Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal abad ke-20 kemoterapi pertamakali dipergunakan oleh Ehrlich yang
berasal dari agen anti parasite (alkylating agent). Penggunaan obat anti kanker dimulai
tahun 1946-an dengan ditemukannya secara kebetulan nitrogen mustard yang dapat
dipakai untuk mengobati leukemia. Umumnya obat anti-kanker itu sangat toksis,
sehingga penggunaannya harus dengan sangat hati-hati dan atas indikasi yang tepat.
Sejak waktu itu banyak ditemukan obat yang dapat dipakai untuk mengobati kanker.
Kemoterapi adalah golongan obat-obatan yang dapat menghambat
pertumbuhan kanker atau bahkan membunuh sel kanker. Obat-obat anti kanker ini
dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active single agens), tetapi kebanyakan
berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potrnsi sitotoksik terhadap sel
kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitive
terhadap obat lainnya.
Awalnya kemoterapi memberi kesan kuat pada masyarakat awam maupun
sebagian dokter bahwa pemberian kemoterapi anti kanker merupakan pemakaina sia-
sia serta membawa dampak toksisitas yang parah. Namun dengan kemajuan ilmu
dibidang disiplin onkologi anggapan yang tak beralasan tersebut dapat dihilangkan.
Saat ini kemoterapi telah berhasil digunakan untuk berbagai penyakit keganasan.
Walaupun toksisitas yang ditimbulkan masih belum dapat dihilangkan seluruhnya
namun telah dapat meminimalkan morbilitas yang berlebihan.
Skipper pada tahun 1960-an mengungkapkan prinsip-prinsip trial sebagai
berikut; sel kanker single dapat tumbuh sampai mencapai masa tumor letal, tumor
doubling time menurun dengan meningkatnya tumor burden pada stadium lanjut dari
pertumbuhan tumor. Kebanyakan obat kemoterapi menunjukkan ‘log cell kinetics’
dan peningkatan yang sama dan log cell kinetics sebanding dengan dosis, tumor
burden berbanding terbalik dengan angka kesembuhan.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil “ bagaiman prinsip kemoterapi
dilakukan pada penyakit kanker”.
C. Tujuan
Untuk mengetahui secara pasti prinsip kemoterapi apa saja yang ada pada
anak dan cara untuk menanganinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Kemoterapi adalah pemberian golongan obat-obatan tertentu dengan tujuan
menghambat pertumbuhan sel kanker dan bahkan ada yang membunuh sel kanker.
Obat itu disebut “ sitostatika “ atau obat anti-kanker.

B. KINETIK SELULER
Jika kita berbicara mengenai kemoterapi dan keganasan, maka perlu kita
perhatikan mengenai proses pembelahan sel manusia, dimana dapat kita temukan
adanya lima fase proliferasi sel, baik pada sel normal maupun pada sel tumor. Fase-
fase tersebut adalah:
 Fase G 0 (GAP 0): fase istirahat, sel deprogram untuk melaksanakan
fungsi-fungsi khusus.
 Fase G 1 (GAP 1): merupakan interfase, terjadi sintesa protein dan
RNA
 Fase G S (sintesa): fase sintesa DNA
 Fase G 2 (GAP 2): fase premitosis, setelah sintesa DNA selesai, sintesa
protein dan RNA berlanjut dan precursor microtubular dari
mitosisdihasilkan
 Fase M (Mitosis): fase pembelahan sel, setelah fase ini selesai maka
siklus akan berulang ke awal.

Tumor maligna bisa terdiri fraksi sel yang aktif berproliferasi seihingga
memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap kemoterapi, bisa juga terdiri dari sel yang
non proliferasi sehingga memiliki sensitifitas yang rendah terhadap kemoterapi.
Mayoritas tumor solid hanya sedikit fraksi yang berproliferasi sehingga tumor solid
tidak sensitive terhadap kemoterapi. Pengetahuan akan kinetic seluler dapat menuntun
kita untuk menentukan pemilihan obat anti kanker yang akan dipergunakan. Hal yang
harus diperhatikan dalam pemilihan pemakaian obat anti kanker adalah:

3
1. Jenis kanker
untuk keperluan pemberian kemoterapi, maka kanker dibagi menjadi 2
jenis,yaitu:
a. Kanker haemopoitik dan limphopoitik
Kanker haemopoitik dan limphopoitik umumnya merupakan
kanker sistemik,termasuk dalam jenis kanker ialah: kanker darah
(leukemia),limfoma maligna dan kanker sumsum(myeloma). Terapi
utama kanker hematologi ialah dengan kemoterapisedang operasi dan
radioterapi sebagai adjuvan.
b. Kanker padat (solid)
Kanker padat mulai lokal,lalumenyebar regional dan atau
sistemik ke organ-organ lain.dalam kanker jenis ini termasuk semua
kanker diluar kanker hematologi.terapi utama kanker ini ialah dengan
operasi dan atau radioterapi sedang kemoterapi baru diberikan pada
stadium lanjut atau sebagai adjuvant

2. Khemosensitivitas kanker
Sensitivitas tumor terhadap obat atnti-kanker tidaklah konstan, tetapi
umunya sel kanker tersebut dapat bersifat sensitif,respontif atau resisten
samasekali.
a. Sensitif
Sebagian besar tumor solid adalah khemoresponsif atau resisten
hanya beberapa jenis kanker yang khemosensitif sedangkan kanker
hematologi umumnya khemosensitif yang dapat disembuhkan
dengan obat-obat anti-kanker,seperti:
 Leukemia
 Limfoma maligna
 Myeloma
 Chorioskarsinoma
 Kanker testis
b. Responsif
 Tumor kecil

4
 Tumor yang pertumbuhannya cepat
 Tumor yang diferensiasi selnya jelek
 Contoh kanker: mmama,serviks,paru,kulit
c. Resisten
 Tumor besar
 Kanker yang pertumbuhannya pelan
 Kanker yang diferensiasi selnya baik
 Contoh kanker:kanker otak,fibrosakrom,melanoma maligna

Sensitivitas kanker terhadap khemoterapi ada yang telah ada sejak asal
mulanya dan dapat pula timbul dalam perjalanan pengobatan kanker.

Resistensi obat yang timbul terjadi karena ada perubahan


farmakokinetik obat itu,seperti:

a. Perubahan absorbsi
 Variabilitas absorbsi obat di gastrointestinal
 Adanya penyakit gastrointastinal
 Tidak makan obat seperti seharusnya ( non compliance)
 Formulasi obat yang tidak cocok
b. Perubahan distribusi
 Perubahan ikatan obat dengan protein serum
 Perubahan distribusi karena ada obat lain yang mengikat
protein serum
c. Perubahan metabolisme
 Perubahan enzim yang mengadakan detoktifikasi
 Penyakit hati
 Ada obat lain yang ikut serta
 Pengurangan konjungasi obat karena usia

d. Pengurangan eksresi
 Penyakit hati
 Penyakit ginjal

5
3. Populasi sel kanker
Sel kanker didalam tumor adalah heterogen yaitu terdiri dari
bermacam-macam sel walaupun asalnya sama. Diketahui ada beberapa
fraski
a. Fraksi klonogen ( clonogenik fraction)
Fraksi kolagen ialah fraksi sel yang dapat tumbuh. Klon ialah
gerombolan sel yang tumbuh.fraksi ini dapat dibedahkan menjadi:
a) Fraksi sel yang tumbuh ( growth fraction)
Makin besar tumor, makin kecil fraksi yang tumbuh.
Pada tumor sebesar 1kg fraksi sel tumbuh tidak lebigh dari
10%. Fraksi sel yang tumbuh dalam tubuh dapat naik
menjadi 50% atau lebih.
b) Fraksi sel yang mampu tumbuh dalam keadaan tertentu
Fraksi sel ini tidak tumbuh, tetpi ia tidak akan tumbuh
lagi. Bila ada rangsangan,untuk mengganti sel-sel yang
mati atau rusak, supaya bentuk dan fungsi organ tetap baik
seperti semula. Fraksi sel ini tidak dapat dihancurkan
dengan obat yang bekerja pada sel yang tumbuh tetapi obat
yang bekerja pada non spesifik. Dengan memberikan
rangsangan yang sdekuat sel ditarik masuk ke dalam fraksi
sel yang tumbuh sehingga sehingga fraksi sel yang tumbuh
menjadi lebih besar.
b. Fraksi sel non klonogen (non clonogenic fraction)
Fraksi sel non klonogen ialah fraksi sel yang tidak mempunyai
kemampuam tumbuh. Fraksi sel ini dapatdianggap sel yang mati,
walalupun masih hidup tetapi tidak tumbuh lagi. Normal dalam
tubuh antara fraksi sel yang tumbuh dan fraksi sel yang tidak
tumbuh yang mampu tumbuh lagi keseimbangan sehingga tubuh
menjadi harmonis
4. Persentase sel kanker yang terbunuh
Jarang obat kanker yang dapat membunuh sel kanker
sekaligus,demikian pula dalam satu tumor tidak semua sel kanker peka

6
terhadap obat anti –kanker.jumalah sel kanker yang terbunuh oleh obat anti
kanker adalah konstan yang secara proposional atau presentasi tanpa
memandang banyaknya sel kanker yang adad,dari minimum 0%sampai
maksimum 99,99%se. Disebut hypotesa log sel terbunuh.

5. Siklus pertembuhan kanker


Obat anti kanker ada yang bekerja pada:
a. Semua siklus ( cell cycle non spesific)
Obat anti kanker ini bekerja pada semua siklus sel, pada
umumnya sel yang pertumbuhannya cepat lebih sensitivterhadap
obat yang lambat hanya perbedaan tidak terlalu besar
b. Pada siklus pertumbuhan tertentu pada semua phase ( cell
cycle non phase)
Obat yang hanya bekerja pada siklus pertumbuhan,tetapi pada
sel yang tidak tumbuh.tokisitas sel tergantung daro dosis obat dan
lama paparan
c. Pada siklus pertumbuhan tertentu pada fase tertentu (cell cycle
phase specific)
Obat bekerja pada phase tertentu saja dalam siklus
pertumbuhan sel. Sel yang petumbuhannya lebih cepat dari pad
pertubuhannya lambat, tetapi ada sel tidak peka biarpun sudah
diberika dosis yang tinggi. Untuk sel kanker pada golongan ini
sebaiknya diberikan obat anti-kanker dalam waktu yang pendek
dan dengan dosis yang tinggi
6. Imunitas tubuh
Pada penderita kanker yang telah di manifest klinik, imunitasnya
tertekan.diperkirakan kemampuan tubuh untuk mengatsi sel kanker sampai
sejumlah 105 jumlah sel. Setelah jumlah sel kanker dapat dikecilkan sampai
105diharapkan imunitas tubuh mengambil ahli untuk menghancurkan lebih
lanjut sisa sel kanker yang masih ada. Perlu juga dapat diperhatikan bahwa
operasi,radioterpi dan khemoterapi juga dapat menurunkan imunitas tubuh.

7
C. MEKANISME KERJA OBAT-OBAT KEMOTERAPI
Berdasarkan kerjanya pada siklus sel, obat kemoterapi dapat dibedakan:
1. CCDD (cell cycle depending drugs)
Obat golongan ini hanya dapat bekerja selama ada pembelahan sel,
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. CCDD spesifik fase:
Obat ini hanya bekerja pada fase tertentu dari pembelahan sel,
sehingga obat ini dapat efektif bekerja jika terdapat dalam jumlah
yang cukup pada saat sel tumor memasuki fase tertentu tersebut
b. CCDD non spesifik fase:
Obat ini bekerja pada sel-sel tumor yang aktif membelah tetapi
tidak tergantung pada pembelahan sel, sehingga obat ini dapat
efektif bekerja pada sel-sel tumor yang sedang aktif membelah
tanpa tergantung fasenya
2. CCID (cell independing drugs)
Obat ini dapat membunuh sel tumor pada setiap keadaan dan tidak
tergantung pada pembelahan sel. Suatu obat citostatika dapat bekerja hanya
pada satu fase saja misalnya golongan alkaloid atau dapat juga bekerja pada
beberapa fase sekaligus, misalnya golongan anti metabolit.

D. DASAR-DASAR KEMOTERAPI KANKER


Segolongan obat-obatan dapat menghambat pertumbuhan kanker bahkan ada
yang dapat membunuh sel kanker. Obat itu disebut sitostatika atau obat anti kanker.
Penggunaan obat anti-kanker dimulai tahun 1946-an dengan ditemukannya secara
kebetulan nitrogen mustard yang dapat dipakai mengobati leukimia. Umumnya obat
anti-kanker itu sangat toksis, sehingga penggunaannya harus dengan sangat hati-hati
dan atas indikasi yang tepat. Sejak waktu itu makin banyak ditemukan obat yang
dapat dipakai untuk mengobati kanker, dan pada waktu ini lebih dari 40 jenis obat
anti-kanker yang dipakai secara aktif di seluruh dunia.
Pada waktu ini hanya ada 3 jenis kanker yang baru dapat disembuhkan dengan
obat anti kanker, yaitu: leukimia, lymphoma maligna dan choriocarcinoma. Lain-lain

8
jenis kanker belum dapat, hanya dapat meghentikan sementara pertumbuhan kanker
itu.

E. MEKANISME KERJA OBAT ANTI-KANKER


Obat anti-kanker terutama bekerja pada DNA yang merupakan komponen
utama gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Cara kerjanya pada sel-
sel kanker ada yang:
a. Menghambat atan mengganggu sintesa DNA dan RNA
b. Merusak replikasi DNA
c. Mengganggu transkripsi DNA oleh RNA
d. Mengganggu kerja gen

F. KLASIFIKASI OBAT ANTI-KANKER


Klasifikasi obat anti-kanker umumnya diasarkan atas cara kerja obat itu dalam
fase siklus pertumbuhan sel. Kerja obat anti-kanker ada yang sebagai:
a. Alkylator (alkylating agent)
b. Anti metabolit
c. Menghalangi mitose
d. Antibiotika dan lain-lain

G. PEMILIHAN OBAT ANTI-KANKER


Untuk mendapat hasil yang sebaik-baiknya obat yang diberikan kepada
penderita hendaknya “5 tepat dan satu waspada” yaitu:
a. Tepat Indikasi
Indikasi pemberian obat anti-kanker ialah pada kanker sistemik yaitu kanker
yang telah menyebar atau yang diduga telah menyebar tetapi masih subklinik atau
mokroskopik dan kanker limphopoitik dan hemopoitik
b. Tepat Jenis
Untuk terapi utama obat yang diberikan adalah obat yang sensitive terhadap
kanker itu (kemosensitif), sedang utntuk terapi tambahan dapat diberikan obat
yang khemoresponsif baik sebagai monofarma ( tunggal) maupun poli atau
multifarma.
c. Tepat Dosis

9
Obat anti-kanker itu sangat toksis dan harus diberikan mendekati dosis toksis,
karena itu dosisnya diberikan dengan tepat. Dosis itu umumnya diberikan per kg
berat badan atau per m2 luas badan

d. Tepat Waktu
Ada obat anti-kanker yang diberikan tiap hari, dalam siklus 1 minggu, 2
minggu, 3 minggu, 4 minggu dan seterusnya.
e. Tepat Cara
Cara pemberian obat ada bermacam-macam dan untuk penderita yang
bersangkutan harus tepat caranya, seperti intervena.
f. Waspada ESO(efek samping obat)
Karena obar anti-kanker sangat toksis maka untuk mendapat hasil yang
maksimal dengan toksistas yang minimal perlu waspada terhadap efek samping
obat. Karena itu tidaklah mudah memilih obat-obat anti-kanker yang akan dipakai
pada seorang penderita kanker.

H. METODE PEMBERIAN KEMOTERAPI


Dikenal ada empat pemberian kemoterapi
1. Sebagai pengobatan induksi, kemoterapi diberikan sebagai pengobatan primer
pada penderita dengan keganasan yang telah lanjut dimana tidak terdapat
alternative terapi lain yang bisa dilakukan.
2. Sebagai pengobatan adjuvant, kemoterapi diberikan setelah tumor primernya
dilakukan tindakan dengan modalitas lain, seperti pembedahan dan radioterapi.
3. Sebagai pengobatan neoadjuvant, kemoterapi diberikan sebagai pengobatan
intial untuk penderita dengan kanker yang terlokalisir dimana terdapat alternative
terapi lain yang kurang dapat memberikan terapil local yang lengkap.
4. Sebagai pengobatan setempat, atau dengan perfusi langsung pada daerah tertentu
dari tubuh yang paling dikenali kanker.
Cara pemberian kemoterapi dapat melalu intervena untuk terapi sistemik,
dimana obat setelah melalui jantung dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara
intervena ini yang paling banyak digunakan untuk kemoterapi.

10
I. EFEK SAMPING KEMOTERAPI, RESISTENSI DAN KEMOTERAPI
KOMBINASI
a. Efek samping kemoterapi
1. Terhadap sumsum tulang: leukopenia, anemi, trombositopenia
2. Terhadap saluran cerna: mual, muntah, stomatitis, gastritis, diare, ileus.
3. Terhadap kardiovaskuler: kardiomiopati, hipertensi, dekompensasio cordis.
4. Terhadap paru dan hepar: fibrosis
5. Terhadap ginjal: nekrosis tubulus
6. Terhadap kulit: hiperpigmentasi, alopesia.
b. Mekanisme terjadinya resistensi:
1. Konsentrasi obat terbatas oleh karena vaskularisasi yang tidak adekuat
2. Kegagalan sel untuk mengubah obat kedalam bentuk aktif
3. Impermeabelitas dindingsel terhadap sitostatika
4. Perubahan spesifitas enzim dalam sel
5. Katabolisme yang berlebihan olen sel tumor
c. Cara mencegah resistensi:
1. Pemakaian dosis intermiten
2. Terapi kombinasi atau disertai imunoterapi
3. Pemakaian obat berbeda dengan siklus berurutan
4. Jika timbul resistensi diganti dengan obat yang bermekanisme kerja berbeda
5. Pemakaian obat harus segera dihentikan sesudah ada remisi
d. Kemoterapi kombinasi
Terdapat keuntungan yang bisa diperoleh dengan mengunakan kemoterapi
kombinasi dimana tidak akan didapat dengan pengobatan single drug, yaitu:
1. Dapat membunuh sel tumor secara maximal dalam rentang toksisitas masing-
masing zat kemoterapi yang masih dapat ditoleransi oleh tubuh
2. Memberikan cakupan sensitifitas yang lebih luas terhadap populasi tumor
yang berbeda
3. Mencegah atau memperlambat terjadinya resistensi baru

J. PENYAKIT KANKER PADA ANAK


1. LEUKIMIA

11
Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,
ditandai oleh proliferasi sel sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel
sel abnormal dalam darah tepi (Robert, 2009)
Prinsip kemoterapi pada leukemia :
Pengobatan dengan kemoterapi pada leukemia mieloblastik diberikan dengan
dosis tinggi dan di konsumsi dalam waktu yang singkat, sedangkan leukemia
limfoblastik diberikan dengan dosis yang rendah dan waktu konsumsi yang lama
biasanya 2-3 tahun (American Cancer Society,2012).
a. Kemoterapi bagi penderita LLA ( Leukemia limfoblastik akut )
 Tahap I (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel sel leukemia dalam darah dan
sumsum tulang. Terapi indukasi kemoterapi biasanya
memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena
obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia pada tahap ini dengan pemberian
kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristine,
prednisone dan asparaginase
 Tahap II (terapi konsolidasi/intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan
terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel
leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya
sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6
bulan kemudian
 Tahap III (profilaksis SSP)
Diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini menggunakan obat
kemoterapi yang berbeda, kadang kadang dikombinasikan
dengan terapi radiasi, untuk mecegah leukemia memasuki otak
dan system saraf pusat
 Tahap IV (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.

12
Angka harapan hidup yang baik dengan pengobatan sangat
dramatis tidak hanya 95% anak dapat mecapai remisi penuh,
tetapi 60% menjadi sembuh, sekitar 80% orang dewasa
mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan
hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif
yang di arahkan pada sum-sum tulang dan SSP

b. Kemoterapi pada penderita LMA


 Fase induksi
Fase induksi adalah rigemen kemoterapi yang intensif,
bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun komplit
telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh
penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini
berpotensi menyebabkan kekambuhan dimasa yang akan
datang.
 Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari
fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari
beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan
jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang
digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-70%,
tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih
dari 5 tahun hanya 10%.
c. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit harus ditetapkan karena menentukan strategi
terapi dan prognosis. Salah satu system penderajatan yang dipakai
ialah klasifikasi Rai:
- Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sum-sum tulang
- Stadium 1 : limfositosis dan limgadenopati
- Stadium 2 : limfositosis dan spenomegali/hepatomegaly

13
- Stadium 3 : limfositosis dan anemia (Hb<11 gr/dl).
- Stadium 4 : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm 3
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan
terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala.
Pengobatan tidak diberikan kepada pendertita tanpa gejala karena tidak
memperpanjang hidup. Pada stadium 1 atau 2, pengamatan atau
kemoterapi adalah bpengobatan biasa. Pada stadium 3 dan 4 diberikan
kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan
25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan stadium 0
atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pasien
dengan stadium 3 atau 4 rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2
tahun.
d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
 Fase kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu
yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif
merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak
diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
 Fase akselerasi: Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi
respons sangat rendah.

2. KANKER PARU
Kanker paru adalah penyebab utama pada kelompok penyakit akibat
keganasan. Terlihat kecenderungan peningkatan jumlah kasus bukan hanya pada
laki-laki tetapi juga pada perempuan dari tahun ke tahun. Prognosis penyakit
buruk bukan hanya karena keterlambatan diagnosis tetapi juga akibat respons sel
kanker yang rendah terhadap berbagai obat sitostatik yang ada
Kebanyakan penderita terpaksa tidak diobati, atau diobati secara lokal
(radioterapi) dan pada sebagian lain pengobatan sistemik dengan obat-obat
sitostatik (kemoterapi). Pada saat ini dikenal berbagai macam obat sitostatik dan

14
telah pula dilakukan penelitian efektiviti obat terhadap kanker paru. Sebelum ilmu
biologimolekuler berkembang seperti sekarang ini, pembagian obat sitostatik
berdasarkan farmakologik yaitu :
 Alkylating agents
 Antibiotic antineoplastics
 Antimetabolites
 Antineoplastic that alter hormone balance
 Biological response modifiers
 Miscellaneous antineoplastics

Secara umum disebutkan bahwa efek sitostatik obat adalah merusak


DNA/RNA yang pada akhirnya akan menimbulkan apoptosis. Disamping itu
kespesifikan mekanisme kerja masing masing obat tersebut juga telah dikenal,
misalnya etoposid bekerja sebagai anti-topoisomerase II,paklitaksel dan
dosetaksel dengan cara menstabilisasi mikrotubul, gemsitabin sebagai
kompetitor sistidin, 9sedangkan sisplatin atau karboplatin berikatan dengan
guanin dan adenin. Perbedaan target agen masing-masing obat menyebabkan
penggunaan lebih dari 1 obat dianjurkan, karena memberikan respons objektif
yang lebih baik dari pada penggunaan obat tunggal

a. Indikasi pemberian kemoterapi pada kanker paru ialah:


1. Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) tanpa atau
dengan gejala.
2. Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang
inoperabel (stage IIIB & IV), jika memenuhi syarat dapat dikombinasi
dengan radioterapi, secara konkuren, sekuensial atau alternating
kemoradioterapi.
3. Kemoterapi adjuvan yaitu kemoterapi pada penderita kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah
dibedah.
4. Kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage IIIA dan
beberapa kasus stage IIIB yang akan menjalani pembedahan. Dalam
hal ini kemoterapi merupakan bagian terapi multimodaliti.

15
Penderita yang akan mendapat kemoterapi terlebih dahulu harus
menjalani pemeriksaan dan penilaian, sehingga terpenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Diagnosis histologis telah dipastikan Pemilihan obat yang digunakan
tergantung pada jenis histologis. Oleh karena itu diagnosis histologis
perlu ditegakkan. Untuk kepentingan itu dianjurkan menggunakan
klasifikasi histologis menurut WHO tahun 1997. Apabila ahli
patologi sulit menentukan jenis yang pasti, maka bagi kepentingan
kemoterapi minimal harus dibedakan antara:
 Jenis karsinoma sel kecil
 Jenis karsinoma bukan sel kecil, yaitu karsinoma sel
skuamosa, adenokarsinoma dan karsinoma sel besar
2. Tampilan/performance status menurut skala Karnofsky minimal 60 -
70 atau skala WHO 2
3. Pemeriksaan darah perifer untuk pemberian siklus pertama :
 Leukosit > 4.000/mm3
 Trombosit > 100.000/mm3 4
 Hemoglobin > 10 g%. Bila perlu, transfusi darah diberikan
sebelum pemberian obat. Sedangkan untuk pemberian siklus
berikutnya, jika nilai-nilai di atas itu lebih rendah maka
beberapa jenis obat masih dapat diberikan dengan
penyesuaian dosis.
4. Sebaiknya faal hati dalam batas normal
5. Faal ginjal dalam batas normal, terutama bila akan digunakan obat
yang nefrotoksik. Untuk pemberian kemoterapi yang mengandung
sisplatin, creatinine clearance harus lebih besar daripada 70
ml/menit. Apabila nilai ini lebih kecil, sedangkan kreatinin normal
dan penderita tua sebaiknya digunakan karboplatin.
b. Pemilihan Obat
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih obat adalah
mengetahui efikasi dan toksisiti obat yang akan digunakan. Masing-
masing obat mempunyai keunggulan yang berbeda. Faktor-faktor untuk
menilai efikasi obat antara lain:

16
 Respons objektif dan subjektif (response rate= RR)
 Masa bebas penyakit (time to progressive= TTP)
 Masa tengah tahan hidup (MTTH =median survival rate)
 Angka tahan hidup 1 tahun (ATH = 1-years survival).

Selain tergantung jenis histologis sel kanker, obat yang dipilih


sebaiknya obat yang mempunyai efek samping paling rendah. Pengobatan
dengan dosis suboptimal tidak memberikan hasil yang memuaskan
sedangkan dosis yang berlebihan memberi efek toksik yang lebih berat.
Karena itu harus ditentukan dosis optimal. Pada umumnya dosis obat
ditentukan berdasarkan luas permukaan badan, yang dapat diperhitungkan
dari tinggi dan berat badan penderita.

c. Lama pengobatan
Sekali kemoterapi dimulai, maka perlu diberikan kesempatan yang
cukup kepada obat-obat itu untuk bekerja. Karena itu pengobatan perlu
diberikan setidaktidaknya dua kali, sebelum ditentukan lebih lanjut berapa
lama keseluruhan pengobatan akan berlangsung. Evaluasi dilakukan
setelah 2 – 3 siklus kemoterapi. Pada umumnya kemoterapi dapat
diberikan berturut-turut selama 4 – 6 siklus dengan masa tenggang antara
satu siklus ke siklus berikutnya 21 – 28 hari ( 3 – 4 minggu) tergantung
pada jenis obat yang digunakan. Perlu diperhatikan, apabila dosis
maksimal untuk setiap obat telah tercapai pengobatan harus dihentikan.
Demikian pula bila penyakit menjadi progresif atau performance status
menjadi amat berkurang dan tidak kembali ke keadaan sebelum
kemoterapi.

17
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara
sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local
maupun metastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya
karena bersifat sistemik mematikan atau membunuh sel-sel kanker dengan cara
pemberian melaui infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi
kanker stadium lanjut dan local. Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker
dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat
proliferasi sel-sel kanker

B. SARAN
Kemoterapi adalah salah satu pengobatan untuk penyakit kanker tetapi
kemoterapi tidak bisa menghilangkan sel-sel kanker semuanya. Kemoterapi dalam
pengobatan kanker hanya sebagai penghilang sel-sel kanker saja tetapi tidak menutup
kemungkinan akan terkena dan sel kanker akan menyebar ke jaringan yang lainnya.
Jangan terlalu dalam menggunakan kemoterapi karena ada efek negative dari sinar
yang digunakan untuk kemoterapi.

18
DAFTAR PUSTAKA

 Sari, T.T., Endang W., Gitta R.C., dan Yoga,dkk,2010. Prognosis leukemia
limfoblastik akut pada anak obes. Sari pediatri. Volume 12. Nomor 1. Halaman 58-62
 Bartucci, M., Rosanna D., Daniela M,dkk, 2011. Prevention of chemotherapy induced
anemia and thrombocytopenia by constant administration of stem cell factor. Clinical
cancer
 Society, A.C (2016). childhood leukimia. american cancer society. October 18,2016
http://www.cancer.org/

19

Anda mungkin juga menyukai