ULUMUL HADITS
TENTANG
DOSEN PEMBIMBING:
Darosni, S.Ag.,MA
TAHUN 202
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan dan
kesempatan dalam menyusun makalah kami ini sehingga kami dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan makalah kami ini kiranya ada kekurangan kami minta maaf
karena makalah kami ini jauh dari sempurna seperti yang diharapkan pembaca.
Terimakasih kepada mahasiswa/I yang telah berpartisipasi dalam penyempurnaan
makalah kami ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Ada suatu keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa
lainnya. Umat Islam pada masa ini dapat secara langsung memperoleh hadis
dari Rasul SAW, sebagai sumber hadis. Antara Rasul SAW, dengan mereka
tidak ada jarak atau hijab yang dapat menghambat atau mempersulit
pertemuannya. Dan para sahabat tidak menyia-nyiakan keberadaan Rasulullah
ini. Mereka secara proaktif berguru dan bertanya kepadanya tentang segala
sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya baik dalam urusan dunia maupun
akhirat. Mereka mentaati semua yang dikatakannya, bahkan menirunya.
Ketaatan itu sendiri dimaksudkan agar keberagamannya dapat mencapai
tingkat kesempurnaan.
1
M. Syuhudi Ismail, Kaedah-Kaedah Keshahehan Sanad Haits (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), Hlmn 41.
2
M. Syuhudi Ismail, Kaedah-Kaedah Keshahehan Sanad Haits (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), 41.
3
Akrom Fahmi, Sunnah Qabla Tadwin (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 124.
4
H. Endang Soetari, Ilmu Hadits (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), 46.
7
a. Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari
Nabi saw yang mereka hafal benar lafazhnya dari Nabi saw.
b. Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya
bukan dengan lafazhnya karena tidak hafal lafazhnya asli dari Nabi
saw.
Berikut ini dikemukakan sikap al-Khulafa al-Rasyidin tentang
periwayatan hadits Nabi.
a. Abu Bakar al-Shiddiq
Abu Bakar merupakan shahabat Nabi yang pertama-tama menunjukkan
kehati-hatiannya dalam meriwayatkan hadits
a. Umar bin al-Khatthab
dalam meriwayatkan hadits. Akan tetapi seruan itu tidak begitu besar
pengaruhnya terhadap para perawi tertentu yang bersikap “longgar”
dalam periwaytan hadits. Hal tersebut terjadi karena selain pribadi
‘Usman tidak sekeras pribadi ‘Umar, juga karena wilayah Islam
telah makin luas. Luasnya wilayah Islam mengakibatkan
bertambahnya kesuliatan pengendalian kegiatan periwayatan hadits
secara ketat.
Khalifah Ali bin Abi Thalib pun tidak jauh berbeda dengan
sikap para khalifah pendahulunya dalam periwayatan hadits. Secara
umum, Ali barulah bersedia menerima riwayat hadits Nabi setelah
periwayat hadits yang bersangkutan mengucapkan sumpah, bahwa
hadits yang disampaikannya itu benar-benar dari Nabi saw. hanyalah
terhadap yang benar-benar telah diparcayainya.
Ada beberapa cara Rasul SAW, menyampaikan hadis kepada para sahabat,
yaitu:
1. melalui para jama’ah pada pusat pembinaannya yang disebut majlis
al-‘Ilmi. Melalui majlis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk
menerima hadis, sehingga mereka berusaha untuk selalu mengkonsentrasikan
diri guna mengikuti kegiatan dan ajaran yang diberikan oleh Nabi SAW.
Para sahabat begitu antusias untuk tetap bisa mengikuti kegiatan di majlis ini,
ini ditunjukkannya dengan banyak upaya. Terkadang diantara mereka
bergantian hadir, seperti yang dilakukan oleh Umar ibn Khattab. Ia sewaktu-
waktu bergantian hadir dengan Ibnu Zaid (dari bani Umayah) untuk
menghadiri majlis ini, ketika ia berhalangan hadir. Ia berkata: “Kalau hari ini
aku yang turun atau pergi, pada hari lainnya ia yang pergi, demikian aku
melakukannya.” Terkadang kepala-kepala suku yang jauh dari Madinah
mengirim utusannya ke majlis ini, untuk kemudian mengajarkannya kepada
9
http;//referensiagama.blogspot.com/2011/01/hadis-pada-masa-rasul-saw-dan-
4.
sahabat.html?m=1,pada tanggal 05 April pukul 15.46.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Akrom. 1999, Sunnah Qabla Tadwin. Jakarta: Gema Insani Press..
Saryono.2011.hadis pada masa rasul saw dan
sahabat.http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/hadis-pada-masa-rasul-saw-
dan-sahabat.html?m=1(05 April 2020)
Ismail, M. Syuhudi. 1995, Kaedah-Kaedah Keshahehan Sanad Haits. Jakarta:
Bulan Bintang.
Soetari, H. Endang. 1997, Ilmu Hadits. Bandung: Amal Bakti Press.