Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan paling sempurna memiliki
susunan tubuh yang sempurna pula, mulai dari organ-organ tubuh
bagian dalam hingga anatominya. Manusia diciptakan berbeda antara
satu dan yang lainnya, dengan ciri-ciri yang berbeda pula. Bentuk dan rupa
manusia sangatlah berpengaruhdalam kehidupan,apalagi mengenai pendapat
orang lain tentang bentuk dirinya. Pandangan terhadap diri sendiri dan
pandangan orang lain untuk manusia tersebut sangatlah mempengaruhi
bagaimana manusia melakukan aktifitas termasuk dalam berinteraksi sosial.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa
merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin
tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik,
memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul oleh berbagai  penyebab.
Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin
muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa
tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang
berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam
menyelesaikan masalah juga bervariasi (Depkes RI. 1993).
Gangguan citra tubuh adalah kekacauan pada cara seseorang
merasakan citra tubuhnya. Evaluasi diri dan perasaan tentang kemampuan diri
negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. Suatu
gangguan citra tubuh dapat diketahui perawat dengan mewawancarai dan
mengamati pasien secara berhati-hati untuk mengidentifikasi bentuk ancaman
dalam citra tubuhnya (fungsi signifikan bagian yang terlibat, pentingnya
penglihatan dan penampilan fisik bagian yang terlibat); arti kedekatan pasien
terhadap anggota keluarga dan anggota penting lainnya dapat membantu
pasien dan keluarganya .
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar
utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal

1
ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah
membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang
dimiliki. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan
perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya pada klien yang tidak
menimbulkan keributan dan yang tidak membahayakan (Depkes RI. 1993).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar atau teori dari gangguan citra tubuh?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
citra tubuh?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar atau teori dari gangguan citra
tubuh.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan citra tubuh.

2
BAB II
ISI

A. KONSEP DASAR/TEORI
1. Definisi
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan
sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi dan
pandangan orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif
dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar
pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. (Perry &
Potter, 2005).
Individu  yang  stabil,  realistis  dan  konsisten  terhadap  gambaran
dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi
yang akan memacu sukses dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005).
Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan distress personal, yang
didefinisikan oleh individu, yang mengindikasikan bahwa tubuh mereka
tidak lagi mendukung harga diri dan yang disfungsional, membatasi
interaksi social mereka dengan orang lain (suliswati, 2005).
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap
perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan
yang diinginkan (Stuart-Laraia, 2005). Gangguan Citra tubuh adalah
kebingungan secara mental dalam memandang fisik diri sendiri (Nanda,
2008).
Dari pemaparan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
citra tubuh pada intinya adalah gambaran diri terhadap dirinya
sendiri, gambaran ini akan menyesuaikan dengan bagaimana
orang lain memperhatikannya, sehingga dapat menggambarkan diri
dengan melihat bagaimana respon orang lain ketika
memperhatikannya. Citra tubuh merupakan persepsi diri terhadap

3
dirinya sendiri di mata orang lain dan anggapan dirinya sendiri untuk
terlihat pantas di lingkungan sekitarnya.

2. Rentang Respon

a) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima
b) Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya.
c) Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d) Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

3. Penyebab
a) Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang
objektif dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam
pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang
rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.

4
2) Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan dalam struktur sosial.
b) Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada
tiga jenis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan
b. Transisi peran situasi
c. Transisi peran sehat /sakit

4. Tanda Dan Gejala


Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan
tanda dan gejala, seperti:
a) Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap
dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertamatindakan.syok
psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi
yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien
menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b) Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan dan ingin lari dari
kenyataan tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau
menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung ,
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam
perawatannya.
c) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap

5
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan
atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan
reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
Adapun tanda dan gejala yang lain, yaitu
a. Menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yang berubah
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
c. Mengurangi kontak social sehingga terjadi menarik diri
d. Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuh
e. Mengungkapkan keputusasaan
f. Mengungkapkan ketakutan ditolak
g. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor, sumber koping yang dimiliki paien. Setiap
melakukan pengajian, tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:
a) Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian , No
Rumah pasien dan alamat pasien.
b) Keluhan utama/ Alasan MRS
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orag lain),
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari - hari,
dependen
c) Faktor predisposisi. Meliputi Kehilangan, perpisahan, penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan / frustasi
berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba)

6
perlakuan orang lain yang tidak menghargai pasien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d) Aspek Fisik / Biologis
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan ,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
e) Aspek Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolakpenjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatip tentang tubuh. Pre okupasi dengan bagia
tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan,
mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Pasien
mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat.

7
f) Status Mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan
kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, pasien
suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan
perawat.
g) Mekanisme Koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering
menggunakan koping menarik diri).
h) Aspek Medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi
ECT, Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan
rehabilitas.

2. Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk
diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan
untuk memonitor kemungkinan diagnosa aktual. Beberapa diagnosa
gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang
berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun
Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:
a) Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh
b) Isolasi sosial : menarik diri
c) Defisit Perawatan Diri
Berikut ini merupakan data objektif dan data subjektif yang sering
ditemukan pada gangguan citra tubuh :
Data Objektif :
a) Mengurung diri
b) Dari hasil pemeriksaan dokter, pasien mengalami goncangan emosi.
c) Hilangnya bagian tubuh.
d) Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.

8
e) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.
f) Menolak melihat bagian tubuh.
g) Aktifitas sosial menurun.
Data Subyektif :
a) Nafsu makan tidak ada.
b) Sulit tidur
c) Pasien suka mengeluh nyeri di dada.
d) Pasien mengeluh sesak nafas.
e) Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas
dengan hasil operasi.
f) Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak
berfungsi.
g) Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga,
keputusasaan.
h) Menolak berinteraksi dengan orang lain.
i) Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh
yang terganggu.
j) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.
k) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh
adalah meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran
serta pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mengidentifikasi
perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan
masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan
sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat
mengembalikan integritas diri (Keliat, 1998).

9
TGL/ DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
JAM KEP.
Rabu, Gangguan TUM : Setelah diberikan askep selama Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
25 citra tubuh Kepercayaan diri ... menit dalam ..x pertemuan dengan mengungkapkan merupakan dasar untuk
Nove pasien kembali diharapkan TU dan TUK dapat prinsip komunikasi kelancaran hubungan
mber normal. tercapai dengan kriteria hasil : therapeutic : interaksi selanjutnya.
2017 1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Sapa pasien dengan ramah 1. Membina hubungan saling
TUK 1 : 2. Menunjukan rasa senang dan baik secara verbal dan percaya
Pasiendapat 3. Ada kontak mata non verbal.
membina hubungan 4. Mau berjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan
saling percaya menyebut nama, mau sopan.
menjawab salam 3. Tanyakan nama lengkap
5. Mau duduk berdampingan pasien dan nama panggilan
dengan perawat yang disukai pasien.
6. Mau mengutarakan masalah 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
yang dihadapi. 5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati
dan menerima pasien apa

10
adanya.
7. Beri perhatian pada pasien
dna perhatikan kebutuhan
dasar pasien

TUK 2 : Setelah diberikan askep selama 1. Diskusikan kemampuan 1. Mendiskusikan tingkat


Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan dan aspek positif yang kemampuan pasien
mengidentifikasi diharapkan TU dan TUK dapat dimiliki pasien. seperti menilai realitas,
kemampuan dan tercapai dengan kriteria hasil : control diri atau
aspek positif yang 1. Pasien dapat menyebutkan 2. Setiap bertemu hindarkan integritas ego diperlukan
dimilikinya aspek positif dan dari memberi nilai negatif. sebagai dasar asuhan
kemampuan yang dimiliki keperawatannya.
pasien 3. Usahakan memberikan 2. Reinforcement positif
2. Aspek positif keluarga. pujian yang realistik. akan meningkatkan
3. Aspek positif lingkungan harga diri pasien.
yang dimiliki pasien. 3. Pujian yang realistik
tidak menyebabkan
pasien melakukan

11
kegiatan hanya karena
ingin mendapatkan
pujian.

TUK 3 : Setelah diberikan askep selama 1. Diskusikan dengan pasien 1. Keterbukaan dan
Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan kemampuan yang masih pengertian tentang
menilai kemampuan diharapkan TU dan TUK dapat dapat dilakukan dalam kemampuan yang
yang masih bisa tercapai dengan kriteria hasil : sakit. dimiliki adalah prasarat
digunakan 1. Pasien menilai kemampuan untuk berubah.
yang dapat digunakan di 2. Keterbukaan dan 2. Pengertian tentang
RSJ pengertian tentang kemampuan yang masih
2. Pasien menilai kemampuan kemampuan yang dimiliki dimiliki pasien
yang dapat digunakan adalah prasarat untuk memotivasi untuk tetap
dirumah pasien. berubah. mempertahankan
penggunaannya.
TUK 4 : Setelah diberikan askep selama 1. Rencanakan bersama 1. Membentuk individu
Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan pasien aktifitas yang dapat yang bertanggung jawab
menetapkan dan diharapkan TU dan TUK dapay dilakukan setiap hari sesuai terhadap dirinya sendiri.

12
merencanakan tercapai dengan kriteria hasil : dengan kemampuan:
kegiatan sesuai 1. Pasien memiliki kegiatan mandiri, kegiatan
dengan kemampuan kemampuan yang akan dengan bantuan sebagaian,
yang dimiliki dilatih, kegiatan yang
2. Pasien mencoba sesuai membutuhkan bantuan
jadwal harian total.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai 2. Pasien perlu bertindak
dengan toleransi kondisi secara realistik dalam
pasien. kehidupannya.
3. Beri contoh pelaksanaan 3. Contoh perilaku yang
kegiatan yang boleh dilihat pasien akan
dilakukan pasien. memotivasi pasien untuk
melaksanakan kegiatan.

TUK 5 : Setelah diberikan askep selama 1. Beri kesempatan pada 1. Memberikan


Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan pasien untuk mencoba kesempatan kepada
melakukan kegiatan diharapkan TU dan TUK dapat kegiatan yang telah pasien mandiri dapat
sesuai kondisi sakit tercapai dengan kriteria hasil : direncanakan. meningkatkan

13
dan kemampuannya 1. Pasien melakukan kegiatan motivasi dan harga
yang telah dilatih, diri pasien.
2. Pasien mampu melakukan 2. Beri pujian atas 2. Reinforcement positif
beberapa kegiatan secara keberhasilan pasien dapat meningkatkan
mandiri harga diri pasien.
3. Diskusikan kemungkinan 3. Memberikan
pelaksanaan di rumah. kesempatan kepada
pasien untuk tetap
melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.

TUK 6 : Setelah diberikan askep selama 1. Beri pendidikan kesehatan 1. Mendorong keluarga
Pasien dapat ... menit dalam ..x pertemuan pada keluarga tentang cara untuk mampu merawat
memanfaatkan diharapkan TU dan TUK dapat merawat pasien dengan pasien mandiri di rumah.
sistem pendukung tercapai dengan kriteria hasil : harga diri rendah. 2. Support system keluarga
yang ada 1. Keluarga memberi 2. Bantu keluarga akan sangat

14
dukungan dan pujian, memberikan dukungan mempengaruhi dalam
2. keluaraga memahami jadwal selama pasien dirawat. mempercepat proses
kegiatan harian pasien penyembuhan pasien.
3. Bantu keluarga 3. Meningkatkan peran
menyiapkan lingkungan serta keluarga dalam
rumah. merawat pasien di
rumah.
TUK 7 : Setelah diberikan askep selama 1. Diskusikan dengan Pasien 1. Pasien mengerti dan
Pasien mendapatkan ... menit dalam ..x pertemuan tentang manfaat dan paham mengenai
manfaat obat diharapkan TU dan TUK dapat kerugisn tidak minum manfaat dan efek
dengan 6B tercapai dengan kriteria hasil : obat, nama, warna, dosis, samping obat
1. Manfaat minum obat cara, efek terapi dan efek 2. Agar pasien dalam
2. Kerugian tidak minum obat samping penggunaan obat minum obat dapat secara
3. Nama,warna dosis, efak 2. Pantau Pasien dalam tepat dan teratur
terapi dan efek samping penggunaan obat 3. Membuat pasien
obat 3. Anjurkan Pasien minta menjadi mandiri dan
sendiri obat pada perawat mengerti mengenai
agar dapat merasakan manfaat obat

15
manfaatnya 4. Menambah semangat
4. Beri pujian jika Pasien pasien
menggunakan obat dengan
benar

16
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana
keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat
dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada
situasi nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena
perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
tindakan keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan pasien
dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisi
saat ini. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak
dengan pasien dilaksanakan. Dokumentasikan semua tidakan yang telah
dilaksanakan beserta respon pasien (Keliat, 2006,).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan
yang dilakukan secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil
yang dilihat dan perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan
perilakunya dengan kepribadian yang sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan
SOAP:
S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masih tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Citra tubuh pada intinya adalah gambaran diri terhadap dirinya sendiri,
gambaran ini akan menyesuaikan dengan bagaimana orang lain
memperhatikannya, sehingga dapat menggambarkan diri dengan melihat bagaimana
respon orang lain ketika memperhatikannya. Citra tubuh merupakan persepsi
diri terhadap dirinya sendiri di mata orang lain dan anggapan dirinya sendiri untuk
terlihat pantas di lingkungan sekitarnya.
Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan distress personal, yang didefinisikan
oleh individu, yang mengindikasikan bahwa tubuh mereka tidak lagi mendukung harga
diri dan yang disfungsional, membatasi interaksi social mereka dengan orang lain.
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk, struktur
dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Faktor yang menyebabkan gangguan citra tubuh ada dua yaitu faktor predisposisi
dan faktor presipitasi. Tanda dan gejala adanya gangguan pada citra tubuh yaitu seperti
mengalami syok psikologis, menarik diri dan Penerimaan atau pengakuan secara
bertahap, menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yang berubah serta tidak dapat
menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh. Keberhasilan tindakan terhadap
perubahan gambaran tubuh pasien dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu
memulai kehidupan sebelumnya, termasuk hubungan interpersonal dan sosial.

B. Saran
Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga jika
ada ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu merubah dirinya
kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil untuk menerima dirinya sendiri dan
bisa mencapai sesuatu hal tersebut. Dan pada akhirnya pandangan manusia dalam
mendeskripsikan pandangan terhadap citra tubuhnya bukan memburuk tetapi berharap
lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Honigman, Rosberta dan David J. Castle. 2007. Living With Your Looks. Victoria: University
of Western Australia Press.
Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC.
Larsen, P. D & Lubkin, I. M. (2009). Chronic illness: impact and intervention, Sudbury,
Jones and Bartlett Publishers.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan
Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.
Samura, Jul Asdar Putra. 2011. Hubungan Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan
Citra Tubuh Remaja Putri Kelas 1 Di SMP Nusantara Lubuk Pakam. Volume 1 No
1.
Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Ahli Bahasa) Achir Yani S.Hamid, Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EG

19

Anda mungkin juga menyukai