OLEH:
Sejalan dengan itu morfologi desa berkembang, sesuai dengan pemenuhan kebutuhan
akan pengadaan perumahan, tempat-tempat pemujaan dan bangun-bangunan untuk
akomodasi/fungsi aktifitas adat/agama (bale adat, bale delod, bale dangin, bale gede, dll) juga
bertambah. Di sisi lain kecenderungan terpandang ‘baru’ nmembutuhkan ruang-ruang
berkatifitas atas nama aktifitas modernitas. Pelaksanaan aktifitas keagamaan, upacara
adat/yadnya, tradisi dan tata cara desa tetap menghendaki adanya bangun-bangunan dengan
konsep arsitektur tradisi. Agama, adat dan kepercayaan yang masih berkembang, meluas
sejalan dengan pertambahan penduduk skuantitas, namun juga seirama secara kualitas,
memerlukan kehadiran bangunan-bangunan tradisional berkembang memenuhi ruang
pekraman desa. Dalam era sekarang yang ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi berasaskan ratio, sangat sulit menerima dan memahami hal-hal yang bersifat
dogmatis dan mistis. Masalahnya sekarang pemikiran rasional telah mengabaikan rasa, rasa
hanya dapat dirasakan secara individu dan bersifat subyektif, sedang rasio dapat membutikan
kebenarannya secara ilmiah. Ketidak pahaman tersebut berdampak terhadap menurunnya
keyakinan akan nilai-nilai dan makna yang ada dibalik perwujudan fisik arsitekturnya.
Akhirnya pola spasial hunian tradisional banyak ditinggalkan penghuninya berpaling ke pola
spasial hunian non tradisional.