata)
5. Tuliskan proses maturasi limfosit B dan limfosit T ! (min.200 kata)
6. Uraikan perbedaan maturasi jalur myeloid stem cell dan lymphoid stem
cell ditinjau dari fungsi sistem imun tubuh ! (min.250 kata)
7. Tuliskan proses perkembangan sel makrofag Aktif dan jenisnya
berdasarkan keberadaannya pada organ ! (min.200 kata)
8. Uraikan fakor-faktor yang berperan dalam proses maturasi sel
imunokompeten ! (min 350 kata)
9. Uraikan peran sitokin dan jenisnya dalam proses maturasi sel
imunokompeten ! (min.300 kata)
10. Tuliskan sitokin yang mempengaruhi fungsi dari sistem imun innate dan
Adaptive ! (min.200 kata)
SELAMAT MENGERJAKAN KUIS…

.
Jawab :
1. Sel dari system imun adalah Limfosit dimana ini merupakan sel inti
dari system imun, bertanggung jawab atas adaptasi imunitas dan
berkontribusi kepada diversitas, spesifisitas, ingatan dan pengenalan
sendiri atau tidak sendiri. Tipe lain dari sel darah putih mempunyai
peranan penting, menyerang dan menghancurkan mikroorganisme, sel
penyaji antigen, dan mensekresikan sitokin. Sel imun tubuh manusia
melakukan maturasi atau perkembangan yaitu pada setiap individu,
semua sel T CD4+ dan sel T CD8+ terseleksi selama maturasi untuk
mengenali peptida yang diekspresikan oleh molekul MHC hospes.
Seleksi ini merupakan dasar dari self MHC restriction. dari limfosit-
T yang merupakan modal dasar dari sel T. Bila semua sel T dewasa
terseleksi untuk hanya mengenali peptida yang diekspresikan oleh
molekul MHC hospes, sel T seseorang akan mengenali antigen
molekul MHC orang lain (alogenik) sebagai benda asing. Sel T
dewasa dapat mengenali molekul MHC hospes yang
mengekspresikan peptida asing karena adanya proses memori.
Dengan demikian, pengenalan antigen MHC dari sel orang lain
merupakan suatu respons imun yang sudah sangat diketahui sehingga
alasan mengapa individu bereaksi melawan molekul MHC individu
lain sudah dimengerti dengan baik.Molekul MHC alogenik yang berisi
peptida yang berasal dari sel alogenik tampak mirip dengan molekul
MHC hospes yang berikatan dengan peptida asing dan
pengenalan molekul MHC alogenik pada alograf merupakan contoh
dari reaksi silang. Banyak klon sel T spesi k untuk peptida asing
yang terikat pada molekul MHC hospes bereaksi silang dengan tiap
molekul MHC alogenik asalkan molekul MHC alogenik tersebut
menyerupai komplek MHC hostes dengan peptida asingnya sehingga
akibat-nya banyak MHC sel T spesik untuk peptida antigen yang
berbeda-beda dapat mengenali setiap molekul MHC alogenik.
Meskipun protein MHC merupakan antigen utama yang
menstimulasi penolakan graf, protein polimor k lainnya juga
brperan dalam reaksi penolakan. Antigen Non-MHC yang dapat
menginduksi penolakan graf disebut antigen histokompatibilitas minor
yang umumnya merupakan bentuk allel dari protein normal sel yang
berbeda antara donor dan resipien. Reaksi pe nolakan yang
ditimbulkan oleh antigen histokompatibilitas minor umum-nya tidak
sekeras reaksi melawan protein MHC asing. Dua keadaan dimana
antigen minor merupakan target penting pe nolakan adalah pada
reaksi terhadap transfusi darah dan trans plantasi sumsum tulang
(Sudiono, 2014).

2. Organ limfoid secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian.
Pertama disebut sentral atau organ limfoid primer dan kedua
disebut perifer alat atau organ limfoid sekunder berdasarkan
jumlah sel imunokompeten yaitu sel- sel limfosit dihasilkan oleh
organ limfoid primer yang pada gilirannya akan menuju ke organ
limfoid sekunder. Pada organ limfoid sekunder sel-sel limfosit dijaga
untuk tetap hidup dan pada organ limfoid sekunder pula sel-sel limfosit
mengalami adaptasi akibat adanya antigen yang masuk ke dalam
tubuh. Organ limfoid sekunder merupakan organ limfoid periferal
tempat terjadinya penangkapan antigen oleh sel-sel imunokompeten.
Pada organ limfoid peripheral ini imunitas adaptif dimulai. Pada setiap
saat tubuh kita selalu berhadapan dengan patogen yang masuk.
Patogen memasuki tubuh kita dengan berbagai cara,misalnya dari
makanan, minuman, udara, dan luka. Antigen dan limfosit
akhirnya akan bertemu pada organ limfoid peripheral yaitu pada
lymphnode, spleen, dan jaringan limfoid mukosa. Pada organ limfoid
periferal inilah sebenarnya dimulainya imunitas adaptif. Pada organ
limfoid periferal sel-sel tertentu yang dikenal dengan nama antigen
presenting cell (APC) seperti makrofag, sel dendritik, dan sel B akan
mempresentasikan antigen dalam bentuk peptida. Peptida
dipresentasikan pada permukaan APC dalam keadaan terikat oleh
MHC. Limposit mengenali antigen yang terikat oleh MHC itu.
Organ Lymph Node, Organ ini tersebar dalam tubuh sebagai titik simpul
dari sistempembuluhlimfa.Lymphmerupakancairanekstraselluleryang
secara kontinyu diatur keberadaannya dalam tubuh. Lymph
merupakan carian yang berasal dari filtrasi darah.
Organ Limfa (Slpeen), Spleen terletak di belakang lambung. Organ ini
bertugas mengumpulkan antigen dari darah dan juga mengumpulkan
dan menghancurkan darah merah yang telah kehilangan fungsi.
Gut-Associated Limfoid Tissue (GALT), GALT adalah organ limfoid
mencakup adenoid, tonsils, appendix, dan Peyer’spatches pada usus
halus. GALT ini mempunyai tugas mengumpulkan antigen yang
berasal dari daerah pencernaan.
Beta Mikroglobulin, Molekul β2 mikroglobulin merupakan komponen
dari MHC- kelas I. Molekul β2 mikroglobulin diekspresikan oleh semua
sel yang memiliki nukleus. Molekul β2 mikroglobulin terletak secara
lateral dengan rantai α3 MHC kelasI. Tidak seperti rantai α3 MHC
kelasI, β2 mikroglobulin tidak mempunyai bagian transmembran pada
permukaan sel.
Sel T Teraktivasi. Sel T yang teraktivasi akan kehilangan ekspresi
CD62L. Sel T naive yaitu sel T yang belum pernah terpapar antigen
mengekspresikan molekul CD62L, dan pada individu yang sehat
umumnya lebih dari 80% sel T mengekspresikan molekul CD62L.
CD62L merupakan molekul adhesi. Pada limfosit CD62Lberfungsi
untuk melakukan pelekatan dan rolling pada sel endotel sepanjang
pembuluh darah.

3. Sel-sel limfosit sendiri adalah yang menempati organ-organ tertentu


dimana dapat disebut sebagai organ limfoid. Organ limfoid ini
merupakan organ yang berfungsi dapat memproduksi dan menyimpan
sel-sel imun seperti leukosit dan makrofag. Sel-sel penyusun organ
limfoid memiliki indeks mitosis yang tinggi. Organ limfoid dibagi
menjadi dua yaitu organ limfoid primer dan organ limfoid sekunder.
Organ yang tergolong dalam organ limfoid primer contohnya yaitu
sumsum tulang dan timus. Sumsum tulang merupakan organ yang
berfungsi dalam sistem pembentukan darah. Pajanan radiasi dosis
tinggi pada sumsum tulang dapat mengakibatkan kematian jaringan
tersebut dalam jangka waktu beberapa minggu. Hal ini disebabkan
karena radiasi dapat menurunkan jumlah sel basal pada sumsum
tulang secara tajam. Dosis sekitar 500 Rad sudah dapat menyebabkan
penekanan proses pembentukan komponen sel darah pada sumsum
tulang sehingga jumlahnya mengalami penurunan. Sel-sel limfosit
yang mengalami pematangan di sumsum tulang disebut sebagai
limfosit B, sedangkan sel limfosit yang masih bersifat immature akan
didistribusikan ke organ timus. Didalam timus, limfosit mengalami
proliferasi intensif dimana proses proliferasi ini tidak bergantung pada
stimulasi antigen, setelah berdiferensiasi limfosit pada organ timus
atau limfosit T akan didistribusikan menuju organ limfoid perifer .
Organ limfoid sekunder merupakan organ limfoid periferal yang
termasuk didalamnya yaitu organ limpa. Limpa berfungsi sebagai
complicated filter yang disisipkan dalam peredaran darah untuk
membersihkan darah dari zat renik dan sel-sel darah yang telah tua.
Limpa juga terlibat dalam pertahanan imun terhadap antigen yang
terbawa darah. Pada terapi-terapi kanker paparan radiasi sangat
memungkinkan mengenai organ limfoid. Apabila sistem kekebalan
didaerah tersebut menurun maka bakteri dan virus akan mudah
menyerang. Sistem imun yang terganggu akibat radikal bebas dari
interkasi radiasi dengan sel dapat dilindungi dengan jalan memberikan
antioksidan ke dalam tubuh. Salah satu tanaman yang diketahui
banyak mengandung antioksidan yaitu Phyllantus niruri L atau dikenal
juga dengan nama meniran. Hati (hepar) adalah organ terbesar dan
mempunyai fungsi metabolisme paling kompleks di dalam tubuh.
Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian
besar metabolisme obat dan toksikan. Sel utama penyusun hepar
adalah hepatosit. Hepatosit merupakan sel utama yang bertanggung
jawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Radikal bebas
hasil interkasi radiasi dengan sel dapat menyebabkan sel-sel hepatosit
mengalami nekrosis (Oktafiani dkk., 2016).

4. Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel


darah di mana terjadi pematangan “hematopoietic stem cell” menjadi
sel-sel darah fungsional, bersifat dinamis dan berlangsung secara
terus menerus. Sistem hematopoietik mempunyai karakteristik berupa
pergantian sel yang konstan dengan konsekuensi untuk
mempertahankan populasi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
PEMBENTUKAN SISTEM HEMOPOIESIS
a. Periode Mesoblastik
masa embrio → sampai umur 2 bulan
Yolk sac : pulau-pulau darah (blood island) → jaringan mesenkim
Dari pulau-pulau darah → sel darah primitif → eritroblas,
granulosit danmegakaryosit.
b. Periode Hepatik/limpa
embrio sejak umur 2 bulan – 7 bulan
jaringan mesenkim hati dan limpa
Limpa → dibentuk eritropoesis dan leukopoesis tapi hanya
sampai 5 bln.
Timus membentuk limfosit dan juga sedikit mielosit dan eritroblas.
c. Peride Mieloid
janin sejak umur 5 bulan → kelahiran → seumur hidup.
Sumsum tulang (bone marrow) menggantikan fungsi hati dan limpa
Aktifitas optimal mulai bayi umur 2-3 bulan

Proses maturasi sel-sel darah manusia (hemopoiesis) telah


dimulai di dalam yolk sac dari embrio manusia pada hari ke 14 -19.
Dalam beberapa minggu pertama kehamilan indung telur (yolk sac)
merupakan tempat utama hemopoiesis. Pada trimester kedua
kehamilan (6-7 bulan kehidupan janin), hati dan limpa adalah organ-
organ utama yang diperlukan dan keduanya diperlukan terus untuk
menghasilkan sel darah sampai sekitar 2 minggu setelah lahir. Setelah
lahir, sumsum tulang merupakan satu-satunya tempat hemopoiesis.
Dalam 4 tahun pertama kehidupan, hampir semua rongga-rongga
sumsum tulang berisi sel-sel hemopoiesis darah merah dengan sedikit
sel-sel lemak. Pada umur 25 tahun, hemopoiesis secara aktif terjadi di
dalam tulang tengkorak, tulang iga, tulang dada, skapula, klavikula,
tulang belakang, tulang panggul, setengah bagian atas dari sakrum,
dan ujung proksimal femur dan humerus.

Selama masa intrauterine, hemopoiesis terdapat pada tulang


(skletal) dan ekstraskletal dan waktu lahir hemopoiesis terutama pada
skletal. Secara umum hemopoiesis ekstramedullar terutama pada
organ perut, terjadi akibat penyakit yang menyebabkan produksi satu
atau lebih tipe sel darah, seperti eritroblastosis fetalis, anemia
perniciosa, talasemia, sickle sel anemia, sferositosis herediter dan
leukemia.

Tabel tempat pembentukan sel darah :

USIA TEMPAT HEMOPOIESIS

Janin 0 - 2 bulan Indung telur (yolk-sac)


2 - 7 bulan Hati, limpa
7 - 9 bulan Sum-sum tulang

Bayi Sumsum tulang (semua tulang)

Dewasa tulang belakang, iga, sternum, tengkorak,


sakrum, pelvis, ujung proksimal femur.

5. Proses maturasi limfosit B dan limfosit T


Limfosit B adalah Sel B dewasa secara definitive yang dibedakan dari
limfosit lain dari sintesis mereka dan tampilan molekul membrane
pengikat immunoglobulin (antibodi) dimana berperan sebagai reseptor
untuk antigen. Setiap 1.5x10 5 molekul antibodi di atas membran sel B
mempunyai ikatan kuat yang identik untuk antigen. Diantara molekul
lain yang terpajan di atas membrane sel B ialah sebagai berikut :
 B220 (bentuk dari CD45) seringkali digunakan sebagai penanda untuk
sel B dan precursor mereka. Bagaimanapun juga, tidak seperti
antibodi lainnya, B220 tidak dipajakan secara unik oleh turunan Sel B.
 Molekul MHC tingkat 2 memperbolehkan sel B untuk berfungsi
sebagai antigen presenting cell (APC)
 CR1 (CD35) dan CR2 (CD21) adalah reseptor untuk produk
komplemen tertentu.
 FcγRII (CD32) dan B7-2(CD86) adalah molekul yang berinteraksi
dengan CD28 dan CTLA-4, molekul regulasi yang penting diatas
permukaan beberapa tipe berbeda dari selt T, termasuk sel T H.
 CD40 ialah molekul yang berinteraksi dengan ligan CD40
dipermukaan sel T helper. Dalam banyak kasus, interaksi ini sifatnya
kritis untuk kelangsungan antigen stimulasi sel B dan untuk
perkembangan mereka terhadap antibodi penghasil sel plasma atau
sel B memori.
Interaksi antara antigen dan membran pengikat antibodi diatas
sel B dewasa, sama dengan interaksi antara sel T dan makrofag,
secara selektif menginduksi aktivasi dan diferensiasi dari klon sel B
dalam spesifisitas yang sesuai. Dalam proses ini, sel B dibagi secara
terus menerus dan membedakan lebih dari 4 – 5 hari, menghasilkan
satu populasi dari sel plasma dan sel memori. Sel plasma yang
mempunyai level lebih rendah dari membran pengikat antibodi
dibandingkan sel B, mengurai dan menghasilkan antibodi. Seluruh
klonal keturunan dari sel B mengsekresikan molekul antibodi dengan
spesifisitas antigen pengikat yang sama. Terakhir, sel plasma adalah
sel terakhir yang dibedakan, dan banyak yang mati dalam 1 sampai 2
minggu. Sedangkan Limfosit T mendapatkan nama mereka dari their
site of maturation in the thymus. Seperti limfosit B, sel ini mempunyai
reseptor membran untuk antigen. Meskipun antigen pengikat sel B
secara struktural berbeda dari immunoglobulin, antigen ini
membagikan beberapa bentuk yang umum dengan molekul
immunoglobulin, khususnya dalam struktur pada antigen pengikatnya.
Tidak seperti membrane pengikat antibodi seperti sel B, reseptor sel T
tidak mengenali antigen bebas. Reseptor sel T mengenali hanya
antigen yang terikat pada kelas berbeda dari molekul tersendiri.
Kebanyakan sel T mengenali antigen hanya ketika ikatan ke molekul
sendiri dikode oleh gen melalui komplek histokompabilitas utama
(MHC). Seperti yang dijelaskan pada bab 1, perbedaan fundamental
antara humoral dan cabang mediasi sel dari sistem imum ialah ketika
sel B mampu mengikat antigen larut dimana sel T dilarang untuk
mengikat antigen yang terpapar pada selnya sendiri. Agar dikenali
oleh kebanyakan sel T, antigen ini harus terpapar bersama dengan
molekul MHC pada permukaan antigen presenting sel atau pada sel
terinfeksi virus, sel kanker, dan grafts. Sistem sel T telah berkembang
untuk mengeliminasi sel nya sendiri, which pose a threat ke fungsi
normal tubuh.
Seperti sel B, sel T menandakan sendiri molekul membrane.
Seluruh bagian dari kelompok sel T menandakan reseptor sel T,
polipeptida kompleks termasuk CD3, dan kebanyakan bisa dibedakan
dengan kehadiran satu atau dua molekul membran lainnya, CD4 dan
CD8. Sebagai tambahan, kebanyakan sel T dewasa menandakan
membran molekul berikut ini:
 CD28, suatu reseptor untuk co-stimulus B7 dari molekul yang ada di
sel B dan antigen presenting lainnya.
 CD45, suatu sinyal molekul transduksi.

6. Perbedaan maturasi jalur myeloid stem cell dan lymphoid stem


cell ditinjau dari fungsi sistem imun tubuh yaitu Sel stem sendiri
merupakan satu sel induk (klonal) yang mempunyai 2 karakteristik
dimana memiliki kemampuan berdiferensiasi menjadi beberapa
turunan,yang dapat membelah diri dan memperbaharui populasi sel
stem sendiri (proliferasi) di bawah pengaruh faktor pertumbuhan
hemopoiesis. Sel stem (pluripotential) ini merupakan sel induk
hemopoiesis yang paling primitif, berasal dari sel mesenkim
(mesodermal). Sel ini menghasilkan 2 jenis sel induk yang berbeda,
yaitu sel-sel induk mieloid mutipoten dan sel-sel induk limfoid. Sel-sel
induk mempunyai kemampuan untuk mempertahankan jumlahnya
dengan cara proliferasi dan mampu untuk tumbuh matang menjadi sel-
sel jenis lain. Maturasi dari jalur Sel induk limfoid atau lymphoid
stem cell yaitu yang dapat menghasilkan sel-sel progenitor limfosit
jenis T,B dan non T, non B. Maturasi dari jalur Sel induk multipoten
myeloid atau jalur myloid stem cell yaitu yang dapat berdiferensiasi
menjadi berbagai sel progenitor menjadi eritrosit, neutrofil dan
monosit, eosinofil, basofil dan trombosit. Sel stem memiliki
kemampuan untuk memperbaharui diri kembali sehingga walaupun
sumsum tulang adalah tempat utama produksi sel baru, jumlah sel
keseluruhan tetap konstan pada keadaan seimbang dan normal.
Sistem hematopoietik mempunyai karakteristik berupa pergantian sel
yang konstan dengan konsekuensi untuk mempertahankan populasi
sel-sel darah melalui eritropoiesis, granulopoiesis, monositopoiesis,
megakariositopoiesis, limfopoiesis. Stem sel adalah sebagai sumber
yang tiada habisnya. Tubuh manusia memilik ratusan jenis sel yang
berbeda yang penting untuk kesehatan kita setiap hari. Sel-sel ini
bertanggung jawab untuk menjaga tubuh kita bekerja setiap harinya,
seperti membuat jantung kita berdetak, otak kita berpikir, ginjal
membersihkan darah kita, mengganti kulit yang terkelupas, dan
seterusnya. Tugas khusus dari stem cell adalah untuk menciptakan
berbagai jenis sel tersebut. Stem cell adalah sumber untuk sel-sel
baru. Pada saat stem cell membelah, mereka dapat memperbanyak
diri sendiri atau menjadi jenis sel yang lain. Contohnya, stem cell di
kulit dapat menciptakan lebih banyak stem cell kulit atau mereka dapat
membuat sel kulit terdiferensiasi yang memiliki tugas spesifik seperti
membuat pigmen melanin.
7. Makrofag aktif lebih efektif daripada makrofag yang beristirahat dalam
mengeliminasi pathogen potensial, karena mereka menunjukkan
aktivitas fagosit yang lebih besar, meningkatkan kemampuan
membunuh mikroba yang tertelan, meningkatkan sekresi dari mediator
inflamasi dan meningkatkan kemampuan untuk mengaktivasi sel T.
sebagai tambaham, makrofag teraktivasi (bukan yang beristirahat)
mensekresikan berbagai macam protein sitotoksik, yang membantu
mereka mengeliminasi pathogen luas, termasuk sel terinfeksi virus, sel
tumor dan bakteri intraseluler. Makrofag teraktivasi juga menunjukkan
level tinggi dari molekul MHC kelas II, memperbolehkan mereka
berfungsi lebih efektif sebagai sel antigen presenting. Jadi, makrofag
dan sel TH memfasilitasi setiap aktivasi lain selama respon imun
berjalan. proses perkembangan sel makrofag Aktif dan jenisnya
berdasarkan keberadaannya pada organ. Makrofag aktif juga
mensekresikan faktor – faktor larut , seperti TNF-α, yang dapat
membunuh berbagai macam sel. Sekresi dari faktor sitotoksis ini telah
menunjukkan dektruksi tumor oleh makrofag. Akhirnya, seperti yang
telah dijelaskn sebelumnya, aktivasi makrofag mensekresikan jumlah
sitokin yang menstimulasi dalam proses hematopoiesis. Jenis
makrofag aktif berdasarkan keberadaannya pada organ yaitu Sel
granulosit, Granulosit diklasifikasikan menjadi neutrofil, eosinofil , atau
basofil ada morfologi dasar sel dan karakteristik pewarnaan
sitoplasmik (gambar 2-10) . neutrofil mempunyai nucleus multilobus
dan sitoplasma granulosit yang mewarnai baik kedua asam atau basa,
sering kali dipanggil PMN untuk nucleus multilobus. Eosinofil
mampunyai nujleus bilobus dan sitoplasms bergranulasi pada
pewarnaa dengan nucleus dan pewarnaan asalm eosin merah. Basofil
mempunyai nucleus berlobus dan sitoplasma bergranulosit berat yang
diwarnai dengan methylene blue. Kedua neutrofil dan eosinofil adalah
fagosit, dimana basofi tidak termasuk. Neutrofil, mendukung 50%-70%
dari sirkulasi sel darah putih, lebih banyak dibandingkan eosinofil (1%-
3%) atau basofil (<1%).
8. fakor-faktor yang berperan dalam proses maturasi sel
imunokompeten seperti: faktor metabolik, lingkungan, gizi, anatomi,
fisiologi, umur dan mikroba (Bellanti, 1985; Subowo 1993; Roitt
dkk.,1993).
Faktor Metabolik, Beberapa hormon dapat mempengaruhi respons
imun tubuh, misalnya pada keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme
akan mengakibatkan menurunnya daya tahan terhadap infeksi.
Demikian juga pada orang-orang yang mendapat pengobatan dengan
sediaan steroid sangat mudah mendapat infeksi bakteri maupun virus.
Steroid akan menghambat fagositosis, produksi antibodi dan
menghambat proses radang. Hormon kelamin yang termasuk kedalam
golongan hormone steroid, seperti androgen, estrogen dan
progesterone diduga sebagai faktor pengubah terhadap respons imun.
Faktor lingkungan, Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering
terjadi pada masyarakat yang taraf hidupnya kurang mampu. Kenaikan
angka infeksi tersebut, mungkin disebabkan oleh karena lebih banyak
menghadapi bibit penyakit atau hilangnya daya tahan tubuh yang
disebabkan oleh jeleknya keadaan gizi.
Faktor Gizi, Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap
status imun seseorang. Tubuh membutuhkan enam komponen dasar
bahan makanan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen tersebut yaitu :
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang cukup
dan sesuai sangat penting untuk berfungsinya system imun secara
normal. Kekurangan gizi merupakan penyebab utama timbulnya
imunodefisiensi.
Faktor Anatomi, Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi
mikroba biasanya terdapat pada kulit dan selaput lender yang melapisi
bagian permukaan dalam tubuh. Struktur jaringan tersebut, bertindak
sebagai imunitas alamiah dengan menyediakan suatu rintangan fisik
yang efektif. Dalam hal ini kulit lebih efektif dari pada selaput lender.
Adanya kerusakan pada permukaan kulit, atau pada selaput lender,
akan lebih memudahkan timbulnya suatu penyakit.
Faktor Fisiologis, Getah lambung pada umumnya menyebabkan
suatu lingkungan yang kurang menguntungkan untuk sebagian besar
bakteri pathogen. Demikian pula dengan air kemih yang normal akan
membilas saluran kemih sehingga menurunkan kemungkinan infeksi
oleh bakteri. Pada kulit juga dihasilkan zat-zat yang bersifat
bakterisida. Didalam darah terdapat sejumlah zat protektif yang
bereaksi secara non spesifik. Faktor humoral lainnya adalah properdin
dan interferon yang selalu siap untuk menanggulangi masuknya zat-
zat asing.
Faktor Umur, Berhubung dengan perkembangan sistem imun sudah
dimulai semasa dalam kandungan, maka efektifitasnya juga diawali
dari keadaan yang lemah dan meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pada
umur lanjut, sistem imun akan bekerja secara maksimal. Malah
sebaliknya fungsi sistem imun pada usia lanjut akan mulai menurun
dibandingkan dengan orang yang lebih muda, walaupun tidak
mengalami gangguan pada sistem imunnya.
Faktor Mikroba, Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen
pada permukaan tubuh,baik diluar maupun didalam tubuh, akan
mempengaruhi sistem imun. Misalnya dibutuhkan untuk membantu
produksi natural antibody. Flora normal yang tumbuh pada tubuh
dapat pula membantu menghambat pertumbuhan kuman pathogen.
Pengobatan dengan antibiotika tanpa prosedur yang benar, dapat
mematikan pertumbuhan flora normal, dan sebaliknya
dapat menyuburkan pertumbuhan bakteri pathogen (Suardana, 2017).
9. Peran sitokin dan jenisnya dalam proses maturasi sel
imunokompeten Sitokin adalah protein kecil yang dibentuk oleh sel
tubuh dengan fungsi utamanya berkomunikasi antar berbagai
bagian dari sistem imun. Terutama dibentuk oleh monosit dan
makrofag, tetapi limfosit, granulosit, hepatosit, keratinosit, fibrolast,
dan sel-sel epitel dapat membentuknya juga. Bila sitokin sudah
mencapai sel tujuannya, timbulah efek biologis tertentu, seperti
aktivasi, pembiakan atau pemindahan ke tempat lain dari tubuh.
Sitokin khusus adalah limfokin dan monokin, yang dibentuk oleh
masing-masing limfosit dan monosit. Sel-sel ini berperan penting pada
aktivasi dan pemasakan (maturasi) dan B-cells menjadi sel plasma
dan sel memori. Begitu pula pada aktivasi sitotoksik T-cells. Sitokin
pro-radang dan anti-radang. Fungsi normal adalah koordinasi dari
proses-proses pada reaksi peradangan local. Dapat dibedakan sitokin
yang menstimulasi dan menghambat peradangan.
- Sitokin pro-radang TNF-alfa, interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-12, dan
interferon-gama. Produksi zat-zat ini diatur oleh antara lain sitokin
anti-radang, penghambat lainnya dan kortisol
- Sitokin anti-radang : IL-10 dan IL-6. Zat-zat ini berkhasiat
menghambat langsung reaksi peradagan, lagi pula menurunkan
produksi sitokin pro-radang. Juga zat-zat penghambat sitokin pro-
radang lainnya seperti reseptor-TNF dan antagonis reseptor IL-1.
(Sumber : Tjay dan Kirana, 2015, Obat-Obat Penting : Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya).

Sitokin merupakan mediator mayor pada sistem imun yang


terstimulasi akibat respon inflamasi. Sitokin ada 2 macam yaitu sitokin
proinflamasi dan sitokin antiinflamasi. Sitokin proinflamasi diantaranya
adalah IL-1β, IL-2, TNFα, IL-6, IL-8, dan IFN-Ɣ. Sedagkan sitokin
antiinflamasi termasuk IL-4 dan TGFβ. Pada kondisi inflamasi seperti
adanya hiperglikemia dapat mengaktivasi transkripsi faktor untuk
menstimulasi produksi sitokin proinflamasi. Bila produksi sitokin ini
tidak dikendalikan maka akan menyebabkan kondisi disfungsi endotel.
Kondisi inflamasi akan meningkatkan produksi protei C-reative (CRP),
Interleukin-6 dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang akan
menyebabkan peningkatan stres oksidasi sehingga terjadi disfungsi
endotel (Sumber : Peristiowati, 2016, Catechins Green tea GMB-4
Sebagai Antidiabetik). Mekanisme vaksin dalam merangsang sistem
imun adalah setelah plasmid DNA disuntikkan ke dalam jaringan,
maka plasmid DNA akan bereplikasi secara otonom dan memproduksi
protein asing atau antigen yang dikode oleh gen vaksin. Antigen ini
langsung dapat menstimulasi sel B yang kemudian dapat
memproduksi antibodi terhadap antigen atau protein asing yang
dikode oleh plasmid DNA (Sumber : Nugroho dan Dwi, 2017,
Pengantar (teori dan aplikasi) Bioteknologi).

10. Sitokin adalah protein kecil yang dibentuk oleh sel tubuh dengan
fungsi utamanya berkomunikasi antar berbagai bagian dari sistem
imun. Terutama dibentuk oleh monosit dan makrofag, tetapi limfosit,
granulosit, hepatosit, keratinosit, fibrolast, dan sel-sel epitel dapat
membentuknya juga. Bila sitokin sudah mencapai sel tujuannya,
timbulah efek biologis tertentu, seperti aktivasi, pembiakan atau
pemindahan ke tempat lain dari tubuh. Sitokin yang mempengaruhi
fungsi dari system imun innate dan adaptive :
Imunitas alami (innate immunity) adalah mekanisme pertahanan
tubuh dengan respons yang cepat dalam jam atau menit untuk
menghilangkan antigen yang masuk kedalam tubuh. Mekanisme ini
meluputi barrier fisik seperti kulit yang intak, berbagai molekul di dalam
darah, dan sistem imun yang bekerja cepat untuk menghancurkan
antigen. Imunitas alami bersifat aktif dan pasif. Imunitas alami aktif
merupakan reaksi tubuh terhadap suatu infeksi, misalnya bila
seseorang menderita cacar air, maka dalam tubuhnya akan terbentuk
sistem imunitas yang menjaga terulangnya infeksi cacar air.
Sedangkan imunitas alami pasif didapatkan bayi dari ibunya melalui
jalur plasenta. Sel-sel yang berperan pada imunitas alami :
- Fagosit. Sel ini berperan untuk memfagositosis setiap patogen
yang masuk kedalam tubuh. Sering kali kemampuan sel ini untuk
melakukan fagositosis dipengaruhi oleh faktor komplemen. Contoh
dari sel fagosit, antara lain monosit (makrofag), dan neutrofil
(polymorfonuclear/PMN)
- Sel NK. Sel NK (Natural Killer cell) merupakan sel pembunuh
alamiah yaitu mempunyai kemampuan untuk membunuh sel
abnormal (sel yang mengalami mutasi) dan sel yang terinfeksi oleh
virus.

Imunitas bawaan (adaptive immunity) adalah sistem imunitas yang


bersifat spesifik dan melibatkan proses yang kompleks dengan proses
pengenalan antigen, ekspansi sel imunitas, dan respons imunitas naik
seluler maupun humoral. Sistem imun adaptif yang teraktivasi jika
sistem imun instrinsik gagal. Imunitas adaptif mengandung arti bahwa
tubuh mendapatkan kekebalan dari rangsangan luar tubuh. Tubuh
disuplai sistem kekebalan tubuh dari luar. Suplai disini bisa berupa sel-
sel kekebalan yang sudah jadi (injeksi antibodi disebut imunitas adaptif
pasif) maupun perangsang kekebalan pada tubuh pasien (vaksinasi,
disebut imunitas didapat aktif) (Sumber : Haryono dkk., 2017, Dasar-
Dasar Biologi Molekuler Kanker bagi Praktisi Klinis dan Hafid dkk.,
2013, Majalah Kesehatan Muslim Antara Tawakal dan Pengobatan).
Sel-sel yang berperan dalam imunitas adaptif :

- Limfosit-T (cellular immunity) bersifat nonspesifik, berperan


untuk regulasi sistem imun dan membunuh sel yang menghasilkan
antigen target khusus.
- Limfosit-B (humoral immunity) bersifat spesifik, berperan untuk
imunitas antibodi humoral dan mempunyai kemampuan untuk
mensekresi antibodi spesifik serta mampu mengenali antigen
spesifik (Sumber : Sudiana, 2008, Patobiologi Molekuler Kanker).

Anda mungkin juga menyukai