I. DEFINISI
ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) adalah sindroma yang didefinisikan oleh
gejala karateristik dari iskhemik miokard dimana pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)
menunjukkan elevasi segmen ST dan keluarnya cardiac biomarker yang merupakan hasil
dari nekrosis miokard.
ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) adalah suatu kondisi yang mengakibatkan
kematian pada sel miosit jantung karena ischemia yang berkepanjangan akibat oklusi
coroner akut (Black & Hawk, 2005). ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) terjadi akibat
stenosis total pembuluh darah coroner, sehingga menyebabkan nekrosis sel jantung yang
bersifat irreversible (Brown & Edwards, 2005).
ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) terjadi jika aliran darah coroner menrun
secara mendadak, akibat oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Thrombus arteri coroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor – faktor seperti merokok, hipertensi, dan
akumulasi lipid (Sudoyo, 2010).
2. Ventrikel
Fungsi ventrikel secara umum adalah memompa darah ke sistem sirkulasi
sistemik dan pulmonal. Ventrikel kiri mempunyai ketebalan tiga kali dari yang
sebelah kanan, sesuai dengan kerja jantung yang lebih berat.
a. Ventrikel kanan
Tebal dinding luarnya 4 - 5 mm dengan bertekanan rendah. Fungsi dari
ventrikel kanan adalah memompa darah menuju paru – paru. Darah mengalir
menuju arteri pulmonal melewati katub pulmonal pada saat fase sistolik.
b. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri memiliki otot yang besar. Tekanan pada ventrikel kiri sangat
tinggi, darah yang masuk dari atrium kiri melalui katub mitral dan keluar dari
ventrikel melalui katub aorta. Fungsi dari ventrikel kiri adalah mengalirkan
darah menuju seluruh tubuh yang selanjutnya kemali ke atrium.
Katub jantung yang berjumlah empat buah berfungsi mengalirkan darah dan
mencegah aliran balik darah. Katup ini membuka dan menutup secara pasif yang
merupakan respon dari perubahan tekanan dan perubahan isi dari ruang – ruang jantung.
Secara umum katub jantung dibagi menjadi dua, yaitu katub atrioventrikuler dan
semilunar.
III. ETIOLOGI
Infark miokard disebabkan oleh oklusi coroner setelah terjadinya rupture vulnerable
atherosclerotic plaque. Pada sebagian besar kasus, terdapat beberapa faktor presipitasi
yang muncul sebelum terjadinya ST Elevasi Miokard Infark (STEMI), diantaranya adalah
aktivitas fisik yang berlebihan, stress emosional, dan penyakit dalam lainnya. Selain itu,
terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infark miokard akut
pada individu. Faktor – faktor resiko ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu faktor
resiko yang tidak dapat dirubah dan faktor resiko yang dapat dirubah.
1. Faktor yang tidak dapat dirubah
a. Usia
Walaupun akumulasi plak atherosclerotic merupakan proses yang sangat
progresif, biasanya tidak akan muncul manifestasi klinis lesi mencapai ambang
kritis dan mulai menimbulkan kerusakan organ pada usia menengah maupun
usia lanjut. Pada usia 40 – 60 tahun, insiden infark miokard meningkat lima kali
lipat pada pria (Kumar, et al., 2007).
b. Jenis kelamin
Infark miokard jarang ditemukan pada wanita premenoupouse kecuali jika
terdapat diabetes mellitus, hyperlipidemia, dan hipertensi berat. Setelah
menoupouse, penyakit yang berhubungan dengan atherosclerotic meningkat
dibandingkan dengan pria. Hal ini disebebakan pengaruh dari hormone estrogen
(Kumar, et al., 2007).
c. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap penyakit jantung coroner meningkatkan
kemungkinan timbulnya infark miokard akut (IMA).
2. Faktor yang dapat dirubah
a. Hipertensi merupakan faktor resiko mayor dari infark miokard akut (IMA), baik
tekanan systole dan diastole memiliki peranan penting. Hipertensi dapat
meningkatkan resiko ischemic heart disease (IHD) sekitar 60% dibandingkan
dengan individu normotensive.
b. Merokok merupakan faktor risiko pada priadi dan konsumsi rokok merupakan
penyebab peningkatan keparahan atherosclerosis.
c. Gaya hidup monoton berperan pada timbunya penyakit jantung coroner.
d. Stress psikologis.
Menurut Kasuari (2002), ada beberapa etiologi atau penyebab terjadinya infark
miokard akut (IMA), yang meliputi :
1. Faktor penyebab
a. Berkurangnya suplai oksigen menuju miokard yang disebabkan oleh tiga faktor,
diantaranya adalah faktor pembuluh darah (atherosclerosis, spasme, dan arteritis),
faktor sirkulasi (hipotensi, stenosis aorta, dan insufiensi), dan faktor darah
(anemia, dan hipoksemia).
b. Curah jantung yang meningkat dikarenakan aktivitas yang berlebihan, makan
terlalu banyak, emosi, dan hipertiroidisme.
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat karena kerusakan miokard,
hipertropimiokard, dan hipertensi diastolik.
2. Faktor presdiposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat dirubah, meliputi usia, jenis kelamin,
hereditas, dan ras.
b. Faktor resiko yang dapat dirubah, yaitu mayor (hipertensi, obesitas, diabetes
mellitus, dan merokok) dan minor (stress psikologis berlebih dan inaktifitas
fisik).
VI. PATOFISIOLOGI
Proses ateroslerotik dimulai ketika adanya luka pada sel endotel yang bersentuhan
langsung dengan zat – zat dalam darah. Permukaan sel endotel yang semula licin menjadi
kasar, sehingga zat – zat didalam darah menempel dan masuk ke dalam lapisan dinding
arteri. Penumpukan plak yang semakin banyak akan membuat lapisan pelindung arteri
perlahan mulai menebal dan jumlah sel otot bertambah. Setelah beberapa lama, jaringan
penghubung yang menutupi daerah itu berubah menjadi jaringan sikatrik yang dapat
mengurangi elastisitas arteri. Semakin lama maka semakin banyak plak yang terbentuk dan
membuat lumen arteri menyempit atau mengecil.
ST Elevasi Mioakard Infark (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah menurun
secara mendadak, akibat oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami
fisura serta rupture dan jika kondisi sitemik memicu trombogenesis sehingga
mengakibatkan oklusi arteri coroner. Pada ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) gambaran
patologis terdiri dari fibrin rich red thrombus, yang dipercaya menjadi alasan ST Elevasi
Miokard Infark (STEMI) memberikan respon terhadap terapi trombolitik.
VII. PATHWAY
Merokok, alcohol,
hipertensi, lipid, congenital
LDL teroksidasi
Ketidakefektifan pola
nafas Timbul bercak lemak Defisit perawatan diri
Rupture plak
Kebutuhan O2 tidak
Intoleransi aktivitas
tercukupi
Thrombus
Kelemahan
Supply O2 ke jaringan
Oklusi arteri koroner
berkurang
Hipoksia
Syok
Stimulasi syaraf Penurunan cardiac output
Penurunan kesadaran
Nyeri akut
Reflux ke paru - paru
Resiko injury
Metabolisme anaerob Alveoli edema
Bendungan atrium
kanan
Hepar
Hepatomegali
Mual muntah
Mendesak diafragma
Ketidakefektifan pola
nafas
Mual muntah
Ketidakseimbangan
nutisi b.d kurang dari
kebutuhan tubuh
X. KOMPLIKASI
1. Disfungsi ventrikel
Setelah ST Elevasi Miokard Infark, ventrikel kiri mengalami perubahan bentuk,
ukuran, dan ketebalan baik pada segmen yang infark maupun non infark. Proses ini
dinamakan remodeling ventricular. Secara akut, hal ini terjadi karena ekspansi infark,
disrupsi sek – sel miokardial yang normal, dan kehilangan jaringan pada zona
nekrotik. Pembesaran yang terjadi berhubungan dengan ukuran dan lokasi infark.
2. Aritmia
Insiden aritmia setelah STEMI meningkatkan pada pasien setelah gejala awal.
Mekanisme yang berperan dalam aritmia karena infark meliputi ketidakseimbangan
sistem saraf otonom, ketidakseimbangan elektrolit, iskemia, dan konduksi yang
lambat pada zona iskemik.
3. Gagal pemompaan (pump failure)
Merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasan
nekrosis iskemia mempunyai kolerasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan
moratlitas, baik pada awal, dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai
adalah ronkhi basah diparu dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan
rongten sering dijumpai kongesti paru.
4. Gagal jantung kongestif
Hal ini terjadi karena kongesti sirkulasi akibat disungsi miokardium. Disfungsi
ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menimbulkan kongesti vena pulmonalis,
sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan mengakibatkan
kongesti vena sistemik.
5. Syok kardiogenik
Diakibatkan oleh disfungsi ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang massif,
biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan akibat
perubahan himodenamik progresif hebat yang irreversible dengan manifestasi seperti
penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi coroner, asidosis metabolik, hipotensi,
dan hipoksemia selanjutnya makin menekan miokardium.
6. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark
selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukan parut. Dinding
nekrotik yang tipis pecah, sehingga terjadi perdarahan massif kedalam kanting
pericardium yang relatif tidak elastis dapat berkembang. Kantong pericardium yang
terisi oleh darah menekan jantung, sehingga menimbulkan tamponade jantung.
7. Defek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan ruptureseptum sehingga terjadi
defek septum ventrikel.
- Data objektif
a) Keadaan umum :
Nyeri dada yang timbulnya mndadak kadang terasa hilang timbul, menjalar
hingga puggung, dan bahu kana ataupun kiri.
b) Sistem sirkulasi :
Gejala riwayat infark mikard akut (IMA) sebelumnya, penyakit areteri coroner,
masalah tekanan darah, dan diabetes mellitus.Tanda dari tekanan darah dapat
normal, naik, ataupun turun. Nadi dapat menunjukkan hasil yang normal, kuat,
dan lemah. Kemudian irama jantung bisa teratur atau tidak teratur.
c) Sistem pernafasan :
Gejala yang muncul dyspnea, dyspnea nocturnal, batuk produktif atau tidak
produktif, riwayat merokok, dan penyakit pernafasan kronis. Terdapat tanda
peningkatan frekuensi pernapasan, sianosis, bunyi nafas bersih, wheezing,
sputum bersih atau merah muda kental.
d) Sistem saluran pencernaan :
Kaji motilitas usus.
e) Pemeriksaan penunjang :
Elektrokardiograf (EKG), echocardiogram, dan pemeriksaan laboratorium
(cardiac troponin, creatine Kinase-MB isoenzym, relative index, myoglobin,
creatine kinase-MB isoform, c-reactive protein, serta CK-MB, dan total CK).
2. Diagnosa Keperawatan
a) 00132 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia jaringan
sekunder terhadap oklusi arteri coroner).
b) 00032 Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan takipnea.
c) 00029 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
dan irama jantung.
d) 00092 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
e) 00146 Ansietas berhubungan dengan nyeri.
f) 00030 Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar – kapiler.
g) 00108 defisit perawatan diri; mandi berhubungan dengan kelemahan.
3. Rencana Keperawatan
Black, J. M., & Hawk, J. H. 2005. Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Positive Outcomes (7th Ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC.