PENDAHULUAN
1
2. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan gizi bagi balita.
3. Untuk mengetahui asuhan pada balita dengan masalah gizi.
1.4 Manfaat Penulisan
Agar individu khususnya bidan dapat memahami dan mengetahui
tentang kebutuhan dan masalah-masalah gizi pada balita.
2
BAB II
ISI
3
2. Anemia Defisiensi Besi
Keadaan ini karena terjadi terlalu sedikit kandungan zat besi dalam
makanan, terutama pada balita yang terlampau banyak mengonsumsi
susu, sehingga mengendurkan keinginan untuk menyantap makanan
lain. Untuk mengatasi keadaan ini, selain memberikan suplementasi zat
besi, jika dianggap perlu, anak juga harus diberi dan dibiasakan
menyantap makanan yang mengandung besi.
3. Karies Gigi
Zat gizi yang esensial bagi perkembangan dan pemeliharan gigi
meliputi vitamin A, C, D, mineral, kalsium, fosfor, dan flour. Protein
dentin adalah kolagen yang bergantung pada vitamin C untuk sintesis
yang normal. Karies dentis sering terjadi pada anak karena terlalu
sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Sifat
lengket itu menentukan panjang waktu pajan terhadap karbohidrat
dengan plaque bakteri. Plaque adalah massa gelatin lengket yang
melekat pada gigi dan gusi. Di dalam p[laque ini bakteri pembentuk
asam berkembang biak dan meragi karbohidrat. Bakteri yang gemar
melekat pada plaque, antara lain streptokokus mutan. Bakteri ini lebih
menyukai sukrosa (gula pasir), yakni golongan pemanis yang bisa
terdapat pada kudapan dan santapan anak. Dengan jangka waktu atau
jumlah tertentu dapat menyebabkan perlubangan sehinngga merusak
struktur gigi dan gusi. Diantara makanan yang dapat menyebabkan
karies gigi adalah keripik, permen (terutama permen karet), kue-kue
manis, kue kering, dan minuman manis. Namun semua itu dapat
dicegah jika anak balita dibiasakan menggosok gigi sejak dini.
4. Pica
Orang yang mengonsumsi sesuatu bukan makanan misalnya perca
dan debu tergolong ke dalam pica. Perilaku tersebut tidak
membahayakan hidup anak sejauh balita tidak menyantap zat toksik
(racun). Pica harus dibedakan dengan “kebiasaan” anak, terutama
4
batita, seperti memasukkan barang ke dalam mulut untuk belajar,
misalnya menggigit kelereng, dan hal ini bukan pica.
2.2 Pendidikan Kesehatan Gizi bagi Balita
1. Kandungan Zat Gizi yang Diperlukan Balita
a. Protein
Dua jenis protein yaitu : protein hewani yang didapati dari daging
hewan (telur, susu, daging) dan protein nabati (tempe, tahu) yang
didapat dari tumbuh-tumbuhan. Nilai gizi protein hewani ebih besar
dari protein nabati dan lebih mudah diserap oleh tubuh. Walaupun
demikian, kombinasi penggunaan protein nabati dan hewabi sangat
dianjurkan.
1) Penunjang pertumbuhan
Protein merupakan bahan padat utama dari otot organ dan
glandula endoterm. Merupakan unsur utama dari matriks tulang
dan gigi, kulit kuku, rambut, sel darah dan serum.
2) Pengantar proses tubuh
Mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh. Protein
juga mempertahankan ketahanan terhadap mikroorganisme yang
mengadakan invasi karena antibodi bersifat protein.
3) Energi
Protein merupakan sumber energi potensial, setiap gram
menghasilkan sekitar 4 kkal. Jika protein digunakan untuk energi
maka tidak akan dipakai untuk kebutuhan sintesis. Sumber
protein : ASI, sereal, gandum, telur, tahu, tempe, ikan, daging.
b. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber tenaga bagi anak. Bayi yang baru
mendapat asupan makanan dari ASI. Pada anak yang lebih besar
yang sudah mendapat makanan tambahan pendamping ASI,
karbohidrat dapat diperoleh dari makanan yang memadai untuk
menghasilkan energi, tubuh akan memecah protein dan lemak
cadangan dalam tubuh.
5
Fungsi karbohidrat yaitu hampir semua karbohidrat pada akhirna
digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Sumber
karbohidrat yaitu ASI, beras, jagung, singkong, buncis, tomat, sayur
hijau, buah segar.
c. Lemak
Pada dasarnya lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar
kecuali esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Lemak
berfungsi untuk mempermudah absorbsi vitamin yang larut dalam
lemak yaitu vitamin A, D, E, K.
Jumlah dan jenis lemak yang dikonsumsi sehari-hari berpengaruh
bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Pengaruh tersebut terjadi
melalui kandungan kalori atau energi yang dimiliki dan peranan
asam-asam lemak tertentu yang terdapat didalamnya. Bagi bayi,
sumber lemak yang ideal dalam air susu ibu (ASI). Sekitar 50%-60%
energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak susu. Selama
penyapihan, konsumsi lemak harus dijaga jangan sampai terlalu
rendah dari jumlah yang dibutuhkan. Penggunaan lemak, terutama
minyak nabati dalam makanan sapihan atau makanan tambahan bagi
bayi dan balita adalah cara efektif untuk memenuhi kebutuhan energi
mereka.
Lemak merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan
aktifitas fisik bagi anak dan balita. Kebutuhan energi ini akan
terpenuhi jika konsumsi lemak/minyak hanya menyumbang 15%
atau kurang dari total energi yang dibutuhkan perhari. Sampai umur
dua tahun, lemak yang dikonsumsi oleh anak disamping sebagai
sumber energi, harus dilihat juga dari segi fungsi strukturalnya.
Lemak akan menghasilkan asam-asam lemak dan kolesterol yang
ternyata dibutuhkan untuk membentuk sel-sel membran pada semua
organ. Organ-organ penting seperti retina dan sistem saraf pusat
terutama disusun oleh lemak. Asam lemah yang sangat dibutuhkan
oleh jaringan tubuh tersebut terutama adalah asam lemak yang
6
esensial. Asam lemak yang esensial adalah asam lemak yang tidak
dapat dibuat di dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan,
terdiri dari asam linoleat, linulenat dan arakhidonat.
ASI mempunyai komposisi asam lemak yang sangat tepat untuk
keperluan bayi dan anak-anak sampai 2 tahun tersebut mengandung
faktor-faktor yang menyebabkan lemaknya mudah dicerna, juga
komposisi kimianya membuat ASI mudah dicerna dan juga
memberikan suplai yang seimbang antara asam lemak omega 6 dan
omega 3.
d. Vitamin
Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang
berfungsi untuk mempertahankan fungsi tubuh (Marlow, D.R dan
Reeding BA, 1988). Kekurangan vitamin akan menyebabkan tubuh
cepat merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan pembuluh darah
dan sel saraf serta dapat mengurangi ketajaman penglihatan. Vitamin
C penting untuk tubuh untuk pembentukan substansi antar sel,
meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan absorbsi zat besi
dalam usus. Vitamin D penting untuk penyerapan dan metabolisme
kalsium dan posfor, pembentukan tulang dan gigi.
Sumber-sumber vitamin yaitu :
1) Vitamin A : hati, kuning telur, susu, keju, pepaya, tomat, wortel,
bayam, seledri.
2) Vitamin B : beras merah.
3) Vitamin C : buah dan sayur.
4) Vitamin D : telur, susu, minyak ikan.
5) Vitamin E : kecambah, biji-bijian, minyak, kuning telur.
6) Vitamin K : jambu biji, sayuran hijau, biji-bijian.
Dalam daftar tersebut kebutuhan akan vitamin D tidak
dicantumkan, akan tetapi Nelson (1969) mengemukakan angka 400
U.I untuk semua umur.
7
Gol Ca Fe Vit.A sebagai B1 B2 B3 Vit.C Vit.D
umur (g) (g) Karotin (mcg) (mg) (mg) (mg) (mg) U.I
6-12 0,6 8 1200 0,4 0,5 6 25 400
bulan
1-3 0,5 10 1800 0,6 0,9 9 40
tahun
4-6 0,5 10 2400 0,8 1,0 13 50
tahun
e. Cairan
1) Air
Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat
kebutuhan air pada bayi mencapai 75-80% dari berat badan. Air
bagi tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler,
medium untuk pengganti ASI.
2) Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam
kelompok mikro, yaitu :
a) Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan
struktur tulang dan gigi. Kalsium dapat diperoleh dari susu,
tempe, tahu, ikan teri.
b) Klorida sangat berguna dalam pengeluaran tekanan osmotik
serta keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh
dari garam, daging, susu dan telur.
c) Flour berfungsi untuuk pengaturan struktur gizi an tulang,
sehingga jika kekurangan dapat menyebabkan karies gigi.
Sumbernya terdapat dalam air, makanan laut, dan tumbuh-
tumbuhan.
d) Iodium harus tersedia dalam jumlah yang cukup, sebab jika
kekurangan dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium
dapat diperoleh dari garam.
e) Zat besi merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur
hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2. Zat besi dapat
8
diperoleh dari hati, daging, kuning telur, sayuran hijau, dan
padi.
f) Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan
gigi. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan otot.
Fosfor dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang-
kacangan, padi-padian dan lain-lain.
2. Pengaturan Pola Makan Sehat Anak Balita
Pola makan yang sehat menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang
(1994) ialah makanan yang mengandung semua unsur gizi seimbang,
sesuai kebutuhan tubuh baik protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
mineral dan air. Sumber nutrisinya dipilih yang sealami mungkin.
Dalam penyusunan menu untuk anak balita pola makan seimbang
dijadikan pedoman memenuhi kebutuhan energi anak balita.
Pemberian makan pada anak usia 1-2 tahun, yaitu :
9
a. Lanjutkan beri makan makanan orang dewasa.
b. Tambahkan porsinya menjadi 1 piring.
c. Beri makanan selingan 2 kali sehari.
d. Jangan berikan makanan manis sebelum waktu makan, sebab bisa
mengurangi nafsu makan.
Berikut merupakan anjuran pola makan sehat untuk anak balita
yang terdapat dalam Depkes RI (2006), yaitu :
a. Sejak usia 2 tahun anak-anak sudah biasa makan dengan makanan
orang dewasa berupa nasi, lauk, sayur, dan buah sebaiknya diberikan
minimal 3 kali sehari.
b. Berikan juga makanan selingan 2 kali sehari.
c. Sejak usia 2 tahun makanan harus lebih bervariasi.
d. Bila sudah tidak minum ASI, susu perlu ditambahkan ke dalam
menu sehari-hari.
Pada usia balita 3-5 tahun menurut Penuntun Diet Anak (1992)
anak bersifat aktif, yaitu mereka dapat memilih makanan yang mereka
sukai, di usia ini gigi susu telah lengkap sehingga anak dapat mengerat
dan mengunyah dengan baik meskipun belum maksimal, bentuk
makanan seperti orang dewasa, misalnya nasi dapat diberikan namun
tetap disertai dengan cairan berkuah seperti sayur berkuah.
Kardjati (Cahya: 2009) mengatakan bahwa syarat-syarat menyusun
menu makan anak balita adalah sebagai berikut :
a. Sesuai dengan pola makan sehat seimbang.
b. Sesuai dengan kebutuhan gizi anak.
c. Sesuai dengan kesukaan anak yaitu bervariasi.
d. Sesuai dengan bahan yang tersedia.
e. Sesuai dengan kemampuan belanja.
2.3 Asuhan pada Balita dengan Masalah Gizi
Berbagai upaya untuk mengatasi masalah sosial yang berkaitan
dengan gizi buruk maka tidak lepas dari kebijakan dan strategi dari pihak
terkait terutama pemerintah sebagai pemenang wewenang untuk
10
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Sebagaimana disebutkan oleh
keputusan menteri kesehatan RI No.1457/Menkes/Sk/X/2003 tentang
standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten atau kota, pasal
2 mengenai tatalaksana penanggulangan anak gizi buruk sebagai berikut:
1. Pemantauan pertumbuhan balita
Pemantauan pertumbuhan balita adalah suatu kegiatan pengukuran
anak yang teratur, dicatat dan diinterpretsikan dengan maksud agar
dapat memberikan penyuluhan, berbuat sesuatu, serta melakukan follow
up selanjutnya. Pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan secara
subjektif dan berkala diantaranya adalah:
a. Pemantauan secara subjektif
Dilakukan dengan mengamati respon balita terhadap pemberian
makanan. Makanan dinilai cukup, apabila balita tampak puas,
aktivitas baik, lincah, periang dan tidurnya nyenyak. Balita yang
cukup gizi tidak mudah sakit, tidak pucat dan tidak lemah.
b. Secara berkala
Untuk pemantauan ini dapat dilakukan dengan pengukuran
antropometri meliputi tinggi badan dan berat badan. Dari
pengukuran ini dapat dinilai status gizi balita.
2. Pelayanan gizi
Pelayanan gizi adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Tujuan kegiatan pelayanan gizi adalah untuk
memberi terapi pola makan yang sesuai dengan perubahan sikap balita.
Pelayanan gizi ini sendiri meliputi cakupan pmberian makanan
pemndamping asi pada balita bawah garis merah, dan balita gizi buruk
mendapatkan perawatan.
3. Penyuluhan perilaku sehat
Penyuluhan ini lebih kepada upaya mengubah perilaku sasaran
agar berprilaku sehat terutama pada aspek kognitif, sehingga
pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang diharapkan
11
oleh penyuluh kesehatan maka penyuluh berikutnya akan dijalankn
sesuai dengan program yang telah direncanakan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun sebagai
manusia penyusun memiliki keterbatasan, baik secara materil dan
intelektual. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini dan bermanfaat bagi pembaca.
13
Daftar Pustaka
Sulistyoningsih, Hariyani. Tahun. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Tempat :
Graha Ilmu
Istiany, Ari dan Rusilanti. Tahun. Gizi Terapan. Tempat : penerbit
14